Pelesiran

Dari Big Ben Hingga Westminster Abbey: Keliling & Hemat Poundsterling di London

Sejak membuat itinerary untuk keperluan Visa Inggris, saya sudah membayangkan akan berkunjung ke mana saja selama berada di negeri Ratu Elizabeth itu. Yang ada di kepala sih jelas objek wisata gratisannya. Secara ya, ini saya bisa ke Eropa ya karena dapet tiket gratisan dan selebihnya (biaya akomodasi, konsumsi dan transportasi) harus ditanggung sendiri. Jadi, pilihan mengunjungi tempat wisata tak berbayar adalah koentji.

Tadinya, saya niat mau jalan sampai ke Edinburgh juga. Pas banget nemu tiket bus promo dari London ke sana. Tapi, setelah dipikir-pikir, waktu 3 hari nggak akan cukup. Jadilah, saya memutuskan untuk skip dan fokus menjelajahi London saja. Secara ya, rasanya sebulan aja belum tentu bisa didatangi semua objek wisata yang ada.

Dan, ternyata itu keputusan yang benar. Selain lebih dapat menikmati perjalanan, kami juga harus berhadapan dengan cuaca gloomy London di musim gugur yang tak mudah ditebak. Jadi, ke mana saja saya menghabiskan waktu selama di London? Ini dia!

Menatap Big Ben & Istana Westminster dari Dekat

Pesawat yang membawa saya dan adik tiba tepat waktu di London sekitar pukul 1 siang. Berhubung James, host couchsurfing kami masih kerja dan baru ditemui malam hari, jadilah kami langsung memutuskan untuk berkeliling.

Siluet Big Ben

Setelah menarik poundsterling secukupnya di mesin ATM dan membeli kartu transportasi, kami memutuskan untuk menjangkau kota menggunakan tube atau kereta listrik. Ini mode transportasi yang paling murah. Eh sebetulnya naik bus juga bisa sih, kalau beruntung dapat promo-an, bisa lebih murah lagi juga.

Dari Bandara Heatrow, kami langsung menuju Stasiun Westminster. Jaraknya sekitar 16 mil dengan jarak tempuk 30 menit. Begitu tiba, hanya berjalan sedikit, dan begitu keluar stasiun, menara Big Ben langsung terlihat jelas.

Big Ben sebetulnya nama sebuah lonceng besar yang ada di tengah menara jam sisi utara Istana Westminster. Nama resminya sih Elizabeth Tower yang diberikan bertepatan dengan ulang tahun ke-60 Ratu Elizabeth II selama kepemimpinannya membawahi Britania Raya dan Wilayah Persemakmuran.

Berlagak jadi SRK dulu di video klip lagi Saans hwhw

Bagian lain Istana Westminsternya.

Dibangun pada tahun 1858, saat saya kunjungi di tahun 2018 lalu usianya tepat 160 tahun. Mulanya, menara ini dibangun sebagai bagian dari rencana pembangunan istana baru oleh Charles Barry setelah Istana Westminster lama hancur akibat kebakaran pada malam 22 Oktober 1834.

Dengan tinggi 96,3 mete dengan gaya Gothik Victoria, 61 meter bagian bawah jam-nya terbuat dari bata yang dilapisi batu. Sedangkan bagian puncak menara ditopang kerangka besi. Khusus menara ini, dibangun di atas tanag berukuran 15×15 meter dengan fondasi beton setebal 3 meter dan ditanam di kedalaman 4 meter.

Walaupun Big Ben-nya kurang cakep, yang penting modelnya ganteng dan gendut. Astagfirullah.

Fakta yang menarik, karena berubahnya kontur tanah sejak pertama kali dibangun, menara Big Ben ini miring  ke sisi barat laut kurang lebih 8,66 inchi. Nah loh, jadi mirip sama kayak Menara Pisa, ya! Yang semula diniatkan dibangun ya nggak miring. Cuma karena dibangun di atas tanah berpasir makanya semakin hari menaranya semakin miring.

Mungkin karena alasan itu pula, menara ini senantiasa dilakukan renovasi. Kalau mau dibilang kurang beruntung sih ya bisa hehe, sebab saat kami ke sana, menara jam ini sepenuhnya ditutup kerangka besi. Sebab sejak 21 Agustus 2017, dilakukukan renovasi besar-besaran terhadap Big Ben dan juga Istana Westminster-nya. Tak tanggung-tanggung, renovasi ini diperkirakan memakan waktu 4 tahun atau selesai hingga tahun 2021.

Memandangi London Eye

Tak jauh dari Big Ben, cukup dengan hanya menyeberangi Jembatan Westminster, kami sudah dapat melihat dengan jelas London Eye atau Millennium Wheel, sebuah roda pengamatan yang dirancang oleh arsitek David Marks dan Julia Barfield yang terdiri dari 32 kapsul pengamatan tertutup.

London Eye dilihat dari Westminster Bridge

Big Ben terlihat dari kejauhan.

Ini adalah Kincir Ria/Ferris Wheel sempat menjadi yang terbesar di dunia! Tingginya 135 meter sehingga masuk ke Guinness Book of Records walaupun setelahnya dikalahkan oleh Kincir Ria High Roller yang ada di Las Vegas.

London Eyeberputar dengan kecepatan 0,26 meter/detik di mana, untuk satu kali putaran penuh itu berarti dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Uniknya, dengan kecepatan itu, London Eye tidak perlu berhenti sempurna saat penumpang akan keluar masuk.

Pemandangan dari seberang Sungai Thames

Hanya dapat menatap dari bawah haha

Komedi putar di sekitaran The Queen’s Walk

Lantas yang jadi pertanyaan, berapa sih ongkosnya kalau mau nyobain? Saya cek sekarang £25,5 untuk pembelian online. Atau £45 untuk pembelian langsung. Nah, berhubung saya kere hwhw, jadi ya, cukuplah bagi saya menikmati London Eye dari The Queen’s Walk atau pedesterian yang ada di pinggir Sungai Thames.

Suka sih berlama-lama berada di sekitaran sini. Orang terlihat banyak yang berolahraga. Ada yang lari atau sepedaan. Padahal cuaca terasa mengigit. Tapi katanya ya, emang lebih enak berolahraga di suhu rendah seperti itu. Olahraganya bikin badan hangat!

Pura-pura Gila Bola di Stamford Bridge

Saat menerima tiket gratisan, mulanya terdapat 2 pilihan mau landing di mana: London atau Manchester. Kalau saya penggemar bola terutama klub Manchester United, mungkin saya akan pilih ke sana saja haha. Nah dua adik saya ini fans setia MU. “Kenapa nggak ngefas Liverpool, Manchester City atau Arsenal gitu?” ya nggak tahu, namanya juga orang demen, kadang gak perlu alasan khusus, kan? hahaha.

Bosan menungu di sekitaran The Queen’s Walk (mana cuaca dingin), saya dan adik memutuskan untuk berpindah tempat. Bingung mau ke mana, eh setelah ngecek peta di google, ternyata apartemen James letaknya nggak jauh dari kawasan Fulham di mana Stadion Stamford berada!

Stadionnya berdampingan dengan apartemen penduduk

Itu adalah markas utama klub sepakbola Chelsea. Alih-alih bernama Stamford Stadium, stadion ini malah lebih dikenal dengan sebutan Stamford Bridge karena penggemar klub memberi julukan dengan sebutan “The Bridge”.

Dibuka pada tahun 1877, mulanya stadion ini digunakan oleh London Athletics Club hingga 1905. Baru setelah pemilik baru Gus Mears mendirikan Chelsea Football Club, stadion ini dipakai untuk pertandingan kandang. Sejak itu berbagai perubahan dilakukan. Dengan kapasitas 40.834, menjadikan stadion ini sebagai venue terbesar ke-9 pada musim Liga Utama Inggris 2019-2020. Bahkan direncanakan akan diperluas lagi agar bisa menampung 53 ribu penonton pada musim 2023-2024.

Patung Peter Osgood, pemain legendaris Chelsea

Fans MU berfoto di kandang Chelsea dulu hehe

Yang menarik, stadion ini berada di tengah pemukiman penduduk dan gedung-gedung pertokoan. Sejauh mata memandang, saya tidak melihat ada area parkir mobil yang luas sebagaimana stadion pada umumnya. Jadi, tube atau bus menjadi alat transportasi andalan banget. Bagus ya, ciri khas kota maju ya begitu. Saat orang lebih banyak menggunakan transportasi umum yang artinya transportasinya sudah baik dan dapat menjangkau segala lapisan masyarakat dan wilayah.

Penjaga Ikonik di Buckingham Palace & James Park

“Simpan paspor dan dompet di dalam jaket,” ujar saya kepada adik.

Berbeda dengan tempat-tempat sebelumnya yang relatif lengang dan aman, Istana Buckingham, destinasi wisata yang ingin kami kunjungi hari itu terkenal dengan kerumunan copetnya yang luar biasa. Sudah banyak saya dengar cerita wisatawan yang harus kehilangan benda pentingnya. Liburan yang seharusnya menyenangkan jadi bencana.

Istana Buckingham

Jarak apartemen James di kawasan Imperial Wharf menuju Istana Buckingham sebetulnya hanya 3 mil atau sekitar 5 km. Masih walkable. Tapi karena cuaca dingin, kami memutuskan kembali menggunakan tube.

Sekitar 10 menit, kami sudah tiba di stasiun Victoria. Sebetulnya, ada stasiun yang lebih dekat lagi, tapi kami memutuskan untuk sekalian lihat-lihat suasana dari stasiun menuju Istana Buckingham.

Sekitar pukul 9 pagi kami tiba di istana yang jadi kediaman resmi raja dan ratu Inggris ini. Istana yang dibangun untuk Duke of Buckingham pada tahun 1703 ini sebetulnya sebuah balai kota awalnya. Setelah diambil alih oleh George III pada tahun 1761 barulah dijadikan rumah pribadi yang dikenal sebagai “The Queen’s House”. Makanya nama lainnya juga dikenal sebagai Buckingham House.

Pengunjung di Buckingham Palace

Saat dibangun oleh arsitek John Nash dan Edward Blore, berbagai perubahan sudah terjadi. Misalnya saja, adanya tiga gedung sayap tambahan dari halaman tengah. Penambahan terakhir gedung ini dibuat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan jadi kediaman resmi kerajaan sejak pengangkatan Ratu Victoria pada tahun 1837.

Ada satu kebodohan saya saat mendatangi istana ini. Niatnya sih saya mau lihat prosesi The Changing of The Guard yang sebelumnya saya lihat di video-video. Saya kira, prosesi itu dilakukan setiap hari, sebagaimana yang terjadi di Istana Grassalkovich di Bratislava, Slovakia. Eh ternyata nggak dong, dan saya datang di hari yang salah, huaa!

Jadi, seharusnya sebelum ke sana, saya cek dulu jadwalnya di sini. Ya sudah, apa boleh buat, gagal melihat proses pergantian penjaga istana, kami cukup puas mengeksplorasi tempat-tempat yang ada di sekitaran istana ini.

Salah satu King’s Guard yang berhasil saya abadikan

Tapi tetap senang sih ketika dapat melihat King’s Guard/pengawal raja yang diorganisir oleh Divisi Rumah Tangga Angkatan Darat Inggris. Yang saya suka itu seragam mereka yang unik. Dari segaram merah tua dan topi kulit beruangnya. Jadi keingat sebuah adegan di Mr.Bean ya gak sih? Haha.

Ada patung dan monumen di sekitaran Istana Buckingham. Salah satu yang paling mencolok adalah Victoria Memorial yang merupakan monumen Ratu Victoria yang dirancang oleh Thmas Brock pada 1901 dan diresmikan 10 tahun kemudian.

Victoria Memorial. Dari jauh kelihatan London Eye.

Kalau pasukan berkuda ini seragamnya beda lagi. Terutama di bagian topinya.

Dari sekitaran memorial ini, tak lama, juga terlihat pasukan berkuda berjalan melintasi jalanan yang ada di depan istana. Beberapa mobil dengan pengawalan juga sempat terlihat memasuki pagar istana walaupun saya tidak tahu siapa yang ada di dalamnya.

Berbatasan dengan sisi barat Istana Buckingham, kami juga sempat melipir ke James Park, taman seluas 23 hektar yang memiliki danau kecil –St. James’s Park Lake dengan dua pulau –West Island dan Duck Island yang dinamai karena banyaknya waterfowl/burung liar di daerah situ.

Luas, tenang dan nyaman

Burung-burung mendekat

Pose dulu sikit hehe

Kami sempat mengambil banyak foto di sini. Suka banget dengan pepohonan yang sebagian besar daunnya sudah gugur dan menutupi rerumputan. Terlihat beberapa kursi taman yang diduduki orang-orang yang tengah menyantap bekal makan siangnya. Ya, saat itu memang sudah siang. Ingin rasanya berdiam lebih lama atau mengeksplorasi sisi danaunya, namun kami sudah punya janji dan harus bergegas ke titik pertemuan.

Makan Siang di Westminster Abbey & Melipir ke KBRI

Jauh sebelum berangkat, saya sudah mengontak Mbak Rosi. Modal nekat dan SKSD aja haha, sebab sejauh ini belum pernah jumpa. Komunikasi pun sebatas saling komen di blog atau di sosial media. Yang saya tahu, mbak Rosi nggak tinggal di London tapi di Worcester yang berjarak 131 mil atau 210 km. Kalau naik bus sih bisa 2,5 jam. Lumayan jauh! Makanya saya nggak espektasi Mbak Rosi bisa menemui kami di London.

Westminster Abbey terlihat sudah dekat.

Eh dasar rezeki, Mbak Rosi bersedia menemui kami. Jadilah disepakati Westminster Abbey sebagai titik pertemuan. Begitu tiba, wah senangnya. Kami ngobrol panjang lebar bak ketemu teman lama. Yang hepi lagi, ternyata mbak Rosi sudah menyiapkan bekal untuk kami makan siang. Mbak Rosi membawakan kami nasi! –mewek terharu. Ya, walaupun baru meninggalkan Indonesia 3 hari, tapi perut kampung ini udah kangen sama nasi! Dan, kapan lagi kan makan dengan view Westminster Abbey, gereja yang menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO ini.

Nama resminya sih Collegiate Church of Saint Peter. Sebuah gereja anglikan yang sejak tahun 1066 sudah digunakan sebagai lokasi penobatan 40 raja Inggris sekaligus menjadi tempat persemayaman 18 raja Inggris. Dan, menjadi lokasi 15 pernikahan kerajaan sejak tahun 1100 termasuklah pernikahan Pangeran William dan Catherine Middleton.

Gedung lain tak jauh dari Westminster Abbey

Bekal nasi ayam dari Mbak Rosi. Nikmat luar biasa! secara udah 3 hari gak makan nasi hahaha

Mestkipun asal muasal gereja ini tidak begitu jelas, pada pertengahan abad ke-10 terdapat sebuah biara yang beroperasi di lokasi itu yang menampung para biarawan Benediktin. Biara ini dibubarkan pada tahun 1550 dan gereja tersebut diambil alih kerajaan di zaman Elizabeth I.

Arstiktur gotik gereja ini terinspirasi oleh gaya Perancis dan Inggris dari abad ke-13. Wah pantes ya, secara bentuk mirip Notre-Dame walau beberapa bagian gereja menunjukkan gaya Romawi atau Barok.

Biara ini adalah tempat pemakaman lebih dari 3.300 orang, banyak di antaranya adalah orang-orang terkemuka dalam sejarah Inggris: raja, perdana menteri, penyair, aktor, ilmuwan, pemimpin militer. Nama-nama besar seperti Charles Darwin dan Isacc Newton adalah sebagian kecilnya. Karena ketenaran tokoh-tokoh yang dimakamkan di sana, seniman William Morris menggambarkan biara itu pada tahun 1900 sebagai “Valhalla Nasional”

Kami sih nggak masuk ke dalam, ya. Bayar £29 soalnya, lumayan mahal, hahaha. Sebagai ganti, Mbak Rosi akan mengajak kami muter-muter di beberapa ikon kota London. Sebelum itu, kami diajak dulu untuk mampir ke KBRI. Dari Westminster Abbey dekat sekali, jalan kaki sekian menit saja.

Lumayan gede. Lokasinya pun di tengah kota. Paten bener!

Bisa foto di dalam KBRI berkat Mbak Rosi. Makasih banyak ya mbak 🙂

Wah, sungguh, kalau nggak sama Mbak Rosi, saya gak kepikiran untuk mampir ke KBRI. Tempat yang cukup keramat buat saya, takut dikira gembel yang mau nyusahin stafnya kalau ujug-ujug mau main ((main)) hahaha. Berkat Mbak Rosi, jadi saya dan adik dengan mudah dapat masuk (nganu, bahkan bisa numpang pipis hwhw). Sayang, dubesnya saat itu nggak ada di tempat. Padahal ngarep sih bisa sepapasan dan minta foto bareng hehe.

Lalu, dari KBRI kami main ke mana saja? langsung klik aja cerita bagian kedua “Serba Percuma di London” ya!

59 komentar di “Dari Big Ben Hingga Westminster Abbey: Keliling & Hemat Poundsterling di London

  1. Mantap dapat endorse ke Eropa eeh ini program couchsurfing ya bukan endorse?
    Kalau ke sana persiapan dulu gak, Mas? Kan logat british beda ama logat american english (yg biasa kita dengar).
    London eye cakep bener. Tapi tiket 45 poundsterling (eh bener itu logo poundsterling kan bukan euro?) mayan juga yak. Jadi kalo ke sana emang butuh sangu banyak.

    Mas Yayan lebih prefer bayar cash ya daripada CC saat ke luar negeri?

    • Ini tiketnya gratisan dari lomba mbak hwhw. Bukan juga program couchsurfing.

      Soal persiapan, aku banyak berdoa aja hahaha. Secara aku juga gak jago-jago banget bahasa Inggris. Pokoknya modal nekat, minimal kalau kebelet pipis bisa nanya arah gitu hwhw.

      Iya itu logo poundsterling. Kalau euro €. Di LN, ku prefer cash. Takut CC kebobolan >.<

  2. Yaahh sayang nian idak naik wheelsnyo itu Yan. Padahal pacak jingok dan motret London dari ketinggian. Tapi memang mahal jugo sih yo hihihi. Mending duitnyo untuk jajan

    • Karena dulu London kota pertamo yuk, jadi masih takut kehabisan duit di jalan haha. Semoga ntar balik lagi ke Eropa dengan keuangan yang lebih baik. Amiiin.

    • Kalau diperhatiin sekilas kayaknya gedung-gedung di sana nggak banyak perubahan ya dalam artian udah 100 tahun tapi mereka masih mempertahankan nilai stories tempat itu, pantesan tempatnya tuh banyak spot estetik gitu,

  3. Langsung aku catetin nih, siapa tahu masih diberi kesempatan dan sehat buat mengunjungi Inggris. Secara anak backpacker kudu berhemat apalagi mata uangnya lumayan mihil kursnya untuk kantongku yang tak seberapa tebal hehehe

  4. Wah serunya bisa ke London. Rasanya pengetahuan saya soal kota itu cuma Big Ben, Istana Buckingham sama Westminster Abbey aja deh. Apakah disana juga lagi besar curah hujannya kaya disini?

  5. Membuat itinerary destinasi wisata tidak berbayar memang susah-susah gampang tapi amat bisa dilakukan apalagi di Spot turis besar London dan memang harus bisa memanfaatkan semua promo dan juga teman untuk bisa memaksimalkan jalan-jalan supaya lebih meriah tapi murah BTW kapan ada lombanya lagi saya mau ikutan ah

  6. Aisssh, ga kuat bacanya pas paragraf Stamford Bridge. Ya Allah, ini tuh destinasi impianku banget dari dulu… Tapi sayangnya nasib belum membawa daku kesana ya. Semogaaaa aja bisa kesampean mampir kesana trus foto di ruang ganti pemaennya, heuheu

    Oya, itu kicir anginnya serem amet.. Aku naik bianglala di dufan aja gemeteran, apalagi ini ya.. Hahahaha

  7. 30 menit naik London Eye.. kalo saya sik bukan karena harganya juga tapi takut ketinggian, gak kebayang rasanya pas di puncak London Eye itu hadeuhhh takutttt… beli oleh oleh yang murah di sana daerah mana om

  8. Yang saya suka dari setiap tempatnya ini cakep banget difoto, selain bangunannya yang estetik, tone-nya juga adem — ini karena langit di sana beda sama di Indonesia, kah? Agak tricky juga ya nyari tempat wisata yang ga berbayar.

    • Huaaa artikel ini menyajikan banyak informasi sejarah, tidak melulu tentang pengalaman jalan-jalannya. Saya suka…saya suka.
      Sekalipun saya agak malas baca buku sejarah yg tebal dan jelimet, tapi suka baca sejarah yg singkat-singkat diselingi kisah perjalanan dari penulisnya, seperti artikel ini.

      Saya jadi tahu kalau ada biara di mana tokoh2 penting dikuburkan.
      Terima kasih yah. Ditunggu cerita-cerita asyik selanjutnya.

  9. Seru banget perjalanan Om Yayan nih, aku jealous karena impian sejak remaja bisa ke Westminster Abbey, huhuu. Wah info penting tentang pergantian penjaga di Buckingham itu gak setiap hari ternyata. Senang juga ya bisa mampir ke KBRI, berkat bantuan mba Rossi yang asiknya juga nyiapin bekal, beruntung banget sih

  10. Aku pun kalo kesana bakal skip sih iy bianglala mas 🤣. Jangankan di sana, yg di Aeon Cakung aja, katanya tertinggi juga, aku emoh naik . Krn ga suka putarannya lambat, bikin ngantuk wkwkwkwkwkwk..mungkin kalo puterannya kencang, aku semangat sih 😂😂.

    Kalo ke inggris, impianku Ama Raka cuma mau Liverpool. Itu Thok. Yg lainnya ga tertarik. Krn Raka penggemar berat Liverpool kan. Sementara aku mau ke museum the beatles.

    Cuma ya itulah, inggris ini mahal. Visanya juga mahaaal 🤣🤣.

    Makanya akhir2 ini aku milih negara yg ga terlalu mahal biaya hidup, dan visa ga susah.

    Dulu ada masanya aku Ama Raka ke eropa, ke Jerman waktu itu, tp kami beneran ga prepare duit utk shopping dll. Hanya buat pesawat 😂. Penginapan dan lainnya dari ortu Raka.

    Tapi JD ngerasain bgt, gimana enaknya jalan2 yg cuma jalan Thok, tanpa belanja, menikmati duduk di taman kayak mas Yayan gitu 👍. Apalagi cuacanya toh adem, beneran nyaman buat duduk kan

    • Fans sejati Liverpool.

      Ah baru ngeh The Beatles asli sana ya mbak. Kayaknya kalau ke sana pintu masuknya juga lewat London.

      Btw, Kincir Ria ini kayaknya dikonsepkan untuk foto-foto selow. Yang ngebut itu komedi putar kayak yang di pasar malam. Aku malah gak suka naik itu, kepala puyeng hahaha

  11. London atau UK aslikk cakep, beberapa bulan terakhir ini, explore aku isinya UK semua hahaha. Wish list ke negara ini, kudu nabung keras nih, tiketnya ya lumayan

    Ternyata untuk renovasi menara Big Ben, butuh waktu lama banget ya, sedihnya kalau pas ngedapetin menara lagi direnovasi. Aku ngayal kalau ke UK pokoknya foto di box telepon warna merah hahaha

    Dan beruntung banget bisa meet up sama mbak rossi terus diajakin ke KBRI, mau jugaa

  12. Masya Allah,rezeki banget ya Yan bisa ke London dan berjalan-jalan di sana. Semoga ada rezeki bisa ke London juga jadi kayak sedang ada di dalam bukunya Jane Austen hehe

  13. Sebenernya yaa.. omdut tuh ga gendud.
    Hahaha~

    Dan jadi inget emakku pas ke London. Tujuan utamanya pengen ke kampus-kampus ternama.. tapi karena butuh perjalanan pakai kereta, jadi aga berat yaa.. Padahal kalo pas musimnya enakeun (gak terlalu dingin atau terlalu panas), Inggris nyaman banget buat belajar ((ngonten, hehehe))

    Cantik sekali foto-fotonyaa…

  14. Ping balik: Serba Percuma di London | Omnduut

  15. selalu suka baca cerita yang dibagikan saat traveling, apalagi bila travelingnya ke luar negeri. saat membaca tulisan seperti ini, dalam hati diam-diam berdoa semoga saya juga bisa menginjakkan kaki di tempat yang sama suatu hari nanti

  16. Copet itu bikin ribet perjalanan ya… Aku akhirnya kalau traveling sering pakai sleeveless tactical jacket-ku, di jaket itu banyak kantong tersembunyi. Alhamdulillah selama ini selalu aman nyompen paspor, dompet dan identitas lainnya. Waktu umroh (pasca menjalankan rukun umroh) saya juga pakai jaket ini, semua masuk, bahkan sendal jepit pun masuk, wkk… jadi ngga usah bawa tas lagi…

    • Setelah googling sleeveless tactical jacket jadi ngeh sama jaket yang dimaksud. Aha bener ya, bisa juga dipertimbangkan nanti buat aku next trip haha, makasih infonya ^^

  17. Ping balik: Ada Mumi di Katedral Zagreb? | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.