Kopdar / Kuliner / Pelesiran

Mencicipi Makanan Kaisar Mughal di Restoran Terbaik di Asia : Karim Restaurant

????????????????????????????????????

.

Sore hari, di jalanan kota New Delhi…

Aku terus melangkahkan kaki. Seharusnya kami sudah menemukan India Gate sejak lama. Namun entah kenapa kami seolah-olah berjalan memutar sejak tadi. Beberapa orang yang kami tanyakan hanya menjawab, “lurus saja, sudah dekat,” atau, “Kau lihat jalan di ujung sana? Setelah itu kau belok ke kiri.” Tapi tetap saja kami tidak sampai-sampai.

Sebelumnya kami berada di Cannaugh Place, area bisnis di Delhi yang jika dilihat dari peta mengikuti jalur metro kota Delhi letaknya dekat dengan gerbang besar yang merupakan memorial perang itu. Durasi perjalanan yang kami perkirakan hanya 15 sd 20 menit berubah jadi lebih dari 1 jam. Dan itu semua kami lakukan dengan berjalan kaki, melintasi kawasan elit kota Delhi.

Satu botol air minum berukuran besar sudah habis. Rasanya lelah sekali. Untung tak lama, gerbang yang menjadi simbol kota Delhi nampak juga.

“Alhamdulillah akhirnya sampai juga,” sahutku lega kepada Ahlan dan Indra yang nampak letih.

India Gate sangat ramai hari ini. Ntah apakah dikarenakan itu malam Minggu, atau hari-hari biasa sudah sepadat ini. Yang jelas, aku sangat menikmati duduk santai sore hari di gerbang memorial 82 ribu tentara yang tewas ini. Terdapat 2 air mancur besar yang berada di sisi kanan dan kiri India Gate. Muda-mudi India asyik melepaskan sepatu dan masuk ke tengah kolam.

Beberapa bahkan memanjat ke bangunan berbentuk teratai yang berada tepat di tengah kolam. Mereka tertawa satu sama lain, terlebih lagi saat mendapati teman mereka terpeleset dan terduduk di dasar kolam yang cetek itu.

DSC02393

India gate yang ramai.

Bukan tanpa alasan kami bersusah payah menuju India Gate ini, selain ingin bernarsis ria di monumen yang dibangun 1921 ini. Aku sudah memiliki janji untuk bertemu dengan mbak Zulfa, si EmakMbolang.com. Perkenalan tak sengaja beberapa bulan sebelum berangkat ke India berbuah keputusan untuk berjumpa. Kapan lagi bisa ketemuan sama “penguasa” India, kan? Hehehe.

Kami berjanji bertemu sekitar jam 6 sore. Sayang, karena lalu lintas di Delhi keadaannya luar biasa macet saat itu, mbak Zulfa baru dapat menemui kami 1 jam kemudian. Ahlan dan Indra nampak bete saat itu hahaha. Bukannya apa-apa, di lain pihak, kami sudah berjanji untuk menemui host kami jam 8 malam di stasiun metro. Bisa dibilang itu salah satu situasi canggung diantara kami bertiga sepanjang perjalanan bersama. ^_^

Ahlan 50:50 antara mau menunggu atau tidak, Indra lebih condong untuk segera pergi, sedangkan aku kepingin banget ketemu mbak Zulfa. Walau begitu aku nggak boleh egois, kan? Ini adalah perjalanan bersama, aku tentu harus ikut keputusan suara terbanyak. Bisa dibilang Ahlan adalah penentu malam itu.

Untunglah tak lama kemudian mbak Zulfa menemui kami dengan senyum hangat dan keramahannya.

“Aduh maaf banget jadi lama nunggu ya, jalanan luar biasa macet. Ayok kita jalan, Shah Jahan dan anakku sudah menunggu di mobil. Mereka nggak bisa parkir karena penuh.”

Setelah foto bersama di India gate –teuteup, kami berempat berjalan menuju ujung jalan. Terus terang aku seneeeng banget bisa ketemu mbak Zulfa. Baru pertama kejadian soalnya, ketemu sama orang Indonesia di negeri yang jauh. Apalagi di hari yang sama aku batal bertemu dengan teman masa kuliahku yang sekarang tinggal di Delhi. Sedih sekali.

Cerita seru seputar perjalanan kami di India mengalir seketika. Mbak Zulfa orangnya asyik dan gaul hahaha, aku nggak merasakan gap saat ngobrol. Ibaratnya, macam ketemu kakak sendiri atau temen yang udah lama kenal. Sesampai di mobil, kami berkenalan dengan bang Shahab, suami mbak Zulfa yang made in India hahaha. Najin, anak mbak Zulfa yang ganteng -aku langsung memproklamirkan diri sebagai abangnya Najin (((abang))), juga menunggu di mobil.

Bang Shahab lantas melajukan kendaraanya. Seperti yang sudah kami (eh aku ding) bayangkan dan harapkan buahahaha, kami akan diajak ke sebuah restoran.

“Hayo mau makan apa?” Tanya mbak Zulfa.

Kita mah ngikut aja ya mau diajak ke mana sama mbak Zulfa. Ibaratnya, kami serahkan diri kami malam itu buahaha. Setelah lagi-lagi terjebak macet (namun kali ini nggak begitu parah) kami sampai di sebuah restoran di tengah kota. Sayangnya, ATM bang Shahab tertelan di mesin ATM sehingga harus menunggu salah satu pegawainya datang dulu.

Karena… lagi-lagi Delhi dikepung macet, pegawainya bang Shahab baru datang sejam kemudian. Selama itu kami asyik ngobrol di dekat pintu restoran. Akibatnya, pas mau masuk, eh kata petugasnya nggak terima tamu lagi, sudah mau tutup. Kami akhirnya mencari tempat makan lain. Kali ini letaknya agak pinggiran yakni di sekitaran kawasan Old Delhi.

DSC02423

Selamat datang di Karim

Terus terang aku jadi nggak enak hati, mbak Zulfa sekeluarga jadi kerepotan karena kedatangan kami. Tapi dibalik kesusahan itu, ternyata ada keberkahan lain yang kami terima.

“Kayaknya memang rezekinya kalian ini makan di sini,” ujar mbak Zulfa.

Sesuai judul tulisannya, kami diajak ke Karim Restaurant. Restoran yang letaknya agak tersembunyi di gang Old Delhi ini ternyata pernah menyabet gelar sebagai salah satu restoran terbaik di Asia versi majalah Time loh!

DSC_0662

Aaa kami diajak makan di restoran terbaik di Asia!

Restoran Karim tidak terlalu besar. Tapi cukup nyaman untuk menampung puluhan tamu dalam sekali waktu. Restoran ini seperti gabungan beberapa restoran. Tempat makannya terpisah-pisah dan nampak menyatu dalam satu area. Bisa jadi, awalnya Karim restoran kecil, namun seiring minat para tamu, gedung-gedung yang berada di sekitar situ dibeli dan dijadikan satu. Mengenai ini, mari kita simak penjelasan mbak Zulfa nanti hehehe.

DSC_0667

Kami makan di atas

“Mau pesan makanan apa?” Tanya mbak Zulfa.

Aku melirik daftar makanan yang diberikan petugas restoran. Hmm, ada banyak sekali varian makanan yang dimiliki oleh restoran ini. Terus terang aku hanya mengetahui beberapa saja.

“Mbak saja deh yang pesankan,” ujarku.

“Oke, kalau begitu saya pesan makanan ini dan itu ya.”

DSC_0668

Petugas di dapur

Mbak Zulfa lantas memesankan beberapa jenis masakan dan mbak Zulfa berbicara dalam Bahasa India. Wuih, gak sia-sia deh mbak Zulfa aku ajarin Bahasa India eh, maksudnya diajarin bang Shahab hehehe. Mbak Zulfa sudah “menjelma” jadi penduduk India sejati!

“Berapa lama rencana kalian di India?” Tanya bang Shahab.

“Sekitar 3 minggu, bang,” jawab Ahlan.

Kami ngobrol banyak hal selagi menunggu makanan datang. Pokoknya apa aja diobrolin. Seru sekali! Tak lama kemudian, satu per satu makanan mulai dihidangkan.

Alamak…

DSC02412

Nganu, tolong itu ilernya dijaga jangan sampai netes

Ini dia makanan yang dulunya hanya disajikan kepada kaisar Mughal itu. Jadi inget Nasi Minyak Palembang yang dulu juga hanya disajikan kepada Sultan Palembang. Slruupp, hidangannya sangat menggoda. Harumnya masakan tersebut dengan cepat merangsang indra penciumanku. Tak sabar rasanya ingin segera menyantap semuanya.

Mbak Zulfa menjelaskan nama makanannya satu persatu. Walaupun aku membawa buku catatan, aku sudah nggak konsen lagi untuk mencatat. Rasa lapar bikin aku lupa untuk mencatat nama-nama makanannya.

“Yuk dimakan,” ujar mbak Zulfa.

DSC02415

Muka lelah tapi sumringah, namanya juga ditraktiiiirrr hahaha

Hmm, apa adegan selanjutnya perlu dijelaskan lagi? Hihihi. Yang jelas kami makan BUANYAK banget malam itu. Mbak Zulfa sampai memesan naan –roti khas India, berkali-kali. Ntah apa yang ada di pikiran mbak Zulfa dan bang Shahab malam itu. 3 lelaki tampan (namun sedang kumal) makan kayak orang udah gak makan selama seminggu hwhwhw.

DSC02420

Pegawainya membawa Naan yang banyak

Restoran yang dibuka sejak tahun 1913 ini memang memiliki sajian makanan yang istimewa. Pemiliknya, Haji Karimuddin merupakan keturunan chef yang bekerja di istana kekaisaran Mughal. Bahkan sejal dari kekaisaran Mughal yang pertama yakni Kaisar Barbur yang berasal dari Persia (sekarang Iran). Makanya makanan ini ada cita rasa Iran-nya juga.

DSC02419

Suasana di lantai tengah. Ada lagi lantai di bawahnya.

Saat kekaisaran Mughal berakhir saat Kaisar Bahadur Shah Zafar ditangkap colonial Inggris, tercetuslah ide dari Ayahanda Haji Karimuddin yang berencana menghidangkan masakan kaisar itu kepada masyarakat biasa. Itulah cikal bakal berdirinya restoran yang namanya mengambil dari asma Allah itu.

Percaya atau nggak, kami makan sudah menjelang tengah malam TAPI restoran ini masih sangat ramai! Luar biasa memang restoran yang berdiri di jajaran top restoran di Asia ini. Luar biasa beruntungnya aku, Ahlan dan Indra malam itu. Alhamdulillah, berkah dari sebuah pertemanan dan silaturahmi ya. –lap air mata, terharu hahaha.

DSC02418

Udah tengah malam tapi masih ramai

Kami batal menginap di rumah host couchsurfing malam itu. Oleh bang Shahab, kami dicarikan penginapan tak jauh dari sana. Ternyata, penginapan kami tepat berada di belakang Jama Masjid, masjid tertua di India yang berada di kawasan Old Delhi itu.

Saking terpikatnya kami dengan makanan di Karim, keesokan harinya, sesaat sebelum menuju stasiun, kami lagi-lagi mampir ke restoran ini. Mengenai harga bagaimana? Sebetulnya untuk ukuran India, harganya memang lebih mahal. Tapi sangat sepadan dengan sajian masakannya. Rincian biayanya silakan intip di itinerary India yang sudah aku bagikan ya 🙂

DSC_0663

Best of Asia!

Terima kasih banyak ya bang Shahab, Mbak Zulfa dan adekku (((adek)) Najin. Terima kasih atas jamuan, keramahan dan kebaikan terhadap kami. Semoga kelak dapat berjumpa lagi ya 🙂 Bagi teman-teman yang kebetulan berencana ke Delhi, sangat direkomendasikan untuk mampir ke restoran ini. Dijamin nggak nyesel! restoran ini sama kece-nya dengan restoran Rock View yang ada di Srinagar.

DSC_0669

Dapurnya terbuka, bisa dilihat oleh semua pengunjung 🙂

  • Karim Hotels Pvt. Ltd.

  • Contact Person : Mr. Zaeemuddin Ahmed / Mr Zainulabedin 

    Address:Jama Masjid, Gali Kababian, Old Delhi

    New Delhi- 110 006, (India)

    Tel : +(91)-(11)-23264981/23269880/23269880

    E-mail : karimhoteldelhi@gmail.com,info@karimhoteldelhi.com

  • Call Us : +(91)- 9953356972

  • Site : http://www.karimhoteldelhi.com/

Catatan : Karena baterai kameraku habis saat itu, mayoritas foto di postingan ini diambil menggunakan kamera-nya Ahlan si @doctor_Traveler. Follow IGnya Ahlan ya, IGku juga boleh di @Omnduut hehehe

Iklan

50 komentar di “Mencicipi Makanan Kaisar Mughal di Restoran Terbaik di Asia : Karim Restaurant

  1. India gate memang selalu rame, siang, sore malam pasti penuh.

    jadi pingin kenalan sama si Najin. Dia cakep pasti titisan dari emaknya *Kalemmmmmm :)))

    Ayooolah main ke India, ntar ke Karim lagi, Kita kesini hampir tiap minggu atau 2 minggu, Restoran kesukaan keluarga. Najin nyebutnya bukan Karim, tapiii …… “ayo Ammy….kita makan di Kashmir” Kashmir???? hahaha

    • Kalo mau kenalan sama Najin, kudu izin abangnya dulu ya mbak *ngebelain adik* hwhwhw

      Jiaaah Kashmir, yakinlah ada #kode terselip di sana mbak Zulfa. Saljuuuu Najin mau main saljuuu :))

      • Aaakkk.. Mau kenalan juga sama emak bolang. Reviewnya soal Kashmir tuh menggoda dan detail banget.

        Temen saya juga ngerekomendasiin makan di Karim. Besok harus makan disana.

        Eh mau juga dong jadi abangnya Najin hahaha

    • Sesuai bangeeet 🙂 makanya sampe nambah berkali-kali hwhwhw. Setelah semingguan hanya makan kari dan makanan vegetarian akhirnya nemu daging ya di restoran ini haha

  2. Wuihhh aq pasti nyobain kesana nih..maret besok aq cuuuzzz je india. Oia omnduut ada recomend ga wkt di delhi tinggal dimana??ada recomend hotel bagus n murah ga??coz msh bingung nih soal stay nya dimana?klo omndutt stay dimana??insyaallah aq jg ada rencana mo ketemuan ama mb zulfa..semoga kita bs ketemu ya mba(kedip2 ngarep?hehe

    • Waktu di Delhi kami menginap di rumah host couchsurfing satu malam. Satu malamnya lagi di hotel yang berada di belakang Jama Masjid. Hotelnya lumayan 🙂 aku lupa nama hotelnya, ada kartu namanya, besok aku cek ya 🙂

      Dih yang mau ketemu mbak Zulfa. *sirik*

    • Iya, di sana bawang dimakan kayak makan timun atau lalapan kemangi di sini wew hahaha. Tapi sebetulnya enak juga, apa jenis bawangnya beda ya. Soalnya lebih soft rasanya.

  3. Dalam tiap detail catatan perjalananmu Cek Yan, bagian paling menyentuh adalah cerita tentang kebaikan2 orang yang dijumpai. Jadi, hasil dari membaca tulisan ini secara keseluruhan adalah munculnya rasa haru. Iya, aku terharu T_T

    Kita sama-sama bersahabat dengan orang yang sama. Jadi kangen mbak Zulfa 🙂

    Suatu saat ke Delhi, aku pastikan akan ke resto Karim. Tidak boleh dilewatkan! Tfs 😉

    • Dibalik kesusahan yang aku temui di perjalanan, selalu saja ada tangan-tangan “malaikat” yang memberikan bantuan. Alhamdulillah mbak Rien, senang sekali.

      Iyaaa, wajib ke Karim mbak. Ajak mbak Zulfa, bang Shahab dan adekku ganteng itu hahaha

    • Cari tiket promonya dari kota lain mbak. Misalnya Kolkata atau Hyderabad. Dari sana bisa naik pesawat lokal ke Delhi atau kereta, jauh lebih murah 🙂 aku dapet tiket KUL-Kolkata PP 1,5 juta. Rincian tiket udah aku bagi di itinerary 🙂

      • ih murahnya…. tp kalo transit dari kota lain berarti harus min seminggu yakk ngatur trip di india… pusing lagi cari waktu…hihihi… mau menuntaskan 7 wonder versi dahulu kala nih, salah satunya kan agra

  4. Waah makanannya bersejarah banget, dan tampak sangat sangat enak! Ditambah makan dengan orang satu kampung halaman yang ketemu di tempat yang jauh, rasanya pasti tambah nikmat. Itulah hikmahnya traveling ya Mas, di tempat yang jauh banget kita bisa ketemu orang yang berasal dari kampung sendiri :hehe.
    Penasaran dengan makanannya… mudah-mudahan suatu hari nanti saya bisa mencoba langsung :hehe.

  5. Ping balik: Menyusuri Old Delhi : Dari Qutb Minar, Tersesar di Labirin Urdu Bazaar & Chandni Chowk Hingga ke Jama Masjid | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s