Pelesiran

Pengalaman Terbang Bersama Saudia Airlines & Kemudahan Umroh Pakai Visa Transit

Entah karena pandemi, atau emang dasar sayanya aja yang belom tajir hwhw, terakhir kali saya coba naik maskapai baru itu ya di tahun 2018, saat berangkat ke Inggris. Itu pun karena tiket pesawat Etihadnya saya dapat gratisan. Walaupun ada beberapa pengalaman kurang enak saat terbang bersama Etihad, tapi ya saya nggak kapok.

Di umroh 2021 lalu, saat dipercaya jadi TL eh berjodohnya sama Etihad lagi. Alhamdulillah dibandingkan perjalanan saat ke Inggris, umroh saat itu lancar dan staf yang bertugas nggak ada yang bertingkah nyeleneh hehe.

Lupa, tapi kayaknya ini pemandangan kota Jeddah

Nah, saat bertugas untuk kali kedua sebagai TL, akhirnya saya dikasih kesempatan untuk icip maskapai lain yakni Saudia Airlines. Nggak tanggung-tanggung, di penerbangan perdana itu saya dikasih kursi kelas bisnis! Bayangin, tiketnya aja 41 juta PP! 

Oke, berbekal pengalaman naik Silk Air yang waktu itu saya dikasih kelas bisnis juga, saya nggak mau dong lupa-norak-norak-bergembira nyobain lounge-nya. Apalagi ini rute yang akan saya tempuh adalah Jakarta menuju Jeddah lalu akan terbang ke Istanbul. Wah kebayang ya, bisa santai di lounge kayak orang-orang tajir melintir itu gimana rasanya?

Bersiap Terbang Bersama Saudi Airlines

Oh ya, tiket seharga 41 juta tadi itu dari Kuala Lumpur-Jeddah-Istanbul-Jeddah-Jakarta, ya! Tiket saya dari Palembang-Jakarta-Kuala Lumpur dan balik ke Palembang lagi belum dihitung. Jadi dalam penugasan saya waktu itu travel habis duit ya ada kali 45 juta-an buat saya sendiri.

Makanya, demi memaksimalkan dana itu, ya saya pinginlah memanfaatkan semua fasilitas yang ditawarkan sama Saudi Airlines terutama ke penumpang tiket kelas bisnis. Salah satunya ya ingin coba lounge-nya. Sayang sungguh sayang, karena ini tugas ya, saya sibuk banget sehingga nggak sempat nyobain lounge di Kuala Lumpur. Nggak mungkin juga saya jauh-jauh dari jamaah soalnya, kan!

Kurang lebih begini kelas bisnis rute Jakarta ke Jedddah

“Oke, ntar coba ajalah yang di bandara Jeddah,” pikir saya.

Saat itu, kami terbang lewat tengah malam. Itu kondisinya saya sudah 2 hari nggak mandi sebab berangkat dari Palembang sehari sebelumnya. Bermalamnya pun di bandara Soetta, cuma tidur-tidur ayam sembari duduk di kursi keras terminal 2 itu. Aslinya capek luar biasa.

Makanya, begitu memastikan semua jamaah udah boarding (sehingga saya, yang pemegang tiket kelas bisnis ini ujungnya tetap masuk pesawat belakangan hwhw), begitu pesawat take off, saya langsung tidur. Sempat sih ditanya pramugarinya, “mau dihidangkan makanan atau nanti sarapan pagi aja ketika akan mendarat?”

Saya pilih ntar aja. Beneran udah ngantuk dan pingin merem. Lagian sebelum terbang juga udah makan nasi kotak yang disiapkan oleh travel.

Pesawat yang saya naikin berbodi besar. Kelas bisnisnya pun oke, nggak kayak pas saya naik Silk Air dulu yang seat-nya cuma 2-2. Kursi pesawat bisnis Saudi ini jelas lebih besar. Untuk tinggi badan hampir 180 cm, ketika meluruskan kaki alhamdulillah nggak mentok. Saya harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebelum besok ketika tiba di Jeddah saya harus mengawal jamaah lagi.

Suara Mengerikan di Mulut!

Sekitar sejam sebelum tiba, saya dibangunkan oleh pramugari dan dia menawarkan makanan. Di saat yang bersamaan, saya lihat penumpang lain juga sudah mulai berganti pakaian ke kain ihrom.

Kalau di kelas bisnis gelasnya beneran dari beling bukan dari plastik hehe

Tak lama pramugari datang dan menyiapkan makanan. Jujur, saya lupa nama makanannya apa. Dari beberapa pilihan yang ditawarkan saya pilih makanan ini karena ada jagung-nya. Unik kan, makan jagung di pesawat.

Begitu dilihat, ternyata jagungnya berbentuk sereal. Teksturnya juga keras. Selama ini, saya merasa cukup aman dengan makanan bertekstur keras. Ngerasa gigi masih kuatlah ya. Namun, begitu mengunyah terdengar suara aneh di mulut.

Kraaakkk!

Waduh, apa gigi saya patah? Saya cek ke toilet, ternyata salah satu dinding geraham saya retak/pecah. Dinding giginya masih berada di tempat yang sama namun dari gerakan lidah saja saya tahu jika gigi saya kini tidak baik-baik saja huaaaa.

Makanan yang bikin saya harus keluar duit jutaan buat perbaiki gigi

Gini amat cobaan saya naik kelas bisnis yak. Ya, mungkin gak sepenuhnya salah makanan (walaupun sungguh, teksturnya untuk saya pun terasa keras, gimana kalau manula yang makan, ya?), mungkin giginya saya aja yang kekurangan kalsium. Di sisi lain, saya juga khawatir juga giginya akan sakit sedangkan saya belum lagi sampai dan perjalanan baru akan selesai 2 minggu ke depan.*

Nah ini makanan kelas Ekonomi. Lebih aman di gigi hahaha

Puding coklat Saudi juara sih. Andai bisa ditambahin yogurt Almarai kayak Etihad hahaha

Yang ini juga lumayan enak.

Gagal Menjajal Lounge di Jeddah

Salah satu tugas TL itu menurut saya adalah “sapu bersih”. Ya ngecek jamaah jangan sampai ada yang ketinggalan, termasuk ketika turun dari pesawat. Nah, niatnya saya juga mau melakukan hal yang sama. Sayangnya, penumpang kelas bisnis diminta turun lebih dulu.

Bandara Jeddah dari dalam bus

Sekitar pukul 6:20 pesawat tiba di Jeddah. Langit masih gelap saat itu. Saya sempat nunggu di ujung pintu keluar, namun dipaksa petugas untuk segera naik ke bus. Bagi yang pernah ke Saudi, tahulah ya karakter orang Saudi kayak apa. Saya nyesel juga, mestinya tetap tunggu di kursi pesawat aja jangan keburu keluar.

Apa yang saya khawatirkan pun terjadi. Salah satu jamaah ketinggalan paspor di saku kursi. Dalam benak saya, ini persoalan yang sepeleh, bukan? Saya tinggal lapor, petugas bandara hubungi petugas lapangan, paspor diambil trus selesai. Apalagi, kami baru terbang ke Istanbul pukul 09:45. Hampir 3 jam waktu transitnya.

Tapi, lagi-lagi ini Saudi kawan. Siapa sangka, paspor baru ditemukan/diantarkan last minutes sebelum saya dan jamaah masuk ke pesawat. Bisa dibilang kami penumpang terakhir saat itu. Tentang ini, akan saya ceritakan terpisah. Staf Saudi yang nu-ni-nu itu harus jadi bintangnya sendiri di tulisan saya itu nanti hahaha.

Kelas Bisnis rute Jeddah ke Istanbul. Mepet kursinya. Kurang privasi sama penumpang sebelah.

Jadi, dengan adanya kejadian ini, jelas niat saya mau menjajal lounge di bandara Jeddah harus sirna. Boro-boro bisa bersantai. Saya dan jamaah yang tertinggal paspornya bahkan harus lari dari counter pelaporan transit hingga ke gate. Nasip baik pintu pesawat belum ditutup.

Begitu duduk di kursi, saya baru ngeh jika jenis pesawatnya beda. Pesawat yang membawa saya ke Istanbul ini lebih kecil. Ya maklum, durasi penerbangan juga sekitar 4 jam saja. Dan mungkin penumpangnya nggak begitu banyak.

Kelas bisnisnya pun terasa lebih sempit. Tapi, saya sudah nggak peduli soal itu. Yang ada saya ingin sekali makan sebab lapar luar biasa dan sesudahnya berharap bisa rebahan dan tidur sebelum menghandle jamaah dan melanjutkan lagi perjalanan darat dari Istanbul menuju Bursa.

Istanbul bertabur cahaya

Makanan kelas Bisnis rute Jeddah ke Istanbul. Gak tahu ini apa. Saya nggak kemakan. Gak cocok di lidah. Jadi ya makan roti dan buahnya aja.

Dan ketika duduk di kelas bisnis di perjalanan menuju Istanbul inilah saya baru ngeh kalau bingkisan yang biasa diberikan oleh maskapai ke penumpang bisnis di penerbangan selanjutnya lupa saya bawa. Bahkan saya nggak tahu isinya apaan karena saking capek dan penatnya saat itu. Ironisnya, di penerbangan menuju Istanbul ini penumpang nggak diberikan bingkisan yang sama hehe. Gagal deh morotin maskapai ini baik dari penggunaan lounge-nya atau memanfaatkan fasilitas lain di pesawat.

Umroh dengan Visa Transit Bersama Saudi

Saudi Airlines sangat jeli menggaet penumpang. Awal tahun lalu, Saudi meluncurkan program umroh dengan mengandalkan visa transit jika penumpang terbang bersama Saudi Airlines atau maskapai Flynas (maskapai ini berbasis di Arab Saudi juga).

Cek di situs Saudi.com lalu lihat transitnya berapa lama. Pastikan jangan lebih dari 96 jam.

Langsung ditawarin umrah pas liat-liat situs Saudi.

Jadi, jika selama ini kalau mau umroh itu “harus” lewat travel, sebab pengurusan visanya nggak bisa sembarangan, maka dengan adanya visa transit ini, kita bisa beribadah umroh dalam rentang waktu transit sebelum berlibur ke kota/negara tujuan berlibur.

Namun ya waktunya terbatas, yakni maksimal hanya 4 hari saja. Nah, sepengalaman saya, 4 hari sih sudah lumayan cukup bahkan bisa eksplor ke 2 kota suci Madinah dan Makkah sekaligus. Toh, sekarang juga sudah ada kereta cepat dari dan menuju kota-kota tersebut.

Setelah penerbangan dipilih ya tinggal isi data penumpang.

Lanjut pengisiannya

Isi pekerjaan

Masukkan foto. Ini yang harus sesuai ya.

Lanjut isi data paspor.

Daftar riwayat kesehatan

Terus terang sih saya belom pernah coba memanfaatkan visa umroh transit ini. Yang jelas, biaya visa transit ini lebih murah yakni hanya sekitar Rp.387.800 saja. Dalam proses pengajuan visanya lewat situs Saudi.com, nanti visa akan dikirim lewat email sekitar 3 sd 5 menit setelah pembayaran.

Nah akan ada pilihan Evisanya. Sekaligus kalau mau pilih seat khusus atau tambah bagasi.

Biayanya gak sampai 400 ribu

Konfirmasi lagi apakah mau pilih kursi atau tambah bagasi. Kalau nggak langsung ke bagian pembayaran.

Masukkan detail kartu. Bisa debit/kredit. Saya cuma coba sampai tahapan ini.

Namun sekali lagi yang terpenting adalah durasi maksimal transit Cuma 4 hari atau 96 jam. Jadi, begitu melakukan pencarian di situs Saudi, lakukan dengan teliti dan jangan pilih penerbangan yang waktu transitnya lebih dari 96 jam. Dan oh ya, visa transit umroh ini single entry, ya! Jadi hanya bisa digunakan satu kali saja.

Kelebihan dan Kekurangan Saudi Airlines

Bagi jamaah umroh, jelas banyak kelebihan. Dari Jakarta atau KL penerbangannya langsung menuju Jeddah. Beda jika naik Etihad atau Emirates yang harus transit di Abu Dhabi dan Dubai dulu. Dengan demikian, mengurangi drama saat transit (ya ketinggalan barang, jamaah “hilang” atau waktu transit mepet sehingga kemungkinan ketinggalan pesawat dsb).

Semoga next bisa diganti kebab aja kayak pesawat Etihad.

Sayangnya saya bukan pemakan keju. Jadi pizza ini gak bisa cuma dimakan sebagian hiks.

Untuk makanan juga ya standar. Saya nggak bisa bilang istimewa sebab rasanya makanan di Etihad lebih enak. Saat mengetikkan ini, saya jadi kangen kebab yang dikasih Etihad di rute Jeddah ke Abu Dhabi. Enak banget! Sedangkan di Saudi, untuk rute pendek dari Jeddah ke Istanbul, “hanya” diberikan pastry yang secara rasa kurang cocok di lidah saya.

Untuk awak kabin sih, jika dari Jakarta sepertinya hampir 100% orang Indonesia. Ini memudahkan komunikasi terutama bagi lansia. Soal keramahan, juga oke. Bahkan saya terkesan (dan nyesel gak kenalan) sama satu pramugari di penerbangan Jakarta ke Jeddah saat itu hehe, ramah banget dan padahal dia udah kasih kode buat kenalan. Aduh.

Pergi naik bisnis, pulang naik ekonomi hahaha

Lorong di pesawat

Namun, awak dari Jeddah menuju Istanbul (dan sebaliknya) yang diisi kebanyakan oleh warga Turki, keramahannya ya biasa saja. Bahkan ada satu momen ketika mereka menawarkan menu antara nasi atau pasta, dan saya minta nasi namun kehabisan, pramugarinya bilang, “udah habis, ntar ya dicek dulu.”

Eh, setelah sekian lama nggak dianterin tuh makanan hehe. Untungnya saat minta ke pramugaranya, kemudian diambilkan dan nasinya masih tersedia. Lalu, untuk koper, lumayan ketat soal timbangan. Dan anehnya, Saudi melarang penggunaan koper beroda dari bandara Jakarta untuk dibawa ke kabin. Kenapa? Nggak tahu. Herannya di bandara Jeddah dan Istanbul lolos aja.

Oh ya, 2 kali naik pesawat di pas pulang (dari Istanbul ke Jeddah dan Jeddah ke Jakarta) saya sial sebab IE (Inflight Entertainment) alias TVnya mati total gak bisa dipakai. Saat dari Istanbul saya bisa pindah ke kursi di belakang karena kosong. Tapi pas pulang ke Jakarta nggak bisa sebab penuh. Ya udah, dipakai tidur saja. 

Untuk keramahan, Saudi much better ketimbang Etihad.

Jadi, jika ada kesempatan naik Saudi lagi, ya saya sih mau, apalagi mungkin itu penerbangan menuju Spanyol atau  Maroko hwhw. Namun, kalau untuk tugas lagi, jujur saya pingin nyobain maskapai lain dengan transit di negara yang belum pernah saya datangi kayak Ethiopia, Oman atau Mesir.

Ada yang pernah pengalaman naik Saudi juga? Cerita yuk di bawah.

Gak nolak sih terbang bersama Saudi lagi. Tapi kalau bisa ke negara selain Saudi dan pure buat liburan hwhw

*Giginya emang nggak terasa sakit sama sekali. Tapi begitu sampai di Palembang, baru ketahuan kalau gusinya udah bengkak dan bernanah. Sempat dibawa ke dokter BPJS tapi jalan keluar dari dokter hanya satu: dicabut. Haaa saya gak mau, sebab merasa akarnya masih kuat. Ujungnya ke dokter spesialis dan keluar duit jutaan buat menyelamatkan gigi itu 😦

63 komentar di “Pengalaman Terbang Bersama Saudia Airlines & Kemudahan Umroh Pakai Visa Transit

  1. Aku juga punya sepupu TL jamaah umroh. Duh bayanginnya enak banget ibadah gratis, ternyata tanggung jawabnya juga gede…
    Btw, aku bayangin jagungnya kalo digoreng di minyak yang kurang panas tuh ya begitu keras dan bikin sakit gigi… udah lah ga mateng gosong pula.
    Soalnya aku pernah wkwkkw
    Dan agak unik yaa, jagung identik dengan makanan indonesia tp ada di maskapai LN…

    Seru pengalamannya, hehe

  2. Wuihhh.. Seru juga baca pengalaman mas nya, berasa ikutan juga hihi. Enak ya kalau kelas bisnis, anti encok-encok pinggang apalagi perjalanannya lama.

    Aku juga baru tau kalau bisa umroh dengan visa transit (kudet banget 😂) dikira harus selalu pakai travel, mana lebih murah lagilagi (terima kasih infonya)

    Btw, itu jagung apa ya kok bisa keras? Jangan-jangan jagung yang buat popcorn tapi dimasak dengan cara digoreng (?) hehe

  3. Saya pernah juga bermalam di bandara Soetta, bener banget itu kita cuma tidur-tidur ayam aja. Secara bagaimana bisa tidur, kalau tempat duduknya kursi keras. Jadi beneran bukannya rileks malah yang ada capek luar biasa.
    Sempat selonjoran dan meratakan pinggang agak nyaman itu ketika nyuri kesempatan di mushola. Haha, sebentar tapi lumayan cukup berkualitas

    Kalau soal makanan di pesawat jujur saya gak bisa menilai sedetail itu. Secara saya ini asal halal, pasti habis. Apalagi kalau pas sedang lapar. Haha…

    • Padahal kalau disediakan kursi yang bisa dipake untuk baring lumayan banget. Ya ada sih, tapi di area dalam/ruang tunggu. Dan karena penerbangan masih lama jadinya gak diizinkan masuk. Jadilah sepanjang malam cuma duduk sambil senderan di koper.

      Balada nyari duit hehe

  4. gagal fokus dengan giginya sampai retak itu 😀
    Untungnya nggak sampai sakit gigi ya, kebayang sakit gigi sementara masih harus melakukan banyak hal selama 2 mingguan ke depan.
    Dan retak aja, lumayan bikin nggak nyaman tuh, berasa ada yang mengganjal di mulut.
    Anyway asyik banget pengalaman naik Saudia Airlinesnya

    • Iya, mana aku gak ada spare bawa obat sakit gigi karena emang udah gak pernah sakit gigi sejak lama. Untungnya gak sakit walau pas dicek 2 minggu kemudian udah bengkak dan bernanah >.<

  5. Kirain ada yang horor gitu di dalam pesawat, ternyata si gigi yang retak gegara mengunyah jagung.

    Saya kok penasaran ya sama kisah petugas staf Saudi yang nu-ni-nu, nungguin kisah khusus mengenai ini jadinya

  6. Mas Adi beruntung sekali bisa terbang bersama Saudia Airlines. wih itu PP 41 jeti. Pastilah sesuai dengan fasilitas ya..
    Tapi tetap ya, tidak ada perjalanan yang sempurna. Termasuk drama soal gigi, gara-gara makan jagung di pesawat. alih-alih mau coba nyantai di Lounge, eh ada drama lagi ada jamaah ketinggalan paspor.

    • Haha gak balik modal sebab tiket dibayarin kantor sedangkan gigi yang pecah aku harus bayar sendiri. Tapi ya pengalamannya begitu dan bisa jadi bahan cerita di blog 😀

  7. Tahun lalu aku umrah (2023) kami naik pesawat Saudi Airlines. Daaaannn aku kapok luar binasa. Mun ado kesempatan pergi lagi dan duitnyo cukup, aku nak naik yang lain bae. Katek yang lemak Yan. Tempat duduknyo tipis, katek inflight entertainment, rentang kakinyo sempit (bahkan untuk aku yang pendek), makanan idak lemak, plus flight attendant nyo kasar dan idak ramah. Padahal wong Indonesia.

    Waktu di Travel Agent, aku la ngusulke suami untuk milih naik Garuda, Etihad samo ado sikok lagi (lupo namonyo). Biar sedikit lebih mahal, setidaknyo aku la merasoke terbang dengan ketigo airline ini. Dan idak pernah kecewa. Jika pun ado kejadian dak lemak, idak nian mengganggu. Selesai umrah, suami langsung minta maaf. Kenyataannyo kan pengalaman aku terbang jauh lebih banyak/sering dari dio. “Lain kali aku dengarkan usulan kamu.” Makjleb nian hahahaha. Mangkonyo dengerilah kato bini tuh hahahahaha.

    BTW, boljug ye umrah pake visa transit cak itu. 4 hari cukuplah. Tapi harus pake Saudi Airline yo?

    • Wah, dak katek IE-nyo, alangke bosennyo duduk sekian jam walau sudah kepotong tedok ye yuk. Soal keramahan FA, memang, dak begitu ramah. Apolagi mungkin mereka la kesel menghadapi jamaah-jamaah yang banyak ngeyel jugo. Tapi dibandingkan FA Etihad, aku masih mending FA Saudi sebab aku punyo pengalaman jeleknyo di Etihad.

      Aku tuh pengen ngerasoin maskapai Jepang. Kayak ANA atau JAL. Atau Singapore Airlines. Katonyo maskapai Tiongkok jugo bagus-bagus pelayanannyo. Ah semoga ado kesempatan agek.

      Soal visa transit, bener cuma pake Saudi dan Flaynas.

  8. Makanan untuk kelas ekonomi saja sudah enak banget itu mas kalau menurut saya. Kok saya seneng ya baca artikel teman menceritakan perjalanan mereka yang lagi ibadah umroh atau berwisata. Btw, drama ketinggalan paspor dan harus berlari seru juga ya mas. hehehe. Kalau saya udah ga kuat kali nih.

  9. Ada aja kak dramanya per-gigi-an dan soal pasport hehe, tapi yang penting Alhamdulillah selamat pulang pergi.
    Terbilang nyaman ya kelas bisnisnya begitu juga makanannya yang bisa jadi rekomen daku nih apalagi bepergiannya bisa pakai visa transit, boleh dicoba

  10. kalo udah transit rasanya nano nano. banyak fikiran negatif yg terlintas. tp klo waktu jedanya lumayan panjang, bisa lebih agak santai di lounge.
    Btw kesian bgt itu si gigi ya kak, itu jagungnya kurang berondong kali kak makanya sampe keras banget wkwkwk

  11. Oh, omdut TL yaah..
    Sama kayak suamiku. Alhamdulillah yaa.. yang muda bisa membantu jamaah sehingga umrah zaman sekarang bisa lebih nyaman memberangkatkan orangtua tanpa pendamping.

    Aku pernah punya pengalaman yang sama, omdut.
    Merasa masih muda dan kayaknya memang BUKAN SALAH AKU mikir kayak gitu kaan.. hihihi.. tus ambillah makanan daging ((aku penggemar daging)) dari sebuah maskapai.

    Pas dateng, pen misuh-misuh, rasanya.
    Itu daging jauuuh LEBIH ALOT dari dendeng. Aku sampek bingung dan meyakinkan ke diriku sendiri kalo mau kelas apapun, pilih makanan yang familiar. Jan banyak gaya.
    huhuhu.. gini amat jadinya yaa.. Hahaha, gak Omdut, ini refleksiku pas pertama kali naik pesawat yang rada jauh dan lamaaa.. ke Jepang, waktu itu.

    • Haha kebayang itu dagingnya sealot apa. Kalau kata orang sini, “bikin gigi sakit!”

      Wah suaminya TL juga ya. Pernah diceritakan di blog nggak? kalau pernah aku mau baca haha. Seneng kalo ketemu sesama TL, bisa “nyampah” dan curhat suka duka selama jadi TL hahaha

  12. Hahaha suara mengerikan di mulut D 😀
    Gak tau kenapa, kok makanan di pesawat, kereta api dan sejenisnya, nampakn gak menarik ya?
    Mungkin karena kemas sesudah dingin, dan nampak seragam

    Ternyata jadi TL bisa bikin tulisan semenarik ini Mas Haryadi
    langganan juara lomba blog mah beda
    Jam terbang blogging juga menentukan ya?

    • Secara rasa memang makanan di pesawat kurang nendang. Tapi ada yang pernah bahas ini, katanya pengaruh tekanan udara sehingga mempengaruhi indera perasa kita bu.

      Hehe, makasih bu. Banyak kalahnya juga aku kalo ikut lomba ^^

  13. Aduh pasti gak enak banget gigi retak itu mas. Aku pernah gigi depanku retak, tapi gara-gara kebentur mug waktu minum duh gak banget ya🙈
    Btw seru banget pengalamannya terbang dengan Saudi Arlines bisa sharing di blog, jadi ikut seru bacanya walau ada bumbu dramanya ya mas hehehe..

  14. Wahhhh kerennn ini TL nya dapat kelas bisnis donkkk luar biasa hehehe….
    Aku belum pernah naik Saudi sie..smg suatu saat kesampaian naik Saudi buat umroh lg juga mau to liburan juga boleh hehehe ngarep Waktu umroh kmrn kita naik Etihad rute jkt-madinah…tapi berasa beda banget pelayanan antara pramugari Indonesia dan orang Arab duhhh…
    Pas berangkat pramugari dr Indonesia keliatan ramah memperhatikan penumpangnya tp pas balik pramugarinya dr Arab mereka sibuk ngobrol sendiri dan lagi di toilet bener kotor tumpukan tisue nya gak dibersihin sama sekali sedih deh 😔

  15. Apa gara2 gigi nyeri jdi lupa kenalan ama mbak pramugari cantik? Ehh. Enak ya kalau pramugarinya orang Indonesia, ga usah speaking English atau Arabic.

    Belum pernah naik pesawat kelas bisnis nih. Ternyata malah lebih enak makanan di kelas ekonomi ya.

  16. Mas yayaaaaaan, adaaaa aja yaaa cobaan 🤣. Haduuuh masalah gigi sampe retak bahaya memang. Dah pasti hrs diobati. Berarti memang kalo naik pesawat apapun itu, cari aman aja makanannya mas 😄

    Pas umroh dulu aku naik Saudi juga. Dan senengnya Krn pramugarinya temen baik kakak iparku, jadi pas naik, kami diksh peralatan yg seharusnya utk kls bisnis 😂. Lumayaaaaan….

    Trus makanan juga LBH banyak diksh, ada semacam dessert, khusus dari si mbak pramugari temen kakak iparku itu 😁

    Sebenernya aku ga nolak sih kalo naik Saudi lagi, tapi bisa ga jgn bareng rombongan umroh 🤣. Ini semisal naik ini bukan utk umroh, tapi pergi ke destinasi lain.

    Ada pengalaman yg bikin gimanaaaa gitu pas naik Saudi trakhir 😄. Bukan maskapainya sih, tapi rombongan umrohnya.. cuma ya sudahlah…

    • Aku lupa kapan. Tapi pernah juga satu rombongan sama yang sepuh-sepuh, dan mereka bikin lavatory becek dan bau banget (aku curiga pipisnya di lantai >.<)

      Dan ya emang kelakuan jamaah tuh ada-adaaa aja ya mbak. Aku paham banget sama yang mba Fanny maksud.

      Nah itu kl ada kenalan jadi FAnya lumayan banget haha. Aku suka dessertnya. Mau minta tambah tapi malu hahaha

  17. Justru cerita-cerita yang nggak biasa ini yang bikin pengalaman jadi TL makin berkesan ya, Om. Nggak nyangka juga sih itu jagung bisa bikin gigi retak. Haduu.. Tapi dari penampakan makanannya emang kayak popcorn yang nggak jadi gitu nggak sih? Wkwk..

    Saya punya pengalaman juga tuh ngantuk berat di pesawat sampai ditawarin makan saya tolak saking lebih pengen tidurnya daripada makan. Haha..

  18. wah pengalamannya seru banget Mas, semoga saya bisa segera menyusul untuk bisa Umroh mengunjungi tanah suci impian semua muslim, aamiin allahuma aamiin. Btw bisa jadi alternatif juga niy Mas buat saya untuk menggunakan umroh dengan visa transit, dan ternyata single entry ya. Btw pas baca bagian suara dari mulutnya ikutan ngilu Mas Har. Terus ngomongin soal timbangan yang ketat jadi ingat salah satu penyedia jastip yang overnya sampai puluhan kilo. Soal TV memang kalau untuk long flight kayak gitu jadi berasa penting buat penghilang rasa bosan kalau tidur sudah ga membantu

  19. Persoalan gigi menjadi cukup pelik saat udah sampe ke Palembang lagi ya, hiks emang kalau soal gigi better langsung ke spesialis aja..supay lebih tuntas.

    Kebetulan, belum permah ke Saudi nih. Baca artikel Omnduut seneng banget deh, beneran details dan terstruktur serta bikin saya kebayang. Apalagi view dari jendela pesawat pas malem, indah banget. Kelas bisnis Saudi Airlines bagus, lega banget. Bikin nyaman penumpang worth yaa sama harga nya. Semoga next bisa naik lagi dan memaksimalkan semua fasilitasnya..

  20. aku sendiri juga pemilih soal makanan terutama yang keras, gigiku juga sepertinya kurang kalsium hahaha
    overall naik Saudi Airlines ini nyaman ya, aku sendiri belum pernah naik sih, semoga next time berkesempatan buat naik Saudi
    kalau soal pasport yang tertinggal atau kita lupa naruh, selalu bikin was was
    dulu waktu aku ke Bangkok, dan beli kartu perdana di counter, kudu regist pake paspor, karena aku ribet sama barang bawaan, si paspor aku masukin ke saku jaket. Pas udah di dalam bis, aku panik, nyari paspor di tas ga ketemu. Untung bisa belum berangkat, aku masuk lagi ke bandara, dan ternyata baru ngeh kalau di dalam saku hahaha

    • Hahahaha aku juga sering begini. Biasa ditarok di tas bagian A, pas pindah ke bagian B (padahal masih di tas yang sama) langsung kena panik. Nyawa banget soalnya paspor itu dan kl hilang berabeee

  21. Aku juga pakai Saudi waktu umroh… happy banget, pelayanannya bagus, makanannya enak-enak.
    Nah pas di Jeddah, aku sempet nih diperingatkan sama warga setempat bahwa di Jeddah ada beberapa spot yang rawan jambret, dan biasanya menyasar jamaah umroh/haji. Dia mengingatkan untuk ngga bawa hape di tangan, dan sebaiknya tas selempang juga disembunyikan, pakai tas selempang dulu baru jaket, sehingga tali tas ngga mudah di tarik jambret.

  22. Seriously itu gegara makanan kelas bisnis jd hrs ke dokter gigi? Mengsedih amat yak.. Haha.. Hmm makasih sharingnya kak, jd mikir² klo terbang ke Jeddah better pake maskapai mana..

  23. Pernah sekali pakai Saudi juga waktu umroh pertama. Lumayan bagus pelayanannya sih waktu itu, tapi super ketat saat pemeriksaan barang/koper. Tasku diubek-ubek dikira ada bom kali dan ketemunya pembalut. Nah loh rasain batinku hahaha.
    Bagaimana kabar giginya yg retak sekarang Mas? Semoga tidak sampai hancur yah biar bisa dipakai makan kebab yg enak itu lagi.

  24. Kereen banget ka, kerja sambil umroh. Emng bagus saudi arabian ka. Dl.ibuku wkt prgi haji jg naik saudi airlines pesawatnya besar bagus deh cerita ibuku. Semoga akunjg bs nyobain nih naik.saudi airlines

  25. Parah pramugarinya, masa abis nawarin makanan ditinggal. haaa
    pengalaman kemarin waktu pramugarinya bagi-bagi snack pas banget lagi shalat, selesai shalat langsung dikasihin.

  26. Kak kalau misalnya perginya sy apply visa transit 4days, trus plgnya dari istanbul kan kita transit lagi di jeddah 4jam itu butuh visa lagi kah?

  27. Ping balik: TL Series: Tragedi Kehilangan Paspor | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.