Pertemuan di Kereta
Di depan kami ada sepasang suami istri yang berusia cukup lanjut. Di atas kereta sleeper class si lelaki tua nampak duduk bersila. Matanya terpejam dan mulutnya komat kamit. Beliau sedang berdoa. Di sebelahnya, sang istri nampak sibuk membuka koper yang ada di kolong kursi. Selanjutnya beliau mengeluarkan beberapa bungkus makanan dan selimut tebal.
Sekilas dupatta, penutup kepala yang digunakan sang istri nampak seperti jilbab. Namun karena kami akan menuju Amritsar, kota pusatnya umat Sikh dan juga dikarenakan sang suami memakai dastar atau turban yang digunakan untuk menutup kepala maka jelaslah sudah mereka adalah sepasang suami istri Sikh yang sedang menuju kampung halaman.
Sekali lagi, secara seksama aku melihat aktivitas yang dilakukan mereka. Ada banyak sekali rangkaian doa yang dilakukan si bapak tua. Si Istri nampak ikut berdoa bersama setelahnya. Dari balik pinggangnya, nampak sebuah pedang ukir berukuran sedang (belakangan baru aku tahu, pedang-pedang impor dari Tiongkok ini bahkan dijadikan cinderamata).
“Hayo makan bersama kami.”
Tiba-tiba si bapak menegur dan menawarkan makanannya. Aku, Indra dan Ahlan kompak menolak secara halus. Kebetulan sebelum berangkat kami menyempatkan diri untuk makan dulu di restoran Karim di sekitaran Old Delhi (restoran yang pernah menyabet restoran terbaik di Asia ini akan diulas terpisah), lagipula masing-masing dari kami membawa buah sebagai bekal.
Karena kami duduk berhadapan, mau tidak mau aktivitas sepasang suami istri ini terlihat jelas. Melihat keharmonisan keduanya aku jadi baper. (eh istilah ini belum ada ya tahun lalu, hehehe). Langit mulai gelap saat itu. Begitu selesai makan, beliau lantas membuka lipatan kursi sehingga dapat dipakai untuk tidur. Sebelum lampu dimatikan, si bapak nampak berdoa kembali. Hmm, sepertinya si bapak ini umat Sikh yang shaleh hehehe.
Bertanya Arah ala Orang India
Pagi menjelang, kota Amritsar tak lama lagi akan kami jejaki. Semua sudah terbangun dari perjalanan kereta dari Delhi. Aku membolak-balik daftar penginapan di Amritsar yang akan kami pilih. Di urutan pertama ada nama InnDia Boutique Hostel. Ini sepenuhnya rekomendasi dari Ahlan. ©
“Skornya bagus Yan di situs pemesanan,” ujar Ahlan.
Aku sendiri mempersiapkan nama-nama penginapan lainnya sebagai opsi tambahan. Namun, kami buta sama sekali tentang kota ini. Dan, hei, di depan kami ada penduduk asli, kenapa tidak bertanya?
“Uncle, sorry, do you know about this hostel?” tanya Ahlan.
Si bapak lantas melihat catatanku. Kacamata ia kenakan. Dan dia membacanya dengan seksama. Eh omong-omong bagi yang mau ngintip catatanku dapat di download di sini ya.
“Kalian harus menyewa bajaj untuk menuju ke sana. Berapa harganya 1 malam?”
Aku menulis kisaran harga dalam kurs rupiah. Beliau meminta untuk dikonversi ke dalam kurs Rupee.
“Aha cukup murah. Tapi kalian dapat menemukan penginapan yang lebih murah di sekitaran Golden Temple,” ujarnya lagi.
Begitu sampai di stasiun Amritsar, Ahlan meminta kepada si uncle untuk berfoto bersama. Sayang sang istri tidak mau ikutan. Sebelum mencari kendaraan yang dapat mengantarkan kami ke hostel, kami memesan dulu tiket kereta perjalanan selanjutnya. Kami juga sempat sarapan di salah satu kantin yang ada di stasiun tersebut.
Setelah disepakati, tujuan kami masih sama. InnDia Boutique Hostel. Bajaj kami dapatkan dengan mudah. Sayang, si supirnya ternyata tidak tahu letak sesungguhnya hostel kami. Dia hanya tahu kawasannya saja. Alhasil selama perjalanan kami sempat berhenti beberapa kali dan melihat si supir bertanya ke beberapa orang.
“Hei kau tahu dimana letak hostel ini?” teriak si supir sambil membaca catatanku.
“Di sana, kau lurus saja, nanti di simpang 4 kau belok kanan.”
Begitu berada di persimpangan jalan, di supir kembali bertanya ke motor sebelah yang sama-sama terkena lampu merah. Masih dengan gaya yang sama. Bertanya dengan teriak, tanpa kata-kata, “tolong”. Jika di Indonesia, tentu hal itu tidak sopan ya. Tapi ya… ini India.
Selamat Datang di InnDia Boutique Hostel
Amritsar relatif lebih tenang dan sepi ketimbang kota-kota yang kami datangi sebelumnya (Agra, Kolkata dan Delhi). Tidak nampak gelandangan di pinggir jalan. Rumah-rumahnya pun cukup bagus dengan bagunan beton seperti komplek yang ada di Indonesia.
Hostel yang kami tuju pun ternyata begitu. Berbentuk seperti rumah pada umumnya. Namun rumah ini sangat modern. Terdiri dari 2 lantai (lantai ke-3 hanya untuk menjemur pakaian), sekilas aku merasa tidak sedang berada di India. Auranya sangat berbeda! Aku langsung merasa nyaman. Bisa jadi karena lokasi hostelnya terletak di area perumahan yang tertata rapi ya! Suka banget.
Kami diterima oleh seorang pegawai. Begitu masuk, wah beneran deh homey banget. Si pegawai –sebut saja namanya Shah Rukh Khan, lantai menyuruh kami duduk selagi dia memanggil si pemilik. Tak lama, Yajur Taxali si pemilik hostel keluar dari sebuah ruangan. Wah, pemiliknya masih muda dan berparas bak lelaki Utara India.
“Halo apa kabar,” sapanya hangat.
Kami lantas menanyakan harga kamar yang ada di sana.
“Untuk kamar tipe dorm, harganya 500 rupee per satu ranjang,” ujarnya.
Harga segitu kurang lebih Rp.110.000. Murah sih, tapi terus terang untuk ukuran India itu masih mahal. Kami biasanya mendapatkan harga tak jauh dari itu untuk satu kamar yang dapat dihuni 3 orang. Lha ini 1 ranjang saja!
“Hayolah beri kami potongan harga. Kami mendapatkan informasi bahwa hostel ini keren dan kami ingin merasakan langsung bermalam di sini,” rayu kami semua.
“Harga yang saya berikan sama dengan yang saya jual di internet,” ujarnya lagi. “Tapi baiklah, saya akan turunkan harganya menjadi 400 rupee, bagaimana?”
Yeay, Rp.85.000 untuk penginapan sebagus ini? Lumayan banget! Alhasil kami semua setuju. Yajur kemudian menyerahkan sebuah laptop dan kami diminta untuk mengisi daftar tamu sesuai paspor. Tak lama, kami diberikan masing-masing sebuah kunci dan si Shah Rukh Khan mengantarkan kami ke lantai 2, tempat kamar kami berada.
Begitu masuk…
Wah, kamarnya sangat rapid an nyaman. Hawa dingin langsung menyeruak. Di kamar tersebut ada 2 ranjang susun yang dapat dihuni 4 orang. Ada satu penghuni lagi di sana, wisatawan sekaligus jurnalis dari India juga. Kami sempat mengobrol lama, namun tepat tengah malam si pemuda ini check out karena keretanya memang berangkat di jam tersebut.
Di sudut kamar terdapat loker yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah tamu yang menginap. Masing-masing ranjang ada colokan charger dan lampu baca. Jadi, bagi yang mau baca malam-malam bisa menggunakan lampu baca itu tanpa mengganggu tamu lain. Atau yang mau berselancar di dunia maya sambil memanfaatkan WIFI gratis (yang koneksinya cepat itu) juga bisa!
Bagaimana dengan kamar mandinya? Wow, modern, bersih, besar dan fungsional! Bagi cewek disediakan hair dryer di kamar mandi. Air yang mengalirpun langsung dari shower tanpa menggunakan bak. Alhasil kamar mandi ini terlihat jauh lebih luas ketimbang ukuran yang sebenarnya. Yang aku suka lagi, ada rak khusus yang dapat digunakan untuk menempatkan toiletries. Baju juga ada gantungannya jadi nggak susah. Ini sederhana namun belum tentu dimiliki oleh penginapan lain.
Fasilitas yang Lengkap
Mengetahui terdapat dapur umum di hostel ini, Indra langsung mengeluarkan sebungkus mie instan yang dibawa dari Indonesia.
“Aku boleh menggunakan dapurnya, kan?” tanya Indra ke Yajur.
“Oh tentu saja. Kau boleh menggunakan dapur yang di atas atau bawah,” sahutnya.
Tuh, dapurnya aja ada 2! Yang paling lengkap yang di bawah tentu saja. Karena ada kulkas dengan air dinginnya. Lumayan kalau kehausan bisa minum di sana. Oh ya, harga yang kami dapatkan itu sudah termasuk sarapan pagi loh! Walaupun ya hanya roti, tapi lumayanlah untuk mengganjal perut, kan?
Tak jauh dari dapur terdapat ruang santai. Ada mini library dengan deretan buku-buku perjalanan semacam lonely planet. Buku fotografi yang memperlihatkan eksotisme India juga ada. Huaaa sumpah aku naksir dengan buku itu hahaha. Di sudut lain terdapat sofa yang lebih besar dengan TV yang juga berukuran besar. TV ini dilengkapi saluran luar negeri, loh! Jika mau nonton film juga bisa, disediakan DVD Film yang dapat ditonton sesuai keinginan.
Bagaimana dengan mencuci pakaian? Traveler yang menjelajahi India itu biasanya pergi dalam jangka waktu lama. Sangat dimungkinkan tamu membutuhkan fasilitas ini. Nah, di lantai 2 terdapat mesin cuci dan peralatannya yang dapat digunakan gratis! Jika nggak mau repot, bisa juga menggunakan layanan laundry-nya. Untuk setrika juga dapat digunakan di sana.
Sambil nyuci, bisa ngopi-ngopi di teras lantai 2. Sungguh sebuah penginapan murah yang sangat lengkap!
Papan Testimoni
Lantas bagaimana sebuah penginapan murah dapat tersaji dengan sedemikian baiknya? Ternyata Yajur si pemilik pernah tinggal lama di Eropa. Dia juga orang yang suka traveling. Makanya tak heran semua fasilitas yang ia siapkan memenuhi standar penginapan yang laik bagi para tamu.
Yajur juga dapat dibilang pemandu gratis kami! Hehe. Dengan sabar ia menerangkan beberapa objek wisata yang harus kami datangi, diantaranya menyaksikan War Ceremony di Wagah Border. Dia menuliskan info-info penting yang sangat bermanfaat bagi kami. Tak heran, di papan testimoni, tanggapan para tamu terhadap hostel ini sangat positif dan menurutku itu benar adanya tanpa dilebih-lebihkan.
Silakan cek skor hostel ini di situs pemesanan penginapan. Bahkan, hostel ini terpilih sebagai penginapan terbaik kedua di Amritsar oleh Tripadvisor. Sayang, saat kami check out keesokan harinya, Yajur masih tidur sehingga salam perpisahan kami sampaikan melalui papan testimoni tersebut. Tak lupa, kami menyelipkan beberapa uang rupiah di meja kaca yang ada di ruang tengah.
Jika ke Amritsar, InnDia Boutique Hostel pilihannya!
- InnDia Boutique Hostel
- Celebration Enclave,Phase II,Near St.Jude’s School, 10, Fatehgarh Churian Road, Amritsar, Punjab 143001, India
- Telepon: +91 80540 04555
- Site : http://inn-dia.com
- Fan Page : inndiahostel
- Instagram : @Inndiahostel
- Twitter : @Inndiahostel
Tempat tidurnya unik. Baru kali ini aku melihat yang seperti ini. Hostelnya nyaman. Gak kalah ama hostel2 di eropa. ira
Iya mbak. Bahkan hostel ini jauh lebih bagus ketimbang yang ada di Malaysia. Tapi yang di Bangkok mirip hostel ini sih.
Ih saya tertarik sama rak bukunya
Keren bangeeeet
Btw amritsar ini tampaknya memang palinh bikin jatuh cinta ya
Baik hotel, view maupun atraksinya
Iya mbak Arni, karena nyaman berada di sana 🙂
Rak bukunya emang antik, tapi gak cocok buat nampung semua bukuku hahaha
Bukan buat naro buku dalam jangka panjang itu, cukup buat sementara, misalnya buku yang sedang dibaca atau beberapa buku fav yang paling sering dibuka ulang
Wuih betul banget mbak Arni. Buat narok buku yang sedang dibaca (yang kadang sekaligus beberapa itu hehehe)
Hahaha kirain aku doang yang baca “beberapa” buku sekaligus. Belum abis, udah pengen ganti buku lain hahaha
Hahaha aku juga begituuu :p hwhw
Hostelnya muraaaaaah… Di Indonesia, harga segitu dptnya apa ya? Losmen di jogja 80k ga ada kipas angin n kamar mandinya di luar
Iya di Indonesia juga udah jarang nemu penginapan murah. Yang di bawah 100k sih ada tapi fasilitasnya minim.
Asik ya penginapannya. Ada dapur umum, perpus mini, dan fasilitas cuci sendiri. Murah banget segitu mah ya. Rekomendasi keren!
Iya, sangat direkomendasikan jika berkunjung ke Amritsar.
omg naksir banget sama rak bukunya, cakep kali lah. Kalo nana ke Amritsar India ntar nginepnya disini deh
Hayooo kamu bisa ke India! 🙂
Wah asik nih hostelnya, dan harganya cukup murah, walaupun dengan harga yang sama di Agra aku bisa dapat kamar private double bed dengan kamar mandi dalam. Tapi kadang-kadang kalau jalan sendiri, lebih enak di dormitory sih, bisa kenalan dengan banyak orang. Btw dari InnDia ini kalau ke Golden Temple jauh gak Yan? soalnya sepengamatanku di sekitar Golden Temple itu justru riuh banget.
O iya, aku waktu itu gak sempat mengamati detail bagian luar stasiun Amritsar. Justru aku baru ngeh lewat fotomu di postingan ini Yan. Makasih yaaaa … Jadi kangen Amritsar 😀
Sekitar 20-30 menit naik bajaj dengan kecepatan lambat mas Bart. Menurutku sih nggak begitu jauh ya hehe. Di sini juga ada kamar private.
Noted, makasih infornya Yan 🙂
bayar berapa yah bajajnya dari penginapan ini ke golden temple?
Halo mas Ikhwan, untuk rincian dana, bisa dicek di itineraryku ya. Sudah aku tulis dengan lengkap 🙂 makasih.
unik ya namanya InnDia.. kayak penginapannya si dia, hehehehehe…
Hahaha iya, namanya unik 🙂 jika n dikurangi 1 maka jadi INDIA hehe
uwaahhh keren nih kayaknya.. eh di sana tp ada kamar privatenya? aku juga biasanya slalu teratrik kalo denger penginapan pake kata2 boutique, krn biasanya pasti lbh bgs dan komplit fasilitas 😉
Adaaa, di sana juga ada kamar privatenya 🙂 walaupun terkesan feminim tapi kalo pake “Boutique” emang kece ya.
Murah banget yaaa 85 ribu
di poppies aja sudah 100 ribu tapi alakadar nya
Iyaaa, muraah om.
Hostelnya bersih ya om, eh pas ditawarin makan sama kakek, kenapa gk ambil…hehe
Wong bekalnya cuma satu Moes. Itu aja dia share sama istrinya 🙂 hehehe
85 ribu untuk penginapan sebagus itu murah bangeeet
Bangeet 🙂 bagus pula ^^
Ping balik: Dilema di Wagah Border : Gerbang Batas Antara India dan Pakistan | Omnduut
keren tempat tidurnya, suasananya juga nyaman
Iya betul :_
Ping balik: Mencecap Kesyahduan Tempat Paling Suci Bagi Kaum Sikh : Golden Temple | Omnduut
Oom…IG nya kok menghilang, ganti ya?
Hi mbak, iya IG lama hilang. Yang baru @omnduutX