Setiap kali melakukan perjalanan, aku biasanya nggak ada niat khusus untuk membeli oleh-oleh. Selain karena anggarannya nggak ada, duh, aku itu paling males belanja, ngotot-ngototan sama pedagang, packing ulang ransel yang jelas akan overweight dan juga melihat episode drama kumbara dari sodara sepupu yang sirik berjamaah karena ada yang kebagian oleh-oleh dan ada yang tidak. Intinya, say no to beli oleh-oleh. Kalaupun belanja, paling juga beli magnet dan pajangan buat nambahin koleksi di rumah kamar sendiri.
Tapi ya, namanya juga 3 minggu jalan di India, jelaslah ya bakalan sering bersentuhan dengan para pedagang. Sama seperti ke Bangkok dulu, dari awalnya nggak niat belanja, eh pas jalan ke pasar Chatuchak, imanku tergoda sodara-sodara. Nah, di India yang apa-apa serba murah, eh pas jalan nemuin pernak-pernik lucu ya hasrat untuk beli muncul juga. Apalagi kalo ngeliat travelmates udah ngeborong, aku nggak mau kalah dong #eh hahaha.
“Kapan lagi bang, mumpung di India ini,” ujar Indra.
Tak jarang aku memilih tinggal di satu tempat saat Ahlan dan Indra berbelanja. Karena ya itu, aku takut kalap euy! Hehehe. Oke, berhubung banyak yang nanya soal belanja di India, aku bagikan pengalamanku berbelanja di 6 kota besar di India (Kolkata, Agra, Delhi, Amritsar, Jammu, Kashmir dan Varanasi). Perhatian, ini pengalaman yang aku rasakan secara langsung ya! Dan bisa jadi akan sangat berbeda pengalaman masing-masing orang saat berbelanja di India.
Jangan Pernah Pegang Barang Dagangannya
Masih ingat dong wejangan si Alam Khan, supir bajaj di Agra? Dia bilang, “jangan pernah beli barang dagangan di dalam, semua mahal dan palsu.” Nah nasehat itu kami turutin deh. Keagresifan pedagang di sepanjang jalan menuju Taj Mahal tidak kami gubris satupun.
Eh sialnya saat di Agra Fort, seseorang pedagang menawarkan dagangannya, Ahlan nggak sengaja kepegang snow ball (yang dalamnya berisi minatur Taj Mahal). Harganya sih ya nggak mahal-mahal banget, 50 rupee aja. Namun karena si Alam Khan sudah janji akan ngebawa ke pasar pusatnya oleh-oleh, ya kita nggak minatlah ya.
Saat Ahlan mau mengembalikan snow ball itu, si pedagangnya nggak mau. Lha wong si pedagangnya yang menyodorkan, khan eh kan? Eeh si pedagang jalanan (mereka nggak punya lapak, hanya membawa dagangannya dalam sebuah tas besar) keukeuh banget memaksa Ahlan buat beli dagangannya. Sampe-sampe tuh snow ball diletakkan di tanah, eh kita diikutin dong sampe jauuuuh banget. Udah ditolak baik-baik tapi tetep aja maksa.
Kita cuek ya, terus berjalan mengelilingi Agra Fort yang gede itu. Eh masih aja diikutin. Piuh, gimana ya, memang di sana kehidupan keras sih, makanya pedagangnya pantang menyerah. Ya sudahlah, snow ball-nya akhirnya dibayar sama Ahlan.
So, jika nggak niat beli, jangan sampe megang deh, yang ada bakalan dipaksa beli sama mereka.
Berani Galak
Saat datang ke Delhi Gate di kota Delhi, kami dikerubuti banyak sekali pedagang. Dari pedagang makanan, minuman, balon, pernak-pernik, pokoknya banyak deh. Delhi Gate juga rameeee banget. Kayaknya kawasan ini dijadikan masyarakat setempat buat ngumpul dan nongkrong sore hingga malam.
Ada beberapa anak yang berjualan gelang dengan kombinasi huruf. Jadi gelang itu dapat dituliskan nama kita. Berapa sih? 100 rupee cuy! Mahaaal buat ukuran India tentu. Nah anak-anak ini juga berjualan cat. Jadi anggota tubuh kita dapat dicat membentuk bendera (tentu saja bendera India hehe).

Sama si uncle ini sih nggak galak. Ilustrasi aja, si Indra dan Ahlan sibuk pilih pashmina. Lokasi di Old Delhi
“Hayolah kakak, beli gelangnya.”
“Maaf tidak, terima kasih.”
“Bagaimana jika saya gambar saja di tangan kakak.”
“Jangan,” kata Indra.
Eeeh, si bocah tanpa tedeng aling-aling langsung mencoretkan cat-cat itu ke tangannya Indra. Lha jelas si Indra bête ya hahaha. Setelah digalakin, baru deh si bocah pergi sambil ngedumel. Ya bukan masalah kasihan nggak kasihan ya, tapi kalau tidak butuh dan dipaksa beli kayak gitu, ya nggak bener juga.
Tanya Harga Dengan Jelas
Namanya juga berbelanja di pasar tradisional ya, jarang ada toko atau lapak yang sudah memberikan label harga pada barang dagangannya. Nah, saat belanja di Varanasi, aku naksir sebuah gaun kecil dengan motif yang khas untuk keponakanku. Saat ditanya, si uncle memberikan harga 100 rupee. Okelah aku setuju dengan harga yang diberikan.
Begitu akan membayar, eh ternyata dimintain 150 rupee. Aku protes dong ya, secara udah disebut sebelumnya 100 rupee. Eh si uncle ini bilang nggak ngerasa nyebut harga 100 rupee. Kita ngotot-ngototan tuh.
“Percayalah itu gaun yang bagus dan harganya murah. Sebagai bonus akan saja tambahkan tali pengikat di roknya,” ujarnya.
Ya sudahlah, secara itu menjelang pulang ke Kolkata (sebelum terbang ke Kuala Lumpur), aku setuju saja. Gaunnya emang… bagus sih dan dengan harga 150 rupee pun sudah cukup murah. Lagipula, aku dan Indra belanja buanyak (pake banget) di toko itu. Dan item-item lain kita dapat potongan harga gila-gilaan.
“Kalian orang pertama yang datang ke toko kami, jadi kami berikan harga spesial,” begitu katanya hehehe. So, kalau belanja di India, pastiin deh harganya dengan jelas. Namanya juga belanja dalam jumlah banyak, bisa jadi si uncle pusing saking banyaknya barang yang kami tanyakan ya hehehe.
Pakai Jurus Pura-pura Pergi
Ahlan berencana membeli gaun sari untuk seseorang. “Untuk siapa sih?” auklah tanya aja sendiri hahaha. Nah mumpung kami lagi di Old Delhi, maka jalanlah kami ke pasar Chandni Chowk, pasar tradisional berusia ratusan tahun yang sering dijadiin lokasi syuting film itu memang terkenal dengan pusat penjualan sari-nya. Apalagi katanya di sana barangnya murah-murah.
Karena pasar ini besar sekali (kayaknya Chatuchak kalah deh), kami bertanya dulu ke beberapa orang di mana lokasi pusat penjualan sari. Setelah ketemu, ternyata lokasinya terdiri dari satu area khusus. Kami mulai mencari sari yang diinginkan. Dari awalnya bertanya ke lapak-lapak bagian luar, kami berjalan ke arah dalam dimana ratusan pedagang sari berada.
Luar biasa padatnya! Ribuan orang berjalan berdesakan di jalan-jalan sempit di dalam pasar. Nggak warga lokal atau turis asing seperti kami berbaur jadi satu. Bener-bener padat merayap! Yang bikin heran, udah jalannya sempit eeeh pengemudi becak banyak yang masuk ke dalam. Sumpah ya, aku rasanya udah hampir pingsan di sana hahaha.
Dengan keberadaan orang aja udah penuh gitu, apalagi becak ikutan masuk. Anehnya nggak ada yang marah, para pedagang melihat itu sebagai suatu yang biasa saja. Coba kalau terjadi di pasar Indonesia, bisa-bisa penarik becaknya kena sambit pake sandal hahaha.

Kios di Amritsar. Nggak jauh dari Golden Temple. Jangan harap bisa pakai jurus pura-pura kabur di sini.
Mengenai jurus pura-pura pergi, kayaknya nggak usah dijelasin lagi ya. Part ini khusus mau cerita tentang Chandni Chowk aja sebetulnya haha. Oh ya satu hal. Jurus pura-pura pergi tidak berlaku di kota Amritsar. Prinsip pedagang di sana, “elo mau gue jual, kalo kagak ada duit, sono pergi” hahaha.
Menawar Dengan Kejam
Sekali lagi aku bilang, di India itu apa-apa murah. Jadi sebetulnya jika pedagang menawarkan dagangannya dengan harga tinggi, jika dikonversi ke rupiah tetap saja murah. Walau begitu, ya namanya aja kita berbelanja ya, kayaknya kalau nggak menawar itu bikin meriang hohoho.
Dan memang begitu adanya. Harga yang ditawarkan biasanya sudah dinaikkan 2 kali lipat atau lebih. Tergantung barangnya sih. Kalau sari bisa 3 kali lipat terlebih jika tahu yang beli warga asing.
Aku yang sehari-hari malas belanja dan nggak doyan nawar harga ntah kenapa selama di India aku bisa dibilang jadi tokoh antagonis diantara Ahlan dan Indra hahaha. Jika ada pedagang yang menawarkan dagangannya, aku biasanya menawar dengan sangat kejam. Iya, SANGAT KEJAM 🙂
Saat menaiki shikara (perahu tradisional) di Danau Dal di kota Srinagar, perahu yang kami tumpangi didatangi oleh perahu yang menjajakan aksesoris seperti bros, kalung, cincin dan anting. Seperti biasa, karena Ahlan tajir melintir *kedip ke Ahlan*, Ahlan beli beberapa perhiasan imitasi-tapi-keren itu.
Ternyata si uncle ini juga menjual cerutu berbentuk unik yang cocok buat dijadiin oleh-oleh. 1 lusinnya dihargai 200 rupee. Karena aku gak tertarik beli aksesoris (baca : nggak ada duit), jadilah aku pilih beli oleh-oleh yang murah meriah itu. Lumayan, bisa diberikan ke kakak ipar atau sepupu yang emang ngerokok. Tapi, sebagaimana prinsip pedagang di sana yang menaikan harga dengan tinggi, ya aku tawarlah.
“100 rupe buat 1 lusin, bisa?”
“Oh brother tambahlah sedikit lagi. Saya kasih 170 rupee saja.”
Si Ahlan dan Indra ternyata juga tertarik. Nah kekuatan nawarnya lebih bagus dong ya!
“Nggak, 100 rupee buat 1 lusin. Jika dikasih, aku beli 3 lusin. Kalau mau siniin barangnya kalau nggak ya udah.”
“Hayolah, tambah sedikit lagi. Saya kasih 150 rupee ya.”
“Ya sudah, 120 rupee, itu penawaran terakhir dariku,” sahutku lagi.
“Udah Yan nggak apa-apa 150 rupee,” ujar Ahlan pakai bahasa Indonesia.
“Tahan dulu, Lan. Pasti dia mau, lihat aja ntar.”
Si pedagang ternyata pergi. Ya sudah artinya harga nggak cocok, kan?
Perahu kami semakin berada ke tengah Danau. Tak lama, si pedagang tadi datang lagi. Ternyata, dia menepi hanya untuk mengambil stok cerutunya. Persediaan yang ada di perahunya tadi nggak cukup untuk 3 lusin. Begitu perahunya mendekat pedagangnya bilang…
“Ini 3 lusin, 150 rupee ya per-lusinnya.”
“Nggak mau, tadi kan sudah kubilang 120 rupee per-lusinnya.”
Si pedagang menatap mataku dengan sedikit jengkel dan memelas.
“Hayolah, selisihnya hanya 30 rupee. Kau tidak akan miskin dengan bersedekah kepadaku sebesar 30 rupee saja.”
Toeeng.
“Ya udahlah Yan, bayar aja nggak apa-apa,” kata Ahlan.
Hahaha, ya sudahlah, kalau si pedagangnya udah memelas begitu apa boleh buat. Si tokoh antagonis (yang kalau di sinetron suka melotot kayak Leily Sagita itu) akhirnya menyerah. Belakangan ya aku nyesel juga sih terlalu kejam hehe. Apalagi pas ngeliat meme-meme di sosial media yang suka nyindir prilaku menawar yang berlebihan kayak yang aku lakukan.
Oh, aku sungguh berdosa, kakak! 🙂
Minta Diskon dan Bonus. Atau…. Memelaslah!
Minta diskon dan menawar dengan kejam itu sama nggak sih? Ya mirip-mirip ya hehehe tapi ini kondisinya agak berbeda. Begini, diskon dan bonus biasanya baru aku minta saat sudah berbelanja dengan jumlah yang cukup besar.
Di kota Jammu, saat menunggu kereta ke Varanasi, aku dan Indra sempat jalan ke kios-kios yang berada tak jauh dari stasiun. Lihat punya lihat, eh aku naksir keychain yang dijual pedagang di sana. Harga satu setnya pun murah, aku lupa berapa, yang jelas tanpa menawarpun harganya sudah sangat masuk akal.
“Apa harganya tidak bisa kurang lagi?”
“Maaf sekali tidak bisa, itu saya kasih harga yang murah untukmu.”
“Ya sudah, kasih saya bonus tambahan mainan kunci lainnya saja, ya!”
“Oh boleh, kamu mau yang mana, pilih saja yang ada di kotak ini,”ujar si pedagang sambil mengeluarkan sebuah kotak dari etalasenya. Lumayanlah dapet bonus 1 mainan kunci.

Foto bareng atas permintaan si pemilik toko. Fotonya aku kirim ke Varanasi dan direspon melalui pesan whatsapp 🙂
dibalik cerita “serem” ommduut di india ternyata masih ada cerita serunya 🙂
Hahaha adaaa tentu saja adaaa 🙂 ini masih digilir cerita seru, seneng, sedih, nyebelin selama di India 🙂
Waaaah aku paling maless kalau pedagangnya ngotot Oom. Maunya tuh kalau ke pasar, pegang-pegang barang yang sekiranya mau dibeli, kalau ga jadi beli ya dibiarken pergi dengan damai. Kalo sampe diikutin begitu preman plembang jadi jiper juga kakaaa hihihi.. 😀
Asliii, preman plembang bakalan jiper haha. Usaha mereka buat ngikutin kami ke sana ke mari boleh juga :p
Usahanya buat menjual memang empat jempol 😀
asyiik banget ya belanja, ternyata cowok juga demen belanja tahan juga keluar masuk umpel-umpelan di pasar kupikir cuma cewek-cewek yg kalap kalau belanja. Kalau aku gak jago nawar soalnya mudah kasihan trus skrg benar2 selektif belanja kalau barangnya unik, murah dan gak ada di Indonesia baru beli om soalnya gak pernah beli bagasi naik AA
Sama, aku juga gak pernah beli bagasi. Alhasil pas pulang over weight. Hehe
Aaakk..aku paling ga bisa nawar Oom. Cuman bisa ngedorong2 suami utk nawar..hehe. Pernah pas di ladies market hong kong, lagi liat2 brg eh ada org india nawar pasmina. Saking hot nya si mamak india itu nawar pake ada acara dicubit segala sama yg jual. Haha..kesel kali ya tu penjual ama si penawar. Sampe ditarik2 pas mau ninggalin lapak. Aku atuuutt, jd ga brani nawar disitu..hahaha
Aku di Ladies market karena udah terpatri dalam pikiran “awas akan dimarahi kalo nawar kelewatan” aku gak berani nawar banyak. Alhasil dapet barangnya yg mahal.
tipsnya cuman satu Yan.. Tawar Dan kasih duit DG harga kita di meja langsung. Take it or we leave. Kenapa? ITU nunjukkin kita serious beli, nggak cuman nawar. Klo OK, mreka lsg kasih. That how Indian did. As simple as that 🙂
Ternyataaaaa…. Iya juga ya, kalau harga yang kita tawar masih masuk akal bagi mereka pasti uangnya diambil. *anggukangguk*
Apapun itu di India harus kuat dan tabah ya Yan, termasuk waktu belanja hahaha 😀
Iya, harus tabah juga dengan pemandangan indahnya. Harus sabar pas pulang krn berpisah dgn keindahannya haha
Ah pasti deh ngomongin Kashmir … aku belum nyampe sana nih 🙂
Tapiii tapiii Nepal lebih cetar (katanya) *mupeng*
Nah harus coba Yan ,,, ayo ke Nepal 🙂
Hihihi.. Bagian ‘bukan masalah kasian ga kasian’ ini bener banget sih. Karena rupee ini dikonvers ke rupiah masih tetep murah, jadi ada aja temen yg gampang kasian dan akhirnya cepet ngeiyain, dan pas ngobrol ma kakak2 di PPI dibilangin itu masih mahal. Hahaha. Mana lah gampang kasiannya itu ga cuma ke pas beli barang, tapi juga pas naik transportasi dan ke pengemis. Sampe kita pelototin karena dampaknya ke yg lain juga dan jadi dikerubungin ma Indian itu 🙈😂
Bener banget! Kalau kasih 1 bakalan rame banget yang datang. Eh tapi kita pernah ya bertiga sumbang uang ke restoran, kita pesen makanan buat dibagiin ke homeless (ajakannya Ahlan nih) duh rasanya nyes banget.
Iyaaa bener bgt Ka.. Jangankan ngasih deh. Kalo temen nawar trus dia langsung oke dgn harga sekian yg blm ditawar *gara2 dia bandinginnya dikonversi dulu ke rupiah* itu jadinya bikin keki karena si penjualnya gamau nurunin harga. Padahal masih mahal. Ahaha. Atau pas naik trnasportasi becaknya gitu, sepakatnya berapa rupee, trus ada yg ngasih lebihin dua kali lipat karena kasian dan ngeliat konversinya ke rupiah jadi murah, ehhh.. Becak2 yg dinaikin ma yg lain pada nagih semua mibta dibayar segitu juga. Makanya akhirnya kita tegasin tuh temen yg gini XD
Duh iya, ongkos becak di sana murah banget. Kita sewa becak buat bertiga keliling Red Fort dan Chandni Chowk hanya 100 rupee, kasihan euuy. Walaupun sempet sebel sama si tukang becak di ajak ke toko mahal dan kita marahin udahnya hahaha
kalau nawar sadis dimaki gak om
Nggak 🙂 kalo mereka gak suka ditawar paling dicuekin. Katanya di Cina daratab yg begitu ya tapi ntah deh soalnya belum pernah ke sana.
kalau di China gk jadi beli di maki hahahah
Makanya pas ke Hong Kong aku udah ngeri aja nawar haha, eh ternyata gak juga, jadi nyesel gak nawar lebih hehe
Jadi aku sdh banyak punya tips belanja di India. Pergi saja yang belum. Pasti gondok juga ya Mas Yan, dari seratus berubah 150 sampai di konter 🙂
Pastiiiii pasti akan tiba waktunya untuk mbak Evi ke India bersama keluarga 🙂
Ngeri cara belanja nya omnduut… Kalo gak mau turunin harga, konversi ke barang yg gratisan :p
kalo sy mah nggak bisa, mending cari yg ada label harganya.. Hahaha..
Di India aku jadi antagonis :p tapi aslinya aku gak suka belanja yg pake nawar-nawar Bah, gak jago. Pas sampe sana, macam terpacu adrenalinnya haha
Aku gak pinter nawar dan gak tegaan. Biasanya malah suamiku yag suka nawar kalau belanja. hehehe. ira
Aku heran dengan diriku sendiri, kok bisa sekejam itu hahaha. Biasanya nggak begitu beneraaan :))
Paling males berada di pasar atau berhadapan dengan penjual yang gak boleh memegang barang dagangannya, pegang berati beli hehehe bikin nyesek pas repot nolaknya kadang jatohnya kyk pemerasan. Wuehehe harus tabah dan diminta ngertiin klo hidup penjualnya keras..jurus2 belanjanya mantep banget Oomndut. Gw punya kakak cewe yang gak bisa nawar klo ketemu pasar beginian langsung bayar aja mungkin dia adalah yang bikin meme jangan nawar sm pedagang kecil :-D, malah kadang males mau belanja bareng jadinya haha. Btw itu becak di dalem pasar sari wahh Beringhardjo yang terkenal penuh ruwet itu kynya liwaaat 😀
Buahahahaha ya ampun ini komennya kocak bangeeet! bisa jadi bisa jadi kakaknya yang bikin meme itu hwhwhw.
Asli itu becak di Chandni Chowk gila gilaan. Aku beneran mo pingsan di sana hahaha ya karena belom makan juga sih 🙂
Hiayahaha alasan lemes krn blom makan. Btw lgi jaman kuliah seorang tmn cowo anak mapala mengakui ketahanan dan skill ciwi2 berhigh heels seharian ngubek pasar batik beringhardjo ituhh 🙂
Itu Delhi panasnya ampun dah (sebulan setelahnya banyak yang tewas), pas berjuang membelah lautan manusia di dalam pasar *tsaaah* udah kayak lempar jumroh (eh belom pernah sih aku, semoga suatu saat nanti amiin).
Cewek mah mau secantik apa kalau udah di pasar mah bakalan survive hwhwhwhw apalagi kalo rebutan barang diskonan :p
hahah nawar kejam, sok jual mahal lalu pergi sambil melengos , ” aku ngga butuh….
Aku nggak butuh…. trus nyesel lol kayak di Amritsar nyeseeel
GUE BISA PURA-PURA JADI PELAJAR.
Hahahaha. Baiklah, caranya bisa dicoba suatu hari nanti, kakak.
Btw, aku malah kasihan sama pedagang-pedagang yang harus dihindari gitu. Mereka mungkin sangat memaksa karena memang jarang banget dapet pembeli. Kalau semua menghindar, terus siapa yg beli dagangan mereka? Yah, anggap aja sedekah mas. Niscaya tabur tuai, apa yang kau beri, kelak akan kau dapatkan kembali 🙂
Bisaaa bisaaa apalagi tampangnya Nugie abege banget hahaha.
Nggak bisa sedekah sama pedagang di India, habislaaah diserbu semuanya hahaha.
Jadi serba salah ya, hahaha
Iya memang. 🙂
Yan, toss dulu. Aku juga kalo beli apa-apa suka nawar, Ivon aja kalah he3.
Saking jagonya nawar pas dulu ke Bali ada rekan kerjaku (ibuk-ibuk padahal) yang nitip belanja sama aku biar dapat harga murah. Trus dapat pujian juga dari para penjualnya kalo aku jago nawar 😛
Kayaknya kemampuan menawarku hanya berlaku kalo jalan aja ya, aslinya di Palembang aku emoh banget nawar, mending belanja ke tempat yang harganya pasti. Hemat emosi hahaha
duuuh aku ga bisa belanjaaa, biasanya ngekor aja ikut orang belanja hahaha
Hahahaha, aku sih bisa kalo kepepet 😀
Berguna banget nih buat yang mau ke India, Oom. Mungkin kalimat “I have no money. I want it free” cukup ampuh buat mentalin pedagang yang maksa jualan? Hehe. *ditabok polisi india*
Mending kalo ditabok, kalo udahnya diajakin joget di pohon gimana? hahahaha
Hahahahha lebih gawat ituuu 😂
Makanya, hati-hati *lol*
aduhh aku tak bisa pakai gaya kayak giniii..hihihi…paling nga bisa nawar atau galak 😀
Aidah, la abis apo ilmu mbak Dedew belanjo di pasar 16? hehehehe
Pakai jurus pura-pura pergi itu kayaknya berlaku dimana-mana ya. Di pasar-pasar di Indonesia, trik itu juga jitu 😀
Kalo ke India, barang yg pingin aku cari kayaknya kain sari 😀
Kalo nanti ke sana, jurusnya mesti aku praktekkan semua nih :))
Trus sarinya langsung dipakai buat pemotretan mbak rien 😀
kalau ke india, berapaan kak biaya duit travel kesana kira2 habis ny?
Hi Yesi, untuk rincian pengeluaran selama di India, silakan cek di sini.
Omg, i can relate so much to this post. 7 minggu di India bener-bener bikin ngerasa bisa naklukin negara-negara lain hahahaha
Hahahahaha, soalnya sudah “menaklukan” India ya hwhwhw
Temenku di delhi gate tanggannya langsung disamber sama anak kecil dan langsung digambar pake hena dan minta dibayar 500 rupees for real.. Ujungnya setelah berdebat cuman bayar 50 rupees. Kalo mau belanja barang oleh2 yg murah pilihannya bisa si panharganj market. Semuanya ada disitu dan jauh lebih murah daripada di toko2 souvenir di kota wisata such varanasi, jaipur, jodhpur, agra etc
50 rupee pun udah lumayan banget *bisa dapet snowball di Agra hihihi. Memang agresif mereka mah. Serem!
Ping balik: Saat Harus Merasakan Gempa Nepal di Varanasi, India | Omnduut
Penjual di sana pada ngeyel-ngeyel ya kak, udah ditawar masih ngotot juga. Hahahaha. Aku jadi ngebayangin wajahmu pas lagi nawar kejam itu :)).
Haha mukaku selow banget, namun tegas. Ibaratnya kalo mau hayo, nggak ya sudah 😀
Selow-selow sadis, ya kak :))
Kurang lebih begitulah hahaha
Hahahahaha :)) *langsung ngumpet
Ping balik: 5 Hal Yang Biasanya Tidak Diketahui Oleh Si Peminta Oleh-oleh | Omnduut
sy lg di noida, kl mau belanja murah dimana? mohon infonya.
Halo mas
Wah sayangnya aku belum pernah ke Noida. Simpelnya, coba minta antar sama driver ke pasar tradisional BUKAN toko. Biasanya di sana jauh lebih murah 🙂
Ping balik: Mencecap Kesyahduan Tempat Paling Suci Bagi Kaum Sikh : Golden Temple | Omnduut
Ping balik: Hari-hari Pertama di Kerala Blog Express, Ngapain Aja? Ini Dia! | Omnduut
Ping balik: Menyusuri Old Delhi : Dari Qutb Minar, Tersesar di Labirin Urdu Bazaar & Chandni Chowk Hingga ke Jama Masjid | Omnduut
Ping balik: Ini Yang Terjadi Jika Pria Ber-BLANJA | Omnduut
Wah, lumayan bermanfaat ini jurus-jurus supaya nggak dikadalin bin dikibulin pedagang di India sono. hehehe…
Buat acuan aja nih Om, kira-kira harga sari yang standar (ga jelek jelek amat) berapa rupee atau rupiah ya? biar saya punya ancer ancer buat ngeborong, hehehe…
Ya ampun komennya baru terbaca 4 tahun kemudian haha. Maaf ya.
Standarnya 100 ribuanlah.
Ping balik: Balada Berbelanja di Saudi Arabia | Omnduut
Kira2 ,klo saya jalan2 ke india
Bawa uang berapa yaa mahal gak si nyewa hotel dan driver ..
Kasih tau dong ..
Coba cek di postingan ini ya. Detil rincian biaya udah aku tulis di sana.
saya mau jualan sendal sepatu buatan indonesia ke india..
Trus?
Kerasnya hidup di india, sampe anak-anak pun terpaksa berjualan. Pasar di sana padet banget, mirip kayak di Indonesia. Tapi suka ada tempat beli oleh-oleh di sana. Kak saran dong kurs rupeenya juga ditulis dalam rupiah. Biar pembaca yang gak ngerti kursnya berapa jadi lebih paham harganya berapa dalam rupiah.
Aha oke Mol makasih. Biasanya aku tulis mungkin di sini kelupaan.
1 rupee = 200 rupiah.
Astaga… Hehehe…
Urusan belanja tuh emang yang seru ya pas saat tawar-menawarnya itu. Kadang gokil banget kalau pas pingin banget sama barang dagangannya eh harga e ternyata nggak kita banget. Hehehe
Tapi, emang bener ya. Barang-barang di India tuh murah. Tapi ya, kudu ke Indianya itu yang nggak kukuh. Heheh
Hahaha lumayan jauh buat belanja, tapi ya sekalian jalan-jalan.
Wah..wah…ternyata seseru itu ke India yaa..
Kudu super kuat dan struggle. Pantesaaan…aku pernah liat member Suju, SHINee sama EXO ke Indiahe.. Terus mereka meng-kaget.
Mungkin juga kena shock culture yang parah banget.
Yang aku salut, India itu nasionalismenya tinggi sekali, terutama untuk sebuah karya seni.
Mereka gak kenal Kpop doonk.. Kenalnya ya, lagu dan artis mereka sendiri.
Hahaha yakin mereka akan kaget banget. Aku pingin nonton di mana ya? liat mereka ke India.
Uwwooo, seru mbacain drama-drama kecil pad belanja dan nawar. Auto jadi ngebandingin dengan pedagang asongan gelang di Mandalika, atau grosis dg harga pas di Pasar Cakra, kota Mataram, Lombok :))
Bakal nyontek tips dan trick di tulisan ini kalo beruntung eksplor New Delhi juga, walo mbuh kapan :))
Haha ya mbak, tapi belakangan aku nyesel kalau terlalu kejam nawar.
Wahh noted banget nih tips dan triknya bisa diterapin juga kalau berkunjung kesana, tapi emang terniat banget ya kalau sampai dikejer gitu. Cuma buat satu pelanggan, wah kalau gak dibeli-beli juga mungkin bakal ikut tuh ke Indonesia nawarinnya hhi..
Hahahaha ngeriii kalau sampe ikut.