Pelesiran

Aha! Ini Dia Persiapan dan Itinerary 25 Hari Jelajah Eropa

Di berbagai kesempatan, berulang kali saya katakan, “nggak pernah kepikiran jika kelak dapat berkunjung ke Eropa.” Walaupun yeah, di banyak kesempatan pula, berulang kali keinginan menapaki benua biru itu selalu saya sebut. Mungkin karena penyebutan itu sama dengan harapan, dan harapan itu sama kayak doa, jadinya nyampai ke langit, deh! dan kemudian, tadaaaa, rezeki itu akhirnya datang dalam wujud sepasang tiket pesawat gratis plus visa UK hasil memenangkan sebuah kompetisi menulis.

“Hah, jadi bukan jalan ikut tur gitu?”

“Bukan.”

“Tapi makan, penginapan dan uang saku, dikasih juga, kan?”

“Mana ada! hahaha, iya sih dikasih sedikit sangu. Tapi itu dari orang tua.”

Wakakakak. Hadiahnya segitu “doang” emang. Makanya, saat memutuskan untuk extend ke belahan benua Eropa lainnya, segala hal harus dipikirkan dengan (setengah) matang. Hehe. Maksudnya, gak yang saklek banget gitu persiapannya, tapi yang inti-intinya seperti tiket bus untuk perpindahan antar negara, sudah dipersiapkan jauh sebelum berangkat.

Kalau saya banyak duit, tentu gak usah sepusing ini mikirin perjalanan hehehe. Nah, berhubung saya harus mengais sisa-sisa tabungan, dan ngajak adik yang jumlah tabungannya juga beti-beti sama saya, makanya rutenya harus dipikirkan sebaik mungkin. Dimulai dari lamanya durasi, hingga kota/negara mana saja yang akan dikunjungi. Kadang, keinginan berbanding terbalik dengan isi dompet, makanya, katakanlah ini perjalanan penuh kompromi (terhadap diri sendiri haha).

Baiklah, ini dia beberapa persiapan yang saya dan adik lakukan untuk mempersiapkan perjalanan selama 27 hari jika terhitung dari Palembang dan kembali lagi ke Palembang ini.

Mempersiapkan Visa

Maklum, paspor Indonesia belum seperkasa paspor negara sebelah. Makanya, untuk melancong ke Eropa, pemegang paspor Garuda harus mengajukan visa melalui (perwakilan) kedutaan besar negara tujuan. Untuk Visa UK sih saya dapatnya gratis. Nah untuk Visa Schengen, ya mesti bayar. Drama-drama perburuan visa ini, khususnya visa UK, sudah saya tulis di sini, ya! Untuk Visa Schengen-nya bisa dilihat pada postingan ini.

Memesan Tiket Transportasi

Selama 25 hari di Eropa, percaya atau nggak, saya tidak mencicipi moda transportasi kereta mereka sama sekali! Ya abis gimana, ngecek-ngecek harga, kok ya beda banget harganya sama bus. Makanya, selama di Eropa, soulmate-nya saya dan adik itu adalah Flixbus. Sebuah perusahaan bus yang tersohor di Eropa karena terkenal dengan harganya yang murah dan jaringannya yang luas. Rekor saya, dapetin tiket dari Praha ke Cesky Krumlov dengan durasi perjalanan 3 jam seharga 1,98 Euro saja!

Saya juga hampir mengeksekusi tiket dari London ke Edinburgh seharga EUR 5, tapi urung karena tiket balik ke Londonnya lumayan mahal dan waktu yang terbatas. Dengan berat hati, saya harus skip kota yang sudah lama saya incar itu.

Selain Flixbus, saya juga mencicipi bus dari beberapa perusahaan berbeda, misalnya saja OuiBus, Eurolines dan DBBus. Secara garis besar sama saja, sih. Sama-sama nyaman. Sempat sih ada drama di Heidelberg, Jerman yang bikin kaki saya memar. Bagi yang temanan di FB pasti udah baca, ya! Eh, bisa juga dibaca di highlight instagram episode Jerman. Cerita lengkap soal transportasi bus bisa dilihat di postingan ini, ya! Intinya, pemilihan kota/negara tujuan, bergantung juga dari ketersediaan transportasi bus ini. Pun, dari segi harganya hehehe.

“Jadi, ke mana saja di Eropa?”

Itu adalah pertanyaan yang paling sering saya terima selama di perjalanan. Oke, mengenai destinasi ini, akan saya tulis secara singkat satu persatu.

London, Inggris

Saya datang ke sini di hari pertama dan terakhir. Hari pertama langitnya jelek. Kelabu. Alhamdulillah di hari terakhir cerah. Big Ben lagi renovasi. Jadi kurang cakep, ya.

Tentu saja saya harus mendatangi kota ini secara hadiah tiketnya dari Jakarta ke London pulang-pergi. Jujur, pada awalnya saya gak begitu ingin ke London. Soalnya mikir apa-apa di sana mahal! Eh, tahunya setelah dijalani nggak juga, dan saya JATUH CINTA BANGET sama London. Ntahlah, auranya itu menyenangkan. Tiap kali nanya ke orang kalau kesasar di jalan dan begitu bilang terima kasih dijawabnya, “…my pleasure, dear.” Duh, jadi pengen cari gebetan cewek London ini hahaha. –lirik Mbak Rosy, yang sempat saja jumpai saat di London. Ya, siapa tahu mau jadi makcomlang hahaha.

Amsterdam, Belanda

Boleh nggak nanti aku balik lagi ke (negara) sini untuk belajar? Summer course gitu hehe. Amiiiiiin.

Tadinya ada 2 opsi untuk loncat ke kota/negara mana dari London. Antara Paris dan Amsterdam. Nah, berhubung di Paris saya mendapatkan tumpangan dari keluarga Monluis, maka saya tempatkan di terakhir. Pikir saya, “pasti ngap banget puluhan hari jalan ngegembel, nah di Paris mau lebih santai.” Dan, itu keputusan yang sangat tepat!

Di Amsterdam saya sempat berjumpa dengan Inna dan tunangannya Mas Agung. Saya kenal Inna ini udah lama gegara Inna pernah nyasar di salah satu postingan saya. Jadilah, sama Inna dan Mas Agung, saya dan adik diajakin jalan ke Zaanse Schans untuk liat kincir angin dan juga ke desa nelayan, Volendam. Mana sampe ditraktir makan segala. Aaa makasih. Di Amsterdam sendiri saya menginap di rumah seorang member couchsurfing. Ini host paling nano-nano hahaha. Cerita pengalaman saya menginap di beberapa rumah host selama di Eropa, sudah saya tulis di sini, ya!

Brugge, Belgia

Noleh sana sini nyari Anushka Sharma kok nggak ada?

Salahkan film PK sehingga saya kepincut kota ini hahaha. Ya, untuk Belgia, saya bahkan melewatkan ibukotanya –Brussels. Saya maunya ke Brugge saja. Eh, sempat galau sih antara mau ke Gent dan Antwerpen juga. Tapi ujungnya tetap Brugge yang menang. “Beruntungnya” saya sempat melewati semua kota itu karena busnya menurunkan dan menaikkan penumpang di sana. Ya, lumayanlah walaupun gak eksplor tapi setidaknya saya sudah lewat. Mudah-mudahan nanti berkesempatan balik lagi ke Belgia dan bisa eksplor kota-kota tersebut. Amin. Cerita perjalanan di Brugge bisa dilihat di sini.

Luxembourg

Alhamdulillah, di waktu eksplorasi yang sempit bisa nemu lokasi yang pernah kuliat di kartu pos.

Salah satu negara kecil di dunia. Letaknya diantara Perancis dan Belgia. Dari Perancis lebih dekat, sih! Tapi lagi-lagi keberadaan rute bus yang akhirnya menentukan. Saya tiba di kota/negara ini udah lewat magrib. Langsung ke rumah host yang baik hati. Menikmati malam yang menyenangkan dengan masak dan makan bersama.

Esoknya, saya punya waktu hingga pukul 1 siang sebelum pindah negara lagi. Nah, saya salah perhitungan. Dimusim gugur, matahari baru nongol lewat jam 8 pagi. Saya dan adik bahkan baru keluar rumah host jam 10 karena cuacanya lumayan mengigit. Saya memang punya waktu belasan jam di Luxembourg, tapi faktanya hanya 3 jam saja waktu yang saya punya untuk ekplorasi. Kurang puas, tapi saya senang bisa mendatangi tempat yang sebelumnya saya lihat dari kartu pos yang bertahun-tahun lalu saya dapatkan.

Heidelberg, Jerman

Betapa cakepnya kota ini. Tak heran salah satu film Indonesia sempat syuting di sini.

2 hari belakangan, saya baru saja menamatkan Life Traveler untuk kesekian kalinya. And well, ternyata Heidelberg sempat dibahas di buku itu. Saya sendiri akhirnya memutuskan hanya mengunjungi Heidelberg di Jerman karena kepincut keindahannya atas saran Luhur, seorang teman yang saya recoki selama perjalanan di Eropa hehe. Saya bahkan melewatkan Berlin, loh! Dan, alhamdulillah saya tidak menyesal. Jika berkesempatan ke Jerman lagi, kayaknya saya akan tetap blusukan ke kota kecil ketimbang kota besar seperti Berlin atau Frankfurt.

Praha, Republik Ceko

Susah banget nyari spot foto yang gak bocor di Charles Bridge ini hahaha

Oh, ini kota impian. Saya kepincut Praha belasan tahun lalu saat membaca bukunya Sigit Santoso yang berjudul Menyusuri Lorong-lorong Dunia. Pun, ketika nonton Amazing Race dan mereka ke Praha, saya langsung membatin, “saya harus ke sana!” Sayangnya, sampai di Praha akhir pekan dan itu ramenya luar biasa. Saya kurang menikmati kunjungan ke kota ini. Untungnya, saya masih punya satu destinasi impian lagi di Republik Ceko…. ini dia!

Cesky Krumlov, Republik Ceko

Kota impian ituuuu. Alhamdulillah bisa ke Cesky Krumlov aaaaa seneng.

Ini adalah alasan saya datang ke Eropa! Ibaratnya, saya rela nggak ke kota lain asal boleh ke Cesky Krumlov saja. Kota yang dilindungi UNESCO ini saya “temukan” secara nggak sengaja. Pas googling tentang Ceko, eh nemunya malah Cesky Krumlov. Dan, alhamdulillah, kota ini sama sekali tidak mengecewakan. Saya bahagia bisa datang ke kota kecil ini.

Vienna, Austria

“Mabok” istana selama di Vienna. Banyak banget main ke istana-istananya 😀

Ini kota yang underrated kalau menurut saya. Sempat saya pandang sebelah mata, eh tahunya banyak hal menarik yang saya jumpai di kota ini. Termasuk berhasil “napak tilas” beberapa lokasi syuting 99 Cahaya di Langit Eropa yang saya punya cerita tersendiri terhadap film ini hahaha. Sudah saya ceritakan juga di FB (dan bisa disimak di highlight IG saya di negara Austria). Di sini juga saya berhasil jumpa dengan teman-teman baru. Mas Sony, Desty dan Mbak Rini. Saya sampai ditraktir berkali-kali oleh Mas Sony. Sampai detik ini, saya masih terkenang siomay buatannya yang luar biasa enak itu. Slrup.

Jika berkesempatan kembali lagi ke Austria, saya maulah ke Hallstatt atau Salzburg yang di perjalanan lalu terpaksa saya “buang” karena nggak cukup waktu (dan duit hahaha).

Bratislava, Slovakia

Pemandangan kota Bratislava dari salah satu area kastilnya. Suka Bratislava yang tenang.

Dari Vienna, Bratislava terhitung dekat. Banyak orang yang bahkan bilang, “udah, one day tour saja di Bratislava.” Namun, karena saya akan loncat ke kota Budapest setelahnya, dan bersyukur saya mendapatkan tumpangan di kediaman keluarga Bang Juraj dan Mbak Essy, kesan saya terhadap Bratislava ini luar biasa menyenangkan. Oh well, kota kecil tidak pernah gagal membuat saya terpesona!

Budapest, Hungary

Sempat video call dengan keponakan di Heroes Square ini. Soalnya kami pernah nonton tempat ini bareng di tayangan Amazing Race.

Banyak orang yang merekomendasikan agar saya mendatangi negara ini. Dan, alhamdulillah saya akhirnya bisa ke sana. Kota yang sangat cantik! Terlebih di malam hari. Di sini, saya juga mendapatkan host yang menyenangkan walaupun rumahnya agak di pinggiran dan melakukan perjalanan di Budapest tak semudah di kota lain (misalnya saja betapa susahnya menemukan mesin ATM dan Money Changer di sini).

Zagreb, Kroasia

Berkat info Mbak Arie, nemu mural Gulliver deh di salah satu sudut kota Zagreb.

Saya hampir saja menyoret negara yang tidak termasuk di wilayah Schengen ini. Tapi alhamdulillah, pemegang paspor Schengen multiple ternyata diizinkan masuk. Ada drama saat di sini haha, yakni sempat luntang-lantung karena “kesalahan” booking penginapan. Ceritanya liat di hightlight bagian Slovenia, ya!

Ljubljana, Slovenia

Nemu flat orang yang rada unik, langsung dijadiin tempat foto wakakak.

Sama seperti Austria, banyak teman yang menyarankan, “mending ke Bled aja, lebih cakep.” Tapi saya bertahan selama 2 hari lebih hanya di kota Ljubjlana saja. Padahal, saya sempat tergoda juga melipir ke kota Kranj hanya karena pernah dapat kartu pos dari sana. Sebagaimana kota kecil lainnya, Ljubljana juga menyenangkan untuk dieksplorasi. Walau, sempat ada drama di bordernya hehehe.

Paris, Perancis

Nggak nyangka akhirnya bisa lihat langsung.

Seiring banyaknya cerita jelek tentang Paris (ya copetlah, kumuhlah dsb), tetep dong saya nervous saat pertama kali liat menara Eiffel. Mana di malam hari saat lampunya kerlip menyala. Saya yang kehilangan sekian kg bobot tubuh di belasan hari perjalanan awal, langsung gendut lagi selama di Paris. Ini berkat kebaikan keluarga Monluis yang sudah menerima saya seperti anggota keluarga sendiri. Belum lagi ketemu Mbak Helene juga dan ditraktir makan siang. Bener ya pribahasa, banyak temen itu rezekinya juga banyak.

Nah itu dia 12 negara yang saya kunjungi. Plus Abu Dhabi, UEA sih kalau mau dihitung tempat transit hehe. Total perjalanan 27 hari. Mestinya sih bisa saya genapkan jadi 30 hari dengan menambahkan Italia dan Vatikan. Sayang waktunya gak cukup dan mestinya sejak awal saya nekatin aja pesan pesawatnya lebih lama. Maklum, takut jadi gembel beneran di Eropa makanya saya cukup pertimbangan soal durasi ini.

Internet

Di perjalanan-perjalanan sebelumnya, saya nggak pernah beli SIM Card lokal untuk internetan. Tapi, khusus di Eropa ini, saya merasa perlu. Pertama, untuk pakai google maps. Kedua, untuk mengontak host. Ketiga, untuk eksis di sosmed hahaha. Saya sempat nanya ke banyak penjual soal sim card Eropa. Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli kartu Vodafone untuk masa berlaku 30 hari dan dapat digunakan di semua negara yang saya kunjungi. Oh ya, ini bukan endorse ya. Saya akhirnya membeli di sini.

Pengalaman saya, sempat ada kendala di hari ke-3. Ternyata admin Vodafone di Eropanya lupa aktivasi. Tapi untung admin penjual di Indonesianya tanggap sehingga masalah selesai. Selanjutnya, selama 30 hari perjalanan, kartu dapat digunakan dengan baik. Adalah sebentar jelek, tapi mungkin masalah sinyal. Saya merekomendasikan penggunaan sim card ini.

Total Pengeluaran

Saya berusaha mencatat semua pengeluaran. Tapi namanya manusia, ada yang missed juga, terutama 3 hari di London. Walau begitu, daftar pengeluaran sekaligus itinerary yang dapat kalian download di bawah ini bisa digunakan sebagai gambaran.

Percaya atau nggak, hanya di Heidelberg saya dan adik membayar untuk masuk ke objek wisata. Di kota lain, kami hanya mendatangi tempat wisata yang GRATISAN! Jikapun berbayar, ya gak masuk, hanya foto dari luarnya saya walaupun kalian-yang-baca-tulisan-ini pasti akan bergumam, “sayang banget udah ke A tapi gak ke tempat B, C, D sampai Z”

Ya. Itulah gaya perjalanan yang saya dan adik pilih. Jadi, saat ke Paris kami gak masuk ke Louvre. Saat ke Amsterdam, kami gak ke Rijkmuseum. Saat ke Vienna, kami gak masuk ke istana Schonbrunn. Tapi ya sejak awal kami memang menghendaki demikian. Doain saya segera jadi juragan, ya! Biar bisa balik lagi dan mendatangi tempat-tempat berbayarnya hehe.

Untuk itinerarynya, dapat didownload di sini, ya!

Barang Bawaan

Untuk perjalanan selama hampir sebulan, saya hanya membawa 1 backpack ukuran 50 liter. Isinya 2 potong celana (1 jeans, 1 lagi berbahan parasut ), 2 celana panjang untuk tidur (1 celana training, 1 celana piyama), 3 T-shirt lengan panjang untuk jalan, 2 T-shirt lengan pendek untuk tidur, 1 lusin celana dalam hwhw, 1 stel long-john yang selama jalan saya pakai celananya saja, peralatan mandi, obat-obatan, bantal leher, topi kupluk (yang gak pernah terpakai karena saya merasa nggak kece saat memakainya haha), satu syal leher, sarung tangan murahan dan beberapa makanan seperti biskuit, indomie, 1 kg sambal tempe dan beberapa titipan teman seperti rokok dan bengkoang.

Di daily pack, saya membawa laptop, DSLR, kamera aksi, printilan kabel & charger dan memori eksternal. Repot sesungguhnya. Tapi demi backup data, ya terpaksa saya bawa. Saat pergi, berat backpack saya 12 kg. Tapi saat dari Ljublana ke Paris, karena pakai pesawat LCC, semua barang saya jadikan satu dan setelah ditimbang tetap 12 kg. Ya, soalnya bahan makanannya sudah habis semua dan alhamdulillah sesuai jatah kabin, ransel saya masih bisa dimasukkan ke dalam kabin pesawat.

Makanya, jika kalian liat, baju yang saya pakai ya itu-itu saja. Namanya juga backpacker. Saya belum merasa cocok jadi model, walau banyak yang menyarankan demikian muahahaha. Karena jalannya di musim gugur, jadi jarang berkeringat. Bajunya juga gak bau. Makanya, satu baju dipakai semingguan ya aman saja. Nah, selama di Eropa kami juga mencuci. Bawa deterjen dari Indonesia. Untuk celana dalam, saya rutin mencuci. Sisanya, sempat nyuci kaos kaki dan tshirt yang dipakai tidur karena ketumpahan iler wakakakak.

Persiapan Fisik dan Mental

Sebelum berangkat, saya berusaha rutin olahraga. Ya yang simpel aja, kayak jalan kaki. Ternyata sangat ngebantu. Alhamdulillah, selama di Eropa saya nggak pernah sakit. Sempatlah badan agak panas dikit, tapi setelah minum paracetamol, besoknya segar lagi. Kayaknya karena perbedaan suhu juga. Mental juga saya kuatkan haha, secara ya bakalan culture shock banget sama Eropa.

Dari hal yang simpel aja kayak BAB. Jangan tanya betapa tersiksanya saja cebok pakai tisu hahaha. Untunglah, seiiring jam terbang, lama-lama terbiasa. Satu pak tisu basah hampir habis saya pakai selama di perjalanan.

Saya siapkan mental juga kalau-kalau mentok komunikasi di sana. Ya maklum, gak semua negara penduduknya mampu berbahasa Inggris. Sebagaimana kejadian di Zagreb, Kroasia, kami diumpat-umpat dalam bahasa Inggris karena beliau mengaku gak bisa bahasa Inggris, lucu gak tuh? Hahaha. Intinya, kalau mentok berkomunikasi, ya kami cari orang lain yang mampu berbahasa Inggris. Terutama anak muda, sih.

* * *
Ya itu dia deh persiapan saya untuk menjelajah Eropa selama kurang lebih 25 hari. Jika masih ada yang perlu ditanyakan, komen aja di bawah, ya! nanti akan saya tambahkan di postingan ini.

90 komentar di “Aha! Ini Dia Persiapan dan Itinerary 25 Hari Jelajah Eropa

  1. Post yang sangat bermanfaat. Masih takjub aja Yayan jadi turis selama hampir sebulan di Yurop. Walau diceritakan banyak menggunakan couch surfing tetap aja yes, maknyes, mahal hehehe

  2. Aku termasuk mengikuti perjalanan mu lhooo…. dan banyak info penting yang Aku copy paste buat Bila nanti aku butuh heheheh btw cerita stay di CS dan hal hal konyol di tiap negara di tggu yaaa

  3. wah keren…pengalaman berharga pastinya,,meski deket ke yurop sayaaja blm seberani itu..:D insha allah someday..impian menjejakan kaki di alhambra…, btw kalo merhatiin kalo cowok foto emang gayanya sama aja ya rata2 ..kl cewek udah jungkir balik buat ambil pose foto apalg background cakep2**jd ngebayangin si omduut gaya imut.. haha joke

    • Hahaha iya, gayanya itu-itu ajq. Bahkan sempat diprotes di IG soal gaya ini.

      Cowok juga banyak pose kok mbak. Tapi yang punya tampang lumayan. Yang pas-pasan kayak aku, itu udah gaya yang paling aman hahaha.

      Amiiin. Aku juga mupeng ke Alhambra. Semoga kita kesampaian ke sana ya.

  4. Amiinn semoga bisa balik lagi ke Belanda. Wahh ternyata sudah selesai tour de europe nya. Dan lihat foto2nya, pas banget langitnya selalu cerah biru. Sayang ke Den Haag nya batal, jadi ga bisa ketemuan. Pas sudah sampai Cezky Crumlov langsung posisi kayang ga, kan impian sejak lama itu haha.

    • Sedikit senang karena sudah menghirup udara Den Haag saat transit haha. Semoga nanti bisa eksplorasi lebih lengkap dan jumpa mbak Deny amiiiin.

      Pas di Cesky Krumlov mau kayang dan goyang dumang, tapi terhalang lemak mbak hahahahaha. Tapi bener, Cesky Krumlov nggak mengecewakan. Aku jatuh cinta.

  5. Sengaja menskip story atau updatean di sosmed. Biar sedikit surprise ketika baca ulasan lengkap di blog ini muahahaha.
    25 hari dengan tempat sebanyak itu yg dikunjungi kerasa kurang yess hahaha.

    • Iya haha, jadi ini semacam perkenalan dengan Eropa. Ada beberapa negara yang aku incer dan insyaAllah bakalan balik lagi ke sana jika ada kesempatan. Amin. Cerita lengkap simak terus ya di blog ini hehe

  6. Total habis berapanya emang ga disebut atau aku yang kelewatan baca? Penasaran karena aku juga lagi memperkirakan anggaran buat jalan-jalan. Austria ga underrate. Banyak penelitian bilang negara tadi tempat paling nyaman buat hidup. Devisa mereka dari turisme tinggi. Apa? Ga naik kereta? Serius tu jauh-jauh ke Yurop ga nyobain keretanya? *Kompor Aah, harus cari duit biar bisa makan di restoran enak di sana 🤣

    • Untuk tahu total habis berapa mesti donlod file rincian itinerarynya memang 🙂
      Tapi kurang lebih 10 jutaanlah diluar tiket pesawat dari Indonesia. Itu untuk 25 hari loh ya hehe.

      Soal Austria khususnya Vienna, maksudnya kota ini sempat aku pandang sebelah mata. Ternyata sampai sana ya seneng-seneng aja 🙂 Hidup di sana emang nyaman. Akses transportasi bagus. Untuk difabel atau yang bawa troli bayi, nyaman sekali. Paling nyaman dibandingkan negara lain.

      Soal kereta, ya, dibandingkan bus harganya 2 kali lipat. Ya aku cari yang murah jadinya hehehe.

  7. Uwaaaahhh kangen deh pgn ke eropa lagiii :D. Td aku baca itinnya, berarti kurleb 10 jt asal banyakin nginep di CS dan masuk wisata yg gratis aja yaaa.. Plus aku hrs rajin cari tiket promo. Kalo masalah penginapan yg aku msh blm bisa CS mas. Maklumlah, tiap traveling bawaan pgn mandi lamaa hahahaha, ga enak ama host nya ntr :p.

    Aku udh putusin, kalo biasanya aku suka traveling pas wunter, kalo ke eropa nanti, pas musim gugur ajalah.. Biar wintner jacket ga banyak2 amat hahaha.. Lagian aku pgn juga dpt pemandangan merah kuning ijo gini 😀

    • Haha, iya, nge-CS emang ada plus minusnya. Jika bisa pesan penginapan, aku juga maunya gitu. Biar hostel murah sekalipun gakpapa. Lebih bebas 😀

      Ya cobain autumn. Cakep! Walaupun dinginnya tetap mengigit hehe

  8. Selamat sudah menyelesaikan perjalananmu di Eropa dengan sukses!

    Nggak sempet cobain kereta api antarkotanya, tapi sempet cobain subway atau tram nggak, mas? Kalau aku sih, mungkin karena suka kereta, jadi lebih prefer disempetin tapi destinasinya dikurangi.
    Tapi itu pemikiran sekarang ya, nggak tau gimana ntar kalau udah dijalani, hahaha.

    Soal Jerman, aku tetep pengen eksplor Berlin sama Frankfurt. Baik kota besar yang modern maupun kota kecil, dua-duanya aku suka.

    Aku juga kadang nggak masuk tempat-tempat wisata utamanya. Tiga kali ke Bangkok aja belum pernah masuk Grand Palace, hahaha. Sama kayak kamu, cari yang gratis atau hampir gratis aja.

    Perjalananmu disertai orang-orang baik ya, mas. Ternyata orang-orang London ramah ya. Oh, cerita-cerita host di CS memang sebaiknya diceritakan dalam tulisan terpisah, aku dulu juga gitu. Yowis, ditunggu cerita-cerita detilnya 😀

    • Keputusan untuk nggak pakai kereta lebih karena perbandingan harga Nug. Jadi saat ngecek rute dari A ke B dan bandingin antara kereta dan bus, selisihnya bisa 2 sd 3 kali lipat. Walau emang waktunya juga jelas lebih cepat hehe. Pun, jika pakai kereta, gak semua rutenya direct. Kalau bus, 95% aku pilih direct. Hanya sekali yang transit karena emang rutenya gak ada langsung, yakni saat dari Luxembourg ke Heidelberg.

      Saat pusat kota, jelas nyobain semua haha. Feri (yang gratisan nyeberang dari Amsterdam Central), tram, bus, LRT/MRT (yang penamaannya beda-beda. Underground/tube dsb dsb.) Aku kalau ke Jerman lagi, kayaknya tetap mau pilih kota lain kayak Munchen, Cologne, Aachen dsb. Tapi ya nggak anti kok sama kota besar haha. Kemarin itu perhitungan jarak juga. Berlin ada di atas/utara, sedangkan ruteku agak ke bawah. Dan di bawah itu Frankfurt dan Heidelberg, dengan mudah aku pilih Heidelberg 😀

      Sip ditunggu cerita selanjutnya ^^

  9. aku biasanya buka ig buat cek notif sm liat bbrp feeds yg menarik aja, tp sejak Yayan goes to europe jadi rajin baca story yayan di eropa…

    entah kenapa masih merinding, kagum dan bangga liat cerita Yayan, padahal belum semua.. *maafkan, emang agak lebay* :p

    ditunggu postingan selanjutnyo yan, yg cerito sm budak2 cs disano 😀

    • Haha padahal setelah aku review, IGS aku itu biaso bae pak. Mano hapenyo rusak dan ancur-ancuran kualitasnyo.

      Sip, yang CS itu aku bae dak sabar mau cerito wkwkwkw

  10. Hahaha, aku ketawa di bagian orang yang mengumpat dalam bahasa Inggris. Persoalan bahasa memang bikin lucu dan geregetan di negeri orang ya Om. Aku pernah salah paham malah ngomong bahasa Inggris sama penutur yang sama-sama gak jago bahasa Inggris. Eh, btw Kenapa kamu undeestimate Vienna sih awalnya? Itu wishlist aku dari dulu loh. :))

    • Underestimate karena dengar omongan beberapa temen yang bilang di sana ngebosenin dan nggak ada apa-apanya. Nyatanya sih aku suka 🙂

      Iya, si nenek itu ngumpat dalam bahasa Inggris dan bilang kalo dia gak bisa bahasa Inggris haha kocak.

  11. Ping balik: Menumpang Gratis ala Couchsurfing dan Pengalaman Menggunakannya di Eropa | Omnduut

  12. eropa masih di bucket list, kapan-kapan aku kesana. tapi aku pernah ke London dan Edinburgh, gratisan juga… hhaha.. dan jatuh cinta juga sama orang-orangnya karena bikin GR, wkwkk.. abisnya kali nanya atau jawab selalu dipanggil darling atau sweetheart si, trus aksennya juga kece. duh jatuh cinta.. wkwwk

    • Haha tuuuh kan. Mungkin karena aku cowok gak dipanggil sweetheart. Dipanggil dear aja aku udah klepekklepek, maklum aku orangnya haus kasih sayang muahahahahahaha

  13. Ping balik: Omnduut

  14. Ping balik: Aha! Ini Dia Persiapan dan Itinerary 25 Hari Jelajah Eropa | Napsu Jalan

  15. Ping balik: Pengalaman Menggunakan Bus di Eropa: Terjerembap di Heidelberg, Jerman | Omnduut

  16. Ping balik: Pengalaman Menggunakan Bus di Eropa: Terjerembab di Heidelberg, Jerman | Omnduut

  17. mas aku baru mulai ngeblog, biar bisa menang sampe tiket eropa gini cari infonya gimana ya mas? dan saran supaya menang? mupeng banget ya ampun 😭😭. makasih mas yayan jika berkenan balas dan jawab ☺️

  18. omn dut salam kenal, mau nanya nie om, kalo saya PP paris, tapi rencana sih ke belanda, belgia dan jerman, itu boleh ga ya ajuin visa belanda? trus klo rek koran istri jadi 1 sama say boleh ga ya? tks infonya om,

  19. Ping balik: Dari A Sampai Z Panduan Pengajuan Visa Schengen di Kedutaan Besar Belanda Melalui VFS Global - BebasVisa.id

  20. Ping balik: Upah Menulis Tak Kunjung Dibayar: Pengalaman Buruk Bekerja Sama dengan BABSATU Publishing | Omnduut

  21. Ping balik: Dari Big Ben Hingga Westminster Abbey: Keliling & Hemat Poundsterling di London | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.