Suara tawa sesekali terdengar menggema di TRC (Tourist Reception Center) yang berada di kota Srinagar, India. Kami berbincang hangat di tengah musim dingin yang membekukan seisi Kashmir. Di hadapan kami, terhidang satu teko kecil chai –teh susu, hangat dan beberapa bungkus biskuit. Semua itu diberikan oleh aunty Jamilah kepada aku, Indra dan Ahlan, yang datang ke TRC yang semula hanya untuk memesan tiket kereta gantung pegunungan salju Gulmarg.
Siapa sangka, kedatangan kami disambut sedemikian rupa. Sepik-sepik kami dengan cara beramah tamah berhasil -sayang, sepik ini gagal merebut hati cewek Kashmir. Padahal siapalah kami, pejalan kere yang kebetulan mampir namun disambut oleh pimpinan tertinggi TRC. Sebagai rasa terima kasih karena sudah diterima dengan baik, aku memberikan beberapa cinderamata kepada aunty Jamilah dan beberapa staf lain.
“Ini adalah mainan tas bercorak kain songket. Kain tradisional khas Palembang,” ujarku sambil memberikan keychain berbentuk tanjak, topi tradisional khas Sumsel. “Sedangkan ini adalah salah satu contoh uang kertas rupiah.”
Hampir di setiap perjalanan jauh, aku biasanya membawa beberapa cinderemata dan akan aku berikan kepada orang-orang baik yang aku jumpai. Karena alasan budget dan kepraktisan, tentu paling mudah ya bawa keychain, kartu pos dan uang kertas rupiah. Dan saat itu, aku memberi uang kertas nominal terkecil pecahan Rp.1000 kepada aunty Jamilah.
“Wah, nominal uang kalian besar sekali,” ujar beliau takjub saat menerimanya. “Hmm, sebenarnya, uang itu setara dengan lima rupee, aunty,” ujarku meluruskan. “Hah, really? If so, Indonesia must be a poor country, right?” sahutnya keceplosan.
“Heh? Aduh, kok jadi begini ya? Padahal kan, Indonesia itu kaya sekali!” Rutukku dalam hati.
Pikiranku melayang kemana-mana. Aku memandang baik-baik uang pecahan Rp.1000 yang masih tersisa. Terlihat wajah Kapitan Pattimura di sana. Demi apa coba aku menempuh perjalanan lebih dari 9 ribu kilometer jauh-jauh dari Indonesia ke India dan begitu tiba, hanya karena rupiah, mereka menganggap Indonesia adalah negara miskin? Oh tidak! Ini tak bisa dibiarkan.
Aku melirik sisi lain lembaran rupiah yang kupegang, nampak gambar pulau Maitara dan Tidore di sana. Indah sekali. Padahal, itu adalah secuil potret Indonesia. Indonesia itu indah dan kaya! Sungguh, aku gak boleh membiarkan aunty Jamila berpikir seperti itu.
Hmm, baiklah aunty Jamilah, akan kuceritakan secuil bukti betapa kayanya Indonesia itu.
Tidore Itu KAYA Sejarah
Aunty Jamilah yang baik
Di balik uang kertas pecahan Rp.1000 itu, nampak keindahan pulau Maitara dan Tidore. Aunty pasti bertanya-tanya, dimanakah letak pulau Maitara dan Tidore itu, bukan? Oke, aku beritahu ya. Pulau Maitara dan Tidore itu berada di Maluku Utara. Salah satu provinsi muda yang terbentuk pada tahun 1999 yang dulunya menjadi bagian dari provinsi Maluku. Aku akan membahas pulau Maitara nanti. Aunty simak dulu penjelasan singkatku mengenai Tidore.
“Limau Duko” atau “Kie Duko”, dua kata itu bermakna sama : pulau yang bergunung api. Itulah 2 istilah yang dulu dipakai untuk menggambarkan pulau Tidore, pulau kecil yang berada di gugusan kepulauan Maluku Utara.
Ada sejarah panjang yang melatarbelakangi terbentuknya kawasan ini, bermula dari zaman kerajaan hingga terbentuk kota seperti sekarang. Dulu, Tidore (kata ini berasal dari kata To Ado Re yang berarti : Aku Telah Sampai) dikenal sebagai kerajaan yang pusat pemerintahannya disebut dengan nama Balibungan yang terletak di Tidore Selatan.
Pada masa kejayaan kesultanan Tidore, yakni sekitar abad 16 hingga 18, kerajaan ini menguasi sebagian besar wilayah Halmahera selatan, Pulau Buru, Ambon dan sebagian besar pulau di pesisir barat Papua. Pada tahun 1512, pulau ini pernah diperebutkan bangsa Eropa bahkan terkena imbas Devide Et Impera atau politik adu domba. Wajar, karena kawasan ini pernah meraih zaman keemasannya pada abad ke-7 karena menjadi jalur perdagangan internasional pada masa kerajaan Sriwijaya.
Jejak sejarah ini dapat dilihat pada monument Tugu Pendaratan Spanyol, yang merapat ke Tidore pada tanggal 8 November 1521, ditandai dengan kedatangan Juan Sabastian De El-Cano beserta awak kapal Trinidad dan Viktoria. Tugu yang dibangun pada tahun 1993 oleh kedutaan besar Spanyol ini berada di kelurahan Rum tak jauh dari pelabuhan Rum.
Bukti lain bahwa Tidore diperebutkan bangsa Eropa dapat terlihat dari keberadaan Benteng Tahula yang merupakan peninggalan bangsa Portugis. Benteng yang terbuat dari batu gunung dan campuran kapur dan pasir ini berada di ketinggian 50 meter di atas permukaan laut sehingga view dari atas sana sungguh indah. Benteng lain yang juga peninggalan bangsa Portugis ialah Benteng Torre yang berada di Kadato Kie. View dari sini pun tak kalah menawannya.
Adanya pengaruh kuat 2 bangsa penjajah ini ternyata berpengaruh juga terhadap posisi ibukota kerajaan. Ketika Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi sultan pertama Tidore pada tahun 1495, pusat kerajaan berada di Gam Tina. Ibukota ini dipindahkan ke Rum Tidore Utara oleh Sultan Mansyur pada tahun 1512. Di kawasan baru ini, Tidore berkembang sangat pesar.
Kepemimpinan dilanjutkan oleh Sultan Saifuddin. Hebatnya, di bawah kepemimpinan beliau, Tidore menolak menguasaan VOC dan Tidore tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18. Setelah itu, ibukota beberapa kali dipindahkan hingga masa Sultan Saif Uddin/Jou Kota memindahkan kembali ke Limau Timore atau yang sekarang dikenal dengan nama Soasio.
Sungguh bentang waktu dan sejarah yang panjang ya, aunty. Aku kira, sejarah percintaanku yang mengharu biru ini sudah sedemikian alotnya, ternyata Tidore menyimpan kisah peradaban yang jauh lebih lama. Uhuk.
Tidore Itu KAYA Rempah
Aunty Jamilah yang ramah
India dan Indonesia itu tak jauh beda. Sama-sama negeri yang pernah dijajah. Aku pernah berkunjung ke Kerala, aunty. Di sana, aku bahkan berkesempatan melihat langsung langsung kebun yang menanam berbagai macam rempah-rempah. Jika di sana rempah yang paling dikenal itu cardamom/kapulaga, di Tidore, rempah yang banyak ditemukan itu ialah biji pala, cengkeh, gula merah, jahe dan masih banyak lagi.
Letak Tidore yang sangat strategis di pesisir Laut Maluku, menjadikannya sebagai salah satu sentra perdagangan rempah-rempah bersama tiga kerajaan lain : Ternate, Bacan dan Jailolo. Keempat kerajaan yang dipimpin oleh seorang sultan itu menjadi magnet bagi pedagang rempah-rempah dari Eropa.
Bahkan, pulau Mare, pulau yang masuk dalam kecamatan Tidore Selatan ini disebut sebagai penghasil jahe terbesar di Tidore! Uniknya, selain penghasil jahe, pulau dengan 2 desa Marekofo dan Maregam juga dikenal dengan nama Kahia Masolo atau berarti Teluk Lumba-lumba. Di sana, kahia atau lumba-lumba memang dengan mudah ditemui. Hayo Aunty, di Srinagar gak ada lumba-lumba, toh? yang ada sih gadis-gadis bak boneka ya, aunty. #kode
Tidore Itu KAYA Keindahan Alamnya
Aunty Jamilah yang bersahaja
Aku akui, aku begitu terkesima dengan jajaran pegunungan salju yang ada di Gulmar, Sonamarg ataupun Pahalgam. Walau begitu, semua cukup dinikmati sesekali. Aku nggak tahan hidup dalam kulkas raksasa seperti itu. Hatiku sudah lama beku, aunty, jadi tak usahlah ditambah dengan timbunan salju lagi. Saat berkesempatan ke Kerala, aku sendiri berapa kali main ke area pantainya. Opps, maaf aunty, pantai di India biasa aja. Pantai di Indonesia jauuuuh lebih bagus.
Coba lihat keindahan Pantai Rum. Pantai yang dikelilingi oleh jejeran pohon kelapa ini dikenal dengan airnya yang sangat jernih. Untuk menuju ke sana juga mudah, cukup berkendara 5 menit dari pelabuhan Rum. Lain lagi dengan Pantai Cobo, pantai yang berada di kelurahan Cabodoe di sebelah utara pulau Tidore ini seolah berada di tempat tersembunyi. Dikelilingi pepohonan rindang, ternyata pantai Cobo juga cocok untuk kegiatan snorkeling dan diving.

Contoh keindahan pantai di Tidore. Yang menjorok ke bibir pantai itu dermaga kesultanan. Source IG @dimashastomo
Oh ya, aku janji akan cerita tentang Pulau Maitara, kan? Pulau yang juga diabadikan di uang pecahan Rp.1000 itu merupakan pulau yang terletak diantara pulau Ternate dan pulau Tidore. Pulau dengan pasir putih ini dianugerahi kekayakan alam bawah laut yang luar biasa! Kalau ngomongin kekayaan bawah laut, aku harus menyebut Pulau Failonga yang keanekaragamannya jauh lebih banyak. Baik pulau Maitara atau pulau Failonga, keduanya sama indahnya. Selain itu ada juga pulau Woda, pulau tak berpenghuni ini dikenal sebagai pulau transit bagi nelayan yang melaut.
Tunggu, main air itu nggak selamanya harus di pantai, kan? Betul! Di Tidore, jika pengunjung mau main air, bisa datang ke Air Terjun Sigela yang berada di Kecamatan Oba. Tak jauh dari sana juga ada air terjun Tayawi yang memiliki ketinggian 30 meter. Kedua air terjun ini berundak dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. Kalau mau ngerasain mandi di sumber air panas ada? Ada banget! Datang aja ke sumber air panas Luku Celeng atau Air Panas Akesahu. Ih mau banget ke sini, soalnya, konon, pasangan yang mengingat janji di sana akan langgeng. Uhuk. Aunty, kirim cewek Kashmir satu dong buatku, aunty!
Pantai, pulau, air terjun, sumber air panas… semua udah. Gimana dengan gunungnya? Wong Tidore itu Limau Duko. Mau main ke negeri di atas awan? Oh bisa ke Gurabunga. Kawasan yang terletak di ketinggan 1000 meter di atas permukaan laut ini menawarkan view menawan dari atas kawasan pegunungan. Uniknya, di sini juga masih dapat dijumpai rumah tradisional khas Tidore. Kawasan lain yang terkenal dengan ketinggiannya adalah Kalaodi. Stt, di sini juga dikenal sebagai desa penghasil duren. Slrup!
Tapi, jika aunty berkesempatan datang ke Tidore, mesti banget menginjakkan kaki ke puncak Kie Matubu. Ini adalah titik tertinggi di Maluku Utara dengan ketinggian 1.730 meter di atas permukaan laut. Dari atas sana, kita dapat melihat keberadaan pulau Maitara, Ternate, Hiri, Halmahera, Mare, Moti, Makian dan seluruh gemerlap penjuru kota Ternate. Indah sekali! Banyak orang yang datang ke Mie Matubu dengan cara berkemah, sehingga pemandangan indah di malam hari pun akan terasa. Huaaa, mupeng!
Tidore Itu KAYA Budaya
Aunty Jamilah yang kece
Indonesia itu kaya sekali budayanya, aunty. Bayangkan, untuk negara dengan jumlah penduduk ¼ dari warga India, Indonesia memiliki lebih dari 300 tarian! Ngomongin bahasa, Indonesia punya lebih dari 700 ragam bahasa! Belum lagi pakaian adat, rumah adat, lagu tradisional dan lain sebagainya.
Untuk tarian, sebagai contoh, aunty dapat melihat Tari Soya-Soya yang mengisahkan perang yang dilakoni oleh para pria. Dalam tarian ini, digunakan juga alat musik tradisional berupa tifa dan gong. Nah, jika Soya-soya dilakoni pria, di Tari Barakati dilakoni oleh wanita. Alat musiknya masih menggunakan tifa ditambah Saragi dan Rebab.
Oh ya, kalau di India ada tarian Kathakali yang penarinya seolah-olah kesurupan sehingga kental hubungannya dengan hal ghoib, di Tidore ada sebuah permainan yang disebut Baramasuwen atau disebut juga dengan nama permainan Bambu Gila. Kenapa disebut Bambu Gila? Karena permainan ini menggunakan sebatang bambu dengan ukuran minimal 4 ruas. Dengan bantuan seorang pawang atau pembaca mantra, benda lain yang digunakan adalah sabut kelapa, kemenyan dan bara api. Kemudian, bambunya akan bergerak kesana kemari seperti digerakkan oleh sesuatu. Unik, bukan?
Mau atraksi budaya yang lebih mencengangkan? Aunty harus melihat langsung atraksi Ratib Taji Besi. Ini ritual pengembangan keagamaan yang berupa Debus dan permainan Jumbia. Jadi, menggunakan senjata tajam dan dipakai ke tubuh manusia namun ajaibnya tanpa terluka. Wow. Terlalu seram? Tenang, masih ada beberapa atraksi budaya yang “aman” seperti Paji Nyili-Nyili, dimana ada arak-arakan menggunakan obor sebagai simbol perjuangan Sultan Nuku pada revolusi Tidore.

Jadi keingat festival Krakatau, sama-sama menggunakan perahu hias seperti Lufu Kie ini. Source : infopublik.id
Atau juga, pelayaran ritual adat Lufu Kie dengan cara mengelilingi pulau Tidore menggunakan perahu kora-kora. Hal ini sebagai rasa syukur terciptanya keamanan, kedamaian, ketentraman kehidupan masyarakat. Selain itu, ada lagi ritual mandi di bulan Safar yang dimaksudkan untuk membersihkan diri. Ritual yang dipusatkan di Teluk Gamgau ini disebut dengan Tabo Safar.
Tidore Itu KAYA Kuliner
Aunty Jamilah yang murah senyum
Aku akui, kuliner di Kashmir itu paling juara seantero India! Tapi, Indonesia juga punya deretan kuliner yang mampu memanjakan lidah penikmatnya. Begitupun Tidore. Ada sederet makanan lokal yang terkenal akan kelezatannya. Aunty pasti sudah sangat terbiasa makan dengan roti canai atau nasi, kan?

Seumur-umur belum pernah makan papeda ini. Ngebayangin sensasinya saat dikunyah 😀 source : maksindo.com
Di Tidore, makanan pokoknya ialah Popeda/Papeda, yakni bubur sagu yang disajikan dengan lauk pauk. Nah, aunty harus coba ini. Lauk pauknya bermacam-macam, biasanya ikan goreng (biasanya ikan cakalang/tongkol), Foci Pele (terong santan), Uge Ake (bunga papaya yang direbus) atau juga Dalo Waho (sayur lilin santan). Kadang, lauk pauk itu juga dimakan menggunakan ketupat.
Jika di Palembang acara makan bareng disebut Ngidang, di Tidore hal itu disebut Ngam Saro atau Makan Adat. Gak mesti makan makanan berat, makanan ringan juga banyak di Tidore. Misalnya saja Kue Lapis Tidore, Pisang Coe, Pisang Mulu Bebe, Apang Coe, Waji, Kue Asidah. Roto Coedan masih banyak lagi.
Makanan khas Tidore tersebut dapat dijumpai di pasar tradisional atau di setiap kegiatan masyarakat Tidore. Hwaah, sepertinya harus diicip semua itu, aunty! 🙂
Tidore Itu KAYA Peradaban Islam
Aunty Jamilah yang shaleha
Sama seperti masyarakat Srinagar, penduduk Tidore juga mayoritas beragama Islam. Bahkan, tahun 2017 ini Tidore mau dinobatkan sebagai kota santri. Dulunya, bangsa Eropa datang ke Indonesia juga mengemban misi religius. Diantara 2 kesultanan Maluku, hanya Sultan tidore saja yang tetap memeluk Islam waktu dijajah oleh Portugis.
Bahkan, di Tidore, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dirayakan dengan prosesi adat khusus. Namanya Dola Ora dan Kota Ora. Proses ini ditandai dengan masyarakat yang membawa aneka sajian makanan tradisional yang dihias dan dikumpulkan di halaman Kadato Kie pada sore hari. Selanjutnya, di malam hari akan diadakan doa bersama yang dilanjutkan iringan yaya (nasi Tumpeng) pada keesokan harinya.
Salah satu bukti kejayaan Kesultanan Tidore di masa lampu dapat dilihat dari keberadaan Masjid Kesultanan Sigi Kolano yang didirikan pada tahun 1700 dan selesai dibangun sepuluh tahun kemudian. Masjid yang berasitektur Islam Jawa ini beratapkan alang-alang pada awalnya, hingga kemudian diganti dengan material yang lebih kokoh. Uniknya, atap rumah adat Tidore dibangun menggunakan bambu dengan 2 ikatan. Itu melambangkan dua kalimat syahadat. Luar biasa ya, aunty!
Banyak tokoh yang berperan penting terhadap penyebaran agama Islam dimakamkan di Tidore. Makanya, Tidore juga dikenal dengan wisata ziarahnya. Beberapa makam tokoh penting yang kerap diziarahi antara lain makam Sultan Syaifudin, sultan Tidore ke-19. Atau juga makam Sultan Muhammad Taher, sultan Tidore ke-28. Sultan Taher dikenal karena beliaulah yang membangun Kadato Kie, istana tempat bersemayamnya sultan dari Kesultanan Tidore. Ironisnya, Sultan Taher tak sempat melihat bangunan ini jadi karena keburu wafat. Istana yang sempat hancur di awal abad ke-20 ini direnovasi oleh Sultan Djafar Syah pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 2010.
Sebagaimana yang aku tulis sebelumnya, bahwa Tidore sempat dijadikan ibukota Irian Barat, Sultan Zainal Abidin Syah, sultan Tidore ke-37 yang sempat diangkat sebagai gubernur provinsi Irian Barat. Makamnya dapat ditemui di kompleks Keraton Kesultanan Tidore. Makam terakhir yang paling dikunjungi wisatawan adalah makam Sultan Nuku yang merupakan pahlawan nasional RI. Sultan yang bernama lengkap Saidul Djehad Muhammad El Mabus Amiruddin Sjah Kaitjil Paparangan Jou Barakati ini dapat ditemukan di kelurahan Soasio.
Tunggu Apa Lagi? Yuk VISIT TIDORE ISLAND!
Aunty Jamilah yang cantik
Setelah mendengar ceritaku ini, aunty pasti penasaran. Gimana sih caranya untuk mencapai Tidore? Dari Srinagar memang lumayan jauh. Tapi, jangan khawatir, perjalanan tersebut masih sangat jangkauable kok hehehe. Aunty hanya perlu menjangkau Indonesia dulu dan bisa masuk dari pintu gerbang imigrasi manapun di Indonesia.

Kartu pos bergambar Pelabuhan Rum berkelana hampir 10 kilometer ke Finlandia. Ini salah satu cara mengenalkan keindahan Indonesia (baca : Tidore) melalui kartu pos.
Setelahnya, aunty tinggal cari penerbangan yang sesuai menuju Bandar udara Sultan Babullah Ternate. Sebelum mencapai Tidore, aunty dapat mampir dulu di kota transit seperti Ambon, Manado, Makassar ataupun Sorong. Dari sana, tinggal menuju Pelabuhan Rum dari Pelabuhan Bastiong. Alternatifnya ada 2, pertama naik speedboat dengan durasi perjalanan 10 menit. Harga tiketnya murah kok, aunty, berkisar di Rp.10.000 saja, ataupun kedua, naik feri dengan durasi 30 menit. Begitu tiba di Tidore, aunty dapat langsung mengeksplor Tidore menggunakan ojek, becak motor, mikrolet ataupun mobil sewaan. Mudah kan?
Lalu, bagaimana dengan penginapannya? Oh jangan khawatir, di sepanjang Jalan Sultan Syaifuddin misalnya, terdapat beberapa hotel dan losmen yang dapat dipilih sesuai keinginan dan budget. Mau menginap dengan pengalaman yang lebih kece? coba aja homestay. Napasnya seirama dengan couchsurfing. Kita dapat berinteraksi langsung dengan penduduk lokal. Kece, kan, aunty?
Apakah mengatur perjalanan ke Tidore terasa merepotkan bagimu, aunty? Oh nggak usah khawatir. Aunty tinggal mempercayakan perjalanan aunty kepada Ngofa Tidore Tour and Travel aja. Agen perjalanan terkemuka dan unggul di Tidore ini senantiasa memberikan layanan terbaik kepada semua pelanggannya. Dijamin, perjalanan aunty menjelajahi Tidore akan berlangsung jauh lebih mudah, seru dan menyenangkan! 🙂
So, tunggu apa lagi, aunty? segera berkemas, dan aku tunggu aunty di Indonesia. Tapi, nganu…. tolong carikan satu calon istri buatku ya. Nanti sekalian kita jelajah Tidore bersama-sama. 🙂
* * *
Itu dia ceritaku mengenai Tidore kepada aunty Jamilah. Tulisan ini dikembangkan dari kejadian nyata perjalananku ke Kashmir tahun 2015 lalu. Ucapan spontan mengenai Indonesia yang dicap sebagai negara miskin sampai kapanpun tidak dapat aku lupakan. Walaupun, yeah, aku tahu, aunty Jamilah bukan bermaksud jelek saat mengatakannya. Ia hanya heran ketika uang Rp.1000 nilainya sama dengan Rs.5.
Rupiah bisa jadi nominalnya besar (walaupun ketika dibelanjakan barang yang sama di masing-masing negara, nilainya setara, atau bahkan rupiah jauh lebih perkasa). Aku harap aunty Jamilah terus sehat dan…. Siapa tahu, kan? Suatu saat beliau berkesempatan menjelajahi Indonesia dan melihat langsung keindahan dan kekayaan negeri di atas awan yang oleh Juan Sebastian Delcano sebut, “Tidore diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum,” ini.
* * *
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba #VisitTidore : Tidore Untuk Indonesia

Klik di sini untuk info lebih lanjut
Dan aku tersenyum abis baca cerita ini 😀
as usual, selalu ada kejutan ditiap tulisan awak
Nah kejutan yang mano lagi? haha. Senyum ngapo ded? jangan ngomong kau nak nyepik cewek Kashmir jugo ye hahaha
Kejutan di akhir. Haha..
Cewek kashmir ckmn orgnyo? Ado foto dak haha
Gek ye aku kasih lihat hwhwhw.
Tidore itu … amazing ya Mazzzz
Dilihat dari foto aja emejing banget kang Ale. Gimana kalo ngeliat langsung ya 🙂
Hiyahahah waktu di kereta di India juga berbincang dengan penumpang lain dan tanya-tanya duit, mereka amaze klo Rupee dan Rupiah namanya beda tipis. Aku kasihlah 2000 perak dan merak ngeri lihat saya yang kaya raya ngasihkan duit 2000 dengan santai ke mereka “take it, for you” bhuahaha
Hahaha rasanya kaya raya banget ya Lid. Hampir tiap kali aku kasih uang rupiah, mereka pada amaze dan kagum. Kadang aku biarin mereka pikir itu uang nominalnya gede banget hwhwhw.
Pas kejadian di TRC itu, si stafnya minta kasih lihat pecahan uang yang paling besar. Aku kasih lihatlah pecahan 100 ribu. Bengong mereka hwhwhw
Luar biasa tulisannya… sebagai anak asli tidore, sy bahkan takjub dg air mata di pelupuk mata. Allahu Akbar…!!
Makasih ut apresiasi terhadap Tidore Ku, Tidore Kami dan Tidore Kita semua..
Wah terima kasih mas Yudi. Beruntung ya kita tinggal di Indonesia, negeri yang sangat indah 🙂
Saya juga mengenal Tidore lewat sejarah saat pelajaran IPS kala SD dulu. Tentang penjajahan, rempah-rempah dan kesultanannya. Untuk diketahui, berdasarkan riset Muridan yang saya baca, yang mengembalikan kejayaan Tidore adalah Sultan Nuku yang naik tahta pada 1797 hingga 1805 lewat Revolusi Tidore sebelumnya. Sultan Saifuddin memimpin jauh sebelum Patra Alam yang meneken perjanjian dengan VOC pada 1780, yang kemudian diberontak oleh Sultan Nuku. Hehehw.
Anyway, bagian kecil dari Indonesia timur ini memang kaya, kaya akan banyak hal. Ada yang bilang, keindahan alam berhias sejarah. Good luck, buat lombanya ya Om! Semoga menang 🙂
Wuih keren referensinya Qy. Aku terakhir kali ngobrolin Tidore ini juga bareng ponakan yang minta ajarin PR IPS-nya hahaha.
Semoga menang juga ya Qy, biar bisa jalan bareng ke Tidore, amin 🙂
Saya hanya berusaha merangkum dan beropini atas literatur yang saya dapat Om hehe. Doa yang terbaik buat kita semua, amin 🙂
Amin amin amin. Ntar mau ya Qy selfie sama aku hahaha
Di mana pun nanti bertemu, pokoke kudu foto bareng! 😂
Siyaaap
Tahu tentang Tidore dari pelaharan Sejarah jaman sekolah dulu. Ternate dan Tidore. Baca artikel ini jadi pengen bisa kesana, melihat langsung keindahan alamnya.
Haha iya sama. Kayaknya Ternate dan Tidore ini tak terpisahkan satu sama lain ya 🙂
Selalu ya. Masalah jodoh itu.
Semoga Tidore bisa menjadi pintu.
Aamiin…
Soal jodoh nyempil terus dalam tulisan ya kak 😀
Hihi makasih kak Ros dan mbak Rien. Itu gimmick aja sebetulnya 🙂
I give you a clue, bro!
Find woman whom is listening to you.
I bet you already a halfway in love.
Guarantee, for sure.
😀
Noted.
Nasehat ini akan aku simpan baik-baik kak Ros, makasiiih 🙂
Keceee tulisannya ooomm.. Semogaaaa bisa ke Tidore 😀 Aku klo denger Tidore inget ya langsung ke pelajaran waktu sekolah.. Ternyata indah banget ya di sana.. Moga2 pariwisatanya makin berkembang.. 🙂
Amin. Susah banget nyari referensi dan foto tentang Tidore ini. Makanya bagus banget diadakan lomba ini dan pemenangnya diajakin ke sana 🙂 biar Tidore makin berkibar ^^
Tidore itu Amazing kalau kamu menang ini 😀
Haha udah amazing, dan kalo menang, aku bisa lihat langsung ke-amazing-an itu 🙂
Tulisan ini sukses bikin panitia bingung buat menentukan juaranya; dirimu apa Koh Huang. Tapi aku suka banget paragraf awal pengantar cerita mengenai Tidore. Ide pakai uang seribu itu brilliant. Good luck both of you! 😊
Haha, mungkin bisa sama-sama menang, atau sama-sama belum beruntung. Tinggal rezeki atau nggak aja 🙂
Menilik statusnya Kokoh di fesbuk, kalau rejeki ga kemana yg penting sudah usaha maksimal. Meski menurutku kayagnya menang deh kalian *lhaaaaa maksa* 😄
Amin 🙂 kayak lomba Tomohon lalu, 10 org total pemenang, ngerasa bakalan dapet, eh lewat semua haha. Rezeki itu misteri hihi.
Jawaraaaakkkkk ini hehehhehehe btw selamat jalan jalan ke Tidore yaaaakkk aku tak ikutan krna lagi ada Event ngMC lagi pula kalo pun nulis belum bakal bisa Menang hahahahahaha – sadar diri laaah blogger Standard gini ! Hhhmm…
Haha makasih bang, macam udah pasti menang aja aku. But, bismillah, semoga bisa menang, biar bisa datangi 1 provinsi baru lagi di Indonesia. Abang juga kece dong, menang Keralaaa gitu 🙂
Selalu maximal kalo nulis, Sama dengan dedy huang. Hanya tentu punya style sendiri sendiri
Hehe makasih pak Didin, emang selalu berusaha maksimal kalo lomba berhadiah jalan-jalan hahaha
Aku merinding lho bacanya.
Pasti merinding haru pas bagian aku minta dicarikan gadis Kashmir, iya kan? muahahaha
Emang yaaa Indonesia timur ini cantiknya luar biasa 😻
Iya mbak Noni. Aku suka banget liat foto-foto Indonesia timur. Semoga bisa kesampaian ke sana 🙂
Tidore, anma tempat yang sering muncul di pelajaran sejarah. begini begitu…lalu muncul di gambar duuit serebuan yang pasti semua orang punya. Tapi masih kebayangnya sungguh jauh dan sulit dijangkau
Soalnya di Indonesia timur ya 🙂 tapi sebetulnya bisa aja kita jangkau, emang butuh tekad dan modal yang lumayan hehe
si onti itu spontan kayanya. ga maksud ngejelekin. Maluku saat ini lagi naik daun untuk wisata lokal kita. tp justru orang asing yang gini2 uda di incar dari kapan tau. lautnya indah ya. aku pengen juga ke sana suatu hari
Betul, aku juga ngerasa begitu. Sama kayak warga negeri sebelah yang bilang, “kalian dari mane? oh Ind*n, ke?” kata itu emang jelek, tapi kalo face to face kita tahu mereka bukan maksud jelek. 🙂
Iya Omndutt, di Malaysia mereka panggil kita Ind*n, ga enak ditelinga. Dan di Singapura dipanggil Ind*. Kdng perasaan di underestimate gitu. Banyak yang menarik dari Indonesia, tapi yg terlihat dari dunia internasional yang jeleknya saja. Smoga Omnduut tetap aktif mempromosikan negeri kita. Jaya Indonesia….😊😊😊
Kadang, panggilan itu tak selamanya bermakna negatif, walaupun emang gak enak didengar. Yang penting kita tetap ramah kepada mereka 🙂
Amin, makasih semangatnya. InsyaAllah akan menulis terus hehehe.
Tidore yg terkenal nya dengan Gambar Gunung yg ada di Uang Seribu. Tapi banyak juga ya mas wisata disana..
Banyak. Padahal itu “cuma” pulau kecil. Nah, itulah hebatnya Indonesia ya 🙂
Wah keren, ikut lombanya ah barangkali beruntung
Hayo ikut 🙂 biar Tidore gaungnya making terdengar menggema 🙂
Kemarin di berlin aku dikasih wadah pensil bercorak kain songket. Sukaaaa banget. Dan sekarang malah pengen koleksi beberapa baju daerah Indonesia. Biar bisa dikenakan dan dipamerin jika ada acara2 promosi wisata Indonesia.
Aku juga bawa dompet-dompet kecil bermotif songket. Harganya lumayan haha makanya dikasih ke yang spesial aja.
Iya mbak, koleksilah, biar bisa dipamerin nanti 🙂
Ohhhhh, mihil, yah… aku dapet dua malah. Alhamdulillah….
Wah alhamdulillah banget 🙂
Semoga aunty jamilah bisa datang sungguhan ke Tidore, ya, Om.
Amin. Sambil bawa satu cewek Kashmir :))
kalau menang, boleh lah aku dikirimi kartu pos dari pulau tidore wkwkwk
Haha insyaAllah. Mudah-mudahan ada yang jual postcard di sana 🙂
hehehe iya ya…*celamitan*
😀
Tidore memang kebangetan Cakepnya. Mudah-mudahan Allah mengabulkan aku juga sampai disana. Amin
Bismillah, amin amin amin. Siapa tahu bisa barengan 🙂
Dengar Tidore cuma jaman sekolah dulu di pelajaran sejarah, wuih, keren banget Mas… didukung penulisan yang kece abis, mantap banget…
langsung nge check link yang dikasi…
Iya mbak hehe. Aku juga kenalnya pertama kali dari buku sejarah dulu 🙂
Tidore emang kece, Indonesia bangga punya Tidore.
Bangga banget 🙂 #TidoreUntukIndonesia
gudlak omm
Terima kasih mbak Lingga 🙂
Mantaf, Bro. Komplet bingits 🙂
Terima kasih mas. Wah aku seneng mas mau mampir di sini 😀
Kocak tulisannya, aku aja susah ngedraft tulisan lomba Tidore itu banhak banget sisi yang bisa diulik. Semoga menang ya om, maaf ikut jadi nambahin saingan hahaha
Haha no worries 🙂 rezeki udah ada yang ngatur.
Siip, pening palak juri ado 3 orang Palembang yang ikut hahaha, blogger Palembang nggak kalah lho sama daerah lain pada semangat nulis kita
Oh yo, so far ado 3 yang ikut yo? haha, kalu2 menang galo gek 😉
Klo menang galo pasti jadi drama hahaha, dianggap lomba settingan kayak lomba2 blog yg lain
Betul hehe.
Good luck mas. Tulisannya paket lengkap nih.
Duh, pantainya yg pengambilan view dr atas dn ada batu karangnya bikin mupeng ke sana.
Haish, avaikan dlu sekelumit cerita ttg kashmir xixi
Hahaha makasih mb Ivone. Stok cerita di Kashmir masih ada beberapa nih aku sebetulnya 😀
Keren ah nih OmNdut nulisnya…
Lengkap, sudah bisa jadi list kegiatan selama di Tidore
Cocok dah buat bisa terbang ke Tidore…,
Semoga kepilih Om…
Amin, makasih. Semoga terpilih juga, biar aku bisa diajarin motret 🙂
keren abis gila
Haha sampe gila 🙂
Aunty, hamara Indonesia bahoot ziada acha hai, poor nahiiiiiiiii
Tulisan ini sungguh asyik dan keren, sekeren kepulauan yang ditulisnya.
Semoga memang Yayan, Klo menang janga lupa traktir pempek sepanci :)))
#TidoreUntukIndonesia #VisitTidore #pempekUntukmakkajol
Hahaha siyaap pempek ya *noted* asal bisa berangkat bareng dulu 😀
Om, kepikir nggak klo untuk cari tahu apakah di dalam laut tidore itu ada bangkai bangkai kapal spanyol? siapa tahu jadi kayak bisa petualang ngejar harta karun macam dalam film Pirate Of Carribean?
Siapa tahu ada putri duyung ya! *lha hahaha
selamat yaaaa 😀
Terima kasih bang Yud 🙂
Selalu tekesima liat pemandangan indonesia timur, cantiiik sekali hehe
Betul. Gak kebayang jika bisa ngeliat langsung ya 🙂
Btw mbak, kok blognya gak bisa diakses ya? berat banget dan selalu gagal. Aku jadi gak bisa BW nih 😀
Tulisan yg bernas. Sy membacanya dgn khusuk. Sebagai orang asli Tidore, sy bangga dan berterima kasih kepada Omnduut. Bait pembuka sangat elegan, sy merasa dimanjakan dari aroma kata yang indah.
Akan lebih lengkap lagi bila tulisan ini menyentuh juga tarian maupun sastra lisan Tidore yg cukup bnyak. Begitu juga tata nilai dan azas-azas hubungan sosial Tidore sejak dahulu kala antara lai: Suba se Pakasaan (saling menghormati), Ngaku se Rasai (saling mengakui/mengapresiasi dan menyayangi), Ole se Nyemo-nyemo, Budi se Bahasa (tatakarama berbicara dan sopan santun dalam pergaulan), Mae se Kolofino tede suba te Jou Ma Dubo (Malu dan takut semata-mata karena Allah SWT, Tuhan Yang Maha Tinggi).
Terima kasih yg tak terhingga, Om.
Wah terima kasih sekali atas apresiasinya pak Alloed. Aku sudah lama mendengar tentang sejarah dan keindahan Maluku Utara (termasuklah ada Tidore di dalamnya). Dan, melalui lomba ini, aku “dipaksa” untuk mengenal lebih dekat lagi terhadap Tidore dan insyaAllah nanti bulan depan dapat melihat langsung apa-apa yang sudah aku tuliskan.
Terima kasih juga atas informasi tambahannya pak Alloed. Jika pak Alloed berada di Tidore, aku akan senang sekali jika dapat berjumpa 🙂
Sy dan mungkin orang Tidore “berhutang” atas kebaikan dan kepedulian Om tentang ini. Salam takjim… Saya menunggu kedatangan Omnduut di Tidore.
Wah, itu terlalu berlebihan pak Alloed 🙂 Senang dapat menulis keindahan Tidore. *dan alhamdulillah bulan depan akan melihat sendiri secara langsung.
Semoga nanti bisa bertemu bapak 🙂
Wes pengembangan dari cerita nyata. Jamilah luar biasa dicerita ini, semoga dia datang ke Indonesia khususnya ke Tidore hahahha
Hahaha amin amin, makasih ya 🙂
Omduut, selamaat bisa jalan2 ke tidore. Jangan lupa tulis namaku ya. Hihihi
Serius? ntar ingetin ya mbaaaak 🙂 colek aja di sosmed atau WA ya.
Tulisanmu slalu unik, Kak Yan. Suka sama gaya nulis dan sudut pandangnya. Salut! Wajar banget kalo yang begini menang lomba dan bakalan jalan-jalan seru ke Tidore nanti😀. Aku masih ngerajut (((NGERAJUT))) mimpi buat ke sana, nyiapin duit seabrek dulu biar nyampe. Hahahaha. Ongkosnya mihil bingits bok… sama kayak mau ke Jepang😂. Sekali lagi selamat ya!
Duh aku jadi Tersanjung 13 <—judul sinetron hahaha. Makasih ya mbak Molly, mbak juga kece bana-bana bisa menang lomba dan bisa ke luar negeri. Hidup gratisan! hihihihihi
Memang tulisan ini layak menang. Dari Jamila ke Tidore. Selamat ya, om sudah menang trip ke Tidore. Jangan lupa oleh-oleh ceritanya biar semakin mupeng dengan alam, sejarah rempah dan kuliner maknyusnya di sana. 😀
Makasih kakak Halim. Iya, kebayang menjelajahi negeri indah sampe kenyang hihihi
Aih Yayan, selamat yaa. Maaf baru mampir baru bisa OL tengah malam, dan itu pun ngorbanin draft tulisan.
Makasih mbak Lina. Gakpapa kok 😉 yang penting doanya ^_^
Keren amat sih artikelnya mas, hehe.. Berasa jadi aunty Jamilah yg didongengin nih 🙂 But, it’s true kl banyak org luar Indonesia takjub dgn nominal rupiah ya. Dan itu lbh perkasa, lol 🙂 Selamat ya mas, ditunggu cerita Tidorenya tar^^
Haha iya bener mbak. Karena nominalnya gede. Makasih ya 🙂
Selamat berpiknik manja omnduut, Babang tunggu gambar Tidorenya di instagram 😎
Haha already babang 🙂 makasih ya.
Kalo diliat dari sisi moneter sih emang ga kaya Indonesia mah.. hehehe…
Tapi negara2 Eropa sekarang bisa kaya kurang lebih karena Indonesia juga dulu waktu masa kolonial…
Btw, itu si Indra bukan mas yg di foto terakhir?
Betul banget, karena jalannya bareng Indra waktu itu 🙂
semoga nanti bisa ke Tidore 🙂
Amin 🙂
Aah sudah aku duga dari awal baca tulisan ini pasti ini salah satu kandidat juaranya dan ternyata…benar! Hehe, selamat mas. Semoga aku bisa mengikuti jejakmu.
Terima kasih Abe 🙂
Tidore memang jarang terdengar … ternyata indah dan kaya berbagai budaya dan keindahan alamnya, Jadi kepengen jalan2 kesana … sekalian nyobain bambu gila 🙂
Itu pengalaman yang luar biasa. Apalagi aku kebagian di pinggir, terasa jauuuuh lebih berat jadinya.
Ping balik: Keseruan Selama Berada di Tidore – Bagian 1 | Omnduut
Wah, aku cuma modal bilang satu. Kereeen tulisannya yan. Mesti banyak belajar nulis nih kek omnduut. Semoga menang, klo menang ajak aku dong #hahaha
Terima kasih 🙂
Ping balik: Sosok Misterius di Benteng Torre | Omnduut
Ping balik: Mabuk di Failonga, Pulau Indah di Tidore Kepulauan | Omnduut
Ping balik: Dari Tidore untuk Indonesia: Sebuah Sepak Mula – Papan Pelangi