Pelesiran

Rona Cemas Saat Ditangkap Petugas di Taj Mahal

DSC_0349

.

“Silakan kalian berjalan-jalan. Aku tunggu di sini, ya!”

Begitu pesan Alam Khan, si supir bajaj yang disewa untuk mengantar kami mengeliling kota Agra.

“Jika diganggu orang, terutama pedagang, ingat pesanku, bilang apa ke orang-orang itu?”

“Chalo…chalo, kan?”

“Iya betul,” ujarnya sambil tertawa lebar.

Kami lantas berjalan menuju pintu masuk Taj Mahal. Alam memilih untuk membawa kami ke pintu masuk Barat. Ntah apa pertimbangannya. Bisa jadi karena jarak antara loket penjualan tiket dan gerbang utamanya tidak begitu jauh. Yang kubaca di internet sih, untuk pintu masuk sisi Timur, pengunjung harus berjalan hampir 1 km untuk mencapai pintu masuknya.

Kami melewati deretan rumah yang kebanyakan disulap jadi penginapan untuk menuju pintu Barat ini. Belum lagi pertokoan dan para pedagang yang cukup agresif. Ya dinikmati saja. Selagi mereka tidak ekstrem menawarkan dagangannya (misalnya dengan cara menarik-narik tubuh kita), tolak saja dengan halus.

Tak lama, kami semua tiba di pintu loket penjualan tiket. Loket penjualan laki-laki dan perempuan dipisah. Aku, Indra dan Ahlan lantas mengantri dengan tertib. Pagi itu Taj Mahal belum terlalu ramai. Bersama kami, terdapat beberapa wisatawan lokal dan asing lainnya yang nampak ikutan berbaris rapi.

“750 rupee,” ujar si penjual tiket.

12400648_10207651613902110_8594279034052539734_n (1)

Tiketnya cakep ya! tampak belakang Jodhpur. Kota yang harus aku skip dalam perjalanan di India 😥

Jika dirupiahkan, 750 rupee itu setara dengan Rp.165.000. Untuk ukuran India, harga tersebut lumayan mahal. Mau tahu berapa harga tiket untuk warga lokal? Hanya 20 rupee alias nggak sampai lima ribu perak. Wow! Hahaha. Tapi menurutku “praktik” seperti ini normal terjadi di banyak tempat wisata khususnya di Asia.

Taj Mahal sih masih mending. Nih yang lebih nendang lagi saat masuk ke Grand Palace di Bangkok. Wisatawan lokal gratis, cuy! Tapi ya sudahlah, toh, wisatawan asing yang berkunjung ke Borobudur dan Prambanan juga harus membayar lebih mahal, kan?

“Silakan ambil airnya di sebelah,” sahut penjual tiket.

Aha lumayan deh. Dikasih air berukuran sedang dan sebuah alas kaki.

DSC_0300

Di dalam gerbang pemeriksaan

“Heh, buat apa?”

Ya untuk mengkaver alas kaki kita saat masuk ke bangunan utama Taj Mahalnya. Bagus sih, biar Taj Mahalnya selalu bersih.

Oke, tiket sudah ditangan. Selanjutnya kami harus melalui pintu pemeriksaan. Lagi-lagi peremuan dan laki-laki diperiksa. Hmm, agak nyeremin sih petugasnya. Banyak turis lokal yang akhirnya dibentak entah karena apa. Aku sendiri diminta melepaskan jaket saat itu. Money belt yang kubawa dibuka. Petugas berkumis lebat memerika isi dompetku dengan seksama.

“Ini apa?” tanyanya.

“Oh itu buku catatan. Aku membawanya untuk mencatat pengeluaran,” jawabku.

Aku sengaja mencatat detail setiap pengeluaran untuk melengkapi itinerary yang dapat aku bagikan buat pembaca blog Omnduut. Lumayanlah, siapa tahu dengan melihat itinerary yang sudah kubuat tersebut ada yang tertarik mengunjungi India nantinya. Tas kameraku juga diperiksa. Untunglah tak lama kemudian kami semua diberikan izin masuk.

Sebelum masuk ke area utama Taj Mahal, ternyata kami harus melewati terlebih dahulu bagian luar beton yang mengelilingi area Taj Mahal. Ternyata sudah banyak orang berada di sana, mungkin mereka masuk melalui pintu lain. Jumlah pelancong lokal dan asing menurutku sepadan. Ramai sekali!

????????????????????????????????????

Itu gerbang pemeriksaannya.

Kami memperlambat langkah. Entah dengan Ahlan dan Indra, aku pribadi merasakan sesuatu yang sangat langka. Semacam adrenalin yang membuncah. Maklum saja, mengunjungi Taj Mahal merupakan impian yang sudah lama terpendam. Dan sekarang aku berada di dekatnya! Sebentar lagi akan melihat langsung bangunan bukti cinta Shah Jahan ke Mumtaz Mahal itu. Aku akan menyentuhnya, sebentar lagi!

“Lan…Ahlan, lihat itu puncak Taj Mahalnya, huaaaa.”

????????????????????????????????????

Gerbang Barat Taj Mahal. Tuuuuh, puncak Taj Mahalnya keliatan nyempil. Aaaaaa

Bayangkan ya, gerbangnya aja sudah sedemikian indah. Subhanallah! Seperti sebuah gerakan slow motion, kami mendekati gerbang tersebut langkah demi langkah. Saat harus melewati gerbang yang megah itu, suasana kontras cukup terlihat.

DSC_0312

Taj Mahal mengintip dari gerbang barat

Dan tibalah saat yang dinantikan… ini dia Taj Mahal!

DSC_0351

Selamat Datang di Taj Mahal

Ini dia wujud bangunan indah yang menjadi salah satu Kejaiban Dunia itu. Bagaimana tidak, bangunan simetris ini dibangun selama 22 tahun oleh Ustad Ahmad Lahouri dengan mengumpulkan 20 ribu lebih pekerja termasyhur dari seluruh dunia. Ini dia bangunan yang dulu hanya bisa aku lihat di buku dan… kini berada tepat di hadapanku.

Banyak sekali orang yang berfoto tepat di anjungan gerbang barat ini. Berbagai macam pose nampak di sini. Di sini pula batas penggunakan kamera video/handycam. Selanjutnya, yang diperkenankan masuk ke kawasan utama hanya kamera saja (walaupun yeah, kamera pun bisa merekam video, bukan?).

DSC_0331

Berjalan menuju Taj Mahal

Aku, Indra dan Ahlan bergantian saling foto. Harus sabar jika hasil foto ingin terlihat clear. Secara harus bergantian, kan? Makanya harus bergegas dan saling jaga agar tidak disusupi orang lain hahaha.

Tak lama, aku teringat secarik banner kecil bertuliskan “Omnduut Was Here”. Banner itu memang aku persiapkan sejak awal untuk difoto di objek-objek terkenal sepanjang perjalananku di India. Memang sih rada norak. Tapi nggak apa-apalah, toh noraknya pakai uang sendiri dan nggak merugikan orang lain, kan?

Aku lantas meminta bantuan Indra untuk memotret banner tersebut. Tiba-tiba…

Pritttt!

Seorang petugas meniupkan peluit dengan sangat keras. Si petugas ini lalu mengoceh dalam bahasa India dengan sangat keras, cepat dan tanpa jeda. Aku menoleh ke belakang, oalah! Dia meneriakiku!

“Whats wrong?”

Si petugas ini kembali merepet dengan kecepatan super. Dia menunjukkan banner yang aku bawa. Nggak usah menjadi seorang yang jenius untuk memahami bahwa beliau marah karena aku berfoto dengan kertas tersebut.

“Kenapa? Ini kan cuma kertas?”

????????????????????????????????????

Ini dia bannernya :v

Beliau menggelengkan kepala dan menyilangkan tangannya. Intinya : NGGAK BOLEH.

“Silakan Anda baca, tidak ada yang aneh dari kertas ini.”

Beliau masih saja mengoceh dan mulai menarik-narik tanganku.

“Ya sudah kalau nggak boleh, ambil aja nih kertasnya,” ujarku sebal.

????????????????????????????????????

Kantor petugasnya di bawah atap gerbang barat ini

Banner itu lantas kuberikan kepadanya. Eh dia nggak mau, dia menarik tanganku dan aku digiring ke kantor petugas. Oalaaah, cobaan apa ini mbak Kajol! Huaaaa.

Aku dilihati banyak orang. Malunya euy! Tapi ya sudahlah, ketimbang si bapak makin belingsatan karena aku menolak perintahnya, aku akhirnya nurut untuk digiring ke kantor petugas. Syukurlah, si petugas yang kelihatannya berpangkat tinggi itu dapat berbahasa Inggris.

“It’s just my name. Omnduut is my name,” ujarku membela diri.

Si petugas kepala ini lantas mengambil banner-ku dan membaca cepat. Lantas ia berkata, “oh okay nevermind. But, I have to keep this and you can take it later.”

Oalah sebegitunya ya. Padahal cuma kertas doang. Hiks. Terus terang kejadian itu bikin moodku jadi turun. Di saat yang bersamaan aku teringat pengalaman mbak Olen & mas Puput yang juga ditangkap petugas hanya karena membawa tripod. Oalah mbok, kok iso nasibku podho karo kowe. Hahaha. Seketika moodku langsung naik lagi. Aku nggak sendiri sodara-sodara! –ngakak bahagia.

Kenapa ya, padahal kan cuma kertas doang? Hmm, mungkin mereka takut isinya hal-hal yang memprovokasi semacam : Freedom For Kashmir atau yang dianggap fitnah seperti : Omnduut Ganteng Tenan. Yalah, aku paham deh.

Tak lama, kami lantas berjalan menuju bangunan utama Taj Mahal. Bangunan yang dilindungi UNESCO ini terletak di sebuah area yang sangat luas. Kami melewati taman-taman yang asri dan beberapa kolam dengan air mancur. Cuaca sangat terik saat itu. Sangat direkomendasikan untuk memakai topi dan kaca mata hitam. Dan, air mineral yang diberikan oleh petugas itu sangat menolong. Aku sendiri membawa satu botol air minum dari luar mengingat aku gampang dehidrasi.

DSC_0347

Di taman ini banyak tupai dan burungnya 😉

“Bang foto dong,” sahut model dadakan bernama Indra Nugraha hahaha.

Tepat di sebuah undakan marmer di dekat kolam, Indra sudah ancang-ancang untuk pose yang tak biasa : jumping shot. Indra sempat beberapa kali melompat untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Saat asyik mengambil foto, pundakku dicolek dari belakang.

Wew, seorang petugas dengan tingkat keseraman berkali lipat dari petugas pertama berada di belakangku dekaaat sekali. –tolong jangan jamah aku, om! Dia menenteng senapan besar. Duh, apalagi yang salah kali ini?

Si petugas ini lantas menunjuk-nunjuk kameraku.

????????????????????????????????????

Di undakan yang sama, aku didatangi petugas serem

“Om mau lihat hasil fotonya, ya?” tanyaku heran.

Dia lantas mengangguk dan saat kukasih lihat foto jumping shot-nya Indra, seketika dia bilang.

“Hapus semua.”

Ingin rasanya aku bertanya, “om rumahnya dik Chelsea Islan di mana,” eh maksudnya, “kenapa harus dihapus, om?” tapi niat itu aku urungkan. Aku langsung menghapus semua fotonya Indra. Saat dia lihat nggak ada lagi foto jumping shot, beliau langsung pergi tanpa permisi. Siyalan!

Betapa tempat ini sedemikian ketatnya!

DSC_0374

Kebayang kan betapa besarnya Taj Mahal ini

Kami bertiga lantas masuk ke dalam Taj Mahal. Disinilah kami diharuskan memakai sarung sepatu yang sebelumnya diberikan oleh petugas.

“Yan, kalian shalat di Taj Mahal?” tanya sepupuku sepulang dari India.

“Lha itu kan kuburan, kok malah shalat,” timpalku kemudian.

“Loh bukannya itu masjid?”

????????????????????????????????????

Dua-duanya single dan (mungkin) available

Hehe, bagi yang belum tahu, tenang, masih dapat dimaklumi.  Memang sekilas Taj Mahal itu mirip sekali dengan masjid. Dan memang, Shah Jahan itu muslim jadi anggapan orang tentang Taj Mahal sangat mungkin terjadi. Padahal sih ya, itu kuburan istrinya si Mumtaz Mahal yang meninggal saat melahirkan anak ke-14 mereka. Konon saking bersedihnya, rambut Shah Jahan memutih dalam waktu satu malam. Ironisnya, Shah Jahan meninggal saat dipenjara anaknya sendiri. Hiks.

????????????????????????????????????

Masjidnya, tepat di samping Taj Mahal

DSC_0364

Bahkan menara Taj Mahalnya pun nampak bersisian dengan masjidnya

DSC_0438

Di depan masjid

Shah Jahan kemudian dimakamkan tepat disamping istrinya. Padahal sih, Shah Jahan berencana membangun bangunan yang persis sama seperti Taj Mahal namun berwarna hitam untuk menunjukkan rasa sedihnya karena ditinggal istri ketiganya tersebut. Apa daya, keinginannya itu tidak pernah terwujud. Bahkan saat dipenjara disebuah ruangan di Agra Fort dan meninggal di sana, jenazah Shah Jahan dihanyutkan melalui Sungai Yamuna untuk kemudian dimakamkan di sana.

DSC_0390

Sungai Yamuna

Taj Mahal adalah bukti nyata kehidupan romantis dan juga kelam seorang Kaisar Mughal. Terima kasih sudah membangun bangunan seindah ini. Bangunan yang telah menginspirasi banyak orang dan menjadi salah satu magnet yang menarik banyak orang untuk mengunjungi INDIA.

Sukriya Bhaiya….

????????????????????????????????????

Di foto dari dalam Taj Mahal, mendekati pintu keluar yang tidak dijaga petugas.

73 komentar di “Rona Cemas Saat Ditangkap Petugas di Taj Mahal

  1. Masyaallah indah sekali, sampe terenyuh liat bangunan semegah itu… keren om postingannya, makasih udah berbagi. Eiya ini yg kerala itu bukan?

    … yang dianggap fitnah seperti : Omnduut Ganteng Tenan <—- INI FITNAH BANGET! 😦

  2. ‘diskriminasi’ turis lokal dan asingnya kelewatan ya ternyata, kl di indonesia paling cuma 2 atau 3 x lipat, lha ini nyaris 40 kali lipat. Weedan! *meskipun masih murah 🙂
    Pengin bang, aku jd pengin kesana…. pengin ketemu mamah Kajol *eh

    • Dari Turki apa lebih dekat ketimbang dari Indonesia ya? *langsung melototin peta hahaha*

      Iya, selisihnya uedan haha, itupun katanya masih banyak yg protes karena harusnya dihapuskan aja biayanya hwhw

    • Bisa jadi jumping shot dianggap tidak sopan mbak Yana, tapi aku banyak lihat di internet pose itu. Ntah karena emang boleh atau lg beruntung nggak ketemu petugas rese

  3. Waaa jadi inget pas maen kesana. Ga berubah2 ya harganya. Itu harga tiketnya emang gila nyebelin jauhnya. Ahaha. Padahal turis asing di luar aja paling cuma dimahalin 2-3x lipat.
    Dulu dateng pas panasnya lagi uwow bgt. Jadi turis asingnya dikit dan antriannya cepet. Ga sepanjang yg turis lokal. Viewnya cakep semua, bikin pgn balik 😍. Satu hal yg bikin grr cuma masalah -apalagi kalau bukan- toilet umumnya 🙊

      • Kita mah karena keburu pgn kan soale panas dan kebanyakan minum. Tapi ujung2nya ga jadi dan ditahan2 karena duh terlalu ngeri untung dibahas. Ahahaha. Sekotor2nya toilet di Indonesia yg ditemuin, itu di taj mahal udah berkali2 lipat lebih parah. Di wastafelnya aja malah ada yg seenaknya bediriin anaknya trus pip*s dan dibersihin disitu pula, belum pas wcnya kebuka dan…*tiiiittttt* dll bgt lah itu.. *duh jadi kebayang lagi deh jijik ma buru2 keluar dari toiletnya* 🙈

      • Wah sampe segitunya ya Fiyah haha. Kalo aku paling di kereta dan bilang ke Indra. “Ndra, jangan pilih toilet yang kanan, ada ranjaunya” hahaha gituuuu.

        Soal balik ke Taj Mahal… hmm, kalo nggak gratisan aku ogah ah hahaha. Mending balik lagi ke Kashmir lol

  4. Alasan banner mu tidak diijinkan dibawa masuk adalah: karena mereka sangat ingin menjaga kebersihan areal Taj Mahal Yan. Waktu itu aku juga dilarang membawa buku notes, ballpoint dan spidolku. Semuanya harus disimpan di dalam locker room, termasuk tongsis yang aku bawa. Jadi pas di sana terpaksa deh foto-fotonya tanpa tongsis. Padahal itu adalah senjata andalan, soalnya aku ke Taj Mahal seorang diri.

    Dari semua tempat wisata di India, memang Taj Mahal ini yang paling ketat pemeriksaannya. Pakai metal detector segala, dan setiap tas dicek isinya satu persatu. Hmm mungkin cuma kompleks Masjid Gyanvapi dan Kuil Kashi Viswanath di Varanasi saja yang bisa melebihi ketatnya pemerikasaan di Taj Mahal.

    Fotomu bagus-bagus dan ceritanya seru Yan, jadi bikin kangen ke Taj Mahal lagi. Rasanya kurang puas waktu itu :-))

    • Iya, sampai pakai metal detector walau ntah berfungsi atau nggak hehe. Aku nggak tahu euy tentang masjid Gyanvapi huhuhu. Kalo yang Kashi Viswanath tahu tapi nggak masuk. Di hari kedua kami malah mengeksplor Banaras Hindu University yang kayanya kampus tertua di sana. Sempet nonton bioskop pula di Varanasi hahaha saking lelahnya jalan 3 minggu dan itu sudah di hari-hari terakhir.

      Tentang kertas, bisa jadi ya. Jangan sampai ada rombongan yang foto pake banner “Rombongan Tur nganu nganu” di dalam sana. Bakalan rempong kayaknya haha. Tapi buku catatan dan pulpenku lolos mas.

      • Nah Gyanvapi itu satu kompleks dengan Kashi Viswanath, khan mereka berbagi sumur untuk air suci dan wudhu. Itu salah satu yang paling dijaga dan kontroversial di India, setelah insiden penghancuran Masjid Babri di Ayodhya.

        Kayaknya lebih ke supaya gak ada yang buang sampah sembarangan ya Yan, maklumlaaah. Ah beruntungnya kalau gitu 🙂

  5. Kenapa foto loncat dilarang ya, apa dianggap tidak sopan? Atau kalo foto levitasi mungkin gak masalah.. #usaha

    Kenapa ya petugas yang serem & galak itu suka lebay, hih!

  6. india itu…
    (lagi2 gw curcol masalah india)
    cakep. tapi selalu menyimpan cerita pilu dan tragedi dibalik keindahannya. mereka awalnya sempat “islam” tapi di akhir cerita menjadi hindu. Pun, konflik agama juga sering terjadi. tapi ya India adalah negara dengan penduduk terbanyak no 2 kan ya? wajar saja. india..:D

  7. Dulu nggak boleh bawa Handphone dan handyVideo, cukup kamera saja. Pakai Disposible shoes itu soalnya Taj Mahal itu Suci kayak masjid karena itu bukan sekedar ‘kuburan’. Bukan sekedar cinta sama istrinya, tapi lebih kepada Sang Kuasa.

  8. Ngeliat foto yang nomer 7 (yak silakan hitung sendiri ya… :p) aku ikutan jadi merinding, Yan.. Bukan merinding serem sih, tapi tepatnya apa ya? Merinding mupeng kali ya? Rasanya jadi ikut berjalan slow motion trus tiba-tiba bangunan megah Taj Mahal udah ada di depan mata…

    • Ngeliat Taj Mahal aja rasanyaaaa piuuuh. Apalagi kalo ngeliat Kabah ya mbak Dee? semoga tahun depan amiiiin *ini mah bener, asal sebut aja, cuma Allah itu maha pemberi kejutan, jadi siapa tahu kan ya :)*

  9. Ping balik: Cara Lain Menikmati Keindahan Taj Mahal : Berkunjung ke Mehtab Bagh | Omnduut

  10. Ping balik: Ingin Melihat Keindahan Kebun Tulip? Ke India Saja! | Omnduut

  11. Ping balik: First Snow in My Life : Gulmarg in India! | Omnduut

  12. Ping balik: Menyusuri Old Delhi : Dari Qutb Minar, Tersesar di Labirin Urdu Bazaar & Chandni Chowk Hingga ke Jama Masjid | Omnduut

  13. Ping balik: Norak Bergembira di Gala Premiere Trinity The Nekad Traveler | Omnduut

  14. Ping balik: Jiya Jale di Taman Nasional Periyar | Omnduut

  15. Ping balik: Pengalaman Dicolek Banci di Danau Ana Sagar di India | Omnduut

  16. Ping balik: Menatap Sirik ke Unta Genit di Padang Pasir Jaisalmer, India | Omnduut

  17. Ping balik: Kena Jebakan Holy Man Palsu di Pushkar, India | Omnduut

  18. Ping balik: Blusukan Seru di Bratislava. Nggak Nyangka Eropa Bisa Murah Juga! | Omnduut

  19. Ping balik: Gagal Klimaks di Kota Secakep Praha | Omnduut

  20. Ga kebayang kalau dulu Taj Mahal Hitam sempat didirikan berhadap-hadapan dengan Taj Mahal Putih ini, pasti luar biasa banget keliahatannya.
    Tapi jadi bertanya-tanya, kalau tulisan di kertas okelah ga dibolehin, tapi kenapa foto pose terbang juga dilarang ya? Apa karena posisi kaki mengenai atau melewati atap taj mahalnya?

  21. Ping balik: Gagal Bertemu Bunda Maria di Hagia Sophia | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.