Pelesiran

Jelajah Jaisalmer, Kota di Tengah Gurun Pasir

Jauh sebelum berangkat ke India melaksanakan perjalanan ke Rajashtan, saya udah merencanakan setidak-tidaknya akan menghabiskan 3 hari di Jaisalmer. Sayangnya, karena tiket kereta saya statusnya masih belum confirmed, maka mau nggak mau saya harus menunda keberangkatan ke Jaisalmer dan mengeksplorasi beberapa tempat di Jaipur dulu di hari pertama saya di India.

Lantas, jika punya 2 hari di Jaisalmer, bisa ke mana aja? Howohoho, jangan sedih. Itu lumayan kok waktunya untuk eksplor highlight-nya kota di jantung Gurun Thar yang didirkan pada tahun 1156 masehi oleh penguasa bhati (klan Rajput, Gujarat dan Jat yang banyak terdapat di India dan Pakistan) bernama Rawal Jaisal ini. Apa saja? Ini dia!

Blusukan Sampai Pegel di Jaisalmer Fort

Baru juga tiba di stasiun kereta Jaisalmer, mata saya sudah dimanjakan dengan megahnya benteng Jaisalmer yang tampak dari kejauhan. Uniknya, Jaisalmer Fort ini diyakini sebagai salah satu dari sedikit “benteng hidup” yang ada di dunia. Kenapa disebut demikian? Sebab hampir seperempat dari populasi kota tua masih tinggal di dalam benteng!

Batas akhir kendaraan. Dari sini kalau mau ke atas mesti jalan kaki walau yeah kadang ada bajaj yang masih bisa naik sih hehe.

Begitu naik, di tengah-tengah akan nemu gerbang besar ini.

Saya pun tadinya agak nggak percaya jika penginapan yang akan saya tumpangi selama di Jaisalmer masih menjadi bagian dari benteng ini. “Masa sih? Bukannya benteng itu biasanya dijadikan museum atau tempat wisata aja, ya?” pikir saya.

Rasa penasaran itu akhirnya terjawab saat saya tiba di penginapan. Hwoo, ternyata saya benar-benar menginap di salah satu penginapan (murah) yang ada di benteng 860 tahunan! Emejing! Terlebih kamar yang saya inapi hanya seharga Rp.50.000 saja permalamnya. Padahal itu private room loh! Walau, iya sih kamar mandinya sharing hehe.

Pemandangan dari atap penginapan. I’ve told u! I stayed in a fort!

Benteng ini mayoritas dindingnya dibentuk oleh batu pasir kuning sehingga saat siang akan berwarna kuning kecoklatan dan semakin mendekati matahari terbenam warnanya akan menjadi madu-emas. Makanya, Jaisalmer Fort juga dikenal sebagai Sonar Quila atau Benteng Emas. Dan, dikarenakan benteng ini berdiri di atas Bukit Trikuta, maka tak heran keberadaannya masih dapat terlihat dari jarak bermil-mil jauhnya.

Penduduk atau wisatawan lokal melewati para pedagang

Jika dilihat dari luar benteng.

Nah, di sekitaran Benteng Jaisalmer ini banyak sekali bazar/pertokoan, restoran dan juga penginapan. Bahkan, beberapa objek wisata seperti kuil dan museum juga ada. Hanya, saya cukup selektif saat itu. Maklum, masih hari-hari awal di India ya, gak mau kebablasan masuk semua tempat wisata trus ujung-ujungnya kehabisan uang hahaha. Sebab sejak awal sudah ada objek wisata terpilih yang cukup menguras kantong. Oke sip, lanjut ke nomor dua gengs!

Menunggangi Unta di Gurun Pasir Thar

Tujuan utama saya datang ke Jaisalmer ya ingin merasakan serunya berwisata di Gurun Pasir. Jaraknya dari pusat kota sekitar 1 sd 1,5 jam naik jeep. Saat itu, saya ikutan one day tour bareng dua teman baru asal Thailand bernama Natt dan Apinya.

Perkampungan di sekitar gurun pasir

Padang pasir Thar dikenal juga sebagai Great Indian Desert alias Gurun India Besar. Maklum saja, areanya mencapai 200.000 km persegi dan membentuk batas alami antara India dan Pakistan. Gede banget, kan! padahal dengan wilayah seluas itu, Gurun Thar ini hanya berada di posisi ke-17 sebagai guru terbesar di dunia loh. Gak kebayang kan Gurun Sahara segede apa?

Tak hanya merasakan serunya menunggangi unta, saat itu saya juga sempat diajakin mampir ke satu desa gurun. Di sana, saya melihat kehidupan warganya. Kayak gimana rumah mereka, dan bagaimana keseharian warganya. Termasuklah, melihat rombongan wanita dewasanya yang berjalan jauh sambil membawa bejana demi mendapatkan air.

Rombongan penunggang kuda

Gurun pasir Thar

Kisah lengkap perjalanan saya merasakan sensasinya menunggangi unta, dan menikmati sunset di gurun pasir sudah saya ceritakan lengkap di tulisan berjudul Menatap Sirik ke Unta Genit di Padang Pasir Jaisalmer ini ya!

Berlagak Bak Adipati Dolken di Bara Bagh

Beberapa bulan sebelum saya berangkat, aktor Adipati Dolken lebih dulu berpetualang ke Jaisalmer. Nah, dari postingan di instagramnya, terlihat dia mengunjungi Bara Bagh, sebuah cenotaph atau empty tomb (monumen untuk mengenang kematian) yang berjarak sekitar enam kilometer sebelah utara Jaisalmer.

Keindahan empty tomb ala Bara Bagh

Well, tanpa berita liburan Adipati Dolken ke sana pun saya sudah memasukkan Bara Bagh ke dalam wish list sih. Hanya, dengan adanya berita Adipati yang liburan dan ramenya foto-foto dia di internet, saya gak mau dong ketinggalan berpose di tempat yang sama. Ya, kalau nyaingin tampang agak berat, minimal saya bisa berpose di satu lokasi yang pernah dia datangi hahaha.

Saat menuju Bara Bagh, kami melewati area dengan deretan turbin raksasa yang tertancap di sepanjang jalan yang gersang. Faktanya, inilah ladang angin darat penghasil energi terbesar kedua di India dan keempat di dunia/secara global.

Apinya dan Patt, duo travelmates asal Thailand

Ini kolamnya dan di kejauhan itu dia turbinnya.

Untuk masuk ke dalam, kami harus membayar 100 rupee plus nominal yang sama untuk peralatan dokumentasi. Ya, kalau dirupiahkan sekitar Rp.40.000. Masih wajar mengingat bangunan ini sudah ada sejak abad ke-18 dan tetap berdiri kokoh. Saat berada di sana, saya seolah berada di taman besar, sebagaimana arti dari nama Bara Bagh itu sendiri.

Beruntung saya datang bersama Patt dan Apinya, keduanya jago memotret!

Demi mendapatkan hasil terbaik, saya bahkan rela mengganti pakaian –untuk sejenak menyingkirkan t-shirt dan menggantinya dengan sebuah kurta. Tak lama, saya memilih sebuah chhtari atau sebuah kanopi (paviliun berbentuk kubah yang lebih tinggi) yang sekiranya dulu dipakai Adipati untuk berfoto.

Patt dan Apinya dengan sabar mengambil foto untuk saya. Dan, tadaaa ini dia hasilnya! Gimana, sama gantengnya kan? iya kan? kan? kan? –nanya kok maksa hahaha.

Tak lama, kami berpencar dan berkeliling. Terdapat sebuah danau kecil yang menjadi bagian peninggalan Jai Singh II yang dulu membuat bendungan sehingga kawasan ini menjadi lebih hijau. Pasca kematian Jai Singh II, putranya –Lunkaran, membangun taman indah di tepi danau dan membuat lebih banyak chhatri dari balok batu pasir berukuran lebih kecil dengan ukiran yang indah. Sayang, niatan dia membangun chhatri terakhir sebagai wujud persembahan kepada Maharawal Jawahir Singh tak juga rambung bahkan setelah India merdeka.

Mendatangi Rumah Saudagar Benang Emas

Di hari terakhir di Jaisalmer, kami cukup santai sebab kami sudah mendatangi Gurun Thar. Ini adalah hari bebas dan rencananya kami hanya akan mengeksplorasi sekitaran pusat kota saja. Saat menuruni benteng, saya mengajak mereka ke Patwon Ki Haveli, sebuah haveli (townhouse atau mansion) milik Guman Chand Patwa, seorang pedagang yang membangun lima haveli untuk diberikan masing-masing kepada putra dan putrinya.

Patwon Ki Haveli dilihat dari depan

Salah satu ruangan di Patwon Ki Haveli

Iya, sejatinya haveli ini merupakan gabungan dari 5 haveli lainnya. Pantas saja saat saya ke sana bangunannya terlihat terpisah-pisah walaupun masih berada di satu kawasan. Untuk masuk ke bangunan yang sudah ada sejak tahun 1805 ini, masing-masing dari kami hanya diharuskan membeli tiket seharga 100 rupee.

Haveli umumnya dibangun menggunakan batu bata, batu pasir, marmer, kayu dan granit. Pada aspek sosiokultural, haveli memiliki chowk atau halaman yang berfungsi sebagai pemisah area laki-laki dan perempuan yang juga menjadi pusat dilakukannya upacara atau berbagai ritual.

Penginapan saya berada di kanan foto atau sisi kiri benteng

Bangunan ini cantiknya luar dalam. Masing-masing ruangan dipamerkan berbagai macam benda seni. Nah, yang spesialnya lagi ialah bagian atap. Sebab, dari sana, kegagahan Benteng Jaisalmer terlihat nyata. Bahkan, (rasanya) saya dapat melihat hotel tempat saya menginap dari sana. Daebak!

Berbelanja dan Icip-Icip Kuliner Lokal

Bagi yang suka icip kuliner, tentu saja Jaisalmer tak ketinggalan menawarkan hidangan-hidangan terbaiknya. Iya sih saya nggak begitu cocok dengan makanan India sebab bumbu-bumbunya terasa tajam. Namun, bukan berarti saya menolak sepenuhnya makanan India. Saya masih dong icip beberapa hidangan termasuk saat jalan bersama Patt dan Apinya.

Thali yang dipesan Patt dan Apinya

Ada satu pengalaman nu-ni-nu-ni-nu saat kami bertiga makan siang bersama di satu restoran yang sepi. Saat itu hanya kami bertiga tamunya. Kami disambut ramah oleh seorang wanita tua yang ternyata pemiliknya sekaligus tukang masak. 

Patt dan Apinya memesan sebuah thali berukuran besar dan saya seperti biasa memilih chow mien sebuah mie Tiongkok. Begitu makanan kami datang rupanya Apinya tertarik memesan makanan yang sama seperti saya. Bukannya disambut baik, eh Apinya malah diomelin dong buahaha. “Kalau mau pesan kenapa gak dari tadi biar saya sekalian masak?”

Cinderamata yang dijual di Jaisalmer

Bener sih maksudnya, tapi kan ya gak gitu juga. Sangat umum kalau orang tiba-tiba tertarik pesan makanan tambahan bukan? Hwhw.

Tempat kami makan tepat berada di jantung Benteng. Dari sana juga banyak toko cinderamata yang menjual beraneka macam dagangan. Paling banyak sih tekstil ya, ntah baju atau bahkan ada juga yang jual karpet. Cakep-cakep tapi kan traveler kere mana boleh lapar mata hahaha.

Mengunjungi Kuil Agama Jain

Berbeda dengan Hindu dan Sikh, Jainisme atau Jain Dharma adalah agama India kuno yang berakar dari ide-ide spiritual kehidupan ke-24 tirthankara-nya (yang dianggap sebagai penyelamat atau guru spiritual dari dharma/jalan yang benar).  

Bagian depan kuil Jain yang kami datangi

Agama ini diyakini sudah ada sejak jutaan tahun lalu melalui siklus kehidupan Dewa Rishabhanatha dan ajaran ini terus berkembang pada abad ke-7 saat rirthankara hadir dan dipercaya oleh pengikutnya sebagai dharma abadi yang memandu di tiap-tiap siklus kosmologi Jain-nya.

Bangunannya terdiri dari 2 lantai. Ini bagian lantai dua di mana semua dindingnya penuh pahatan.

Dewa dalam agama Jain.

Di Jaisalmer, ada tujuh kuil Jain. Kami mendatangi salah satunya yang bernama lengkap Sri Jain Parswanath Shwetabmer Ji Mandir. Terus terang, saya baru mengetahui keberadaan agama ini ya saat di Jaisalmer. Kini, setidaknya ada 8 juta orang yang meyakini agama ini dan mayoritas pemeluknya berada di India.

Terus terang, sulit bagi saya membedakan kuil Jain dengan kuil Hindu pada umumnya. Perbedaan yang paling menonjol baru terlihat saat kami masuk ke ruangan ibadah utama. Patung dewa di Kuil Jain lebih sederhana, umumnya berbentuk manusia biasa dengan posisi duduk bersila. Beda dengan patung dewa Hindu yang biasanya dilengkapi banyak ornamen seperti hewan –ular, gajah atau singa, dan juga beraneka senjata –umumnya tombak, yang dipegang di salah satu atau kedua tangan.

Salah satu pengurus kuil sedang membersihkan patung dewa.

Lihat pahatannya. Cantik sekali.

Walau kuil ini tidak terlalu besar, namun melihat detil tiap pahatan yang ada di seluruh dindingnya, saya seolah diajak mundur melewati mesin waktu ke saat kuil ini dibangun. Apik!

Menikmati Senja di Danau Gadsisar

Kereta yang akan saya tumpangi baru berangkat menjelang tengah malam. Sorenya, saya masih punya satu spot lagi yang bisa saya datangi yaki Danau Gadsisar yang saya tempuh hanya dengan berjalan kaki. Saya sengaja nggak ngajak Patt dan Apinya karena mereka bilang ingin beristirahat. Maklum, kereta mereka akan berangkat pukul 8 malam soalnya.

Letak danaunya sih nggak jauh ya, sekitar 1,2 km saja. Tapi cuaca sore itu lumayan panas. Saya sampai mampir beli jus buah di sebuah kedai demi mengademkan diri sejenak. Untungnya, tak sulit menemukan danau pemujaan Amar Sagar yang digali pada tahun 1367 oleh Rawal Gadsi Singh ini.

Bangunan ini berada di tengah danau. Kalau mau ke sana ya naik perahu.

Idealnya, datang ke sini pagi hari saat matahari terbit. Kalau dilihat dari foto di instagram ya kece-kece amat. Tapi jujur saya takut kalau gelap-gelapan menyusuri jalanan di India. Nganu, takut sama anjing-anjingnya hehe. Nah, di sekitaran danau banyak sekali anjing. Beberapa bahkan berani mendekat.

Namun, karena tampak jinak, saya biarkan saja. Selagi nggak mengendus dan gigit sih ya. Cukup lama saya duduk di sebuah ghat/dermaga sambil memperhatikan sekitar. Lumayan banyak sih warga yang juga nyantai sore di sana. Bahkan, beberapa terlihat mojok. Aish, bikin sirik aja hahaha.

Ntah bangunan apa, tapi ada di sekitaran danau

Senja di Danau Gadrsisar

Oh ya, terdapat penyewaan perahu bebek di sana. Ntah harganya berapa. Saya sudah cukup puas dengan duduk santai melihat ikan-ikan berukuran besar yang sepertinya nggak ada yang minat untuk dipancing mengingat mayoritas umat Hindu vegetarian.

So, itu dia beberapa tempat dan kegiatan yang dapat dilakukan selama di Jaisalmer. Highlightnya sih tetap berkunjung ke Gurun Thar ya, apalagi di Indonesia kan susah ya nemu gurun sebesar itu hehe.

32 komentar di “Jelajah Jaisalmer, Kota di Tengah Gurun Pasir

  1. Trus si nenek itu tetap masakin yg diminta Ama travelmateku, ATO ttp ga mua mas :p. Hahahaha galak juga dia yaaa :p

    Duuuh aku ngebayangin tidur di penginapan yg masih bagian benteng, pasti seruuuu. Apalagi bentengnya aja cantik gitu :o. Kereeen sih. Ntah kapan lah bisa ke India ini, secara pandemic kok ya makin parah :(.

    Kalo tempat yg gadsisar itu ada banyak anjing yaaa? Aku sih sbnrnya ga takut Ama anjing, tp Raka takuuuut byangeetttt hahahaha. Dia ga bakal mendekat sih ke area kalo emmang banyak anjingnya -_- . Reportnya di situ. Soalnya aku males juga disuruh jalan sendiri hahaha

    • Tetap dimasakin mbak, tapinya jadi awkward yekan haha. Dalam hatiku, pantesan tempatnya sepi, minimal orang yang datang gak akan balik lagi. Padahal makanannya lumayan enak.

      Hahaha, aku tim mas Raka berarti. Suka parno, apalagi kemudian di Jodhpur kan aku beneran dikejar anjing. Ya ampun, padahal dibandingkan kucing aku lebih suka anjing. Asal anjingnya nggak galak hwhw

  2. Asiik, dah mirip Adipati Dolken kw superrr, Kak Yayan 😀

    Aku lihat vlog-nya (kalo ga kliru) doi ama Arief Muhammad ya?
    Keren bangeett emang destinasi ini.

    Aduuhh, jadi sakaww traveling lagi yaaakkk

  3. Membaca catatan jelajah Omnduut ke Jaisalmer, serasa ikutan ngikut di belakang. Terpukau oleh bangunan benteng yang masih difungsikan dan berdiri kokoh.
    Foto yang disandingkan dengan Adipati, ga kalah keren, dua-duanya punya penggemarnya tersendiri, hahaha.

    Si nenek seperti ga niat kedatangan pengunjung yang makan di tempatnya ya.

    Keren ya India, gurun pasir dan panasnya dimanfaatkan jadi sumber energi.

  4. Kuil Jain terlihat eksotis dan bisa dijadikan sebagai tempat untuk berfoto, instagramable banget….

  5. Antara mau nangis terkejut dan ngakak, ternyata marah yah pas mau minta pesan tambahan hihi. Mungkin teknik masaknya agak ribet, jadi ya kesel ya. Yang penting bisa menikmati perjalanan dan kulinernya yang nikmat ya Omnduut

  6. Hahaha… kalian ini merepotkan wanita tua aja. Ini pemilik warung makannya khas emak-emak banget kalau nawarin anak-anaknya makan. Udah dimasakin sesuai pesanan, eh ada anak yang pengen makanan punya kakaknya. Terus request deh ke emaknya, emaknya pasti ngomel lah karena harus balik ke dapur lagi. Kalau di rumah sih boleh gitu, tapi kalau di warung makan nggak boleh ya… harusnya kan seneng masakannya laku satu lagi.

    Bangunan bentengnya kokoh banget ya, dan masih difungsikan, bahkan bisa jadi tempat tinggal di dalam benteng. Kalau di negara kita, benteng itu rata-rata jadi museum, sepi dan kesannya mistis gitu

    • Haha iya, dia bisa ngasih tahu dengan cara yang lebih halus. “Oh ya boleh. Apa ada pesanan lain juga? biar saya masak sekalian. Soalnya semua bahan saya olah fresh biar rasanya makin enak.” Kan kalau gitu secara ga langsung kita juga uda diingetin untuk pesan makanan sekaligus hwhwhw

  7. MashaAllah Yan. Cantik-cantik nian foto-fotonyo. Dak nyangko kalau di India. Apolagi yang BARA BAGH itu. Ya ampun indahnyo. Beruntung awak Yan, pacak ketemu travel mate yang jagoan motret. Memori perjalanannyo jadi terekam sempurna ye.

    Aku sampe micing-micing jingok siapo budak lanang yang fotonyo disandingke dengan awak. Ternyataaaaa hahahahaha. Aku kiro itu yang wong Thailand. Ternyato Adipati Dolken. Cacam gantengnyo yang kanan haahahahaha (kabur).

    Jingok pulok itu jualan tas yang digantungke ke dinding. Mun aku yang ado disano, pacak langsung tipis dompet. Oiii cantik-cantik galo itu tas oiiii.

    Aiiii gek mun ado nian ke JAISALMER, gek kito berangkat samo-samo ye hahahaha

    • Haha foto souvenir itu aku post sehari setelah ninggalin Jaisalmer. Pada heboh DM mau ngejastip wakkakak. Padahal aku berangkat tanpa bagasi. Dan kalau sejak awal pure ngejastip, banyak kehabisan waktu hwhw.

    • Iya serius haha. India memang murah untuk pelesiran, makanya aku betah berkali-kali ke sana walau pengalaman seru (baca: jengkelin) juga lumayan banyak hwhw

  8. Dari kejauhan benteng Jaisalmer tampak seperti kastil tua. Besar dan megah, benar² peninggalan bersejarah yang mengagumkan. Disebut benteng hidup karena memang ada kehidupan yang meramaikan bagian dalam dan luarnya itu kali ya Yan. Kuno tapi nggak ada kesan usang apalagi seram seperti kebanyakan benteng.

    Aku suka bangunan di kota Jaisalmer ini banyak yang unik, warnanya juga bisa seragam gitu, kayak Empty Tomb, Kuil jain, bahkan bangunan di sekitar danau, warnanya senada. Jadinya khas banget.

    3 hari puas ga ya blusukan di kota ini ?

    • Iya mbak, warnanya senada jadi ciri khas buat Jaisalmer. Untung yekan nggak diwarna-warniin kayak wisata di Indonesia hahaha. Bentengnya kuno, tapi gak serem kayak…… tahulah ya kan hahahaha

  9. Unik ya kotanya. Apalagi itu bentengnya, catchy banget. Gedung-gedungnya juga masih asli khas sana. Kepengen juha tuh naik onta di padang pasir begitu. Terusnya bisa belanja cendera mata. Tas-tas tangan yang unik. Mas beruntung banget bisa jalan-jalan ke tempat unik kayak gini.

  10. Wah keren banget bisa jalan2 ke luar negeri, nginap di benteng, berpose ala adi dolken….kasih tips dong bisa traveling luar negeri walau budget dikit

    • Tipsnya: menabung hihi. Jadi, memang nanti liburannya mau ke mana, berapa lama, ke mana aja, disesuaikan dengan budget.

      Untuk yang lain-lain (akomodasi, transportasi dan konsumsi) dapat disesuaikan dengan budget yang ada.

  11. Kaget pas baca “Benteng Hidup”, kirain bentengnya secara mistis hidup beneran dia bisa gerak atau geser hahaha. Tapi setiap liat postingan Mas Yan soal bangunan-bangunan di India ini, penasaran banget pengin pegang dan ketok-ketok bangunannya. Warna kuning ini kesannya rapuh tapi pasti kokoh sampe bisa jadi benteng dan bisa diukir sedemikian rupa.

    Mas Yan, bangunan yang di tengah Danau Gadsisar itu buat apa? Yang kayak gazebo gitu. Buat berdoa kah? Atau buat duduk-duduk santai?

    • Haha iya, dan rupanya istilah ini umum dipake untuk menggambarkan benteng yang masih dihuni hingga sekarang. Contoh lainnya Benteng Carcassonne yang ada di Perancis.

      Hahaha aslinya kokoh banget. Dan iya, kanopi di tengah danau itu biasanya dipake untuk doa. Aslinya penuh kotoran burung wakakak. Mau duduk kagak bisa, bakalan ketempelan tai 😀

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.