
.
Sejak mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting akhir tahun lalu, aku jadi agak kecanduan untuk mengunjungi taman nasional lain di Indonesia. Yang paling deket sih Taman Nasional Sembilang yang berada di pesisir Sumatra Selatan. Tapi ntah kenapa, taman nasional ini semacam untouchable. Rada ribet kalau mau ke sana. Lagipula, ada waktu-waktu khusus jika mau dapetin momen istimewa, yakni saat burung asal Siberia bermigrasi dan beristirahat sejenak di taman nasional ini. Biasanya pada bulan Oktober.
Selebihnya? Ya bisa sih ngeliat hewan-hewan lain semacam gajah, tapir, siamang, aneka burung dan berbagai hewan lainnya. Tapi ya itu, aksesnya tak terbuka untuk umum. Harus ada izin khusus dari dinas kementerian kehutanan. Ya sudah, paling berdoa saja, semoga blogger ala-ala kayak aku gini kapan-kapan bisa diajakin buat main ke taman nasional provinsi sendiri hehehe, amin.

Keindahan danau Periyar nampak dari sela pepohonan
Nah, ngomongin taman nasional, aku jadi ingat saat diundang di ajang Kerala Blog Express tahun lalu, kami, para blogger sempat diajakin ke salah satu taman nasional yang ada di sana. Taman nasional yang berada di distrik Idukki, Kottayam dekat kota Thekkady dikenal dengan nama Taman Nasional dan Suaka Margasatwa Periyar. Untuk mudahnya, kita sebut saja TN Periyar, ya!
Taman Nasional Buatan
“Hah, bener ini taman nasional buatan?”
Yup! Setidaknya itu yang diucapkan (dengan nada bangga) oleh pemandu kami dan juga perwakilan TN Periyar saat menemani kami berkeliling danau. Gak percaya? Ya, sama! Aku juga gak habis pikir gimana bisa taman nasional dengan luas lebih dari 925 km2 ini ternyata “dibuat”. Ternyata oh ternyata, hal ini dapat dijelaskan saat tahun 1895, untuk pertama kalinya konstruksi dam Mullaperiyar dibangun, untuk kemudian pada tahun 1899, sebanyak 55 km2 area TN “ditenggelamkan” sehingga membentuk danau Periyar.

Pink Beach? oh bukan, ini Danau Periyar 🙂
Dari sebuah sumber bacaan, aku menemukan sebuah fakta bahwa TN Periyar ini adalah salah satu dari 5 danau yang memiliki hutan bawah air. Nah loh, warbiyasak banget ya. Makanya, tak heran ujung pohon yang tertimbun di bawah air sebagian mencuat ke atas permukaan danau.

Menuju dermaga. Bersiap menaiki kapal.
Batang-batang pohon ini dimanfaatkan oleh burung-burung sebagai tempat berlindung dengan membuat sarang di sana. Hah, cerdik juga ya! Setidaknya relatif lebih aman dari hewan-hewan yang ada di hutan. Dengan catatan gak ada ular air yang naik ke dahan pohon ya hehehe.
Tercatat, ada 35 spesies mamalia yang berkembang biak di taman nasional ini. Misalnya saja rusa, sambar (sejenis rusa, namun bobotnya lebih besar), babi liar, tupai, kucing hutan, beruang, kera, luwak dan beberapa lagi. Namun, yang menjadi ikon utama TN ini adalah keberadaan macan dan gajah India. Macan? Iya! Makanya, gak sembarangan bisa masuk ke TN ini. Harus mengikuti peraturan yang berlaku dan berada dalam area yang aman.
Menyusuri Danau Periyar
Rombongan blogger disediakan kapal khusus untuk menyusuri Danau Periyar. Semua gratis! Hehe. Walau begitu, aku sempat “mengintip” tarif berwisata menggunakan perahu di Danau Periyar ini. Untuk dewasa, biayanya INR 225 atau sekitar IDR 46.500. Untuk anak-anak (di atas 5 tahun), tiketnya hanya INR 75 atau setara IDR 15.500.

Itu perahu yang kami gunakan. Lebih kecil, namun nyaman 🙂
Cukup murah ya? Alhamdulillah banget, tidak ada perbedaan harga antara turis lokal dan asing yang gila-gilaan seperti yang berlaku di Taj Mahal. Walau begitu, ada biaya tambahan INR 38 (IDR 7800) untuk penggunaan kamera dan INR 300 (IDR 62.000) untuk kamera video. Heuheu, lebih mahal dari tiketnya, euy!

Coba lihat pelampung yang mereka kenakan. Sampe si adek nampak sebel. Eh hahaha
Untuk menaiki perahu, wajib hukumnya mengenakan jaket pelampung. Untungnya, jaket yang aku dan rombongan kenakan adalah jaget berbahan tipis yang bersih dan nyaman dipakai. Aku sempat melirik ke kapal wisata sebelah, dimana orang-orangnya mengenakan jaket pelampung yang menggembung di bagian dada dan lehernya. Uh, nampak sangat tidak nyaman hwhwhw.

Hutan di bawah air? di Periyar salah satu contohnya.
Jumlah kami lumayan banyak. Blogger saja ada 30 orang, belum lagi panitia dari Kerala Tourism dan perwakilan dari TN Periyar. Untungnya kami dipecah menjadi 2 kapal. Untuk mencapai kapal, kami terlebih dahulu berjalan ke bawah menuju dermaga kecil di tepi danau Periyar. Oh ya, untuk boat cruising seperti ini ada 5 sesi dalam sehari. Yakni pukul 07:30, 09:30, 11:15, 13:35 dan 15:30. Jika kamu tertarik mencoba pengalaman yang sama, pastikan kamu datang di waktu-waktu tersebut agak tak terlalu lama menunggu ya. Perjalanan menyusuri danau Periyar sendiri berlangsung selama 1,5 jam.
Gajah, Yuk Joget Jiya Jale!
“Jiya Jale? Apaan sih, Yan?”
Hahaha, bagi penggemar film India, mestinya tahu jika Jiya Jale (berarti My Heart Burns dalam bahasa Inggris, klik sini untuk melihat videonya), adalah salah satu judul lagu dari film Dil Se yang dirilis tahun 1998 silam. Tahu kan lagu Chaiyya Chaiyya yang mendadak ngetop karena aksi goyangnya Norman Kamaru? Nah, lagu itu juga berasal dari film yang sama.

Batang pepohonan yang menyeruak ke permukaan air danau
Saat mengunjungi TN Periyar, aku langsung familiar dengan suasananya. Namun, aku baru ngeh jika danau inilah yang digunakan oleh mas Shah Rukh Khan dan mbak Preity Zinta untuk joget di lagu Jiya Jale dari Nidhi, blogger asal India.

Perahu-perahu wisata berjalan beriringan.
Hwaaa seneng luar biasa! Walaupun gak ketemu langsung sama Shah Rukh Khan (btw, aku lebih ngefans sama Aamir Khan sih hehe), paling gak aku pernah ke lokasi syuting salah satu video clipnya hahaha. Eh, saat berkemah di kaki gunung Phantom, aku juga melewati perkebunan teh tempat Shah Rukh Khan syuting film Chennai Express. Lumayaan haha.

Saat gajah mendekati danau.
Sepanjang perjalanan menggunakan perahu motor, masing-masing dari kami sibuk membidik dari balik lensa kamera. Aku duduk berdekatan dengan Celine, blogger pendiam asal Perancis. Secara bergantian, kami saling berbagi jendela kapal untuk membidik sasaran. Lebih banyak aku ngalah sih, soalnya lensaku gak cukup mumpuni untuk membidik objek yang berjarak jauh.

Celine, blogger/vlogger kece asal Perancis mengoperasikan kameranya.
Aku sempat melihat beberapa burung melintas, berdiri di atas dahan-dahan pepohonan di tengah danau, juga melihat langsung beberapa sambas, hewan mirip rusa namun berukuran lebih besar. “Jika kau ingin melihat macan, kau harus berjalan ke dalam hutan,” ujar pemandu kami. Hmm, terima kasih deh hahaha.

Keluarga gajah 🙂
Kapal berjalan agak jauh sebelum kemudian kami berjumpa dengan satu keluarga gajah yang terdiri dari jantan, betina dan anak mereka. Hwaaa senangnya! Gajah ini keluar dari semak untuk minum. Sebentar saja, sebelum mereka kembali masuk ke dalam hutan dan menghilang dari pandangan kami. Momen langka yang terjadi sekian menit itu sangat berkesan, mengingat gajah-gajah ini (nampak) hidup bebas dengan baik di suaka margasatwa ini.

Kalau ini, Sambas. Zoom udah maksimal huhuhuhu
Mereka dapat berjalan bebas ke sana kemari, tidak dirantai seperti gajah-gajah yang ada di Way Kambas (walaupun itu dilakukan karena alasan keamanan), apalagi dibudidayakan sebagai penyokong aksi pertunjukkan panggung dimana mereka dilatih (baca : disiksa) sedemikian keras demi pundi-pundi uang.
Ah, beruntungnya hewan-hewan yang berada di Taman Nasional Periyar ini. Semoga mereka dapat terus berkembang biak dengan baik, agar generasi penerus (terutama yang berada di India), dapat melihat aneka satwa secara langsung, bukan melalui gambar di internet karena keberadaan mereka telah punah. Aku, dan rombongan blogger hari itu kembali ke hotel dengan perasaan senang gembira.

Saatnya pulang 🙂
Periyar National Park and Wildlife Sanctuary
-
Banks Of Artificial Periyar Lake,Thekkady, India
-
Phone : +919856252532
-
Facebook : Peryar Tiger Reserve
-
Website : http://www.periyartigerreserve.org/
Ada bule nya juga ya, berarti tempat ini udah lumayan terkenal dong.
Itu temen-temen blogger dari Kerala Blog Express 🙂
Oooohhh….
Aku pikir ini beneran cerita tentang Tanjung Puting. Ternyata ini di India. 0_0
Yang Tanjung Puting tinggal klik aja link yang ada di paragraf pertama 🙂
Tanjung Puting di provinsiku, mas Yayan udah prnh ksna, aku justru belum, 😂😂
Hahaha biasanya emang begitu, aku juga belum semua daerah di kabupaten Sumatra Selatan aku jelajahi mas 🙂
Biasanya yang deket-deket selalu mikirnya, “ah ntar aja deh” hehehe
Taman Nasional buatan di India sangat keren banget, Mas. Pohon2 yg ditanam dilaut dan gajah berkeliaran bebas. Eh pelampungnya sangay unik juga, Mas..
Unik, tapi kayaknya malah menyusahkan haha. Kalau evakuasi di pintu/jendela kecil malah jadi penghalang menurutku.
setidaknya satu wishlist ke India itu bisa lihat lokasi syuting film 😀
taman buatan bisa dibikin kayak gini ya, kebayang proses dan luas lahan yang mereka kosongin. Aku suka foto awak yang ambil scene di perahu, penumpang pake pelampung.
Bollywood itu banyak produksi film, kayaknya kalau ke provinsi India manapun bakalan mudah sowan ke lokasi syuting film hehe
Waah yayan banyak banget nih ke lokasi syuting film bollywood
Iya ya, lumayan banyak juga ya ternyata hehehe
yang buatan aja sudah kayak gini bagusnya, bagus foto yang naik perahu. Bentuk perahunya beda sama di sini ya.
Iya, perahu wisatanya unik menurutku. India emang banyak jenis perahunya 🙂 ada Shikara di Kashmir, atau Ketuvallam di Alleppey 🙂
view nya hampir kayak di indonesia ya
bisa dong yg punya kita go internasional
Bisa banget dan banyak yang udah go internasional 🙂
Aku smpat ktipu, kirain di Indonesia,😂
Iya, India dan Indonesia beti beti mas hehehe
Mereka memang membuat Taman Nasional buatan, tapi prosesnya sangat lama. sejak tahun Indonesia belum merdeka hehehhehe. Salut lah, akhirnya taman nasional buatan seperti itu bisa terus berhatan. Tinggal kita di Indonesia yang sebenarnya banyak taman nasional ini harus ikut menjaga.
Betul, udah ratusan tahun ya pasca pembangunan dam. Dan setuju juga, semoga TN yang ada di Indonesia tetap terjaga, agak tak jadi cerita basi di generasi yang akan datang.
Waaah, sayang neh nggak bikin video kayak Kang Sahru Khan, hehehe. Kayaknya lagi musim panas ya Mas, pada gersang
Aku sih mau aja kang, tapi gimana ya, gak ada mbak Preity Zinta-nya hahahaha. Iya, itu musimnya bukan musim semi. Jadi gersang 🙂
Sama2 lihat binatang, tapi kebun binatang dan taman nasional tentu bedanya jauuuh. Karena di taman nasional lah kita bisa melihat fauna di habitatnya langsung. Jika di kebun binatang sih cuma semacam showroom.
Betul, tapi risikonya emang untung-untungan. Jika beruntung bisa lihat hewan yang ada di sana. 🙂
Kayaknya kak Yayan kudu bikin vlog niiih, pakai backsound musik India aca acaaa… Keren yaaakk, asyique banget India ituuuh
Hahaha mau banget mbak. Next trip mau bikin vlognya 🙂
ini sangat menyenangkan
Trims 🙂
Yah sayang nggak ketemu si macan dan keluarganya ya..
Iya, harus trekking di hutannya. Lagian serem juga 😀
Suasana danau Priyar dalam foto ke 1, 3 dan 14 itu seperti pernah ada dalam benak masa kecilku. Rasanya aku pernah baca sebuah novel anak2, entah apa judulnya, dan aku membayangkan danau dalam cerita itu persis seperti yang ada di fotomu Yan.
Btw, aku takjub dengan sepenggal ceritamu ttg hutan bawah air itu. Jadi pingin cari tahu lebih lanjut tentang kisahnya. Oh ya ga nyangka ini taman nasional buatan…
Aku juga baru tahu keberadaan hutan bawah air ini pas mau nulis postingan ini mbak. Bisa jadi dulu dijelaskan, tapi aku gak ngeh, antara gak deket2 sama guidenya atau gak paham bahasa Inggris hahaha.
Aku sering gitu juga kalau datang ke satu tempat, kebayang kisah masa kecil yang pernah dibaca.
Keren TN dan danau Periyar nya…tp sbntar, maksudnya ini di India ya? Haha…aku kurang nangkap td, aku smpat mispersepsi, kirain di dlm ngri,😂😂 pantesan ada Jiya Jale, ternyata ada kaitannya dg tempat syuting si Sharukh Khan itu.
Oya, Anda tipe traveler yg pecinta taman Alam ya, hee
Serunya dpt kesempatan bgtu bareng bloger2, *I envy you
Aku mah kemana aja seneng mas, selagi tempat baru 😉 mau alam atau budaya, semua suka hehe. Cuma emang aktivitas yang menguras tenaga banget kayak naik gunung belom pernah. Kalo trekking dikit2 mah hayo hehehe.
Paling suka wisata kota sebetulnya. Kota yang menyimpan banyak bangunan bersejarah, tua dan masih terawat baik. 🙂
Tahun depan coba mas kompetisi Kerala Blog Expressnya, cek link tulisan di atas ya. Nanti ketemu apa itu KBE 🙂
Ok sip, mas Yayan.
Ntar sy cb cek. Mksh
Jadi penasaran ama Jiya Jale… *browsing
Hahaha, kurasa mbak Dee pasti pernah denger lagunya, atau malah lihat videoklipnya 🙂
Walau Taman Nasional ini buatan tapi seperti Taman Nasional alami ya, Yan. Mereka pasti merancang dengan seksama. Dan untuk jalan-jalan berkeliling kapal ternyata juga tidak mahal. Kapan ya aku juga diundang untuk menikmati taman taman nasional yang ada di Indonesia.. hahaha #siapaluvi?
Iya mbak Evi. TN di Indonesia buanyak banget ya. Ada puluhan. Aku secara gak langsung juga ngarep kalo memungkinkan bisa berkunjung ke TN yang ada di Indonesia sebanyak-banyaknya.
Sama kayak orang yang melancong tapi sengaja UNESCO WH Site. Awesome bener.
Wah keren banget taman buatannya ini yaa mas Yan.Perpaduan keajaiban tangan kreatif manusia dengan keindahan alam dan satwanya.Semoga saya bisa berkesempatan kesana deh🙏😊
Amiiin, semoga bisa ke sana ya mbak Endang 🙂
Rasa-rasa kaya safari di Afrika ya Yan.
Enak kalau misalnya berkunjung ke Taman Nasional terus bisa melihat hewan liarnya secara langsung. Aku pernah ke TN Ujung Kulon, niatnya sih pengen liat badak cula satu. Apa daya udah jarang banget yang lihat langsung 😦
Semoga badaknya masih ada ya mas. Dulu kenalnya badak ini dari perangko malah 😀
Kayaknya yang di Baluran lebih asyik. Mudah-mudahan bisa main ke sana juga nanti. Amiiiin.
Aamiin 🙂
Taman nasionalnya cakep! Dan aku suka sama hutan di bawah airnya. Sebelum baca ceritanya, aku kira taman nasional ini di Indonesia hehe.
Btw aku lebih ngefans sama Hritik Roshan 😀
Film Hritik yang paling aku suka itu Guzaarish. Udah nonton belom?
Mirip-mirip Me Before You, tapi versi lebih kelam.
Belom, bagi dong wkwk. Nanti aku kasih film-film Thailand bahahaha
Aku dulu juga nonton beli DVD :p
Hayo sini tukar-tukaran film haha. *kapan coba aku ke Bandung.
Eh itu film Thailand apa? Jan Dara? muahahahahaha
Hahaha kenapa langsung mikir ke Jan Dara coba? wkwkwk. Aku malah nggak punya kalo yang itu 😀
Ya udah ntar kalo gak punya aku copyin muahahaha.
muahahahaha boleh-boleh
Baru sekarang denger taman nasional ini. menginternational baru menasional ya. cakeeeepp
Eh gimana tuh maksudnya menginternasional baru menasional? 😀
iya biasanya gitu, lebih dulu bule bule yang tau wkwkwk *atau aku yang gagal gaul wkwk
Waktu kami ke sana, penduduk lokal juga banyak yang datang. Bulenya rombongan kami aja, blogger undangan 🙂
Btw, ini TN-nya ada di India ^_^
salfok, aku pikir tanjung puting 😦
Don’t worry, you’re not alone hahaha.
Yang Tanjung Puting klik dulu link yang ada di paragraf pertama. Btw, saat ke TN Tanjung Puting juga rame penduduk lokal (karena bertepatan dengan hari libur). Tapi emang TN Tanjung Puting lebih banyak diminati turis mancanegara.
Tadinya sempat mikir ini di mana ya kok ga pernah denger namanya. Baru ngeh bukan di Indonesia setelah baca paragraf berikutnya.
Iya, beberapa ada yang salah kira juga karena gak perhatiin paragraf lainnya 🙂
Wow. Ada trek lintas alamnya juga kah di sini?
Ada, tapi harus bersama guide 🙂
Penasaran dengan ukuran gajahnya, Kalau di foto itu kelihatan kecil. Apa memang kecil ya ukurannya? 😀
Memang lebih kecil kalo yang di foto ini. Tapi aslinya gajah India gede-gede sih mas 🙂
Taman Nasional ini buatan ya..lumayan banyak yang bisa dilihat yaaa…
Iya alhamdulillah 🙂
aku jadi penasaran euuuy..belum pernah ke India and I’m intrigued 🙂
Mbak pasti suka dengan India. Unik sekali soalnya negara ini 🙂
Ternyata di sini toh terjadi ikatan batin dengan gajah. Tadinya dikira ini di Indonesia. Setelah dilihat kapal tingkat dua, baru sadar kalau ini di luar negeri.
Hehe iya, di atas banyak yang komen nyangka ini di Indonesia juga 🙂
Ping balik: Way Kambas, Aku Datang! | Omnduut
Ping balik: Pengalaman Dicolek Banci di Danau Ana Sagar di India | Omnduut
Niat juga ya bikinnya. Untung sepadan sama hasilnya, jadi taman nasional yang menarik hehe.
Iya, niat banget. Dan didukung juga dengan alamnya yang nunjang. 🙂