Pelesiran

Terkenang Raisa dan Mendadak Pikun di City Palace of Udaipur

Eh, inget lirik lagu ini gak sih? “Kusangkakan… panas berpanjangan. Rupanya gerimis, rupanya gerimis… mengundang, haa haaa.” Ea! Haha. Sebagai anak generasi 90-an, saya sih cukup akrab dengan lagu berjudul Gerimis Mengundang milik penyanyi Malaysia –Slam, itu. Eh tunggu, sungguh paragraf pembuka yang mengandung jebakan umur, yak! Lol.

Oke, ini tuh mau cerita kalau di Udaipur saya sempat kena hujan dan gerimis berkali-kali. Waktu menyusun itinerary trip ke Rajashtan ini sempat nyesal gitu sih ke India bulan September. Ya risiko jalan di musim hujan, ya! Bahkan konon kalau badai monsoon tiba, ya susah ke mana-mana. Wah, gimana ceritanya kalau pelesiran cuma berdiam di penginapan?

City Palace jika diambil dari seberang danau. Di hari lain, saya memang sengaja main ke sisi ini biar bisa lihat dari kejauhan.

Untungnya di kota-kota sebelumnya cuaca cerah! Bahkan masih bisa merasakan serunya main ke gurun pasir di Jaisalmer. Pun, saat nemuin hujan di Udaipur, ya masih hujan yang biasa sih. Nggak sampai ada badai segala. Jadilah, saya masih bisa mendatangi beberapa tempat wisata yang juga jadi lokasi honeymoon-nya Raisa dan Hamish ini. Termasuklah City Palace yang jadi bintang utama di tulisan ini hehe.

Menuju City Palace

Udaipur adalah salah satu kota tujuan wisata di India. Bahkan, dibandingkan kota lain, I can say Udaipur termasuk kota yang lumayan mahal. Untuk akomodasi misalnya, dengan harga yang sama (sekitar Rp.50.000 sd Rp.70.000), di Udaipur saya hanya dapat satu bed dormitary di Moustache Hostel. Padahal, di kota lain bisa private room dengan kamar mandi dalam.

Untuk makanan juga gitu. Satu piring kecil chowmien atau mie goreng China (ya ya, di India malah makan makanan ala Tiongkok haha)  harganya 90 rupee atau sekitar Rp.18.000. Ini harga untuk warung kecil yang nyempil di gang gitu loh. Nah, kalau makan di restoran yang proper bisa jadi harganya lebih mahal.

Pemandangan indah kota Udaipur. Diambil dari City Palace. Hostel saya gak jauh dari jembatan itu.

Trus kenapa tetap belain datang ke sini? Apa benar semata-mata gak mau sirik karena Raisa dan Hamish bulan madu ke sini? Ya kagak! Gimana mau balas-dendam-sirik-sirikan, lha wong saya datangnya sendirian haaa haaa ada gerimis di sudut mata saya.

Haha, jelas alasannya karena Udaipur itu cakep…kalau di google hwhw. Eh untungnya aslinya juga tjakep! Beberapa film bahkan ambil gambar di sini. Salah satunya film James Bond berjudul Octopussy yang tayang 1983 lalu. Untuk film kekinian, Goliyon Ki Raasleela Ram-Leela yang dibintangi pasangan suami istri Deepika Padukone dan Ranveer Singh adalah salah satunya.

Area taman dekat gerbang utama. Area ini masih boleh dimasuki gratis.

Saya tinggal tepat di jantung kota Udaipur. Mau ke City Palace modal jalan kaki 5 sd 10 menit aja sampai. Makanya, walau jalanan basah pasca germis pagi, saya putuskan untuk tetap ke sana. Saatnya napak tilas lokasi bulan madunya Raisa-Hamish, seorang diri, yeah!

Nelangsa di Gerbang Utama

Seingat saya, pengunjung bebas melewati gerbang utama yang megah itu hingga main ke area tamannya. Namun, untuk masuk ke bagian utama bangunan barulah tiket masuk diperiksa. Beli tiketnya di ruangan khusus tak jauh dari gerbang utama. Hiks, sayang catatan pengeluaran saya selama di India hilang. Barusan saya cek, untuk wisatawan asing kini biaya masuknya INR 300 atau sekitar IDR 60.000. Rasanya, tidak dikenakan biaya tambahan untuk peralatan dokumentasi.

Ini dia tripolia pol, gerbang berumur 295 tahun itu.

Ngomongin soal gerbangnya, dalam bahasa setempat disebut dengan nama Badi Pol yang berarti Gerbang Besar. Gerbang ini dibangun pada tahun 1600 yang mengarah ke tripolia pol, yakni gerbang tiga lengkungan yang dibangun tahun 1725. Bagian ini aja luas euy. Bahkan dulu dipakai juga untuk arena pertarungan gajah.

Sejak dulu juga, jalan menuju gerbang ini memang sudah banyak ditempati oleh para pengrajin, pelukis dan pedagang tekstil. Berhubung saya gak doyan belanja (baca: gak ada anggaran buat itu hehe), saya cukup puas dengan hanya melihat-lihat.

Lihat pintu gede di sebelah kiri itu. Nah di sana Raisa foto. Dan… saya lupa mau foto di situ huhuhuhu.

City Palace baru dibuka jam 9:30 pagi, ya! Dan penjualan tiket terakhir itu jam 5 sore. Nah, saya sih datang cukup awal saat itu dengan harapan masih sepi dan enak kalau mau foto. Emang dasar tujuan utama di Udaipur ya, ternyata jam segitu aja udah ramai loh.

Di area taman, ada stand penyewaan pakaian khas Rajashtan. Kalau nggak salah, biayanya sekitar INR 100. Tadinya saya kira pakaian-pakaian ini akan menarik minat wisatawan asing. Eh, tahunya yang lebih banyak sewa malah wisatawan lokal. Lucu-lucu deh gaya mereka kalau sudah berpose haha.

Megah banget, ya! 400 tahun euy dibangunnya.

Tolong jangan terlalu mesra banget gitu >.<

Detail bangunan setinggi 30 meter ini.

Disediakan juga beberapa properti untuk foto. Dengan latar belakang bangunan City Palace yang kokoh, mereka melakukan pengambilan gambar. Salah satu properti tambahan yang dipakai dapat terlihat di foto ini, nih. Ceweknya memegang tempayan dari tanah liat yang dicat warna-warni. Duileh gayanya bang-mpok, bikin sirik dan nelangsa aja. Jomlo can’t relate! Huhuhu.

Ntah apa karena saya terlalu sirik melihat kemesraan para pasangan yang foto pakai baju tradisional, saya nggak berlama-lama berada di sana. Langsung saja saya bergerak ke pintu tempat jalan masuk menuju bagian dalam City Palace. Nah, di sini letak nelangsa saya yang kedua. Saya mendadak pikun dan lupa berpose tepat di tempat Raisa dulu juga berfoto. Huhuhuhu.  Batal deh saya pamer ke netijen lol.

Memasuki Bagian Dalam Istana Kota

Setelah memberikan tiket masuk ke petugas, saya beranjak masuk ke salah satu pintu dengan cara menaiki tangga di sebuah lorong. Baru bagian ini saya saya kagum. Soalnya seluruh dinding dilengkapi dengan ornamen-ornamen yang indah.

City Palace atau Istana Kota ini dibangun bersamaan dengan pembentukan kota Udaipur di tahun 1553 oleh Maharana/penguasa Udai Singh II dan penguasa penggantinya hingga 400 tahun ke depan. Kalau yang saya baca sih, bangunan ini dibangun oleh 22 generasi Sisodia Rajput. Wow! Masuk akal, sih. Soalnya istana ini gede buanget! Bayangin aja, rangkaian istana ini panjangnya 224 meter dan tingginya 30,4 meter.

Tangga di lorong menuju bagian dalam City Palace

Warna warni jendelanya saya suka.

Keindahan kota Udaipur dilihat dari sisi lain.

Terdapat sejarah panjang kekuasaan di Udaipur ini. Mulanya sekali, Kerajaan mewar yang berkembang di Nagda (sekitar 30 km utara Udaipur) didirikan pada tahun 568 M oleh Guhil, maharana pertama Mewar. Namun, pada abad ke-8, ibu kotanya dipindahkan ke Chittor tempat Sisodias dan Choudary memerintah hingga 800 tahun.

Saat Maharana Udai Singh II mewarisi Mewar pada tahun 1537, terdapat kekhawatiran kerajaan ini dapat dikalahkan oleh kerajaan Mughal. Makanya, beliau memilih memindahkan lokasi istana ke tempat yang berada di dekat Danau Pichola ini karena lebih terlindungi oleh sisi hutan, danau dan perbukitan Aravalli.

Saat saya berjalan ke bagian dalam, benar saja, kalau dilihat lokasi istana ini memang lebih banyak pelindung alamnya. Di sisi lain, bisa jadi keindahan kawasan ini yang bikin Udai Sing II yakin bikin istana baru di sana hehehe.

Ntah ini ruangan apa. Kayaknya kamar salah satu penghuni istana.

Taman ini berada di bagian dalam istana! yes, ada ruang terbuka gitu di bagian tengah istana.

Pose dulu tante!

Kalau mau jujur, nggak semua bagian istana ini terawat dengan mengkilat. Ada bagian-bagian yang nampak kusam namun menurut saya hal itulah yang menjadikan istana ini –dan juga sebagaimana bangunan-bangunan tua lainnya di India, spesial.

Ada banyak ruangan di istana ini. Ada yang diisi dengan perabotan bernuansa jadul yang bikin saya merasa masuk ke lorong waktu saat melihatnya. Yeah, walaupun pasti perabotannya gak sama persis dengan yang dipakai ratusan tahun lalu, tapi seenggaknya saya masih dapat merasakan aura kehidupan di istana ini. Eh, sounds creepy, isn’t? Haha

Selain gajah, umum juga pakai kereta kuda di sini dulunya.

Nah loh, kayak peralatan memasak di Indonesia hehe.

Foto penghuni kerajaan di zaman kamera udah ada kali ya hehehe.

Lorong-lorong dengan berbagai macam arca. Bagian dalamnya lebih banyak lagi. Termasuk koleksi alat musik, pakaian tradisional, dsb.

Setelah kematian Udai Singh pada tahun 1572, putranya Maharana Pratap mengambil alih namun sayangnya ia dikalahkan oleh kaisar Mughal Akbar pada Pertempuran Haldighati di tahun 1576. Mungkin hal ini juga yang melatar belakangi banyak ornamen bernuansa Islam di bagian istana ini. Saat kemudian Akbar meninggal dan kerajaan ini kembali ke Maharana Pratap dan penerusnya Amar Singh I, terjadi kesepakatan diantara dua penguasa. Tapi tetap saja, negara bagian Mewar ini berada dalam kesulitan dan keruntuhan akibat serangan Marathas pada tahun 1761.

Jangan loncat, masbul!

Kerasa sentuhan Islamnya nggak sih?

Siluet ala-ala.

Makanya, di tahun 1818, Maharana Bhim Singh mendandatangani perjanjian dengan Inggris  dengan menerima perlindungan ndari kerajaan lain. Saat India merdeka di tahun 1947, kerajaan Mewar dan kerajaan lainnya bergabung dengan India yang demokratis. Akibatnya, Raja Mewar kemudian kehilangan hak istimewa dan gelar kerajaan khusus mereka. Namun, para Maharanas berusaha mempertahankan kepemilikan mereka atas istana di Udaipur dan mengubah sebagian kompleks istana menjadi hotel warisan.

Aha! Ini dia yang menjawab tanda tanya saya karena memang ada bagian-bagian tertentu dari istana ini yang tidak boleh sembarangan dimasuki. Terutama bagian istana yang menjorok ke dekat danau. Saat berjalan menuju bagian belakang istana ini saya sempat melihat sebuah area megah di mana saat itu sayanya kepikiran, “kok kayak hotel, ya?”

Nyantai Asyik di Tepi Danau Pichola

Dari sebuah laman yang saya baca, idealnya keliling City Palace ini butuh waktu 2 sd 3 jam. Ntah berapa lama saya berada di dalam. Berhubung waktu saya banyak sebelum nanti sorenya menyaksikan pertunjukan tari boneka di Bagore Ki Haveli, saya memang berusaha menikmati setiap waktu yang ada di sana. Di satu spot, saya bisa duduk diam berpuluh menit sambil memerhatikan tingkah wisatawan terutama akak-akak bule yang cakep. Njay.

Setelah merasa cukup, saya lantas keluar dan mulai menuju bagian belakang istana tepat di tepi Danau Pichola. Jaraknya nggak begitu jauh. Ya paling 10 menit jalan kaki deh. Nah, bagi yang udah pegang tiket masuk ke City Palace, simpan potongan tiketnya karena untuk menuju bagian danau ada pemeriksaan lagi.

Jalan menuju bagian danau di belakang.

Mejeng dulu. Bukti kalau pernah ke sini hahaha. Nasip jalan sendirian ya gini deh.

Aspal yang saya lalui masih nampak basah. Udara begitu sejuk namun tidak hujan. Sungguh waktu yang sempurna untuk menikmati keindahan alam yang tersaji di pinggiran danau ini. Di kejauhan, saya melihat ada bangunan putih seolah mengapung berada di tengah danau. Itu adalah Taj Lake Palace Hotel yang harga kamar satu malamnya bisa bikin istighfar haha. Hotel ini sempat jadi bagian lokasi syuting film favorit saya The Fall yang pernah saya singgung saat mengunjungi Chand Baori, sumur indah di india ini.

Bagian istana dilihat dari tepi danau.

Duduk di sini sejam lebih. Ngapain? ngelamun lah. Ngebayangin Hamish bulan madu bareng Raisa.

Taj Lake Palace Hotel yang berada di tengah danau. Ribet yak kalau mau ke kota. Mesti naik perahu hehe.

Eh tapi, omong-omong soal hotel dan honeymoon-nya Raisa dan Hamish, mereka pilih hotel lain yang gak kalah mevvah. Mereka menginap di Oberoi Udaivilas Hotel. Harga kamar termurahnya 6 juta euy! Dan yang termahal tahu berapa? 220 juta! Gimana? Gimana? Udah istighfar berapa kali hayo? Hahaha.

Hotel ini juga muncul di film bollywood Yeh Jawaani Hai Deewani yang dibintangi oleh Ranbir Kapoor dan Deepika Padukone. Kalau lagi banyak kuota, coba dengerin lagu Kabira ini.  Ini lagu kenangan yang saya dengar saat main salju di Gulmarg, Kashmir di kunjungan pertama saya ke India tahun 2015 lalu.

Ada kayaknya 1 jam saya menikmati waktu dengan duduk santai di tepi danau. Pengunjung lain datang silih berganti tapi saya masih betah berdiam di sana sambil menghirup udara segar ala pemain drakor itu haha. Kadang muncul rintik kecil, tapi selama terasa tak begitu mengganggu, saya tetap betah berada di sana.

Sampai jumpa lagi, Udaipur!

Terdapat resto tepi danau dan juga boat yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk berkeliling danau. Jangan tanya saya berapa tarifnya haha. Jelas gak akan cocok dengan budget jalan ala saya. Yalah, semoga lain waktu bisa balik lagi ke sini bareng istri, kan? biar bisa praktikkan gaya honeymoon-nya Raisa dan Hamish. Syukur-syukur bisa nginep di Oberoi Udaivilas Hotel juga kayak mereka haha amin.

68 komentar di “Terkenang Raisa dan Mendadak Pikun di City Palace of Udaipur

  1. MashaAllah cantek nian City Palace nyo. Apolagi ado di tempat yang lumayan tinggi yo. Jadi pacak jingok sekitar dengan lebih lapang. Ukiran-ukiran jendela dan sudut bangunannyo juga berkelas. Dak heran kalo tempat ini jadi favorit para pejalan. Semogalah suatu saat pacak sampe ke sini.

  2. cuacanya emang krn hujan aja atau sehari2 lebih sejuk , liatnya adem gitu, btw kalau keturunan raja terakhir , mereka tuh punya marga ningratnya gitu ga, semacam kl di jawa keturunan raja kan ada raden2 nya gitu, atau ada nama family khusus, kayak artis2 bolywood, kha, kapoor. ngebayangin panjang istana 200 meteran..terus ngejar anak lari2an gempor juga ya**duh ga bakat jd ningrat**

  3. Aku seneng loh liat pose si org lokal yg megang guci hahahahah. Ditambah pake pakaian khas ya, jd bener2 menghayati fotonya :D. Pas.

    Duuh Raisa, dia mah foto depan bangunan roboh juga pasti cakep2 aja yaa :D. Apalagi depan bangunan cakep begini.

    Aku kok penasaran Ama bagian istana yg dijadiin hotel :D. Kayaknya pgn nyobain nginep situ juga deh.

    Taj hotel nya di tengah danau gitu :o. Duuh, pantesan teroris di Mumbai LBH milih Taj Mumbai utk diserang, susah yg Taj Udaipur hotel ini , harus pake kapal bolak baliknya :D. Tapi bucketlist ku ttp kepengin rasain stay di Taj Mumbay yg pernah diserang teroris mas 😀

    • Haha iya, kalau teroris pilih yang Taj Udaipur kayaknya ribet. Di sisi lain Mumbai memang lebih terkenal di dunia ketimbang Udaipur. Pusat perfilman bollywood ada di sana soalnya.

  4. Terus akhirnya jadi ga sewa baju tradisionalnya? Ga nyesel mas? Kalau aku bs nyesel deh haha

    Seru juga pengalaman travellingnya nih. Aku kapan ya haha

  5. qiqiqiqiqi, ini kalau yang difoto browsing, terus nemu fotonya dia di sini, kayaknya bakalan sumringah 😀
    Btw saya 3 kali istigfar baca kamar hotel mewah itu dong, serem amat sih buat dompet saya hahahaha

    • Hahaha mudah-mudahan ya mereka bisa kesasar di tulisan ini. Syukur-syukur ikutan komen hwhw. Iya itu hotel luar biasa harganya. Rakyat jelata minder.

  6. Fotonya pakai apa nih, Kak? Bagus hasilnya. Aku penasaran sama tempat ini. Enggak tahu nama tapi sering lihat di film India. Baca tulisannya, jadi tahu deh. Bagus emang ya, bangunannya tampak klasik.

  7. Ya ampyuunn, Raisa dan Hamish emang cucok meong foto2 di mari yes.
    Begitu di-explore, megah bangeett ini ternyataaaa
    Banyak peninggalan yg juga bikin excited lihatnya!

  8. Wih, keren banget bisa jalan-jalan sampe ke India. Kalo saya paling banter baru nyampe Mesjid India yang di KL hehehe. Menarik juga ya City Palace, bangunan bersejarah pastinya menjadi objek wisata yang edukatif selain untuk refreshing.

  9. Bagus banget City Palace of Udaipur. Mewah dan kokoh. Lewat cerita dan foto-foto di sini aja udah berasa ikut jalan-jalan ke sana. Kalau ke sana beneran harus sama suami nih ya biar nggak mupeng liat pasangan yang asik foto-fotoan mesra di sana hahaha.

  10. Masya Allah keren sekaliiii, tulisannya panjang dan saya baca sampai habis. Foto-fotonya juga kece.

    Masuk wishlist nih semoga suatu saat jg bisa ke sana

  11. Wah seru banget loh ini nyimak artikelnya serasa jalan-jalan ke Udaipur juga, mupeng pengen foto kaya Raisa juga deh jadinya hahahha

  12. Hihi… aku senyam-senyum baca beberapa kali Om Nduut baper ke Udaipur inget honeymoonnya Hamish n Raisa yak. Trus itu sayang banget catatan pengeluaran bs hilang ya. Tuuh gegara kelamaan bapernya kali… hehe. Nice share ya Om

    • Iya, dibandingkan Jaipur, Udaipur nggak begitu banyak wisatawan. Soal kenapa lebih mahal, nggak paham juga. Apa karena kesannya jadi tempat wisata eksklusif ya? hehe.

  13. Artistik ya bangunan bagian luarnya. Sebagian spot mirip dengan museum nasional yang di Jakarta. Tempat ngelamunnya kurang meja itu, buat naro cemilan 😂

  14. Bangunan tahun 1600 an kokoh banget ya, masuk ke istana pake lorong panjang segala tapi indahnya luar biasa. Oooh jadi di City Palace ini toh Raisa dan Hamish seseruannya? Btw itu lorongnya sepintas jadi teringat di Lawang Sewu hahahah ketauan mainnya belum jauh wkwkwk 😀

  15. Kok napak tilasnya ke area napak tilasi honeymoonnya Raisa-Hamish sik Omndut? Napak tilas ke area sendiri dengan pasangan kapan? wkwkwkwk

    Btw, Chaya demen neh yang beginian2. Mengunjungi tempat2 unik yang ada nilai sejarahnya. Seharian pun aku tahan sik. Duduk bengong di pinggir danau juga kaya OmNdut oke aku mah. Bisa tercipta puisi di situ kali ntar. hahaa

    Ya masuk akal sik om ini Udaipur agak mehong dibanding kota wisata lain di India, City Palacenya ini warbiyasak banget. Eh tapi itu hotel yang ngapung di atas air harganya bisa buat kita istigfar? to be honest nggak tertarik ah nginep di situ. Ribet kemana-mana ya kan? Masa mau minum chai dekat danau, harus calling kapal dulu? Ah ribet…hahahah

    Chaya bantu doa supaya Om Ndut ntar bisa balik ke sini lagi barenga pasangan ya.. amin.

    • Hahaha dulu sampe uber Anuskha Sharma eh ujung-ujungnya aku ditinggal kawin juga huhuhuhu LOL.

      Iya, ribet kalau mau ke mana-mana. Makanya Hamish dan Raisa kayaknya gak pilih nginep di situ wkwkwkw. Kalau udah di dalam malas keluar lol.

      Amiiin makasih doanya.

  16. Kalau gak ada Covid, aku mungkin sudah bisa nulis juga pengelaman longok-long City Palace, tempat hoanyemoon Raisa dan Hamish ini. Karena belum ya, sangat terhibur baca tulisannya Yayan. Setidaknya nanti akan saya ingetin jangan sampai lupa difoto di gerbang besar, tempat Raisa juga di foto hahahaha…

    Sungguh seperti ikut menelisik istana ini bersama tulisan Yayan..

  17. Jadi pada saat Kerajaan Mewar bergabung dengan India, lara Maharanas ini melihat potensi cuan ya? Lalu apa benar hotel di istana ini dikelola oleh keturunan Maharana Udai Singh II?

    Itu Taj Lake Palace niat banget sih bangun hotelnya. Apa nggak ada pasang surut di danau itu yang bisa bikin Taj Lake Palace terendam ya?

    • Iya benar, jadi hotelnya dikelola oleh keturunannya. Nah soal hotel tengah danau, nggak paham juga. Jangan-jangan mereka ada pengaturan jadi aman dari banjir. Sama kayak Pulau Kemaro di Palembang yang walaupun air sungai Musi pasang tetap kering hehehe.

  18. Kira-kira kalo aku kesitu, berapa foto OTTD yang aku posting di instagram yaa bang? Rasanya pengen foto disemua sudut gitu soalnya view bangunanyaa kece yaah hehe. Btw, kok banyak warga lokal yang mau pakai baju daerah gitu yah? Wismannya nggak ada yang tertarik gitu bang? hehe

  19. Belum sampai ke Udaipur. Kepengen juga, apalagi nginep di istana yang deket Danau.. Kebayang foto2 melulu berbagai adegan buat stock foto 2 tahun hahaha. Semoga lekas berjumpa Raisa-nya Mas Yayan ya, biar segera diboyong hanimun ke Udaipur.

  20. Istananya bagus, megah dan masih terawat ya. Agak kaget untuk bagian cobeknya, hehe.. Bentuknya mirip seperti punya nenek moyang kita. Apakah asal cobek Indonesia itu dari India atau sebaliknya?

  21. omaigoddd cakepp viewnya kalau dari atas
    suka sama detail bangunan lawas yang terlihat “mewah” begitu.
    sampe sekarang masih berdiri kokoh dan bener bener dijaga sama pemerintahannya

Tinggalkan Balasan ke Alfa Kurnia Batalkan balasan