
.
Setelah puas mengelilingi Candi Sukuh di Karanganyar –dan tertawa geli saat lihat patung yang erotis, kami segera kembali ke kota Solo untuk melihat langsung pertunjukan wayang orang di Gedung Sriwedari. Sesuai nama tempatnya, pertunjukkan wayang orang ini pun kemudian dikenal dengan nama Wayang Orang Sriwedari.
Wayang orang sendiri merupakan salah satu jenis pertunjukan teater tradisional Jawa yang menggabungkan antara seni drama yang berkembang di Barat dengan pertunjukkan wayang yang berkembang di Jawa.

Pementasan wayang orang
Makanya, tak heran jika lakon yang dipentaskan pun bersumber dari cerita pewayangan seperti Mahabrata dan Ramayana. Pertunjukkan ini dipentaskan di malam hari. Saat kedatangan kami, gedung tua yang digunakan lumayan penuh. Dari sekilas pandangan mata, lebih dari 70% kursi terisi.
Sebagian besar penontonnya orang-orang generasi tua hehe, tapi golongan muda juga lumayan banyak. Baguslah, setidaknya kesenian lakon yang diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Adipati Arya I (1757-1759) ini, sebagai salah satu khasanah wisata Indonesia dapat terus bergerak maju. Oh ya, awalnya, pementasan ini dilakoni oleh abdi dalem istana dan dipentaskan secara terbatas hanya untuk kerabat keraton.

Dari balik panggung
Dulu pun, hanya lelaki yang mementaskan lakon ini. Barulah sekarang wanita pun ikut mementaskan wayang orang. Terus terang, saat saya menonton, saya kurang dapat menikmati karena pementasan menggunakan bahasa Jawa. Namun, melihat reaksi penonton yang tertawa tanpa henti, mestinya dialog-dialognya berisi kalimat jenaka ya. Beberapa kali saya ikutan tertawa saat melihat gerakan-gerakan konyol yang dilakukan oleh mereka.
“Yuk kita ke belakang panggung,”ajak pemandu kami. “Kita lihat proses persiapan mereka,” lanjut beliau lagi.
Wah, tentu saja kesempatan ini tak boleh dilewatkan bukan! Jadilah, rombongan Solo City Fam Trip ini bergegas masuk ke dalam untuk segera menjumpai para pelakon.
Begitu tiba, benar saja, kami berjumpa dengan beberapa para pemain wayang orang yang masih bersiap-siap untuk pementasan. Salut sama mereka, semua dilakukan secara mandiri. Jadi, untuk merias wajah, memasang aksesoris dan memakai kostum, mereka melakukannya seorang diri tanpa ada bantuan dari petugas lain. Wow!

Mereka merias diri sendiri
Kami sempat bertemu degan salah seorang pelakon yang ternyata berperan sebagai Ramayana. Nih ya, saking lamanya pertunjukkan, di luar sudah ada yang pentas namun si pemeran Ramayana baru akan merias diri. Di area lain, saya sempat bertemu dengan sosok pemuda yang akan memerankan Hanoman.
Di atas panggung, orang-orang ini melakoni peran mereka dengan apik. Di belakang panggung ya sama aja kayak kita. Nah si pemeran Hanoman ini mau di depan atau belakang panggung ya sama gokilnya hehe.
Cerita lagi, pada masa mangkunegara VI, perekonomian merosot sehingga pihak istana menyederhanakan kegiatan di lingkungan istana, termasuk meniadakan pertunjukkan. Hal ini berdampak dengan tidak dimonopolinya lagi pertunjukkan wayang. Pun, ketika abdi dalem banyak diberhentikan oleh istana, para mantan abdi dalem ini kemudian membentuk grup wayang di luar istana.

Merias wajah sebelum memakai kostum
Ialah seoarang Tionghoa bernama Gan Kam yang pada akhir masa pemerintahan Mangkunegara Vi yakni sekitar tahun 1895 kemudian menggelar pertunjukkan dengan panggung proscenium ala opera barat, inilah yang kemudian menjadi cikal bakal grup wayang orang pertama.
Lalu,seiring makin diminatinya wayang orang dimasyarakat dan ketika Sunan Pakabuwana X (1893-1939) memprakarsai pertunjukkan wayang orang bagi masyarakat umum di Balekambang, maka mulai terbentuk berbagai macam grup lain. Grup wayang orang Sriwedari sendiri sudah ada sejak 1911 loh!

Bisa jadi cewek kalah jago dalam merias wajah hehehe

Untuk si mas ini, riasannya gak terlalu tebal emang
Namun gedung Wayang Orang Sriwedari sendiri baru dibangun secara permanen tahun 1928-1930 dengan kapasitas 500 penonton. Saat itu, warga yang tidak kebagian tempat duduk masih dapat menonton dari luar melalui anyaman kawat yang dipasang di atas tembok satu meter. Baru di tahun 1951, dibangun gedung baru lagi dengan kapasitas 1000 orang.
Saya dan rombongan kembali menikmati pertunjukkan sebelum kemudian kembali ke hotel dan menjumpai Agra di sana.

Pemerannya cukup banyak
Agra di Solo?
Iya, ini bukan kota Agra yang ada di India sana, namun Agra adalah sebuah restoran di area rooftop Hotel Alila Solo. Saya dan rombongan sempat tinggal di Alila selama beberapa malam dan menikmati pelbagai fasilitas layanan yang ada.

Lobinya yang besar dan megah
Untuk kamar, nggak usah diragukan lagi. Nyaman banget! Saya bahkan sudah jatuh hati sama hotel ini sejak masuk ke area lobinya di mana terdapat ornamen batik di dinding dan langit-langitnya. Oleh petugas hotel saya dan rombongan juga sempat diajakin untuk melirik kamar tipe president suitenya yang berukuran besar (bahkan dilengkapi ruang makan tersendiri) dengan fasilitas yang memukau. Ih ingin rasanya bisa mandi selonjoran di bath up-nya hahaha.

Ini kamar saya

Ini president suitnya

Kamar mandi president suitenya

Ruang makan di president suitnya
Alila Hotel juga memiliki area fitnes, spa bahkan jacuzzi yang berukuran besar. Wow, saya sampai bengong melihatnya. Dan, untuk urusan makanan, juga jempolan. Di satu acara jamuan makan malam yang berada di pinggir area kolam renang, saya berkesempatan mencicipi berbagai macam hidangan yang dibuat oleh para chef handal.

Peralatan gymnya lengkap!

Area spa

Kayaknya enak berendam di sini

Area kolam renang outdoor

Dessert yang super yummy

Supnya juara!

Ayam yang ntah dimasak apa ini, sungguh enak.
Di Alila Solo juga terdapat beberapa restoran yang dapat dikunjungi oleh tamu dengan tanpa harus menginap dulu. Yang paling hits tentu saja Agra karena di sanalah, pengunjung dapat menikmati sajian makanan dan minuman serta melihat pemandangan kota Solo dari ketinggian sambil mendengarkan alunan lagi yang dinyanyikan oleh penyanyi dengan diiringi alat musik/live performance.

Suasana Agra

Kota Solo di malam hari

Babang penyanyinya
Bagi kamu yang tertarik untuk merasakan sensasi menginap yang ketjeh badai di Alila Solo, kamu dapat memesan hotel ini dengan mudah di Pegipegi, baik melalui situsnya ataupun juga melalui aplikasinya. Mudah banget!

Mau cek hotel baik lewat web atau aplikasi, udah paling bener di pegipegi
So, siapkan diri kamu untuk mengeksplorasi kota Solo, menikmati pertunjukkan Wayang Orang dan merasakan kenyamanan Alila Solo! 🙂

Alila Solo
Loh loh loh sudah pulang keliling Yurop Omndut? Aku sendiri sebagai Orang Jawa belum pernah nonton Wayang Orang. Mungkin juga aku nggak begitu ngerti bahasanya klo mereka memakai Jawa Alus.
Betewe banyak typo-nya om :p
Belum Lid, masih di yurop ini. Oh, buat orang Jawa sendiri bisa jadi gak ngerti karena pakai bahasa Jawa halus ya.
Soal typo, siap nanti diperbaiki haha. Ngetiknya buru-buru lol
Hehehe, betul Yan 🙂
aku kenal sama salah satu pemain yg fotonya ada di postingan ini, mas Rijal ! 🙂
Aha, bener. Seingatku namanya Rizal emang. 🙂 beliau pekerja seni. Besoknya saat ada event nari massal itu kami ketemu dia lagi.
Wow! awesome!
Terima kasih.
Semoga dengan terus dipentaskan A dan banyak ditulis seperti ini, semakin banyak generasi muda yang menyukai pagelaran wayang orang. Katanya kan Tak Kenal Maka Tak Sayang …
Betul. Melihat gelagat kocak di pementasan, untuk meraih sasaran penonton anak muda, udah oke itu 🙂
Kemarin ke Solo, Sriwedari sudah masuk list … apa daya yang lain maunya jalan ke destinasi baru … yo wis, kelewat lagi deh
Mesti dicoba lain kali kang Ale 🙂
aku pernah nonton wayang orang waktu pasar sekaten. emang biasanya dialognya itu lucu sih. wkwkwk.
pertanyaannya, bagaimana dengan kesejahteraan pementasnya? sering banget grup wayang orang gulung tikar karena orang sudah kurang minat nonton
Aku gak sempat mengulik tentang hal itu. Tapi aku yakin, para pekerja seni di sana melakukannya tak semata demi uang. Bisa jadi demi terus terjaganya kesenian tersebut. Walau begitu, semoga kesejahteraan mereka baik amin.
Serunyaaa,,, bisa lihat ke balik panggung, lihat pemeran2nya lagi persiapan.
Di Semarang jg ada wayang orang Ngesti Pandawa yg tampil tiap Sabtu malem. Panggungnya bagus banget, kostum & make up juga niat. Sayangnya, menurutku waktu pertunjukannya terlalu lama.
Semoga warisan budaya ini tetep ada & dikemas sesuai dg perkembangan jaman biar tetep eksis ya.
Iya, lebih dari 2 jam haha. Mesti niat banget nontonnya 🙂
Penontonnya kebanyakan yang sudah tua, ya? Apa jalan ceritanya kurang masuk ke kalangan anak muda atau bagaimana, ya?
Kebanyakan orang tua emang. Tapi ceritanya lintas generasi. 🙂
Durasi pertunjukannya brp lama om? aku mayan suka nonton sendratari (pernah nonton yg Ramayana Prambanan) meski bahasanya roaming 😅
Antara 2 sd 3 jam. Lumayan lama. Soalnya kami tiba pertunjukan udah mulai, kami ke belakang, ke depan lagi, dan pulang sebelum pertunjukkan selesai.
Satu hal yang belum kesampaian sama aku waktu mengunjungi Solo adalah menonton wayang orang Sriwedari ini. Kebetulan dulu waktu kecil, aku suka banget nonton pertunjukkan ketoprak dan wayang orang yang disiarkan TVRI Yogyakarta.
Di antara semua pertunjukkan wayang, aku cuma suka wayang orang. Kalau wayang kulit, golek atau lainnya, aku gak kuat. Bosan hahaha. Karena aku lahir dan besar di Yogyakarta dan Jawa Tengah, jadi sedikit banyak aku paham pertunjukkan wayang orang, meskipun bahasanya halus.
Ah jadi pengen main ke Solo lagi nih. Apalagi kalau bisa menginap di Alila juga ya? Pasti nikmat! 😀
Aku nonton pertunjukan wayang kulit di keraton Yogya, gak lama sih. Tapi ya itu gak paham haha.
Memang di situ ya tantangannya pertunjukkan-pertunjukkan kesenian klasik. Hanya bisa dinikmati kalangan tertentu saja.
Iya betul. Saat di Wina, aku udah kepingin nyobain nonton opera. Tapi langsung melipir bahkan sebelum nanya harga tiketnya haha. Takut beristighfar panjang.
Aduuuh, aku kepengen banget nonton opera di Wina (kalau ada duit). Pasti seru, meskipun setelahnya gak mau ditanyain harga tiketnya berapa. Btw, kalau nonton opera gitu, harus pakai black-tie gitu ya dress code nya?
Aku kurang yakin, tapi menurutku begitu mas. Tapi bisa jadi dibedakan dengan kelas-kelasnya. Waktu di alun-alun Wina gitu sempat ditawarin tiket last minutes (oleh petugas resmi yang ngider di alun-alun), dan dengan demikian mestinya apapun yang dipakai orang (pakaian) bisa dipake. Lagian musim gugur minimal semua orang pakai pakaian panjang ya hehe
Berapa tiketnya waktu itu Yan?
Wah..keren sekali ya..bisa menyaksikan Wayang orang secara langsung & bahkan sampai persiapannya.. Salut untuk para seniman itu.. Dan hotel + Agranya juga jempol…
Iya, alhamdulillah. Kesempatan langka 🙂
Ini postingannya sungguh mingin-minginin.
Kan jadi penasaran pingin main ke Agra gegara tulisanmu. 🙂
Asyik banget nongkrong di sana malam-malam. Bisa sambil nyanyi juga hehe
Alila Solo keren yaaa hahahha mupeng deh pengen kesini… Btw aku suka banget nonton pertunjukan wayang orang, seneng aja ntah kenapa, tapi sayangnya udah jarang pertunjukan wayang orang kayak gini sekarang
Aku juga suka nonton drama. Akan lebih menikmati jika ngerti bahasanya haha
Penasaran dengan wayang orang tapi aku roaming dengan bahasanya hihi
Kalau bebaso Plembang baru ngerti ye mbak Dew hahaha
Baiklah aku mengaku, tadi tertipu pas baca judul
Ku pikir bakal cerita tentang Agra di India, untung beneran baca sampai habis hahaha
Btw aku penikmat pertunjukan seperti ini, selalu kagum sama luwesnya gerakan mereka dan sangat menghayati perannya
Aku sering menari Bali, tapi bermain wayang orang jauh lebih sulit tentunya karena setiap gerakan harus disesuaikan dengan dialog
Pengen belajar juga sesekali
Haha judulnya emang agak menjebak mbak Arni 🙂 Btw, iya ya, mbak Arni penari juga. Menarik kapan-kapan ajari aku ya wahahahahaha
Hotelnya bikin melongo, megah, luas, cakep, puas dah menghabiskan waktu di sana. Aku Kalo nonton wayang orang kira2 bakalan ngerti enggak ya, soalnya mesti pakai Bahasa jawa yang halus
Ajak temen yang paham bahasa Jawa halus dan paksa dia jadi penerjemah mbak haha. Kalo dia males-malesan, cubit pipinya #lha hwhwhw
Wah, mau banget nginep di president suitnya alila sama dinner romantis di agra 😀
Iya. Jadi disarankan datang ke sana bareng pacar haha
Bulan ini ada rencana ke Solo sebentar, semoga aja bisa ke Sriwedari nih
Amiiin 🙂
waduhhh aku belum sempat nulis pas kemarin ke solo. tapi menarik juga sih wayang orang sriwedari, diajakin si halim mana pakai acara diusir dari tmpat duduk karena salah nomer, terus bawa minuman es teh terus nyemil nasi goreng yang dibungkus. walaupun saya orang jawa, hampir 70% aku ga paham apa yang diucapkan apalagi sama turis bule di samping tapi lumayan terhibur pas adegan lawak sih. wah beruntung bisa masuk ke belakang panggung. mendekati akhir pertunjukan aku sudah ngantuk parah wkwkwk
Iya, liat orang tertawa juga lumayanlah, ikutan arus haha walau 100% nggak ngerti.
Salam kenal , 😊😊😊, sukses selalu ngeblognya.. Jangan lupa follow balik ke blog saya ya.. 😀😊
Terima kasih, salam kenal kembali.
hahah tadi langsung kefikiran Agra di India. Wah cakep ya nih hotelnya bolehlah next time main ke Solo nginepnya disini Hotel Alia dan Agra hehe
Cocok buat bersantai dan foto ala-ala 😀 banyak spot foto kece 🙂
Kamar hotelnya cakep banget, Yan. Betapa nikmatnya tidur disana.
Cantik kota Solo di waktu malam.
Iya mas. Cakep banget dilihat dari atas 🙂
Loved your article and the photos are very beautifully shot.
Thank you
Om… mau sedikit ralat, Candi Sukuh bukan di Boyolali loh, tapi Karanganyar 😉
Aha siap, akan dikoreksi segera. Makasih yaaa
Hotel Alila Solo ini keren, aku suka lihat dari IGS influencer lain waktu nginap di sini.
Lumayan keren 😀
Ping balik: Di Balik Layar Agra dan Wayang Orang Sriwedari di Kota Solo | Napsu Jalan
wihh mantap tuh pentas seninya, ngomong2 ada brpa peserta yg ikut pentas bang?
Kurang tahu jumlah pastinya. Tapi puluhan kayaknya.
Ping balik: Merindu Kulu-kilir di Kota Solo | Omnduut