Kami (Aku, Indra dan Ahlan) mengetahui restoran bernama keren : Rock View ini dari sebuah buku panduan perjalanan. Masing-masing dari kami memiliki buku panduan tersebut (karena kami berasal dari 3 kota berbeda dan rencana perjalanan ini direncanakan 8 bulan sejak tiket dibeli) sehingga saat penulis buku tersebut bercerita tentang pengalamannya yang berkesan di restoran ini, kami pun penasaran dan ingin merasakannya langsung.
Melalui situs couchsurfing, kami sempat tinggal di desa pinggiran kota Srinagar (sekitar 1 jam dari pusat kota) di hari pertama kedatangan kami di kota Srinagar sehingga kami baru dapat mencicipi makanan di restoran ini di hari Ketiga. Ketiga? Ya soalnya di hari kedua kami makan malam di house boat tempat kami menginap. Masakan lokal yang dimasak langsung oleh ibu si pemilik house boat tersebut.
Saat mencari alternatif penginapan lain di sekitaran Danau Dal, kami menemukan restoran ini terletak tidak jauh dari gate 1 Danau Dal. Ternyata restorannya tidak terlalu besar. Hanya ada sekitar 7 atau 8 meja di sana. Begitu masuk kami langsung disapa hangat oleh pria berusia cukup lanjut yang kami panggil dengan sebutan uncle.
“Wah akhirnya kami menemukan restoran ini,” ujar Ahlan.
“Kami mengetahui keberadaan restoranmu dari buku ini,” sahutku sambil menunjukkan foto restoran yang ada di buku itu.
“Aha, tentu kalian berasal dari Indonesia, kan?”
Ternyata, uncle sudah familiar dengan buku yang kami bawa.
“Ada banyak sekali pengunjung dari Indonesia yang datang ke sini. Hayo kalian mau makan apa?” tanyanya ramah. Duh, belum apa-apa, aku udah merasa berada di rumah. Keramahan yang ada di restoran itu bukanlah sesuatu yang dibuat-buat. Sempat terpikir olehku, “apakah keramahan ini disebabkan kami berasal dari Indonesia?” namun belakangan aku tahu, begitulah karakter Kashmiri (orang Kashmir) yang memang hangat dan ramah.
Bukannya aku tidak suka kari. Tapi terus menerus makan kari dengan bumbu medhok di kota-kota sebelumnya bikin aku mabok kari dan semakin (me)rindu akan makanan ala Indonesia : nasi! Dan huaaa, Alhamdulillah Rock View ternyata menyediakan nasi!
Kami memesan 3 lauk utama yakni mutton curry, meat ball dan chicken curry.
Lha katanya mabok kari? Hehe iya sih, tapi ya mau gimana lagi. Memang kari makanan yang paling mudah ditemui di India. Dan, Rock View pun begitu. Tapi untunglah karinya “berbentuk” hehe, maksudku di Srinagar olahan daging dapat dijadikan kari. Yakni ayam dan domba. Untuk menghormati umat Hindu, sapi tidak dijual di restoran. Jikapun ada yang menjual sapi, itu sangat jarang sekali.
Saat menunggu makanan tiba, mataku menangkap sesuatu yang menarik. Sebuah foto! foto berukuran A4 itu dipajang tanpa frame di lemari yang terletak di atas meja kasir.
“Uncle, he is my friend. He lives in Palembang also like me,” ujarku takjub.
“Aha, yes all of them coming from Indonesia,” jawab uncle.
Ada foto Tinus, teman satu grup perjalanan dari Palembang yang terpajang di sana. Aku baru ingat, Tinus dan beberapa teman lainnya memang mengunjungi India beberapa bulan sebelumnya. Bisa jadi, mereka ke Rock View pun karena rekomendasi buku perjalanan yang sama. (setelah pulang aku konfirmasi ke Tinus dan jawabannya : iya! Hehehe).
Aku memandangi foto itu sekali lagi. Nampak sesosok pemuda Khasmir yang ikutan berfoto di situ.
“Uncle, he is your son, right?” tanyaku. Aku lantas membuka buku panduan itu dengan cepat dan lanjut bertanya, “is he Shabir?”
“Yes, he is my son –Shabir.”
“Di mana ia sekarang?”
“Oh dia lagi berada di pusat olahraga. Sebentar saya telepon ya!”
Spontan! Uncle langsung mengambil handphone-nya dan menelepon Shabir. Mereka berbicara menggunakan bahasa urdu. Tak lama, uncle menyerahkan handphonenya kepadaku.
“Ini, Shabir mau bicara.”
Kami berbicara sekitar 3 menit. Intinya Shabir meminta maaf karena sedang tidak berada di restoran. Dan ia berkata berharap bisa bertemu dengan kami lagi di keesokan harinya.
“Tenang saja, sepertinya kami akan sering datang ke sini,” ujarku kemudian.
Sesaat telepon ditutup, datanglah makanan yang kami pesan. Luar biasa, ini baru makanan. Dari penampilannya aja udah sangat menggoda. Dari warna makanannya aja kelihatan kalau bumbu yang dipakai pasti banyak. Apakah rasanya akan strong juga seperti makanan di kota lain?
Ternyata nggak!
ENAK!
ENAK BANGET!
SUMPAH ENAK BANGET!
Kami bertiga makan dengan sangat lahap. Bener-bener ini makanannya juara! Uncle sampai takjub melihat kami makan.
“Bagaimana rasanya?”
“Ini enak banget, uncle! Sungguh.”
“Alhamdulillah jika enak.”
Mendapati nasi yang ada di piring kami sudah mulai habis, uncle bergegas memanggil salah satu pegawainya. Dengan bahasa urdu, uncle menyuruh pegawainya tersebut untuk menambahkan nasi ke masing-masing piring kami. Hah jadi terharu.
“Aku suka banget sayur ini. Apa namanya uncle?” tanyaku sambil menunjuk irisan sayuran yang menyerupai papaya muda yang diiris tipis. Rasanya asam namun sangat segar!
Uncle menyebutkan sebuah nama, yang sayangnya jadi terlupa karena tidak tercatat. Yang jelas, kami selalu meminta sayuran ini tiap kali kami datang ke sana. Ya, selama di Srinagar, kami akhirnya mengunjungi restoran ini setiap hari! Setidaknya saat makan malam karena saat makan siang biasanya kami bepergian dan kami mencicipi makanan di restoran lain.
Ada banyak sekali restoran di sekitar kawasan Danau Dal. Namun ntah kenapa kami tidak tertarik untuk mengunjungi restoran lain. Makanan yang enak dan keramahan uncle beserta semua pegawainya adalah kombinasi yang sangat sulit kami hindari 🙂
Peluk Hangat dari Uncle
Karena jalanan kota Srinagar dan Jammu menggunakan sistem buka tutup, ternyata aku dan Indra harus pulang duluan ke kota Jammu secara mendadak. Ahlan mendadak ada urusan yang harus diselesaikan sehingga membatalkan kunjungan terakhirnya ke kota Varanasi. Perjalanan yang aku rencanakan dapat dilaksanakan keesokan malamnya ternyata harus dipercepat menjadi esok pagi sehingga malam itu adalah malam terakhir aku dan Indra di Srinagar.
“Apa rencana kalian esok hari,” tanya uncle.
“Ahlan akan menyusuri kawasan Old Srinagar, uncle. Tapi kami berdua akan meninggalkan Srinagar esok pagi. Ini malam terakhir kami di Srinagar,” sahutku sedih.
“Sayang sekali, padahal kawasan Old Srinagar itu bagus dan banyak bangunan tua di sana.”
“Semoga kami dapat kembali ke sini ya, uncle,” harapku.
“Pasti, pasti kalian akan datang lagi ke sini.”

Makanan yang disajikan di Rock View yang ntah di hari keberapa. Lebih banyak lupa foto saking udah lapernya hehehe
Walaupun makanan Rock View yang kami pesan malam itu tidak berkurang sedikitpun kadar kelezatannya, namun tetap saja aku merasa ada sesuatu yang hilang. Seminggu sudah kami berada di kota Srinagar dan tiap malam kami datang ke sini. Tidak hanya untuk makan, namun untuk berbagi kisah pengalaman kami, pengalaman hidup uncle, tips untuk menyusuri beberapa objek wisata di Srinagar, dikenalkan supir bajaj dan penyewaan Shikara (perahu tradisional) termasuklah ceritanya saat Srinagar terkena banjir besar beberapa bulan sebelumnya.
“Habis… semua habis,” sahutnya lirih saat itu.
“Kau lihat garis tipis di dinding itu?” tanyanya. “Itulah batas air yang menerjang kota Srinagar,” ujarnya lagi. Astagfirullah, itu artinya hanya beberapa centi lagi sebelum air menyentuh langit restoran. Betul-betul bencana banjir yang mengerikan.
Tidak hanya kepada uncle, teman-teman uncle yang kebetulan mengunjungi restoran juga menjadi teman ngobrol kami. Bahkan salah satu diantaranya curhat kepada Ahlan mengenai penyakit leukemia anaknya. Hiks kasihan.

Uncle yang paling kananlah yang curhat kepada abang dokter Ahlan 🙂
Kuahnya berasa di restoran padang… tapi rempahnya pasti lebih kuat.
Seperti gulai padang memang, tapi ini rasanya khas banget. Super enak 🙂
Wah parah keren banget selalu ada orang baik di setiap perjalanan…
Iya, tentunyaaa 🙂
Jadi laper *ngences* 😀
Huhu samaaa *ngeces juga*
om makannya enak-enak
Pake BANGET Win 🙂
Loh omnduut ini ke india nya ternyata bareng Mas Dokter Ahlan toh.
Iya barengan. Kenal ya? 😀
Aku jadi kangen masakan India nih Yan, terbayang kelezatannya. Btw sampai ke Kashmir yang wilayah mayoritas muslim pun daging sapi tetap tidak dijual di restoran-restoran ya?
Iya mas Bart, aku gak pernah lihat ada yang menjual daging sapi. Mungkin karena menghormati atau juga susah dapetin sapi potong di sana. Yang nggak kesampaian itu makan ikan di Rock View. Next time deh, bareng mas Bart dah haha
Hahaha amiiiin amiiin 🙂
Tampak lezat banget itu kuah kari
dan aku takjub kalian menghabiskan semuanya sampai nambah nasi segala
Lapar banget kayaknya hahahaha
Bawaan cuaca dingin kali ya mbak Arni haha. Dan memang enak banget, aku kangen banget makan makanan itu. Ahlan sampai bilang ke uncle untuk buka restoran di Medan hahaha
Wuahahaha
Memang dari perut ngalir ke hati yak
Iya bener mbak Arni, salah satu bikin suami betah katanya dari makanan ya hehehe
Makanan berkuah yang warnanya kemerahan itu memang menggiurkan ya.. Keliatannya aja udah menggoda 😁
Betuuul. Awalnya mikir bumbunya akan medok eh ternyata nggak. Pas!
Glek…. mupeng. Pengen nyobain kari kambingnya. Btw, yg bunder2 itu apa, Cek Yan? ira
Itu bakso mbak. Favoritku 🙂 di Indonesia malah aku hampir gak pernah makan bakso haha
“Karakter Kashmiri (orang Kashmir) yang memang hangat dan ramah”
Sejuk rasanya baca ini 🙂
Mbak Rien harus buktikan langsung 🙂
Ping balik: Mencicipi Makanan Kaisar Mughal di Restoran Terbaik di Asia : Karim Restaurant |
aku tuh sukaaa ama masakan dgn bumbu kuat dan bnyk macam gini… ihh sumpah jd pgn nyicipin masakannya mas… kyknya sepulang traveling dr jepang nanti, next nya aku mw ke india lah :D..
Walau ini bumbunya banyak, tapi sangat paaasss di lidah, sukaaaa banget 🙂
Pengalaman yg luar biasa om. Btw sya kok jd lebih penasaran sama buku panduan perjalannnya nih. Beberapa kali disebutin tapi samar2.
Salim hormat om
Soalnya penulisnya sombong gak mau temenan sama aku buahahahaha. Bercandaaa 🙂 Judulnya Rp.3 Juta Jelajah Salju, Kashmir, Himalaya dan India. Penulisnya Yoli Hemdi 🙂
Orang kashmir hangat dan rmaah mungkin karna mereka selalu kedinginan yaaa haha
BISA JADI hahahaha
Ping balik: Ingin Melihat Keindahan Kebun Tulip? Ke India Saja! | Omnduut
Ping balik: First Snow in My Life : Gulmarg in India! | Omnduut
Ping balik: Visit Tidore Island – Bukti Betapa Indonesia Itu Kaya | Omnduut