Bacaan

perenungan dan pencarian – LIFE TRAVELER –

02d5cc1cc569accc93fa058a797278e5_life-traveler

::: Life Traveler :::
Suatu Ketika di Sebuah Perjalanan
| 2011 | Penulis : Windy Ariestanty | Editor : Alit T.Palupi |
| Proofreader : Resita Wahyu Febiratri | Desain Sampul : Jeffri Fernando | Ilustrator : Diani Apsari |
| Penerbit : GagasMedia | ISBN : 9789797804442| Harga Rp. 63.000- |
| 381 Hal | Skor ala Omnduut : 8.7/10 | Rating GR : 3.75/5 |

We just need to stay away for a moment to get back home.”  Hal.65.

Kita hanya perlu menjauh sesaat untuk bisa kembali pulang… Begitulah tabiat manusia ketika mulai dihinggapi penat dan dipeluk suntuk. Biasanya, perasaan untuk pergi sesaat itu akan mencuat seketika. Tiba-tiba saja kita berharap bisa berkelana ke tempat yang jauh. Melenyapkan diri dari rutinitas dan kebosanan. Bukan untuk selamanya, namun lebih untuk merasakan getar rindu akan tempat yang sementara tertinggal. Sebuah tempat untuk kembali. Tempat yang biasa kita sebut… rumah.

Hidup adalah kejutan. Bahkan, di balik sebuah rutinitas pun saya percaya ada kejutan kecil yang bersembunyi,” ujar Windy (Hal.3). Ya, kejutan pula yang memperkenalkan Windy dengan beberapa teman baru yang akan menemani perjalanannya ke Indocina. Perjalanan yang ia sebut sebagai pencarian sekaligus ‘melepaskan diri sejenak´ dari rutinitas. Bersama teman-teman barunya –Ari, Mia dan Echa, mereka berempat memulai perjalanan mereka ke The City of Peace-Ha Noi, Vietnam.

impericalcity

Kota Hue, Vietnam. Melalui The Amazing Race aku berapa kali ‘mengunjungi’ kota ini 😉

Perjalanan Windy menyusuri sudut-sudut kota di Vietnam mendapatkan porsi yang cukup besar di buku ini. Dimulai dari Miss Hang, pemilik hostel tempat mereka menginap. Miss Hang menganggap semua tamunya adalah keluarga. Wajar jika hostel Miss Hang diincar oleh banyak orang. Bukan karena dia memiliki hostel terbaik, namun kehangatan dan sikap menyejukkan yang ditunjukkan Miss Hang lah yang membuat pengunjung betah. “Miss Hang buat saya tampak seperti ibu yang berperan sebagai dewi penyelamat bagi semua tamu yang mampir ke hotel ini.“  Hal.49.

Dalam perjalanan mengelilingi Indocina menggunakan bus kaki mengguntai, Windy belajar tentang toleransi. Di saat bersamaan, aku pun sebagai pembaca belajar dari kisah keberanian Nenek Rusia yang nekat keliling dunia seorang diri walaupun dia tidak bisa berbahasa Inggris! Jika selama ini pelancong mengurungkan niat menjelajah tempat baru karena kendala bahasa, Nenek Rusia mengikis keraguan itu. “Ada satu bahasa yang tumbuh besar bersama manusia tanpa membutuhkan kamus : bahasa ‘memahami’” Hal.128. “Saya percaya ‘bahasa’ manusia yang satu ini bekerja dengan cara yang luar biasa”  Hal. 137.

Di Kamboja, Windy memaparkan sesuatu yang sesungguhnya menjadi hakikat hidup setiap manusia. Sesuatu itu tergambar dari perjumpaannya dengan sepasang paruh-baya yang melakukan  hal romantis tanpa perlu dibuat-buat di sebuah taman di Siem Riep di pagi yang hening. Sesuatu itu ialah cinta. “Saya percaya, ada bahasa yang tak bersuara. Ada aksara yang tak membutuhkan kata-kata. Dan itu cinta.” Hal. 112. Terkadang orang melakukan perjalanan untuk menemukan sesuatu itu. Sesuatu yang universal tak tersekat antara hubungan antar jenis semata.

Selepas perjalanan dan perenungan di Indocina, Windy bercerita mengenai kehangatan sebuah keluarga baru yang ia temukan di Amerika Serikat. Cerita yang bergulir dari kedatangan kartu pos ini sangat menyenangkan. Aunty Fran, selalu mengirimi ia kartu pos tiap kali ia berkelana ke tempat yang baru. Windy tak mengangka, Aunty Fran yang seyogyanya bukan siapa-siapa secara tulus langsung menganggapnya sebagai salah satu bagian dari anggota keluarga. “Travelers never think they are foreigners… Kita tidak boleh membatasi diri. Kalau kalian terus berfikir kalian adalah orang asing di negeri ini, maka kalian akan diperlakukan seperti itu. This is just your another home.” Hal.152.

Life Traveler adalah sajian apik yang tak melulu menceritakan bagaimana perjalanan dilakukan. Tetapi lebih dari itu, paparan Windy terhadap hal-hal unik yang ia temui di perjalanan menjadikan buku ini lebih spesial. Windy adalah pemerhati ulung. Hal-hal yang terpingirkan selama perjalanan mampu dipaparkan dengan inspiratif. Sebelumnya, beberapa penulis telah melakukan formula yang sama. Diantaranya Jingga (Marina Silvia K), trilogi Selimut Debu (Agustinus Wibowo) atau Two Travel Tales (Ade Nastiti). Masing-masing buku tersebut mengangkat tema dasar yang sama. Yakni, pencarian dalam perjalanan. Namun, Windy mampu mengemas bahasa dengan ritme yang cocok dengan segmentasi pembaca (pribadi yang tengah galau?) tanpa perlu ber-lebay-ria.

praha-hrad

Praha… tunggu aku ya 🙂 *jangan protes ya kalo blog Omnduut ini Czech banget* hehe

Sebagai pecinta Praha terus terang aku iri. Salah satu sudut surga dunia di jantung Eropa itu memang mengikat hatiku sejak lama. Dan… Windy sangat beruntung bisa melihat keelokan Praha walaupun dalam waktu singkat dan tanpa perencanaan sebelumnya. “I have fallen in love with Prague before knowing it” ujar Windy. Hal.205. Aku pribadi masih harus banyak berjuang untuk mewujudkan mimpiku itu. Tapi aku percaya, Tuhan maha mendengar dan selalu hadir di denyut kehidupan para pemimpi yang mau berusaha keras untuk mewujudkannya. Bismillah…

Masih banyak catatan perenungan yang ditawarkan oleh Life Traveler. Silahkan rengkuh sendiri cerita-cerita itu dan bawalah kedalam buaian dan dekap bersama kehidupan. Mudah-mudahan kita bisa meniru Windy. Petualang gigih yang mampu menyerap saripati perjalanan dan menyulamnya dalam kata-kata sehingga kemanfaatan perjalanan itu dapat menyebar di benak pembaca. Selamat berpetualang dalam suatu ketika di sebuah perjalanan.

Iklan

37 komentar di “perenungan dan pencarian – LIFE TRAVELER –

  1. Wah! Cepet juga Yan bacanya 😀
    Perasaan baru kemarin buku ini sampe rumahmu *tepuktangan*

    Jadi, Life Traveler dapet berapa bintang nih?

    • Haha lumayan mbak 🙂 Lagi gak ada gangguan jadi bacanya lancaaaar. 😀
      8,7 itu… hmmm…. 4,5 bintang kali ya. Ada beberapa cerita yang kurang tuntas. Misalnya saja kepergian dia ke US aku gak tahu dalam rangka apa. Beberapa bagian juga ada yang gantung menurutku. Dan… benar, ada cerita yang sedikit ‘terbuka’. Aku pribadi sih gak masalah hanya jadi agak keluar track di buku ini. Dikit doang kok 😀 Secara garis besar aku sukalah… gak rugi pesan online. Sayang gak dapet goodie bag kayak mb Dian haha.

      Oh ya, aku kan sempet tweet dan bilang “Kapan nih Life Traveler cetak ulang dan ada lagi di Palembang?” tweetnya kukirim ke @GagasMedia dan juga tweetnya mb Windy. Eh tahu2nya dibales sama Gagas…. “Mohon dikonfirmasi ke penerbitnya yang bersangkutan langsung” heeeh sempet merasa bersalah kirain salah mention penerbit, Maklum Gradien juga sekarang ganti logo dan mirip dengan Gagas. Ternyataaaa… beneran Gagas kok… hmmmm

  2. alhamdulillah aku wes pernah ketemu langsung ama mba Windy dan membaca buku utuh life traveler. Aku paling suka kiss bye dari makhluk asing, hehehe

      • akhirnya udah baca jugaa.. jadi bingung sebenernya itu buku tentang traveling atau tentang pencarian jati diri ya? berasa serba nanggung, hahaha.. tapii.. gara2 buku ini gua jadi jatuh cinta ama czech republic, ahahahaha 😀 berharap kalau suatu saat ke sana dapat guide kaya supirnya windy yang bisa ngasih tau tempat2 lokal yang emang makanan dan minumannya enak, ga melulu dibawa ke sana karena komersil :p

    • Tentang kedua-duanya mbak, sesuai judulnya ^_^
      Lebih ke tentang hidup ya kayaknya, hanya saja kejadian2an itu terjadi ketika dalam perjalanan kesana-sini 🙂

  3. Ping balik: Aha! Ini Dia Persiapan dan Itinerary 25 Hari Jelajah Eropa | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s