
.
Pada dasarnya, Tidore itu gak begitu luas. Kalau mau berjalan kaki, keliling pulau dari ujung ke ujung sih kayaknya masih walkable yah, asal siapin balsem anti gempor aja sesudahnya hwhw. Nah, dari penginapan kami yang letaknya-sungguh-strategis itu, kalau mau ke beberapa objek wisata lain, jaraknya lebih dekat lagi. Sangat ngesotable. Sungguh! Asal kamu tahan betis lecet-lecet aja, sih!
Mau berenang manjah di laut? Dih, tinggal nyebur aja di belakang hotel. Mau ke Benteng Tahula? Jalan pelan ala zombie sambil merem juga bisa. Mau ke Makan Sultan Nuku? Aku jamin sambil salto pun bakalan sampe! Pun jika mau ke Kadato Kie aka istananya sultan Tidore yang indah itu, dan mengunjungi Benteng Torre yang berada di belakangnya, sesungguhnya dekat sekali. Hanya saja, karena jadwal kami yang sangat padat, aku dan rombongan baru bisa main ke sana di hari ke-5 sejak kedatangan kami di Tidore.

Salah satu bagian di Benteng Torre
Ada apa sih di Benteng Torre? Ya jelas sesuai namanya, ada benteng, atuh! Masa iya ada konser dangdut. Benteng yang dibangun pada tahun 1578 dengan tujuan mempermudah memantau kapal-kapal yang hendak menyerang markas Portugis ini diambil dari nama Kapten Portugis saat itu, Hernando De La Torre, dibangun atas perintah Sancho de Vasconcelos setelah mendapat izin dari Sultan Gapi Bangunan. Kisah ini tertuang dalam buku Documenta Malucensia.
Menikmati Senja di Benteng Torre
Dengan mengendarai mobil bak terbuka yang disopiri oleh Rifqy, rombongan sirkus eh blogger #TidoreUntukIndonesia dapat mencapai Benteng Torre dalam hitungan menit. Dekat sekali, hanya saja posisi benteng yang berada di ketinggian, kalau mau jalan kaki sih, lumayan ya. Kami tiba di sebuah tanah lapang yang berada tak jauh dari tangga menuju benteng. Di sekitaran situ, terdapat beberapa makam tua, yang menurut penduduk setempat dikeramatkan.

Benteng Torre dilihat dari bagian belakang
Sebetulnya, sebelum ke Benteng Torre, kami lebih dahulu mendatangi Benteng Tahula (nanti akan ditulis terpisah). Jika tangga menuju Benteng Tahula lumayan banyak dan terjal, di Torre, keadaannya jauh lebih mudah. Yang jelas, aku gak harus mengikis lemak banyak untuk menaiki tangganya. Alhamdulillah banget.
Begitu tiba di atas, tadaaaa… panorama indah Benteng Torre dengan latar belakang Kie Matubu terpampang nyata. Jika berbalik arah, hamparan laut dan Pulau Halmahera yang kemudian terlihat. Jika diibaratkan makanan, Benteng Torre ini paket lengkap! Wisata laut, iya. Wisata gunung, bisa. Wisata sejarah, sudah pasti.

Benteng Torre dilihat dari bawah

Tepat berada di belakang Benteng Torre : Kie Matubu

Tanaman-tanaman di sekitaran Benteng Torre
Ukuran Benteng Torre tidak terlalu luas. Namun karena benteng ini menyatu dengan alam, jadinya nampak dua kali atau tiga kali lebih besar dari ukuran sebenarnya. Benteng Torre bukan tipikal benteng yang dibangung untuk melindungi bangunan yang berada di tengahnya. Tapi, ya sebatas benteng pemantau saja, sehingga dinding tinggi hanya terdapat di bagian depan, sedangkan bagian belakang langsung pepohonan dan Kie Matubu.
Melihat panorama yang sedemikian cetar, gak butuh lama, kami semua lantas mulai mengoperasikan kamera masing-masing. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Banyak batu-batu hitam berukuran besar berada di sekitaran Benteng Torre. Beberapa pohon juga nampak berada di sela-sela bebatuan. Paling banyak sih pohon pepaya dan pisang, ya.
Nampak sebuah pondok kecil tak jauh dari sana, menurut hemat pemikiranku, bisa jadi sebagian lahan yang ada di sana digunakan warga untuk menanam buah dan sayuran. Bonusnya, terdapat bunga-bunga indah juga di sekitaran benteng ini. Untuk mendapatkan foto yang baik, kami harus berjalan menuju undakan atas dan duduk atau berdiri tepat di tepian dinding utama benteng.
Herannya, ada sebuah bagian benteng yang berbentuk lubang. Kedalamannya sekitar 5 meter. Lumayan sih kalau jatuh maka susah buat naik ke atas hehe. Ntah lubang ini untuk apa. Sama ayuk Annie, yang emang punya “kelebihan” indera, aku dipesankan, “nanti pas lewat lubang itu, gak usah dilihat, ya, Yan!”
Sosok Misterius di Balik Pohon Kelapa
Tapi ya namanya juga berjalan melewati, mau gak mau, pandangan mata tertuju juga pada lubang besar tersebut. Ada apa di dalamnya? Gak ada apa-apa. Kosong melompong, dengan dasar yang ditumbuhi rumput liar. Lubangnya bersih, gak ada sampah sama sekali.
Mulailah sesi foto dilakukan. Karena yang datang banyak, jadinya ya mesti antre hehe. Aku yang tadinya berada di sisi tebing karena bosan menunggu, aku memutuskan untuk mengeksplorasi bagian lain dari benteng ini. Termasuklah area lubang yang tadi aku lewati. Ternyata, pemandangan dari area ini sama kerennya dengan area yang lain.

Ayuk Annie berjalan melewati lubang misterius

Sibuk dengan kamera masing-masing hehehe
Seketika aku memutuskan untuk duduk dengan kaki menjuntai. Menikmati senja yang romantis di Torre. Ah sayang, nggak ada dik Chelsea Islan di sampingku. Kalau ada kan enak, bisa diajakin main congklak. Selanjutnya, aku langsung asyik utak-atik kamera aksi yang aku punya. Niat hati ingin mengulang pose yang sama, seperti yang dulu aku lakukan di Twin Tower, KL, aku menjajal pose baringan tepat di antara lubang dan “jurang” Benteng Torre.
Aku mengambil gambar beberapa kali. Semua nampak normal hingga kemudian aku merasa ada orang yang bergerak, dari sisi “jurang”. Secara refleks aku duduk. Kupandangi sekitar, tak ada orang sama sekali. Tadinya kukira itu adalah warga yang memilihara kebun mengingat ada pondok sederhana tak jauh dari situ. Di sisi lain, rombongan masih asyik foto di pinggir dinding benteng.
Gak ada orang sama sekali. Bisa jadi itu hanya perasaanku saja. Soalnya seringlah merasa ada orang lewat, ada yang ngeliatin dsb, gak hanya di Tidore, di rumah aja sering hwhw. Aku memutuskan untuk baring kembali seraya mengambil gambar. Tiba-tiba….

Di pohon kelapa itulah aku melihat sosok misterius tsb
Bayangan yang tadinya kulihat sekilas makin jelas. Aku langsung duduk dan melihat sumber bayangan tersebut. Lalu, nampaklah sesosok makluk dengan tinggi badan seperti anak kecil, berambut gondong, bertelanjang dada dan hanya (seperti) mengenakan cawet berbahan dasar ilalang/ijuk berwarna gelap.
Aku kaget. Ini kali pertama, seumur hidup, aku melihat makhluk dari dunia lain sedemikian jelas. Tapi herannya aku sama sekali gak merinding atau takut. Cuma kaget sebentar, laporan ke yuk Annie (trus aku “diomelin”), trus udah. Karena toh niat ke sana baik ya, cuma mau jalan-jalan aja tanpa niat jelek, jadi aku merasa itu penunggu di sana yang pingin kenalan atau pingin aku ceritain di blog hwhwhw.
Kembali Lagi di Saat Gelap
Sebagian rombongan memutuskan kembali lagi ke Torre pasca subuhan. Niatnya mau “menangkap” momen matahari terbit. Ya sudahlah, ketimbang tinggal di kamar hotel, mending aku ikut, ya! Bukannya apa-apa, lensa kameraku bermasalah. Sehingga sulit menangkap objek dengan baik. Aku menghibur diri sendiri, “paling gak aku bisa melihat keindahan matahari terbit dari sana,” batinku.
Beda dengan kedatangan sehari sebelumnya, pagi itu Benteng Torre lumayan mencekap. Nah di sini baru deh aku rada-rada takut haha. Aku gak mau jalan di belakang, maunya di depan atau tengah (hey, di film horor, hantu suka muncul di belakang, toh? Hwhw).
Lalu, sesampai di benteng utama, aku gak berani melewati lubang tempat aku melihat sosok misterius kemarin. Aku memilih untuk diam saja di sekitaran dinding utama hingga kemudian matahari indah perlahan muncul dan rasa takut pun hilang.

Matahari terbit, menyembul dari balik pulau Halmahera
Pagi yang agak antiklimaks sih saat mbak Zulfa kebelet mau ke toilet dan aku dengan senang hati menawarkan untuk menjadi sopir menggantikan Rifqy –sopir utama kami hwhwhw. Kenapa? Takut ya? Ah nggak, aku mau mengantarkan mbak Zulfa pulang karena aku juga kebelet sodara-sodara! Lhaaaa….
By the way, terlepas pengalaman ganjil selama di Benteng Torre, ini tempat yang wajib banget kamu datangi jika berkesempatan ke Tidore. Kapan lagi coba main ke benteng tua yang menawarkan pemandangan super indah, kan? Soal sosok misterius yang aku lihat, gak usah khawatir, selama niat ke sananya baik, “mereka” juga gak akan ngapa-ngapain kok. Paling juga ajak kenalan, kan? Hihihi.

Yakin kamu gak mau pose cetar begini di Benteng Torre?
Cek di sini untuk kisah Keseruan Selama di Tidore Bagian Pertama
Cek di sini untuk kisah Keseruan Selama di Tiodre Bagian Kedua
Duh indah banget sih om,
Cuma bisa memandang iri
Karena selama ini cuma bisa berangan bisa main ke ternate dan tidore yang tersohor sejak jaman belanda 😌
InsyaAllah lomba berhadiah ke Tidorenya akan dilaksanakan tiap tahun. Jadi, coba aja ikutan tahun depan. Lumayan, bisa jelajah Ternate dan Tidore lebih dari seminggu gratis 🙂
Berkabar ya om hihihihi
Siap. Stay tunned di sosmed hehe
Cantik banget ya.
Pengen banget ke Ternate n Tidore..
Ini juga jalan2 gratis??
Iya “gratis” <— sengaja pake tanda petik, karena mesti usaha dulu biar bisa jalan-jalan gratisan hehehe
Indahnya duniamu…hihihi
Hei, dunia kita (masih) sama : Bumi 🙂
Masih Indonesia pula…hahaha…
Entah belahan bumi sblh mana yg membuat kita beda…
Nah tuh, sama kan hahaha. Gak ada yang beda.
Ah, serius??? Itu berarti munculnya pas kita ke sana sore-sore itu kan ya? Weleh-weleh, bisa sampe ngeliat jelas berarti emang Yayan yang pengen ditemui sama dia. Duh, aku kok sampe merinding nulis komen ini.
Hahaha iya mas serius pake banget. Pengalaman pertama seumur hidup. Tapi aku gak merinding, takut atau gimanaa gitu. Saat itu kaget, agak syok sebentar, laporan ke Yuk Annie, trus udah deh hehehe
Pas kito kesano kan la deket maghrib. Jadwalnyo mereka ini “unjuk diri”. Di foto yg Yayan telentang tuh tepotret sebenarnyo, tapi cuma wong2 tertentu yg pacak jingok hahaha
Aw-aw-aw, jadi di foto yang telentang itu ado ye yuk? ini antara kaget, takjub dan pengen jitak jidat dewek 😀
Bener, kito baru turun lepas magrib dari situ.
Serem amat ya.. 😁
Iya mungkin itu makhluk pengen kenalan sama om ndut 😁😁
Aku teriakin, “salam kenal yaaaa” dari jauh aja deh haha
Mungkin itu bukan maghluk gaib, tapi makhluk asli sana yang selama ini menyembunyikan diri ratusan tahun *mulai berimajinasi
Macam makhluk yang terekam rombongan motor di Aceh itu ya? sempat viral kan beberapa waktu lalu 🙂
Huaaaa….aku bacanya kok jadi merinding 😨
Ruang gelap tempat aku berdiri difotoin Rifqi juga bikin ser-seran. Tapi aku ga liat apa2. Kita di sana pas magrib sih ya. Hiiii…
Aku gak suka berada di dekat ruangan itu haha, gelap sekali. Auranya gak enak walau gak sampe bikin merinding sih 😀
Ini antara seram sekaligus kocak jadi satu rasa hahahaha. Aku gak pernah bisa merasakan penglihatan seperti itu, tapi memang saat di lokasi, lebih baik diam dulu jangan diceritakan di tempat. Ceritanya pas sudah balik aja 😀
I did it. Makanya aku hanya bisikin ke Yuk Annie hahaha. Pas kalian pada ajakin ke Torre lagi, aku yang paling keras ngomong, “kenapa gak di Tahula, saja?” iya kan? hahahahaha.
Hahahaha #ngakak. Di lubang kecil tempat Rin foto juga ada. Banyak kok seputaran situ
Hahaha cuma halusinasi aja kali om.
Tapi kalo beneran sih, paling dia jenis kelaminnya cewek. Dan tersepona dengan kegantengan om ndut😆
Aku ngarepnya itu juga sekadar halusinasi, tapi kok ya jelas banget hahaha. Btw, jenis kelaminnya cowok kayaknya. Kecil perawakannya.
Wkakakakak
Benteng batunya khas Eropa, yah. Yang unik itu tanaman bunga di sekitarnya. Yang kayak gitu susah nemu di Eropa sekarang. 🙂
Iya, tadinya aku kira tanah di sana berkapur, eh ternyata nggak dan bisa tumbuh bunga cakep-cakep kayak gitu mbak 🙂
Serius om, itu Makhluk halus? Gak diajaking ngobrol gitu? Wkwkwk
Ogah, ntar aku diajakin main ke rumahnya hwhw
Ampunnnn…. orang kebelet diceritain disini. itu aku kebelet gegara ditinggal jalan si rifky melalui lubang ‘penampakan’ itu…. hahahah Alasen!!!
Alasan! bilang aja kalau makannya semalam banyak. Yekan yekan yekan? *nganu, soalnya aku begitu sih hwhwhw
maunya bilang gitu tapi ….. aku kan perlu pencintraan.
Tolong ya, mbak Citra hanya milik Ashraff Sinclair seorang.
Bawa pulang dong makhluk halusnya, tanyakin rahasia skincarenya apaan. Soalnya untuk jdi halus itu susah loh hahahha
MUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHA, ntar ya aku balik lagi ke sana dan aku sampaikan pesan ini. Biar dia langsung ke rumah mbak hwhwhw
Hhmmm…. Mas Yan, Omndut…
Biasanya yang kayak bgitu hanya menampakkan diri hanya untuk menegaskan bahwa selain kita, ada mereka yang juga hidup di sekitar kita. Apalagi disini, di Tidore. Semoga kelak bisa balik lagi kesini.
Iya ko 🙂 dan aku percaya mereka ada. InsyaAllah, jika ada waktu dan rezeki bisa balik lagi ke Torre, amiiiin.
aku pun walau jarang dikasih lihat makhluk2 tak kasat mata, kadang malah bukannya takut tapi penasaran. pernah beberapa tahun yang lalu melihat sepasang mata besar bercahaya di balik pepohonan pas maghrib tiba. bukanya lari malah merhatiin terus hingga akhirnya tuh menghilang. pernah juga pas zaman kecil, subuh belum tiba saya kabur dari rumah saudara sendirian jalan kaki menuju rumah, dulu critanya nginep tapi terus ga betah, untung ga dibawa kolong wewe hiks
Cerita kolong wewe ini termasuk yang populer di kampungku. Sekitar setahun lalu ada tetangga yang panik dan ke rumah minta tolong ayahku ngedoain cucunya yang mendadak hilang di maghrib hari (dikira ayahku bisa kali haha).
Dicari sampe ke pelosok kampung, alhamdulillah ketemu, dan pas ketemu dia bilang diajak orang. Hiy serem
terus itu orang beneran atau jadi2an?
Orang jadi-jadian….
Pas baca ini, pas malem jum’at, pas kosan lagi sepi. Tiba-tiba ada sosok hitam di pojokan, ternyataaa… kucing tetangga.
Lhaaaaa hahaha. Kucingnya laper kali ya
Mungkin sosol misteriusnya itu sosok “jodoh” mu, Mas. Hehehehe
Pemandangan yg tidak boleh terlewatkan
Amit amit haha, jodoh sama dedemit hwhwhw
Uwaaahhh dan aku lupa kalo aku msh sendirian di hotel pas baca ini wkwkwkwk.. Tempatnya memang bgs ya mas.. Suka banget aku liat tempat bersejarah gini, masih terawat pula. Walo ga asiknya simakhluk menampakkan diri itu :p
Haha, sekadar “kenalan” kali si dianya. No problem, aku tetap suka berada di Benteng Torre 🙂
Di mana-mana Rifqy jadi pengemudi setia yaaa 😀
Sopir idola tante-tante blogger. Hihihi.
Oh Tuhan, hehe. Seram pasti. Tapi memang harus siap ya, sebab jelajahnya di bangunan tua. Saya setuju, selama tidak melakukan hal-hal buruk, semua yang ada di sana pasti merestui, entah nyata atau tidak. Pemandangannya bagus sekali Om. Meskipun Ternate-Tidore hanya dua pulau yang tak seberapa besar tapi pengaruhnya di masa lalu besar banget sebagai pusat rempah. Mudah-mudahan suatu hari nanti saya bisa datang ke benteng itu, hehe…
Iya, mungkin pose selfieku kurang sopan ya, sampe gegulingan segala hehe. Tapi asli saat itu rasanya nyamaaan banget guling di atas batu itu dengan terpaan angin dari laut. Aahhh
Saya pun akan berpose serupa Om kalau ada di sana, haha.
Sumpah, aku iri kali lah klo udah bahas tidore.
Termasuk cerita nengok hantu kayak gini? hehe
ah udah biasa itu mah.. apalagi kalo jalan2 ke bunker jepang di sabang 😀
Semoga komen kali ini masuuuuk. Amiin !
betewe aku mau tanya deh, ini di tidore ada penyewaaan motor gitu nggak siih ? yah walaopun jarak destinasi wisata yang katanya bisa ngesot aja, tapi raisa nggak mau kalau lutut raisa leceeet *plaaak
Gampang, di sana ada angkot dan bentor dimana-mana hehe
wih, jauh jauh ke Tidore mau ketemu mahluk dunia lain. memang eksotis ya Indonesia Timur. Tapi sayang, saya paling jauh ke timur, baru sampai Makassar dan Lombok. btw lucu tulisannya, ikut deg2an pas baca bagian “tiba-tiba…..”
Aku belom pernah ke Makassar dan Lombok, mupeng juga mau menjajal Indonesia Timur lainnya 🙂
Tapi sudah lewat di atas Makassar dan Lombok kan?. Sama, Indonesia itu luas, kapan kapan ke Timur lagi, penasaran dengan Manado, Ambon, Ternate, Raja Ampat, Jayapura, Merauke, Labuhan Bajo, Wakatobi dan seterusnya
Haha belom tentu, kalau Makassar kayaknya bisa jadi udah lewat. Tapi kalo Lombok kayaknya nggak. Kejauhan 😀
Dan aku ndak sadar aku motret sambil jongkok kayak lagi boker :)) … sempet kan minta awak fotoin aku di lubang itu haha… hasilnya.. kabur..
Oh yo? haha lupo aku. Mungkin kebetulan bae aku shaking pas motret.
Coba itu liat di belakang deh Om, dia ngikutin ke Palembang enggak? Wkwkkwk.. Aku langsung ngebayangin yang di Jailangkung sama Ju On.. 😀
Haha, Deddy Huang tuh diikuti sampe Palembang. Tapi oleh penunggu di Pesisir Barat, Lampung, bukan Tidore 😀
Seriuuusss Ko Deddy diikutin “sesuatuuu” Om? Wah, wah, soalnya dari Lampung ya, masih satu Sumatera. Hihihi.. Kalo Tidore kan udah jauh nyebrang laut.. 😀
Ho oh, hehe kebetulan penginapan kami terakhir di Pesisir Barat emang banyak “penghuni lain” hehehe.
sepi ya, but emang lebih baik tempat yang sepi supaya serasa milik [ribad. ehehe
ga sempet difoto mas? hehehe..
mudah2an ga terjadi sama aku deh… sereemmmm
waw, viewnya beda banget ya Tidore….
Iya mbak 🙂
kirain anak kecil yang manjat pohon disekirat itu, tapi bukan ya… Alhamdulillah kan aman 🙂
Bukan haha, gak jelas umurnya berapa itu makhluk.
haha kocak dah,
Aku masih penasaran sama setan cilik gondrongnyaa,. coba aja setanya di fotoin pasti bakal heboh dunia persilatan.
y Allah aku bacanya tengah malam pula. Awalnya baca judul ngeri tapi kepo. Terus baca intronya asyik juga ya tinggal ngesot kemana-mana. Terus penasaran sama lubang besae di benteng. Lalu jadi takut dengan kisah ketemu penampakan. huuaaa nggak berani deh kalo kesana menjelang malam. Tapi Tidore memang namanya tergaung di Indonesia sih ya..
Iya, karena dulu Tidore ini besar banget namanya, bersanding dengan Ternate. 🙂
Aku selalu sangat-sangat menikmati berkunjung ke benteng/reruntuhan gedung gitu, deh. Entah kenapa rasanya pas aja di hati. Aku suka namanya, Torre.
Iya, sama kayak nama makanannya, ada yang disebut dengan ikan Torre, macam ikan sale yang “diawetkan” dengan cara pengasapan.
Ping balik: Menatap Keindahan Tidore dari Benteng Tahula | Omnduut
Duh itu gambarnya bagus-bagus amat.. bener-bener surga. Ma’af numpang mampir semoga berkenan. Salam kenal
Terima kasih banyak 🙂