Pelesiran

Dilema di Wagah Border : Gerbang Batas Antara India dan Pakistan

DSC_0694

.

“Apa cara yang paling mudah untuk mencapai Wagah Border?”

Kami bertanya kepada Yajur Taxali, pemilik InnDia Boutique, hostel tempat kami menginap di kota Amritsar, India. Sebuah penginapan yang luar biasa dan melebihi espektasi kami tentang India (nanti akan aku ulas terpisah). Kami hanya punya waktu 1 hari di kota suci umat Sikh ini. Dan, mengunjungi Wagah Border, gerbang pemisah antara India dan Pakistan adalah sebuah keharusan.

“Oh kalian dapat menyewa bajaj,” jawabnya kemudian.

“Berapa ongkosnya?”

“Sekitar 400 rupee,” ujarnya lagi.

Pada akhirnya, kami mendapatkan bajaj dengan tarif 600 rupee. Namun ongkos segitu tidak hanya mengantarkan ke Wagah Border saja, namun juga ke Golden Temple setelahnya. Ongkos yang jika dirupiahkan sekitar Rp.130.000 itu cukup murah karena kami bagi bertiga dan si supir bajajnya menghabiskan waktu setengah hari untuk menemani kami. Lumayan, kan?

“Jangan lupa bawa paspor kalian,” sahut Yajur sesaat sebelum kami berangkat.

“Buat apa?”

“Bawa saja. Kalian akan tahu nanti di sana.”

Hmm baiklah…

Amritsar, tolong beri kami kejutan yang manis hari ini.

*   *   *

Sebelum menuju Wagah Border dan Golden Tempel, kami memutuskan untuk mencari makan siang terlebih dahulu di Trilium, yakni sebuah mall yang letaknya tidak jauh dari InnDia Hostel. Terus terang, kami tidak menyangka ada mall sebagus ini di kota kecil seperti Amritar. Beyond expectation istilahnya. Aku pribadi, selepas perjalanan di India ini seringkali mendapatkan pertanyaan, “kota apa yang paling nyaman selama kunjungan di India?” Dengan mantap aku akan menjawab Srinagar di urutan pertama dan Amritsar di posisi kedua.

DSC_0762

Papan penunjuk jalan. Lahore hanya berjarak 24 km saja dari sini.

Apa istimewanya kota ini? Hmm, entahlah. Walaupun sesaat ketibaan kami di stasiun Amritsar kami harus mengantri selama 2 jam untuk mendapatkan tiket ke kota Jammu, namun aku merasa perjalanan kami di kota ini terasa mulus. Apa karena kami baru saja melewati Kolkata, Agra dan Delhi ya? Kota yang cukup keras baik secara keadaan kotanya ataupun orangnya. Hmm, bisa jadi begitu sehingga orang-orang di Amritsar ini terasa begitu laid back dan bersahabat dengan kami.

Atau, bisa juga karena mayoritas penduduknya beragama Sikh. Konon, orang-orang Sikh jauh lebih berpendidikan, good attitute dan ramah. Sebagai gambaran, selama di India, hanya di kota Amritsar inilah tawar menawar saat kami berbelanja tidak terlalu digubris. Ibaratnya, “kalo elo mau, silakan beli, kalo nggak, ya gakpapa.” Sungguh, untuk ukuran India, ini istimewa.

Kami mendapatkan bajaj tepat di pinggir jalan mall Trilium. Satu lagi keistimewaan Amritsar. Bajajnya berukuran sangat besar. Paling besar selama kami melakukan perjalanan di 7 kota lainnya di India. Rekor yang kami lihat, satu bajaj itu bisa muat 15 orang! Hah kok bisa? Iya, soalnya bemper belakang dapat diduduki 4 orang. 8 orang duduk berhadapan di bagian tengah dan masing-masing 1 orang berada di sisi kanan dan kiri supir. Bisa lebih banyak jika ditambah anak kecil dan bayi. Nah, unik, kan? 🙂

DSC02609

Cieh yang ketangkap selfie 🙂 coba lihat bajaj yang di depan, ya begitulah bajajnya ketika penuh.

Perjalanan dari mall Trilium ke Wagah Border lumayan jauh. Aku agak lupa, namun menurutku lebih dari 30 menit. Di sepanjang perjalanan, kami sering melihat rombongan orang yang juga memiliki tujuan yang sama dengan kami yakni melihat War/Retreat Ceremony yang diselenggarakan tepat di perbatasan India dan Pakistan tersebut.

Walaupun tidak banyak yang dapat dilihat sepanjang perjalanan, ditambah supir bajaj yang tidak dapat berbahasa Inggris, namun aku sangat menikmati perjalanan itu. Ternyata, begitu sampai, kami masih diharuskan berjalan kaki sekitar 1 km menuju gerbang perbatasan. Semua kendaraan umum dilarang melintas dan harus diparkirkan di sebuah lapangan. Hanya kendaraan militer yang diperbolehkan melintasi jalan tersebut.

Bersama ribuan… iya RIBUAN orang, kami berjalan beriringan menuju gerbang perbatasan. Mayoritas penduduk lokal. Entah apakah yang berasal dari Amritsar atau dari kota lain di India. Ramai sekali! Penjagaan cukup ketat di kawasan ini. Ratusan petugas dengan senjata api terlihat berjaga. Sekilas terkesan seram. Walau begitu, aku sama sekali tidak merasa terintimidasi. Yang ada malah terasa aman berada di sana.

“Silakan berbaris di sini,” teriak seorang petugas kepada kami semua.

DSC_0688

Pos pemeriksaan.

Oh ternyata ada pemeriksaan. Kami harus melewati beberapa pos pemeriksaan bersamaan dengan semua orang. Wah, bakalan lama nih!

Kami berbaris dengan rapi. Semua orang juga begitu. Pemeriksaan masing-masing dilakukan dengan ketat. Semua bawaan harus diperiksa. Oh ya, tas tidak diperbolehkan dibawa ya! Tas kamera sudah kami titipkan sebelumnya di tempat penitipan barang di sekitaran lapangan parkir. Walau begitu, ya tetap saja pemeriksaannya ketat.

“Untuk warga asing, silakan melewati antrian ini.”

Aha! Ini dia yang dimaksudkan Yajur sebelumnya. Jalur turis asing! Kami diminta menunjukkan paspor untuk melewati jalur ini. Dan, tubuh kami digerayangi dari atas sampai ujung kaki. Jujur, petugasnya nyeremin abis, tapi ya, namanya juga nggak tahan geli kan? Aku kelepasan ketawa dan… itu cukup keras.

DSC02550

Coba lihat kumisnya. Gimana nggak nahan coba liat beginian? 🙂

Untungnya, alih-alih marah, petugas berkumis tebal dan melentik (ya kumisnya dibentuk gitu hahaha) malah ikutan tertawa bersamaku. Begitu suasananya terlihat cair, Ahlan bahkan memberanikan diri meminta si petugas ini untuk berfoto bersama aku dan Indra. Begitu selesai, kami langsung bergegas menuju podium pertunjukkan. Aku khawatir dengan orang sebanyak ini, podium tersebut tidak cukup menampung jumlah pengunjung.

DSC_0731

Mbak cakep, noleh ke belakang dong 😀

Berita baiknya, sebagai warga asing, lagi-lagi kami diuntungkan. Ada tempat duduk khusus yang disediakan untuk turis asing seperti kami. Tidak terlalu luas dan besar, namun setidaknya kami tidak harus berdesakan dengan penduduk lokal, bukan? Lagi-lagi, kami harus melewati petugas dan menunjukkan paspor kami jika ingin duduk di area turis tersebut.

????????????????????????????????????

Kursi para bule. Yeaah kami jadi bule juga :))

Polisi Berpakaian Lucu

War/Retreat/Close Ceremony dilaksanakan pada pukul 5 sore SETIAP HARI-nya sejak tahun 1959. Hebatnya, pertunjukan ini selalu ramai dan dipadati pengunjung di kedua negara. Terutama lagi di sisi India, tempat aku, Indra dan Ahlan kini berada.

Berbeda dengan polisi di gerbang pemeriksaan yang kaku dan garang. Polisi di Wagah Border ini terlihat lebih lucu karena pakaian yang mereka kenakan. Mereka memakai topi berbentuk kipas. Dengan tampang mereka yang seram, menurutku polisi tersebut nampak lebih feminim saat mengenakannya hehehe.

DSC_0700

Lihat topinya, lucu, kan? di belakang sana itulah gerbang pemisah India dan Pakistan

Kami memilih posisi tempat duduk di bagian atas. Ini tempat terbaik untuk melihat seremoni secara utuh. Bahkan menurutku jauh lebih baik dari kursi VIP yang ditempatkan tak jauh dari gerbang perbatasan. Sepertinya kami harus berterima kasih atas kebijakan pimpinan distrik Attari yang berusaha mengutamakan kenyamanan turis asing, seperti kami ini.

Dilema di Perbatasan

Tak lama, terdengar musik berirama cepat diputar dengan sangat keras. Lagu-lagu India semacam Jai Ho dari film Slumdog Millionaire terdengar lantang. Ada satu orang yang memegang kendali pelantang suara yang begitu semangat meneriaki yel-yel. Semua kata-kata yang ia teriaki, akan disambut dengan suara gemuruh dari semua penonton.

Beberapa penonton peremuan dipilih untuk berlari dari ujung lapangan menuju gerbang perbatasan. Wanita-wanita ini berlari sambil membawa bendera India. Mereka begitu bersemangat dan sepertinya tanpa lelah. Ada beberapa bendera yang dipegang secara bergiliran. Selagi seseorang berlari bersama bendera, sisanya menunggu dengan berjoget. Meriah sekali.

DSC_0716

Para wanita yang berlari membawa bendera. Terlihat juga deretan kursi VIP di sisi kanan dan kirinya.

DSC_0722

Yang lain menunggu sambil berjoget heboh. Sayang aku nggak diajakin joget 😦 lol

Di sisi lain… di seberang sana, di negara Pakistan, orang-orang berteriak, “Allahu Akbar…Allahu Akbar.”

Keadaan ini cukup bikin dilema. Kami sedang berada di sisi India dengan segala macam keriuhan dan kemeriahannya. Sedangkan di sisi Pakistan, orang-orang duduk dengan tenang dan hanya sesekali berteriak sembari menyebut dan mengagungkan nama Tuhan.

DSC_0729

Ini pasukan hentak-hentak bumi beraksi 🙂

Andai… andai kami memiliki VISA Pakistan, betapa menyenangkannya bisa melihat prosesi seremoni ini dari dua sisi. Namun apa daya, itu tidak dapat kami lakukan karena kami hanya memiliki VISA India saja. Ah sudahlah, semoga kelak berjodoh dengan negeri yang dulunya menjadi bagian dari India itu. Tidak menutup kemungkinan kelak aku akan melakukan perjalanan serupa seperti yang Agustinus Wibowo ceritakan melalui bukunya, bukan?

Persilangan Dua Bendera

Bagi penduduk setempat, pertunjukan ini lebih dikenal dengan sebutan War Ceremony. Heh, kenapa disebut War/Perang? Ini karena pertunjukan yang mereka sajikan memperlihatkan (sebagian) kekuatan militer masing-masing. Walau terlihat saling bersiteru dan tegang, namun pertunjukan yang diperlihatkan oleh pasukan di masing-masing negara ini begitu memikat.

????????????????????????????????????

Masih banyak yang nggak kebagian masuk ke dalam loh, bayangin coba!

Mereka saling berteriak, menghentakkan kaki dengan keras hingga puncaknya pintu gerbang kedua negara dibuka dan masing-masing pasukan akan menurunkan bendera negara mereka dengan posisi saling silang. Ntah apa makanyanya, bisa jadi mereka ingin menunjukkan, “walau kami sekarang berpisah, tidak lagi bersama, dan kadang terjadi persilangan pendapat diantara keduanya, namun kami tetap menjaga kedamaian bersama.” Bisa jadi…

DSC_0746

Bendera kedua negara diturunkan saling silang.

Penurunan bendera dilakukan dengan cepat dan hingga pada akhirnya bendera selesai dilipat, masing-masing pimpinan kedua negara berjabat tangan dan pintu gerbang kembali ditutup bersamaan dengan matahari yang mulai terbenam. Hampir semua penonton menyaksikan prosesi penurunan bendera ini dengan khidmat.

Sayang, pertunjukan yang indah ini sempat ternodai oleh aksi bom bunuh diri di sisi Pakistan pada November tahun 2014 lalu. Tidak tanggung-tanggung, 60 orang meninggal dunia dan ratusan pengunjung lainnya terluka. Bisa jadi, pemeriksaan ketat yang kami peroleh juga diterapkan di sisi Pakistan sana. Jelas hal itu diberlakukan untuk mengindari kejadian yang sama terulang kembali.

*   *   *

Untuk mendapat gambaran utuh mengenai seremoni tersebut, silakan lihat di video ini ya.

Bersama ribuan orang lainnya, kami berjalan pulang menuju lapangan tempat bajaj kami menunggu. Rata-rata orang pulang dengan membawa senyuman. Mereka terhibur dengan aksi seremoni yang disajikan gratis itu.

????????????????????????????????????

Om foto bareng dulu ya!

Polisi bersenjata yang sebelumnya nampak sangat garang kini mulai tersenyum. Kami tidak menyiakan kesempatan itu untuk meminta beliau berfoto bersama. Coba lihat foto di bawah ini 🙂 dibalik muka seram mereka, sejatinya mereka pribadi yang ramah terhadap orang-orang yang meminta untuk foto bareng.

Amritsar, tak kusangka ternyata begitu istimewa….

DSC_0680

Gratis!

60 komentar di “Dilema di Wagah Border : Gerbang Batas Antara India dan Pakistan

  1. yang bajaj seperti itu ada namanya sendiri, yg duduk berhadapan plus ‘bonus’ terpaksa duduk belakang. Andai dpt Visa Pakistan ya, lebih pilih lihat dari pakistan *dikeplak.

  2. Ih serunya
    Aku gak bisa bayangin bajaj berpenumpang 15 orang euy. Kayak gimana ngatur posisinya didalam tuh

    Btw itu kumis polisinya lucu amat sih sampe melingkar2 bgitu. Kayaknya ni polisi klo ke salon yang diurusin kumisnya deh bukan rambutnya hahaha

    Trus2 itu yang bertopi kipas, itu beneran ta seragamnya atau hanya untuk ceremony aja?

    • Pasti sakit, apalagi yang bagian kakinya sampe diangkat ke muka haha. Mungkin terbawa euforia, jadi nggak dihiraukan. Yang penting bisa unjuk kumis eh gigi 😀

  3. Saya liat video itu senyum-senyum dhewek. Nah, itu baru benar Yan : pasukan hentak-hentak bumi, hahaha…
    Coba perbatasan Indonesia – Malaysia yang di Kalimantan sana bikin ceremony kayak gitu, tapi dengan tari melayu pasti seru juga, 🙂

  4. Sering lihat di sinetron di zee tv ceremonial ini. Diceritain temen jg katanya tiap hari dilaksanakan. Persis seperti cerita diatas.

    Serunyaaaa…
    Btw itu kumis asli ya, ketemu syahrini bisa heboh tu 😀

  5. “walau kami sekarang berpisah, tidak lagi bersama, dan kadang terjadi persilangan pendapat diantara keduanya, namun kami tetap menjaga kedamaian bersama.” pas baca kalimat ini dan melihat videonya nggak tahu kenapa aku mendadak jadi mellow. ngebayangin gimana rasanya sebuah perpisahan di antara saudara satu bangsa hiks.
    padahal tadinya aku udah ketawa liat topi para polisinya. pengalamanmu travelling ke India bener2 unik dan beragam Yan, ngiri deh aku.

  6. Untung pas ketawa ngakak gak dikecup sama polisi berkumis baplang itu Omnduut. Pasti lebih geli-geli gimanaaa gitu. Hahahah

    • JANGAN SAMPE hahahahaha

      Tapi di sana hmm kayaknya biasa itu saling cipika-cipiki. Kalo dipeluk lelaki India sih adalah beberapa kali mbak aku haha, ya peluk persahabatan 🙂

  7. Lagi khusyuk-khusyuknya baca eh langsung buyar konsentrasi gara-gara ngeliat kumisnya si bapak petugas yang mau-maunya diajak selfie, hahahahahahaha… sumpah langsung ngakak aku ngebayangin kamu digrepein dia, Yan 😀 😀 😀 Untung ini bacanya pas jam istirahat… hahahahahaha…

  8. Ping balik: Satu Malam Bersama Kaum Sikh dan Serunya Menginap di InnDia Boutique Hostel Amritsar |

  9. Ping balik: Saat Harus Merasakan Gempa Nepal di Varanasi, India | Omnduut

  10. Hahahahaha… Ternyata gerak jalan tentara India dan Pakistan nyaris serupa ya. Hentakan-hentakan kakinya itu lho bikin aku terkesiap. Tinggi-tinggi kali diangkatnya. Hahaha… Keren!

  11. Ping balik: Mencecap Kesyahduan Tempat Paling Suci Bagi Kaum Sikh : Golden Temple | Omnduut

  12. Ping balik: Menyusuri Old Delhi : Dari Qutb Minar, Tersesar di Labirin Urdu Bazaar & Chandni Chowk Hingga ke Jama Masjid | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.