Masih ada sisa waktu yang aku, Ahlan dan Indra punya untuk mengeksplor keindahan provinsi Jammu & Kashmir yang ada di India. Setelah sebelumnya kami mengunjungi kebun bunga tulip terbesar di Asia dan menjajal cable car tertinggi kedua di dunia dengan view hamparan salju, tujuan selanjutnya kami ialah mendatangi kawasan pegunungan Pahalgam yang diyakini memiliki view selaiknya Swiss.
“Ah ciyus?”
Ya kali. Soalnya kan aku belum pernah ke Swiss. Jom, yang udah pernah ke Swiss coba tengok foto-foto yang ada di postingan ini. Jika mirip, so, bolehlah bagi penduduk Pahalgam untuk menamakan kawasan mereka sebagai Swiss-nya India (lha, Palembang aja di sebut Venice of The East, toh! Padahal sungainya penuh sampah dan ironisnya dapet piala Adipura pula). Lebih bagus lagi sih kalau aku dikasih kesempatan ke Swiss ya, biar bisa membandingkan langsung. Haha modus! Sponsor… mana sponsor.
Perjalanan Menuju Pahalgam
Pagi-pagi benar kami bertiga sudah stand by tak jauh dari gerbang pertama danau Dal. Sambil menyecap hangatnya chai dan mengunyah roti tawar kering yang teksturnya keras, kami bersiap menunggu mobil jemputan. Tak lama, trio Bangladesh (yang juga menjadi travelmates kami ke Gulmarg) tiba dan bergabung bersama kami di sebuah kedai kecil yang pemiliknya jarang tersenyum itu. Di sisi lain, ternyata, uncle driver sudah menunggu di ujung jalan. Ya sudah, tanpa menunggu terlalu lama, kami langsung menuju mobil.
Jarak antara Srinagar ke Pahalgam sekitar 80 km. Untunglah jalanan bagus dan lalu lintas terhitung sepi. Jadi, kami hanya butuh berkendara sekitar 1,5 jam saja untuk menuju Pahalgam. Perjalanan pun terasa sangat menyenangkan. Rasanya adaaa aja bahan obrolan diantara kami berenam. Selain itu, mata kami dimanjakan oleh pemandangan indah di sepanjang perjalanan. Ini salah satunya…
Kami melewati banyak perkampungan penduduk. Termasuklah pasar-pasar tradisional yang suasananya tak jauh berbeda dengan Indonesia. Uniknya, pasar di sana dihiasi pegunungan yang berselumut salju di puncaknya. Subhanallah, indah sekali. Penduduk Pahalgam beruntung dianugerahi pahatan indah Sang Pencipta. Namun sayang, kondisi keamanan di sana cenderung tidak stabil.
Pahalgam sendiri sebetulnya wilayah autoriti khusus yang berada di distrik Anantnag. Puncak tertinggi yang ada di Pahalgam yakni sekitar 7.200 kaki atau sekitar 2.200 meter jika diukur dari tepian sungai Lidder. Oh ya, sepanjang perjalanan kami juga melewati jalan yang bersisian langsung dengan sungai. Melihat airnya yang super jernih, ingin rasanya nyebur ke sana hehe. Namun, aku sadar diri. Di dalam mobil dengan penghangat saja rasanya masih mengigil. Apalagi jika nyebur ke dalam sungai. Bisa-bisa bikin anuku (baca : hatiku hwhw) mengkerut dan badanku membeku.
Saat melewati gerbang besar selamat datang yang besar, itu artinya tujuan kami semakin dekat. Kami sempat diberhentikan oleh petugas keamanan tak jauh dari sana. Aku tak mengerti apa yang petugas keamanan dan supir bicarakan, yang jelas kami langsung diizinkan masuk. Baiklah Pahalgam… kami datang!
Pilah Pilih Kuda
Sejak awal merencanakan perjalanan ke Pahalgam, berbekal informasi dari sebuah buku perjalanan, kami bertiga sudah berencana untuk menyewa kuda. Trio Bangladesh berpikiran lain, “kami mau coba trekking menuju titik akhir Haryadi,” ujar Arshi.
Okelah kalau begitu. Berjalan boleh barengan, namun keputusan ada di tangan masing-masing toh. Begitulah seharusnya perjalanan dilakukan, sob! 🙂 oke kembali ke kuda. Dari area parkir saja kami sudah dikerubuti banyak calo. Yup, tenyata orang-orang yang menawarkan kuda itu adalah calo. Biasanya mereka diuntungkan dari pemilik kuda yang tidak dapat berbahasa Inggris. Padahal, lebih bagus lagi jika bernegosiasi langsung ke pemilik kuda sebetulnya.
Harga awal yang ditetapkan seorang calo dimulai dari INR1500. Gilak! 3 kali lipat dari harga yang diinformasikan di buku. Kami menolak dan terus berjalan naik. Toh masih banyak pemilik kuda lainnya. Kami datang tidak di musim liburan. Jumlah kuda yang nganggur lebih banyak ketimbang jumlah wisatawan. Dengan demikian daya tawar kami seharusnya dapat lebih tinggi. Singka cerita, kami akhirnya mendapatkan 3 ekor kuda dengan harga sewa masing-masing INR 600 atau sekitar Rp.120.000 setelah sebelumnya penawaran di angka INR 1000 dan mentok di INR 800.
Dengan menggunakan jurus pura-pura nggak mau, kami mendapatkan harga tersebut. Yup, masih lebih mahal INR 100 dar info yang ada di buku, tapi masih okelah mengingat kami datang setahun setelah perjalanan penulis buku tersebut dilakukan.
Oleh calo, kami dipertemukan dengan seorang anak muda yang ternyata pemilik kuda sekaligus guide yang akan mengantarkan kami ke beberapa titik wisata. Aku lupa namanya siapa, sebut saja namanya Rahul ya. –nyari bando, mau nyamar jadi Anjeli. Pemuda muslim berusia 20 tahunan yang sudah bekerja menyewakan kuda sejak kecil.
Rahul memiliki beberapa kuda. Seingatku Rahul pernah berkata bahwa 3 kuda yang kami sewa adalah kuda-kuda terbaiknya.
“Eh ini kuda kok kayaknya masih abege. Kuat nggak nih?” tanyaku ke Rahul.
“Kuat kok bang, tenang aja. Badan abang kan gak jauh beda sama Nyle DiMarco,” ujar Rahul. “Jadi amanlah, gak usah khawatir.”
Hmm, ya deh percaya. Walaupun kudanya nggak terlalu besar, Rahul meyakinkan aku bahwa kudanya akan sanggup membawa beban badan dan perasaan yang aku punya. Lagipula, aku perhatikan kuda-kuda di sana emang badannya gak terlalu besar. Belakangan, berdasarkan analisis abal-abalku, ukuran kuda yang tidak terlalu besar akan memudahkan kuda bermanuver membelah pohon-pohon yang berdiri rapat di sana. Benarkah? Baiklah, mari kita buktikan!
Pangeran Berkuda di Pegunungan Salju
Arshi, Praveen dan Debangshu terlihat berjalan di jalan setapak yang akan mengantarkan mereka ke titik pemberhentian paling keren yang ada di Pahalgam. Aku sendiri sudah menaiki punggung kuda dan berusaha untuk membiasakan diri dengan kuda gagah bernama Arjuna itu. Sebelum ini, aku belum pernah nyobain menunggangi kuda. Eh sekalinya nyoba, langsung di Pahalgam dengan view pemandangan secakep ini! Alhamdulillah!
Rahul memberikan arahan singkat kepada kami bertiga.
“Jika jalan menanjak, maka bungkukkan tubuh kalian ke depan. Jika jalanan menurun, tegakkan tubuh kalian kebelakang.”
Kami bertiga mendengar dengan seksama.
“Gimana cara menghentikan kuda? Aku khawatir dia akan berlari ke sana kemari tak terkendali,” tanyaku lagi.
“Oh mudah, tarik saja tali kekangnya perlahan. Jangan mendadak, kau bisa terjungkal,” jawab Rahul. “Ada lagi yang mau ditanyakan?” tanya Rahul.
“Lalu, gimana jika kudanya mendadak minta kawin?” tanyaku kalem.
“Itu kamu nanya atau menyampaikan suara isi hati?”
Oke, dialog terakhir fiktif belaka. Mari kita berjalan, dan biarkan pangeran berkuda ini menebarkan pesona. Ya, siapa tahu ada cewek Kashmir yang kecantol, kan? Hehehe.
Kami berjalan mengikuti jalan setapak yang awalnya berkontur rata. Namun, kok ya lama-lama Rahul membawa kami ke jalur yang kian curam dan menyempit. Aku memandang ke tebing, sungguh curam. Apakah kami akan diajak melewati jalur itu? Ah yang benar saja!
Rahul menuntun kuda Ahlan dan Indra di bagian depan. Arjuna, kudaku otomatis akan mengikuti kemana langkah 2 saudaranya. Terus terang aku mulai merasa ngeri dan khawatir. Bukannya apa-apa, jika terjungkal, bisa-bisa pulang tinggal nama! Bukitnya sungguh curam. Aku menyesal tidak membawa busur. “Heh buat apa?” Ya buat ngukur kemiringannyalah! karena menurutku kemiringannya sudah mendekati 70 atau 80 derajat. Cadas abis!

Lihat tebing yang di sebelah kanan. Nampak curam? itu belum apa-apa dibanding jalur yang kami lalui!
Yayan, Kamu nggak berhenti di desa desa di lembah itu kah ?Bukan yang diatas, naik kuda. lho. Masih dibawah, dengan mobil. Ahhhhhh, Justru yang cakep itu di desa desa bawahnya. hamparan kemuning bunga, pohon Apel, “Sakura” .
Semoga next ada rezeki pingin nginep disini. Beneran itu kayak di Yurop, Switzerland. Emang sudah ke Yurop? hehehe.
Huhuhu nggak mbak. Gak tahu dan kayaknya waktu itu nggak kepikiran. Padahal emang kalo main ke desanya pasti seru ya huhuhuhu. Ajak aku ke sana lagi mbaaak, sekalian ke Sonamarg saat musim semi ya haha.
Hahaha ntah deh sama atau nggak, tapi orang nyebutnya begitu. Mungkin sama tapi sekian persen aja hahaha
Ada kok mbak zulfa
Di ladang mustard kan ?
Kami sempat berenti kok
Pas pulang dr pahalgam.
Mungkin itu tulisan yayan untuk episode selanjutnya
Hehe
Hahaha siaaap. Kunjungan ke kuil matahari itu harus ditulis. Mengesankan soalnya ketemu si uncle yang nawarin kita teh itu 🙂
mupeng lht perjalan indiamu mauuu
Aku pun mupeng lihat perjalanan ke Iranmuuuuuu
Ini yang sering jadi lokasi syuting film india sekarang ya?
Iya mbak, banyak film yang syuting di sana. Kalau gak salah yg terakhir Ranbir Kapoor syuting di sana.
Perjalanan kapan itu om nduut? Bikin mupeng aja sih.
Tadi aku selesai sholat magrib dapat notif email masuk omnduut ngpost ini… Penasaran dan langsung aku baca.
Ini perjalanan tahun lalu Azi 🙂 semoga kesampaian ke sana ya.
Aamin, thank you doanya omnduut
Sama-sama 🙂
Kayak di kalender-kalender gitu ya om pemandangannya? Jadi pengen nyobain kayak gitu. Ah masih panjang ceritanya tapi buay nyoba kayak gitu hehehehe
Btw, itu motretnya gimana om? Tangan kan megangin tali kuda?
Sebagian besar foto yang ada di sini diambil saat nggak menunggangi kuda Bay. Yang saat naik tanjakan udah gak berani, yang ada mulut komat kamit berdoa hehe. Nah yang foto dia lagi minum itu aku ambil secepat kilat *alagh
Mainlah ke sana Bay, biar bisa lihat langsung “foto kalender”-nya 😀
Yayaaaaaaaaan….. aku mupeng banget ama Pahalgam. Kalo kesana lagi ama si Eneng, aku ikut ya 😀 😀
Boleh mbak, biar seru nanti kalo sama si eneng hwhwhw
Wah, baguuus. Cewek rawan nggak sih ke sana, Om?
Selagi situasi politik aman, menurutku aman-aman saja 🙂
speechless liat foto2nya…. fotonya udah mewakili banget n cukup bikin merinding n pengen ke india hehehe… apa kabar yan, udah pulang dr KL kah ?
Udah lamo balek pak hehe. Jom mainlah ke India ajak Nia dan Yuni. Ajak aku jugo boleh asal di sponsori hwhw
Tuh kan hahaha, dikiranya aku lelaki kardus eh lelaki kelinci ya kali :p
sip sip… Yan, aku barusan melok acaro kantor, Kelas Inspirasi ala2… seru !!
Nah mano postingannyo.
kagek ye… lagi lumayan sibuk 🙂
Cakep banget kok. Gak kalah ama Swiss… Tapi pasti di India pengalaman lebih berwarna, yaks… Karena lebih banyak berinteraksi langsung dengan warga lokal.
Iya, karena India bukan negara yang semaju Eropa, jadi perjalanan jauh lebih berwarna 🙂
I envy u… very-very envy..duh jadi tambah dobel pengen kesana nih. semoga bisa ,aamiiin
Amiiiinnn, pasti bisa 🙂
Waaaah, India … mupeng Om
Yuk kang Ale, ke India kita 🙂
hahahaahaha ngakak pas bagian disuruh beli kelinci, yang bener aja deeeh 😀
Hahaha jangan sampe aja si adek minta diajakin ke Indonesia hwhwhw
Cakeeeep oom!
Kudanya setrong yah walau unyil-unyil.
Iya, kudanya udah dikasih obat kuat lol
duh viewnya 11:12 sama Swiss
keren parah
Haha iya, tapi aku belum pernah ke Swiss, semoga nanti dapat dibandingkan langsung. Makasih udah mampir mas 🙂
sama sih om, aku liat foto2 swiss di ig dan bandingin dg foto omnduut hahaha
Begitu ya 😀 baiklah, artinya penduduk Pahalgam gak “semena-mena” memberi nama seperti itu 🙂
Bang, kan bisa oleh-olehin kelinci imut buat si adek, Bang. Beli satu dong, Bang. Buat penglaris niih.
Hahaha, yang ada kelincinya mabok diajakin minum cuko nanti 😀
duh, kapan ya bisa main-main kesini juga
Bisa bisa, pasti bisa 😀
Eh gila, ini kereeen banget mas. tempatnya,
Iya betul 🙂
can’t wait march 😀
Trus aku mupeng 😀
Ping balik: Visit Tidore Island – Bukti Betapa Indonesia Itu Kaya | Omnduut
Ping balik: Membeku di Padang Rumput Emas : Sonamarg, Kashmir | Omnduut
Halo,
Salam Kenal mz…
Mau bertanya sewa mobilnya dmn dan harganya brp mz? (Mohon maaf ga nemu details sewanya)
Sy dpt quote dr CarRentaLIndia.com inr 20.000 3days (Gulmarg, Srinagar, Pahalgam) sepertinya cukup mahal yaa harga tsb? 4 car rental lain yg sy email blm merespond..terima kasih
Hi Rieska, salam kenal kembali. Maaf baru respon.
Untuk sewa mobil 20 ribu rupee itu kemahalan. Sebagai gambaran, tahun 2015 kami sewa mobil 2 hari hanya 4000 rupee. Andai naik pun, ya mestinya gak jauh-jauh amat, 6 atau 7 ribu rupee masih oke.
Untuk semua rincian biaya dari A sampai Z, udah aku tulis di tulisan ini. Silakan download dan cek sendiri ya.
Terima kasih atas respond nya…mohon ijin untuk modify template itinerary nya untuk bikin visa versi sticker ya mz…terima kasih banyak atas bantuannya…
Monggo, silakan 🙂
Ping balik: Sapa Hangat di Kuil Matahari, Kashmir | Omnduut
naik kuda pp sama perhentian itu memakan waktu berapa jam yah?
Nggak lama, sekitar 1 jam-an saja untuk sekali jalan. Tapi ada beberapa titik pemberhentian yang bisa istirahat dulu. Paling lama ya di Switzerland View itu. Begitu selesai, baru deh balik lagi dengan jalur yang sama.
seru curhatannya ,,, si om ,sensi masalah eneng uang di halalkan ya ,,pengaruh cuaca kayaknya ya ,penasaran banget mo kesana ..secara ada punya temen india ,,
Hehe makasih udah baca
Ping balik: Mengejar Batman & Badman di Chand Baori | Omnduut
Ping balik: Menatap Sirik ke Unta Genit di Padang Pasir Jaisalmer, India | Omnduut