“Mas maaf air minum dan tasnya harus dititipkan,” ujar seorang petugas sembari mendekatiku.
“Wah, museumnya lumayan ketat, nih!” batinku.
Sebelum ke museum Bank Indonesia ini aku juga mendatangi museum Bank Mandiri yang berada di sebelahnya. Di museum Bank Mandiri nggak pake acara titip tas segala, sih. Tapi ya udahlah, namanya juga peraturan kan dibuat demi kenyamanan bersama. Memang seharusnya begitu sih. Jadi nggak ada ceritantya museum bakalan ketumpahan air minum, cuko pempek atau kuah siomay –bang ini museum bukan restoran –oke sip.
“Silakan beli tiketnya di loket sebelah sana.” Bapak petugas kembali memberikan pengarahan.
Nah berbeda lagi nih. Kalau di museum Bank Mandiri gratis, di sini pengunjung harus bayar. Yang bikin seneng itu tiketnya nggak mahal. Malah bisa dibilang murah banget. Rp.5.000 aja. Tiketnya juga baguuus. Dicetak khusus dan sangat laik dikoleksi (bagi yang demen ngumpulin potongan tiket). Tanpa berlama-lama, aku dan Wulan (Wulan siapa? Baca dong postingan tentang Museum Bank Mandiri hehe) langsung masuk ke dalam.
Espektasiku terhadap museum ini sudah tinggi sejak awal. Gimana nggak, tampilan museum ini kece banget! Dari luar gedungnya terlihat sangat megah. Aku jadi ingat kunjungan ke Ananta Samakhom Throne Hall di Bangkok 2 tahun lalu (kalau mau baca ceki-ceki di bagian Thailand ya). Hampir sama gagahnya. Sekali lagi, sama halnya dengan museum Bank Mandiri, museum Bank Indonesia ini juga menempati bangunan tua yang dulunya bernama De Javasche Bank (DJB). Nggak tanggung-tanggung, usianya kini sudah menginjak 187 tahun jika dihitung saat pertama kali didirikan pada tahun 1828. Keren!
Oh ya, karena banyak sekali benda yang dipajang dan bernilai sejarah, demi mendapatkan informasi yang lengkap, pengunjung dapat menyewa semacam alat yang digunakan untuk menerangkan benda-benda yang ada di dalam museum ini. Menurutku, bisa jadi ada guide khusus yang disiapkan pengelola museum jika ada rombongan. Namun saat itu aku tidak melihatnya.
Begitu masuk, kami langsung masuk ke dalam sebuah terowongan. Nah, terowongan inilah yang dulu pernah aku lihat di TV. Ada koin-koin dalam bentuk sinar laser melayang di dinding dan seingatku koin ini dapat “disentuh”. Untuk lebih lengkapnya coba lihat video di bagian bawah ya. Sebagai catatan, keadaan museum Bank Indonesia ini jauh lebih keren ketimbang yang ada di video 🙂
Terus bergerak melewati lorong-lorong yang temaram, pengunjung akan menemukan banyak sekali diorama yang mengisahkan tentang kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir sama dengan yang di museum Bank Mandiri, namun di sini penataannya jauuuh lebih baik terlebih tata cahaya, tata letak, tata suara menyatu jadi satu sehingga sangat memanjakan panca indra pengunjungnya! Kereeen banget!
Semakin dalam, dioramanya semakin beragam. Ada patung-patung yang memperlihatkan gimana zaman dulu orang-orang yang menempati gedung ini. Terutama orang-orang kausian yang memakai pakaian khas benua biru. Wah kalau secakep gini, museum Madame Tussaud kayaknya bakal ada saingan nih 🙂
Berbagai macam infomasi disajikan di museum ini. Ada yang berupa tulisan di dinding, namun seingatku masing-masing area dilengkapi televise yang menampilkan gambar dan menerangkan mengenai daerah tersebut dengan suara. Misalnya saja bagian yang menjelasi zaman Hindia Belanda ini. Uniknya, di lantai, ada ruang kaca tempat penyimpanan pakaian tentara Belanda. Berbagai macam warna dan bentuk ditampilkan di sini.
Semakin ke dalam, kita akan diajak semakin mengenal sejarah Indonesia. Dari pergerakan masa-masa penjajahan hingga masa pembangunan. Oh ya ampun, sungguh ini museum yang keren banget! Ntah berapa kali aku berujar, “asli ini museum jempolan!” kepada Wulan. Wulan yang juga baru pertama kali ke sini juga sepakat bahwa museum Bank Indonesia ini highly recommended to visit!
Semakin dalam, pengunjung terus dimanjakan dengan tatanan benda-benda koleksi yang sarat informasi. Terutama yang berkaitan dengan Bank Indonesia dan juga sejarah penggunaan mata uang dari zaman dulu hingga sekarang. Misalnya ditunjukan dengan metamorphosis logo Bank Indonesia ini.
Beberapa kekayaan budaya nasional juga dipamerkan di museum BI ini. Misalnya saja batik beraneka corak ini. Bagi pengunjung yang berasal dari negara lain, melihat patung yang menggambarkan kebudayaan Indonesia ini pasti menarik sekali. Terlihat si ibu seolah-olah sedang meniup canting dan mulai membatik. Kece ya!
“Yan, itu ruangan apa?” tanya Wulan.
“Wah kayak tumpukan emas gitu ya?” tanyaku balik.
Hola! Benar saja, ada satu ruangan yang diisi oleh tumpukan emas.
“Ini asli nggak sih, Yan?”
“Ah kayaknya ini palsu ya. Masa iya sih emasnya sebanyak gini,” jawabku sok yakin.
Ternyata ya, itu betul emas asli! Wow, aku langsung takjub sekejap dan melongo ganteng. Hal ini aku dan Wulan ketahui saat bertemu mbak Tintin selepas kunjungan ke museum. “Lha emang kalian gak diterangin sama guidenya? Itu emas asli loh,” ujar mbak Tintin meyakinkan. Oalah, pantes ya banyak banget kamera CCTV di ruangan itu. Pintunya pun tebel banget kayak pintu kluis di museum Bank Mandiri.
Walaupun awalnya nggak ngeh ini beneran emas, hasrat narsisku tak bisa kubendung lagi takkala melihat cermin yang tersusun rapi di sekeliling ruangan. Hahaha. Kapan lagi kan bisa selfie pake kamera. Maklum, aku gak punya hape canggih buat selfie, euy! Eh ya, harusnya sih dilarang duduk ya di ruangan ini. Berhubung pengunjungnya kami saja, jadi lumayan puaslah selfienya hehe.
Nah, ada juga satu kotak kaca dimana pengungjung dapat memasukkan tangan dan menyentuh langsung contoh emas yang disimpan di ruangan tersebut. Masing-masing batangan beratnya 13,5 kg loh! –Bang, bagi satu nape bang!. Aku sempat coba pegang pakai satu tangan dan wuiiiih, hampir jatuh emas imitasinya haha. Butuh 2 tangan kayak gini agar emasnya dapat dipegang dengan mantap.
Puas foto-foto, kami lanjut jalan ke ruangan selanjutnya. Nah, lagi-lagi aku dibuat takjub sama museum ini. Di ruangan ini, dipajang uang Indonesia jadoel dari tahun awal-awal alat tukar masih beruba biji emas hingga berbentuk uang seperti sekarang. Salah satunya, aku baru tahu kalau sempat di masa lalu, uang rupiah itu bisa digunting menjadi dua bagian dan masing-masing bagian dapat digunakan sebagai alat tukar. Tepatnya pada tahun 1950 dan disebut kebijakan itu disebut sebagai “Gunting Sjafruddin”. Kebijakannya seperti apa? Cari tahu sendiri di museum Bank Indonesia 🙂 (atau silakan tanya mbak gugel).
Di sini juga tersimpan mata uang asing dari puluhan (atau bahkan ratusan ya?) negara! Uang-uang itu disimpan dalam rak kaca berbentuk lemari. Untuk melihatnya, pengunjung cukup menggeserkan lemari tersebut. Bener-bener keren!
Hampir sebagian besar ruangan di museum ini hanya dihiasi cahaya temaram. Nggak apa-apa sih, malah menurutku keren. Hanya, untuk di ruang ini menurutku cahayanya bisa ditambah sedikit biar bisa lebih terlihat stunning ruangannya.
Tak terasa perjalanan di lorong museum BI hampir berakhir. Ada beberapa lagi ruangan di BI ini yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Museum ini luas euy! Jadi menurutku siapkan waktu minimal 2 sd 3 jam agar puas melihat satu persatu koleksinya. Nah, sebelum pulang, kami melewati ruangan direksi yang berisi meja kayu berukuran besar.
Mendekati pintu keluar, kami sempat melewati bagian dalam taman yang ada di museum ini. Taman di museum BI ini jauh lebih bersih, apik dan terawat ketimbang di museum BI. Kesimpulannya, aku sangat enjoy menjelajahi museum ini walaupun dengan waktu yang terbatas. Untuk mengakhiri tulisan ini, dengan pasti aku katakana bahwa inilah museum di Indonesia terbaik yang sejauh ini pernah aku datangi.
- Museum Bank Indonesia
- Jl. Pintu Besar Utara No. 3
Jakarta Barat – Indonesia
Telp. 62-21-2600158
Fax.62-21-2601730
Email: museum@bi.go.id - FB : Museum Bank Indonesia
- Twitter : @MuseumBI
- Buka setiap hari kecuali hari Senin dari pukul 08:00 s.d 15:30 (weekend), 15:00 (Weekday)
Keknya emang lbh modern dibanding Museum B Mandiri sih yah…
Iya mbak karena mereka lebih banyak pakai teknologi 🙂 walau gitu aku tetap suka kedua museum itu. Sama-sama asyik 🙂
Sip banget, yah… Kupikir museum bank isinya gak bakal jauh dari duti. Ternyata banyak koleksi benda bersejarahnya pula. Informatif lagi.
Aku juga awalnya mikir gitu 🙂 kukira bakalan jadi museum uang yang kasih lihat sejarah uang. Memang ada sih, cuma aspek-aspek lainnya lebih keren. 😉
Emasnyaaa… emasnyaaaa…. :O
ee MAS-nya? aku? duh jadi serba salah kalau dikagumin kayak gini :v :v :v :v
Hahahaha 😀
Waow semoga one day aku bs ksini juga. Aku ga keberatan menjelajahi museum selama 2 jam. Apalagi bayarnya cm 5rebu
Sempat membatin, kalau museum sekeren ini kudu bayar lebih mahal kayaknya aku masih ikhlas aja hahaha.
Bener buanget. 25-30rb masih worth it ya gak? Apalagi klo nikmatinnya butuh 2-3jam. Msh lbh murah drpd nonton bioskop 🙂
Iya betul banget mbak 🙂 tapi harga segitu sudah okelah, biar makin banyak yang datang dan nggak berat dengan biaya masuknya.
Betul betul.
om, ada yang typo? “Taman di museum BI ini jauh lebih bersih, apik dan terawat ketimbang di museum BI.”
yes, makasih om share-nya. Aku jadi masukin museum BI ini ke list kunjungan suatu saat nanti, mumpung masih tinggal di bogor. Btw, kalo munas (museum nasional) juga dalam tahap pembangunan dan bberapa ruangnya udah ada yang mirip-mirip mall, keliatan modern gitu.
Sebenernya mau ke Museum Nasional juga kemarin itu, tapi nggak sempet.
Makasih koreksinya, akan aku perbaiki 🙂
Waaaaah kereeeen. Jadi ga sabar mau kesini bawa krucils
Makasih banyak ya sharingnya kumplit jelas informatif dan sebelum deadline hahahaha *ponten 100
Ntar dibikin ulasan tandingan di blognya mbak Rizqa yaaaa 🙂 biar makin banyak orang tahu mengenai museum ini.
Emasnyaaaaa… Satu batang aja udah bisa itu buat ngelamar anak gadis orang di Aceh. Hahahaha… Btw, Omnduut udah ga nduut lagi! Selamat! 😀
Ya, melamar gadis aceh sangat berat ya 🙂 *jadi inget postingan mas Yudi Randa*
Itu dalam proses penggendutan padahal Cit haha
Wah iya nih, kayaknya museum satu ini keren banget. Waktu berkunjung ke Anantha Samakom Throne Hall saya juga kepikiran bahwa museum di Indonesia harus punya alat guide seperti mereka. Dan ternyata museum ini salah satunya ya? Kereeen … Meskipun kesannya agak ekletik koleksinya, tapi terasa banget kalau penataannya sangat professional dan jauh lebih baik.
Thanks udah berbagi infonya ya. Kayaknya aku harus luangin waktu juga untuk berkunjung kemari.
Museum ini sudah meraih banyaaak sekali penghargaan mas. Ada ruangan khusus yang memajang tropi ataupun piagam penghargaan. Keren deh 🙂
Noted. Jadi maluuu, kok bisa-bisanya aku malah kurang info tentang museum satu ini.
Gapapa yang penting sekarang udah tahu 🙂
yampun yaaaan, aku lho belum pernah ke sini. Kebangetan yaaah 😀
Haha Jakarta itu luaas dan banyak banget yang bisa didatangi jadi wajarlaah 🙂
Dan sukses banget kalo aku blm perna kesini meskipun dulu sering lewat hahaha
Dih om cumi telah memPHP museumnya. Sering dilewati tapi nggak dilirik hehe
Seandainya itu kebijakan Gunting Sjarifuddin masih berlaku pasti kita ga bakal bokek pas tanggal tua 😆
Yeee gimana mo ngerekomen museum di Bali wong dateng aja ga pernah 😀 ada sih satu yg sepertinya aku tertarik tp blm sempat datang. Btw kapan ke Jakarta, Oom? Masih disana?
Hahahaha mau banget Ge duit digunting dan bisa dipake semua 😀
Beberapa minggu lalu ada tuh tayangan museum di Kick Andy. Di Jatim, museum tentang alat tubuh manusia, kereeeen banget. Maulah ke sana nanti 🙂
pengen sih ngajak anak anak ke museum. tapi akunya yang suka serem sendiri. soalnya seringnya museum itu cahayanya kurang terang. coba dibikin terang benderang dan ada lampu diskonya.
Bener, museum ini pun pencahayaannya redup. Tapi nggak seserem museum mandiri sih 😀
one of my favorite 🙂 permah ngga sengaja kesini karena anak lagi workshop di museum bank mandirinya. tapi abis dia workshop ke sini lagi. bersih!! i like. satu lagi Museum Polri di blok M sayangnya sekaranf weekend malah ngga buka ! kalo ke Bandung museum geologi dan KAA bisa jadi pilihan. anak anakku juga suka kesana
Dulu ke Bandung gak sempet jelajah museumnya mbak. Next time insyaAllah
Bangunannya megah banget yah…
Iya 🙂
Om, seriusan ini di Indonesia? Dari vidionya sih Indonesia ya hehehe
Btw, kok keren banget ya museum, baru tau nih gegara om nduut ngepostnya museum mulu, jadi tau kalau ternyata museum udah bertransformasi ya hehehe
Itu emasnya colong om colong masukin tas, bikin silau aja hehehe
[late reply] *sungkem ke Bayu*
Iya Bay, ini adanya di Jakarta. Kalo berkesempatan ke Jakarta coba ke sana Bay. Baguuuuus banget. Museum paling kece yang aku datangi sejauh ini nih!
Ping balik: Sekejap Mata di Kota Tua : Merinding Disko di Fatahillah |
Ih, keren banget ya. Keliatan bersih dan terawat museum nya…
Aku juga baca tadi dari FB nya Bank Indonesia tentang museumnya, katanya ada segala macam sejarah BI, tugas, fungsi, kebijakan-kebijakan, mata uang, dan lain-lainnya ada di ini museum.
Duh jadi pengen ke sana deh hehe
Sejauh ini, museum BI masih menjadi museum terbaik yang pernah aku datangi 🙂 memang cakeeeep banget ^^
Makasih sudah mampirrr
Terakhir ke sini beberapa tahun lalu 😀 Edukatif dan bikin seneng ya kalo ke museum 🙂
Betuuul 🙂 apalagi museumnya sekece ini. :))
Jadi kepengen kesana juga mas, gegara baca tulisan ini. Dulu pernah tapi pas masih kecil..
Wah coba datang lagi, pasti udah banyak banget perubahannya sejak terakhir didatangi.