Rangkuman perjalanan di Belitong, bisa dilihat di sini ya 🙂
Tak terasa esok lusa aku sudah harus meninggalkan Belitong dan kembali ke Palembang. Tapi, ke Belitong tanpa mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi, tentulah belum lengkap, bukan? Makanya, setelah kemarin seharian ‘hanya’ mengunjungi sekolah Laskar Pelangi dan Rumah Kata Andrea Hirata saja, di hari Kamis ini, rencana perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi harus dituntaskan 🙂
Lagi-lagi, ditemani oleh Bang Ogut dan Diana, perjalanan Gantung-Tanjung Pandan bisa dilalui dengan cepat (maklum pembalap haha). Kak Butet dan Abing lagi-lagi ikutan (khusus Kak Butet, dia mau ikut setelah dipaksa hehe). Asyiklah, semakin rame semakin seru, kan?
Setelah perjalanan satu jam lebih, akhirnya tiba juga di Pantai Tanjung Tinggi. Pemandangan sepanjang perjalanan indah euy! Di sisi kanan aku melihat sederetan penginapan sedangkan di sisi kiri adalah bibir pantai. Jadi ya, jarak antara penginapan dan pantai hanya dipisahkan oleh jalan. Cocoklah buat tempat bulan madu. *jiaaah*
Tak lama kemudian, jajaran bebatuan besar menyapa pandanganku. “Kita pesen makanan dulu bang, baru foto-foto,” sahut Diana. Asyiiikk diajak makan lagi. Memang sih, sedari tadi cacing di perut sudah karokean minta di suapin. *alaagh* Kami lalu mencari tempat makan yang memang jadi langganan keluarga di Belitong ini. Gak lama pesen makanan, kami pergi ke sisi pantai yang lain untuk melihat langsung seberapa besar bebatuan alami ini berada.
Persis di depan sebuah batu besar, terdapat ‘prasasti’ informasi dalam dua bahasa bertuliskan penjelasan bahwa di pantai inilah syuting Laskar Pelangi dilakukan. Aku langsung beranjak ke dalam. Bukan main ya betapa ciptaanNya yang satu ini benar-benar memukau. Cuaca terik tak menghalangiku untuk mendekati bibir pantai dan mengambil gambar di sana.
Di tengah hari itu, saat panas menyengat, ada tiga orang bule memakai pakaian renang asyik cebar-cebur di air. Haha, kalo aku nggak deh. Bukannya takut item (lah memang sudah gosong kayak gini :P) Tapi, main air di cuaca sepanas ini bisa bikin sakit kepala. Mas nyebur sih enak adem, nah pas pulang, biasanya bisa terkepor alias tepar.
Masih inget nggak adegan murid-murid berlarian di celah batu. Ini dia batunya… Andai rame-rame ke sini, mau deh pose sambil lari-larian di sini hahaha.
Ini nih pemandangan Pantai Tanjung Tinggi di sisi ini….
Selepas berfoto, kami balik lagi ke tempat makan. Oh ya, di sini, banyak banget tempat makan yang menyediakan makanan laut. Tempat makannya pun sederhana sebetulnya. Di satu sisi okelah jadi suasananya nyaman dan khas tradisional. Tapi, keberadaan rumah makan yang tak tertata rapi ini sesungguhnya kurang sedap dipandang.
Begitu masuk ke tempat makan, satu per satu lauk dihidangkan. Olalaaah, bakalan pesta sea food nih aku. Ikan gede, udang, cumi… nyamnyam. Rasanya berada di surga (dunia) haha. “Dek, satu ikan itu harus dihabiskan sendiri!” kata Kak Butet. Busyet, gede banget gitu? Kalo di rumah kan biasanya dibagi-bagi haha. Tapi, tentu saja karena merasa tertantang, aku harus menuntaskannya *alibi*.
Satu bakul nasi tandas. “Pesen lagi kak nasinya!” sahut Diana ke pemilik tempat makan. Begitu bakul nasi datang, eh ujung-ujungnya malah nggak kesentuh (dan dibalikin lagi hihi) karena semua pada sibuk menghabiskan lauk. Memang sih waktu itu mesennya kebanyakan, bahkan ada lauk sisa yang dibawa pulang. *kalap* Aih nikmatnya makan sambil melihat lukisan alam maha dahsyat.
Setelah kenyang, kami beranjak lagi ke bibir pantai. Ada beberapa kursi duduk yang terbuat dari kayu di sana. Sementara Bang Ogut dan Diana nyantai, aku dan kak Butet berjalan ke garis pantai dan lagi-lagi bernarsis ria di sana.
Ada sekelompok remaja yang asyik berenang. Di salah satu sisi pantai ada penyewaan ban dan perahu karet. Harga sewanya Rp.50 ribu untuk 1 jam. Kalo ban anak-anak, hanya Rp.5000. Kalo mau seru-seruan naik perahu karet ke tengah laut, lumayanlah. Tapi awas jangan terlalu jauh 🙂
Oh ya, selain rumah makan yang tak tertata rapi, ada satu hal lain yang bikin miris. Hiks. Ada sebuah batu besar yang dirusak oleh tangan-tangan jahil. Lapisan batu itu dikikis dan membentuk sebuah nama. Teganyaaa… Gak pernah habis pikir dengan orang-orang seperti itu. Merusak keindahan alam yang dibentuk ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Saking mirisnya, aku sudah males buat memandang lama-lama di batu itu apalagi untuk mengambil foto. Hiks…
Setelah puas foto-foto, kami lalu memutuskan untuk ke destinasi selanjutnya. Pantai Tanjung Kelayang. Salah satu pantai yang juga dijadikan lokasi syuting The Philosophers. Untunglah letaknya tidak terlalu jauh dari Pantai Tanjung Tinggi. Gak lebih dari 20 menit kami sudah sampai di sini. Ini dia pantai lain di Belitong yang tak kalah indahnya…
Di sini, ada bangunan besar yang katanya sengaja dibikin untuk menyambut kedatangan bapak presiden SBY. Semacam ruang terbuka untuk pertunjukan seni. Kondisinya masih kokoh dan lumayan bersih. Harus terus dirawat tuh, jika tidak bisa-bisa lapuk dimakan alam. Di sini juga ada tulisan besar Welcome To Belitong. Semacam penanda kalo sudah resmi berada di Belitong (Kayak Pantai Losari kali ya hehe). Lagi-lagi, gak boleh ketinggalan foto di sini. Hihi.
Karena cuaca makin mengganas, di sini kami cuma sebentar saja. Aku lalu diajak ke lokasi wisata selanjutnya. Bukit Berahu. Haha, ada kejadian lucu soal Bukit Berahu ini. Memang jadi kebiasaanku untuk menuliskan hal-hal seputar perjalanan di sebuah buku kecil. Ketika buku itu dilihat oleh Ratih, dia protes, “bang, salah nih bukan Bukit Berahu, tapi Bukit Perahu.” Nah loh, nama yang unik ini memang bikin bingung bahkan oleh warga asli.
Aslinya memang bernama Bukit Berahu. Ntah apa maksud kata Berahu ini. Baik Bang Ogut, Diana atau Kak Butet semua nggak tahu. Ya sudahlah, kalo aku balik ke sana lagi, akan kutanya ke penduduk sekitar situ hahaha *alasan biar ke Belitong lagi*
Bukit Berahu ini sesuai namanya terletak di dataran ketinggian. Di sini ada bangunan utama berupa restoran yang terdapat kolam renang di bawahnya. Pemandangan dari sini baguuuus. Tempatnya juga rapi, bersih dan rindang. Untuk ke kolam renang, kami harus menuruni anak tangga. Di sini juga banyak disediakan tempat duduk yang ditata rapi. Asyik banget untuk foto-foto *teteeep*
Setelah puas narsis di kamera, kami beranjak pulang. Jumat besok adalah hari terakhir aku di Belitong (Sabtu pagi udah terbang ke Palembang). Rencananya juga besok aku mau diajak ke Pantai Burung Mandi, namun dibatalkan karena kesibukan keluarga di sini. Tidak apa-apa, artinya makin banyak lagi tempat yang harus aku datangi dikunjungan berikutnya. Ntah kapan, bulan depan, tahun depan atau beberapa tahun lagi.
Perjalanan di Belitong ini sama menyenangkannya dengan perjalanan di Bangkok. Sungguh, Indonesia tak kalah kok dari negara lain. Pasca perjalanan ini, aku malah makin terpacu untuk mendatangi tempat-tempat lain di Indonesia. Sudah dari dulu punya niat keliling Jawa dengan tujuan akhir Bromo (syukur-syukur bisa melipir ke Bali dan Lombok). Bismillah, niat terus ditancapkan ke hati, semoga nanti ada momen yang tepat dan kelapangan rezeki (teman-teman itu juga rezeki) sehingga bisa menunaikan mimpi itu. Amin.
Sampai jumpa lagi Belitong. Sampai ketemu di lain waktu Bumi Laskar Pelangi. Semoga kau tetap indah dan tak tersentuh tangan-tangan jahil lainnya ya… *kedip*
…s.e.l.e.s.a.i
kira-kira sebelum dijadikan tempat syuting laskar pelangi pantainya udah seramai ini belum, ya, yan?
Mengingat pantai ini nggak terlalu jauh dari pusat kota Tanjung Pandan, kayaknya sebelum Laskar Pelangi meledak pun masyarakat suka ke sini mbak 🙂 Sekarang makin terkenal karena LP.
ooo. kupikir lokasinya terpencil gitu. bagus banget soalnya. kayak nggak terjamah
*bandingin sama pantai di sini yang kotor 😀
Menurutku lokas pantai ini masih di tengah kota mbak 🙂 Masih banyak pantai yang lebih ‘perawan’ di Belitong sini, tapi jauuuuh 🙂
SAYA ORANG ASLI BELITUNG.JADI SAYA TAU BETUL GIMANA BELITUNG ITU,BELITUNG SEBELUM ADA LASKAR PELANGI PUN SUDAH RAMAI.DAN BUKAN KOTA TERPENCIL.TURIS-TURIS LUAR NEGERI SUDAH BERKUNJUNG KE BELITUNG.DAERAH KAMI SANGATLAH INDAH DAN BANGKA-BELITUNG SEKARANG SEMAKIN TERKENAL.SAYA SUDAH SERING KE TANJUNG TINGGI JADI BAGI SAYA SUDAH TAU BANGET DAERAH ITU DAN TEMPAT TERINDAH DI BELITUNG ITU GIMANA!!!
Hi Nova Satria, terima kasih komentarnya 🙂
Tapi saya bingung, dengan penulisan huruf besar seperti ini apa Anda sedang marah? atau malah sebaliknya menunjukkan apresiasi tinggi dan terlalu bersemangat memaparkan daerah Anda sehingga terkesan ‘berbeda’? 🙂
Btw, terima kasih atas kunjungannya. Yup, Belitung memang daerah yang indah. Semoga warga di sana tetap bersemangat menjaga keindahan kota dan keindahan alamnya (dengan tidak mencoret batu-batu besar di Pantai Tanjung Tinggi misalnya) agar makin banyak wisatawan yang berkunjung ke sana.
nice post bro 🙂
Makasih mas Bimo 🙂
Katanya skr kotor ya?
Untuk pantainya sendiri cukup bersih mbak Noni. Walaupun ada, paling sampah dari daun yang jatuh. Dan itupun ada petugas yang bersihin (kebetulan ketika aku datang petugas lagi bersih-bersih). Nah kalo di tempat rumah makannya, kotor banget sih nggak tapi karena berantakan dan jalannya nggak mulus (banyak genang air) jadi kelihatan kurang oke 😛
Pantainya breath taking…. seperti memanggilku untuk ke sana *delusional*
“mbak mayaaaa… mbak mayaaaa… kunjungi akuuuu,” kata si pantai 🙂 soon mbak! yakin deh pasti bisa ke sini 🙂
*Baru menyadari sesuatu*
Jadi nulis postingan berantai ini posisimu masih di Belitung???
Waaaaaahhhhhhhhh
Nggaaaak haha, aku udah lama balik. Memang harusnya ditambahin tanggal kali ya hihi 🙂
Dulu belum ada papan informasi tempat syuting laskar pelangi waktu aku ke sana..
Dah lama bgt yak
Kayaknya juga itu baru ada satu atau dua tahun belakangan Bijo 🙂
selanjutnya jalan-jalan kemana lagi, Om? 😀
Yang paling memungkinkan dalam waktu dekat ialah ke Jambi. Pingin liat Candi Muara Bungo 🙂
foto-fotonya bagus, jadi pengen ke Belitung lagi 😀
Terima kasih ya 😉 Amin, semoga suatu hari bisa berkesempatan ke sana 🙂
bedalah tulisan belitong dan losari.. lebih keren di losari..
Belum bisa membandingkan, soalnya belum pernah ke Makkasar aku 🙂 memang sekilas di Losari lebih cakep, karena posisinya lebih bersahabat untuk difoto. Andai Palembang juga punya… kayak yang di Amsterdam itu ya mbak Tin. Pasti keren banget ^^
tahun 2011 gua pernah ke belitung juga tuh! emang keren-keren pantainya! pantai tanjung tinggi yang paling keren sih memang, ga heran dijadiin tempat syuting! 😀
Betul Roy 🙂 Tanjung Tinggi memang keren apalagi banyak batu-batu besar. Tapi, pantai Tanjung Kelayan atau pantai yang ada di pulau Lengkuas lebih bersih dan ‘perawan’ ^^
Mas Har, foto2nya bagus banget… bisa dijadiin postcard tuhh…. 😀
Haaa iyaaa 🙂 memang beberapa lumayan ya kalo dijadiin postcard hihihi
Ping balik: Secuil Pesona di Bukit Berahu | La Rêveur Vrai
Jadi bangga sebagai anak Negeri Laskar Pelangi… Hihihi
Oh iyaa 🙂 harus bangga doong ^^
Ping balik: “Sate” Keceriaan di Birunya Langit Pantai Tanjung Tinggi |