
Source image: etihad.com
Dalam urusan perjalanan, saya sih masih berada di tahap, “naik apa aja hayuklah yang penting bisa pelesiran!” Hahaha. Yalah, duit terbatas kok mau pilih-pilih maskapainya kebangetan. Sebagai duta AirAsia –ngaku-ngaku saking seringnya terbang dan berjasanya maskapai ini di hidup saya, ya saya sudah cukup bahagia bisa terbang bersamanya. Tahu dong kalau AirAsia itu low cost airlines? So, saya sudah terbiasa dengan berbagai macam keterbatasan yang ada saat terbang dengan maspakai seperti itu.
Terbatas jumlah bawaan misalnya, saya udah jago mengatasi. Terbatas di udara makan angin doang (jika gak beli makanan), juga biasa. Pun saat dengkul yang menopang kaki jenjang ini harus beradu dengan bagian belakang kursi penumpang di depan, aku rapopo, neng –menetes air mata hahaha.
Makanya, saat berkesempatan memenangkan tiket penerbangan Etihad Airways, ya saya jumpalitan senangnya. Secara, pesawatnya full service dan saya akan terbang ke London pula! Nah, bagaimana pengalaman saya terbang bersama Etihad Airways? Simak terus, ya! Oh ya, sebagai informasi, pengalaman terbang bersama Etihad ini dilakukan pada bulan Oktober 2 tahun lalu. “Hah, kenapa baru dituliskan sekarang?” akan saya informasikan di bagian akhir hehe.
Jakarta Menuju London: Gagal Berlagak Sultan
Di tiket elektronik, saya diinformasikan akan terbang pada tanggal 3 Oktober 2018 sekitar pukul 00:40. Yup, artinya lepas dini hari. Berbekal pengalaman beberapa teman yang kecele soal tanggal keberangkatan ini, saya sampai mewanti-wanti diri sendiri jangan sampai melakukan kesalahan yang sama. Ya, beberapa teman (bahkan ada yang saya kenal baik), pernah ketinggalan pesawat karena mengira dia baru akan terbang pada keesokan harinya.
Padahal, kayak tiket saya itu, artinya sejak tanggal 2 Oktober malam, saya sudah harus berada di bandara untuk melakukan proses check in. Untuk penerbangan internasional, konter biasanya sudah dibuka 2 jam sebelum keberangkatan. Alhamdulillah, penerbangan sore dari Palembang ke Jakarta lancar sehingga saya tidak terlalu was-was mengejar pesawat lanjutan ke London ini.
Oh ya, jauh sebelum berangkat, saya sengaja mendaftarkan keanggotaan melalui situs resmi Etihad. Menurut informasi dari Bijo, dulu poin yang didapat pasca terbang bisa ditukarkan dengan sebuah tas keren. Wah lumayan, ya! Kartu keanggotan punya saya tiba beberapa minggu sebelum berangkat. Anehnya, kartu keanggotaan punya adik sampai sekarang tak kunjung tiba, padahal saya yang mendaftarkan punya dia. Aneh.

Suasana di dalam pesawat kelas ekonomi. Kurang lebih begini ya geng. Souce image: runwaygirlnetwork.com
Sekitar pukul 10 malam, kami bergerak ke dalam menuju konter check in. Saya sudah melakukan web check in sebelumnya dan memilih kursi. Tapi, tetap saja lapor karena harus memasukkan bagasi ke perut pesawat.
Petugas yang membantu sangat ramah. Dan, cantik pula. Uhuk. Boarding pass cetakan printer di rumah diganti dengan yang baru. Proses check in sangat lancar. Jujur, saat itu saya ngarep diupgrade ke business class kayak dulu saat saya terbang menggunakan Silk Air. “Ish ngelunjak bener!” Yaelah, boleh dong ngarep. Soalnya sama-sama tiket gratisan dari sponsor hehe.
Sayangnya harapan saya itu tak jadi kenyataan haha. Ya sudah, gagal deh saya berlagak sultan di penerbangan ini. Walau begitu bisa terbang ke London aja udah seneng. Sebagai informasi, tiket penerbangan Jakarta-London PP di tanggal keberangkatan ini seharga 15 juta untuk return ticket. Lumayan, kan? berdua udah 30 juta aja tuh untuk berdua sama adik. Haaa makasih loh Etihad. Ketjoep.
Setelah proses check in beres (termasuk saat saya minta diinput nomor keanggotaan maskapainya ke mbak petugas), kami jalan ke ruang tunggu. Mendekati jam boarding penumpang semakin ramai. Kebanyakan rombongan umroh dan penumpang bertampang Timur Tengah. Maklum, penerbangan ini akan transit dulu ke Abu Dhabi.
Tak lama, saya dan seluruh penumpang memasuki pesawat dengan nomor penerbangan EY 0471 itu. Pesawat yang digunakan Airbus 330-200 JET. Lumayan besar dengan formasi tempat duduk 3-4-3. Saya duduk di agak belakang dekat sayap kanan. Sekilas pesawatnya nampak nyaman. Ya, standar pesawat full service-lah ya.

Dengkul kaki jenjang kayak saya aman gaes! Source image: businessinsider.com
Begitu duduk saya lega. Legroom-nya cukup luas. Minimal dengkul saya nggak harus tabrakan dengan kursi penumpang depan. Di kursi, saya lihat sudah tersedia selimut bersih. Sayangnya tidak ada penyanggah leher seperti yang saya lihat di google. Namun untungnya, kami berdua bawa bantal leher sendiri mengingat selama di Eropa akan banyak berpindah menggunakan bus.
Pesawat terbang dengan baik. Flight Attendant-nya biasa aja. Nggak ramah banget kayak pramugari Garuda misalnya, tapi juga nggak jutek. Saat itu, melalui selemparan pandangan mata, saya lihat lebih banyak FA bule ketimbang dari Timur Tengah atau dari Asia.
Perjalanan selama 8 jam 20 menit berlangsung aman. Sebagian besar saya habiskan dengan tidur secara itu juga penerbangan malam ya. Selama di perjalanan kami dikasih makan 2 kali. Sesaat setelah terbang dan beberapa jam sebelum mendarat di Abu Dhabi.

Bandara di Abu Dhabi. Gak ada yang spesial. Source image: businessinsider.com
Well, mengenai bandara Abu Dhabi-nya sendiri saya gak bisa cerita banyak. Hampir sama dengan bandara kebanyakan dan saya gak menemukan satu hal yang spesial banget selaiknya Changi di Singapura, misalnya. Yang seru itu, pesawat dari Abu Dhabi ke Londonnya diganti dengan yang lebih besar, yakni Airbus A380-800 yang memiliki deck atas. Ya, walaupun gak bisa naik ke sana, minimal lihat tangganya aja udah seneng hehehe.
Di sini, penumpang yang tadinya kebanyakan rombongan umroh dan orang berwajah Timur Tengah digantikan dengan ras penumpang yang jauh lebih beragam. Oh ya, pemeriksaan untuk naik ke pesawat sangat ketat. Penumpang harus melepas sepatu dan menjalani satu tes yang aneh. Ingatan saya soal ini samar, yang paling saya ingat dulu antrean menjadi lebih panjang karena pemeriksaan ini.
London Kembali Ke Jakarta: Ditolak Pramugari Etihad
Tepat saat berada di tube menuju Bandara Heatrow, kami mendapatkan kabar musibah dari rumah. Salah satu lini tempat usaha keluarga hancur diterjang bencana angin puting beliung. Di satu sisi ada perasaan sedih nggak berada di rumah saat itu terjadi. Di sisi lain, kami bersiap menuju pulang. Gak kebayang ya perasaan kami kalau musibah itu terjadi saat berangkat. Ibaratnya, orang di rumah lagi kesusahan eh kami lagi bersenang-senang.
Tiba di Heatrow, waktu masih panjang. Kami sempat beli makanan dan minuman di salah satu toko dekat stasiun tube-nya menggunakan uang receh sisa perjalanan. Lumayan, yang kesisa kemudian hanya uang kertasnya aja. Jadi nggak merasa mubazir gitu dengan sisa koin yang jelas gak akan terpakai di Indonesia.
Bandara Heatrow ini menurut saya biasa banget. Masih lebih menarik bandara Soetta di Jakarta. Hmm, mungkin bisa jadi karena saya tiba dan kembalinya di terminal 4. Mungkin terminal lain jauh lebih asyik bandaranya. Not sure.

Suasana konter check in satu bandara. Source image: businessinsider.com
Mendekati keberangkatan, saya dan beberapa penumpang antre menuju konter check in. Saat itu ada beberapa konter yang buka. Dan, saya kebagian konter no.6 kalau tidak salah. Petugasnya, perempuan muda dengan ras India. Saya dan adik maju bersamaan.
E-Ticket dan paspor saya berikan. Tak lama dia berkata, “put your daily bag here,” ujarnya sambil menunjuk alat timbangan.
Ari yang mendengar itu lantas menempatkan backpack-nya di sana. Seketika, petugas yang sejak awal tidak menunjukkan sapa dan senyum ini memberikan tatapan tajam dan berkata sinis, “oh this is your daily bag, huh?”
Sulit digambarkan berapa rude-nya ekspresi wajahnya saat itu. Terus terang, ngeliatnya nggak enak hati banget. Saya ambil ransel besar yang keburu berada di timbangan itu dan saya suruh Ari untuk meletakkan tas selempangnya di sana.
Ternyata, tas itu ditimbang untuk kemudian diberikan stiker. Ya, mungkin karena beratnya di bawah 7 kg jadi masih bisa dimasukkan ke kabin. Tak lama, tas ransel harian saya yang giliran ditimbang. Saya keburu sebal dengan petugas ini, namun masih ada beberapa hal yang saya butuhkan dari proses check in ini.
“Would you mind to give us window seat?” pinta saya sopan.
“No, it’s already full,” jawabnya cepat tanpa menatap mata saya. Oh benarkah satu pesawat kursi bagian pinggirnya udah habis? Hmm. Ya sudah, saya juga salah nggak web check in terlebih dahulu sama kayak pas waktu berangkat.
“Oh okay,” jawab saya. “Please input our membersihip number,” ujar saya lagi sambil memberikan kartu keanggotaan Etihad.
Dia menatap saya dengan dingin. Dan mengambil kartunya dengan malas-malasan. Saya nggak tahu salahnya di mana (apakah karena status tiket gratisan), mengenai miles penerbangan ini ujungnya antiklimaks, sih. Poinnya nggak masuk dan saat kemudian saya tanyakan, pihak Etihadnya nggak kasih jawaban yang pasti walaupun saya sudah kasih scan boarding pass segala via email. Intinya, saya gak akan bisa menukarkan poinnya dengan cinderamata apapun.
“Sekarang kalian ke konter no.12, serahkan bagasi kalian di sana,” ujarnya cepat, begitu saja, tanpa ada ucapan terima kasih. Saya bingung dengan petugas ini. Ntah ada masalah apa di rumah. Btw, saya pernah kerja sebagai frontliner yang melayani nasabah. Saya tahu ada kalanya lelah, capek, sedih dan bete. Tapi, no excuse, nasabah/pelanggan mana bisa dijadikan pelampiasan.
“Thank you for your hospitality,” jawab saya menekankan kata H-O-S-P-I-T-A-L-I-T-Y sambil berlalu. Diam-diam, saya mengingat nomor konter dan ciri-ciri fisik petugasnya. Buat apa? Ya buat dilaporin, lah. Saya langsung bikin laporan keluhan melalui situs resmi Etihadnya dan mendapatkan tanggapan beberapa hari kemudian berisi permohonan maaf.
Belum habis drama di konter sebelumnya, di konter 12 saya mendapati petugas lain yang tengah diamuki oleh calon penumpang. Saya nggak tahu masalahnya apa, yang jelas calon penumpang bertampang India ini mengamuk, melempar bawaan sambil mengancam, “ingat ya kamu! Akan saya laporkan kamu.”
Nah, apakah petugas konter no.6 ini abis kena sembur penumpang yang sama sehingga ke saya jadinya jutek? Ntahlah. Saya agak deg-degan berjumpa dengan petugas no.12. Bule pria yang jaga. Saya khawatir moodnya berantakan pasca kena bentak. Untungnya saya dapat memasukkan bagasi dengan aman tanpa harus menghadapi sikap yang kurang menyenangkan.
Keluar dari Inggris ternyata tanpa melewati imigrasi. Tapi, menuju gate penerbangan pemeriksaan lumayan ketat, sama kayak penerbangan dari Abu Dhabi ke London. Btw, saya kalau pelesiran hampir selalu bawa botol minum. Di cerita sebelumnya, botol minum pula yang menyelamatkan saya dari aksi pencopetan di Paris.
Saya mengkonsumsi air cukup banyak setiap hari. Saat sebelum masuk ke ruang tunggu, saya puas-puasin minum. Soalnya di ruang tunggu cairan semua harus dibuang dan pemeriksaan ketat. Ntah karena cuaca dingin sehingga tenggorokan terasa kering, begitu masuk pesawat saya sudah merasa haus. Padahal, makanan dan minuman biasanya baru dibagikan setelah pesawat stabil mengudara.
Pesawat berkode penerbangan EY 0020 dengan Airbus A380-800 ini nampak lengang. Yup kalian benar. Masih banyak kursi kosong di bagian jendela. Tapi sudahlah, untung bagian tengah dengan kursi 4 deret ini hanya dikuasai oleh kami berdua. Saya sudah mager untuk berpindah tempat.

Nggak nemu FA dengan senyum sesumringah ini hehe. Source image: paddleyourownkanoo.com
Troli makanan dijalankan beberapa saat kemudian. Dari segi rasa, makanan Etihad ini lumayan. Eh, saya mah soal makanan jarang komplain sih ya haha. Apa aja disantap, mumpung gratis. Yha! Saat itu saya dibantu seorang FA perempuan bule. Saat dia memberikan nampan berisi makanan dan menanyakan saya mau minum apa di gelas kosongnya, saya minta diisi jus.
Begitu dituang, jusnya langsung saya minum dan habiskan. Benar-benar haus saat itu. FA ini berada di row yang sama dan masih memegang jus kemasan saat saya meminta, “boleh saya minta lagi jusnya?”
Namun, betapa kagetnya saya saat dia menjawab dengan nada datar, “tidak bisa, nanti akan ada waktunya diberi minuman lagi.”
JLEB.
Saya itu minta minum tambahan loh, bukan minta dijadikan pacar. Tapi ternyata terasa sama menyakitkannya. Pedih dan haus jenderal! Saya nggak protes saat itu. Takutnya memang permintaan saya ini tidak diperkenankan. Ya sudah, masih ada air mineral SUPER MINI di nampan makanan. Kenapa saya begitu menekankan ukuran kemasan air mineralnya?

Yang sebelah kanan itu gelas yang bisa diisi jus. Nah itu air mineralnya mini banget, kan! Source image: businessinsider.com
Tahu kan dengan air mineral gelas yang suka dibagikan saat kondangan? Nah yang di pesawat ini ukurannya setengah dari itu! Huahuahua. Saya teringat cerita-cerita para pejalan di grup perjalanan yang menuliskan pengalamannya nambah minum berkali-kali bahkan mendapatkan camilan saat mengudara. “Hmm, mungkin itu bukan pesawat Etihad,” batin saya.
Oh ya, sebelum makanan dibagikan, ada pemandangan “seru” di penumpang beberapa baris di depan saya. Penumpangnya orang India. Sepertinya, mereka ini sengaja pesan makanan khusus sebelum berangkat. Mungkin makanan vegetarian. Nah, kalau permintaan khusus kayak gini (bagi yang Islam bisa pesan halal food misalnya jika maskapai lain, berhubung saya terbang di maskapai Timur Tengah, jelas halal) biasanya akan diberikan lebih dulu.
Saat teman-teman si bapak ini sudah mendapatkan jatah makanan, dia bertanya ke salah satu FA bule pria. “Mana makanan saya?” lalu apa yang terjadi?
Si bule berbalik arah dan berkata. “Nggak bisa sabar sedikit,ya?”
MUAHAHA. Kocak amat ini para FA di penerbangan saat itu.
Saya udah kebayang penumpang bakalan marah. Secara, masih banyak cara berkomunikasi lain yang lebih enak didengar. Misalnya saja, “baik ditunggu sebentar ya, Pak. Sebentar lagi akan saya bagikan.”
Iya toh!
Pengalaman saya terbang bersama Etihad jadinya nano-nano begini. Alasan saya menunda menuliskan pengalaman ini ya jadi tergambarkan, ya? Selain itu, saya tidak ada satupun dokumentasi penerbangan bersama Etihad. Saat itu, saya suruh adik yang foto. Ironis, sampai di Palembang hapenya jatuh di jalan dan hilanglah foto-fotonya.
Pengalaman ditolak nambah minum ini saya bagikan melalui instagram story kemarin. Ada satu respon yang cukup menohok bagi saya. Di saat saya meyakini bahwa permintaan tambah minum adalah satu yang wajar, salah satu netizen berpendapat bahwa wajar jika saya tidak diberikan minuman tambahan karena saya duduk di kelas ekonomi.
Saya terusik dengan respon itu dan langsung menanyakan pengalaman teman-teman lain melalui Facebook di status ini. Dan, ternyata semua bilang bahwa seharusnya tidak masalah minta minuman tambahan. Apalagi saat itu kondisinya FA masih berada di samping saya dan dia tinggal menuangkan satu kali lagi saja jusnya ke dalam gelas.

Walau gitu, nggak kapok kok terbang bareng Etihad. Souce image: Cnbc.com
Ada puluhan teman yang berbagi pengalaman. Ada puluhan nama maskapai juga yang disebut. Sebagian besar bahkan bercerita, “jangankan jus, kopi atau teh. Mau minta wine atau bir juga bisa. Dan, kadang pas minta minuman dikasih camilan.”
Nampaknya saya lagi kurang beruntung saja saat itu. Berdasarkan pengalaman Mbak Peny Pujiati di penerbangan Abu Dhabi ke Milan menggunakan Etihad saat kondisi kurang fit, pramugari bernama Michelle bahkan berkata, “you can ask me anything to make you feel better.” Beberapa teman lain kayak Mbak Theresia Ann, Russell Siregar, Dhian Widyanur atau Flora Febriyanti yang pernah terbang bersama Etihad pun pernah minta tambahan minuman dan diberikan oleh FA-nya.
Jadi, sekali lagi, minta minuman itu bukan hanya hak ekslusifnya penumpang kelas bisnis ya. Jika kalian kelak berada di posisi saya, maka sampaikan saja argumen lebih lanjut. “Tolong dong tambah lagi, saya haus banget.”
Mungkin akan dijutekin, tapi paling nggak bisa dikasih minumnya. Atau, bisa juga minta bantuan FA lain untuk itu. Yang terpenting, selalu minta dengan sopan, ya! Saya sih berprinsip memperlakukan orang sebagaimana saya ingin diperlakukan. Makanya, saat saya sudah bicara dengan baik dan sopan tapi dikasih sikap kasar kayak petugas konter, maka saya gak bisa terima. Dan, melaporkan langsung ke manajemen adalah jalan-ninja-saya hehehe.
Kapok nggak terbang dengan Etihad? Mana mungkin! Walaupun pengalaman terbangnya nggak semulus buah apel, tapi ya saya gak nolak jika nanti ada kesempatan terbang lagi. Rute Etihad ini lumayan banyak dan harganya bersaing. Jika nanti berencana traveling dan Etihad kasih harga bagus, maka saya akan pilih. Namun, jika dibandingkan maskapai lain harganya hampir sama, demi sebuah new experience maka saya akan pilih penerbangan lain. Lumayan kan kalau terbang naik Emirates transit di Dubai, Oman Air transit di Oman atau Qatar transit di Doha.
Doakan saya bisa icip lebih banyak maskapai kelas dunia lainnya, ya!
NOTE: Berdasarkan informasi Mbak Puspita Lie, Etihad sempat berada di posisi semi full service seperti beberapa maskapai lain. Iya mereka akan tetap kasih makanan dan minuman, tapi jumlahnya sesuai dengan apa yang diberikan dan nggak boleh tambah lagi. Mengenai ini, silakan dicek kembali dan dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih maskapai ini, ya!
Wahaha lagi apes aja kayaknya kamu mas waktu itu. Aku baru pernah naik Etihad waktu itu Jakarta – Abu Dhabi – Madinah PP. Alhamdulillah pelayanannya bagus, ramah, minta apa aja di pesawat dikasih 😀 Padahal aku duduk di kelas ekonomi. Setuju sih sama pendapat di atas, harusnya FA gak melarang penumpang kelas ekonomi minta tambahan minuman. Tega banget.
Kebetulan dapet FA yang gitu. Mungkin itu juga aku banyak dosa. Karma hahaha.
Kalo gw di tolak gini, hidup si pramugari ga akan nyaman selama penerbangan. Gw ganggu terus haha…
Hahaha aku gak kepikiran. Mestinya bolehlah lakuin itu. Kepalang tanggung sebel hwhw.
aku dulu juga pernah ditolak kak waktu naik Cathay…karena aku mintanya minuman yg hangat, entah mungkin waktu itu dia bawa minumannya yg dingin2 aja, atau gimana trus dibilang “oh kalo mau yang hangat nanti ya”. Trus agak lama sih dia baru balik bawa minuman yg hangatnya, mungkin nunggu selesai bagi2in makanan ke seluruh penjuru kabin ya, atau pas aku minta minumannya belum anget?! entahlah
Dipending berarti ini ya. Bisa jadi memang saat itu di trolinya emang gak ada air hangat. Tapi masih baik tetap dikasih walaupun harus nunggu dulu 🙂
Setelah baca, aku jd tau kronologinya gimana :D. Dan walo ga ngalamin lgs, kebayang sih kasarnya para staff yg di counter check in dan FA nya. Mungkin Krn kita pernah rasain serve nasabah ya mas, jd tau banget tingkah begitu ga bisa. Kalo memang sblmnya baru diomelin , ya ke belakang dulu nenangin pikiran dan perasaan. Jgn malah lampiasin k customer lain.
Ttg FA nya aku jg ga abis pikir. Beberapa kali aku pake maskapai bule, yg mana FA nya juga non Asia, tp ttp ramah. Memang ga seramah FA dari negara2 Asia, yg senyumnya LBH kliatan tulus, tapi setidaknya ga jutek juga kayak yg ditulis ini . Kamu LG sial aja berarti :D.
Tapi tapi terkadang yaaa, kalo udh denger pengalaman temen yg naik suatu maskapai dan ga puas, aku jd kebawa males juga naik maskapai yg sama hahahahha. Mending yg lain dulu :D.
Iya mbak, asli, karena pernah kerja di bidang service jadi tahu betapa kinerja profesional itu harus dijunjung. Bener, kalau emang lagi ada something, aku dulu juga biasanya tutup teller, ke belakang dulu, minum, cuci muka pokoknya kasih me time walau sekian menit. Berhasil!
Jadi kalau udah minta baik, sopan, trus dijutekin jadinya gimana gitu. Mengusik nurani hahaha.
terakhir naik qatar krn bawa toddler kali ya..malah dikasih air kemasan ukuran 1.5 liter sendiri, dan waktu fatih pengen ke toilet dianterin sama mbak2 pramugarinya ditungguin. terus penerbangan dr istanbul ke Doha krn posisi kursi paling depan dekat bisnis class, entah lah itu penumpang bisnis class apa keluarga emir qatar, anak ceweknya nyamperin fatih terus, jd pramugarinya ramah LOL…pas nyampe Doha sblm ganti pesawat, mereka turun langsung dijemput limousin dong…*akuhh iri…***blm nyoba etihad, so far sm qatar dpt pelayanan ok pulang pergi nya. malah kebanyakan dikasih air kemasan..udah 1.5 liter masih ditawarin minum terus.
Qatar salip-salipan dengan SQ sebagai maskapai terbaik, jadi no wonder kalau layanannya sedemikian maksimal. Haa, pengen naik Qatar.
Sepertinya mbak-mbaknya abis suntuk, om. Jadi masih kebawa pikiran kakakakaka. Kalo gak dapat pramugari yang tersenyum, bisa cari mbak-mbak penumpang yang tersenyum manis 😀
Hahaha bisa! bisa! ya juga ya, kenapa dulu gak kepikiran cari kenalan penumpang aja wakakak. Sayangnya di sekitarku kebanyakan orang India dan mereka dah pada menikah hwhw.
Syukurnya free ya bang, kalau bayar apa gak rugi banget ya.
Aku juga pernah naik Chatay pasifik dari medan direct to HK, minta ice cream tambah 1 lagi tapi gak bisa kata pramugarinya. tapi merek atetap senyum
Berarti stoknya emang terbatas. Ditolak sambil senyum gakpapa tentu hehehe.
pelayanannya kok kurang memuaskan gitu yaa.. yang paling parah sih petugas counter itu sih.. asli aku paling sebel sama org2 yg ngeselin gitu.. kalau aku berada di posisi digituin juga bakal melapor ke layanan pengaduan maskapainya.. tapi curiga juga sih, dia gitu ke semua orang atau ke beberapa ras aja ya?? takutnya malah kalau ke bule -misalnya- ternyata ramah.. kalau digituin sih asli lebih nyesek, sakit tapi tak berdarah 😀 ..
FAnya juga ngeselin sih, tapi kelakuan petugas counter itu tetep juara ngeselinnya wkwk.. semoga aku bisa merasakan juga naik Etihad, tapi dengan pengalaman yg lebih menyenangkan, aamiin..
Iya, bintang utama di tulisan ini si petugas konternya hahaha. Mendidih aku dibuat pas ngeliat tampang sengaknya. Dan, soal rasis bisa jadi. Jangan-jangan aku disangka orang Tiongkok (eh jadi rasis juga ini aku hahaha, soalnya orang Tiongkok dikenal gak suka diatur). Tapi mbaknya itu sudah defensif sejak awal, padahal aku udah nyapa sopan ke dia. >.<
Enaknya dapet tiket gratis,semoga ga bertemu lagi dengan orang jutek.
Iya alhamdulillah dapet rezeki 🙂
Berasa ikut naik pesawatnya Etihad dan dicuekin FA
Hiks, minta air minum aja ditolak
Tapi emang ya nulis tuh Jangan sedang marah, ditunda sampai kepala dingin
Betul bu. Nulis di saat emosi sudah redam beda biasanya 🙂
Enaknya dapat tiket gratis gitu Mas.
Tapi sayang pelayanannya kurang memuaskan. Kalo saya pasti ngedumel tuh dalam hati dan ngerasa kesal walau penerbangannya telah berakhir.
Hehe iya, walaupun tiketnya bayar pun kalau kebetulan dapet pramugari kayak gitu berarti lagi apes aja.
Aku pernah dapet FA Garuda yang jutek, mas. Jadi saat itu lagi waktunya refill minuman. Dia nanya mau diisi lagi nggak? Gue bilang mau. Terus dia bilang, “Apa? Saya nggak bisa hafal satu-satu.”
Urusan FA memang untung-untungan ya, tapi kamu bisa konsisten dapet yang ngeselin ini di Etihad hahaha. Paling ngeselin yang di meja check-in itu sih.
Aku setuju, sebagai petugas di bidang hospitality, sudah kewajiban untuk melayani pelanggan dengan keramahan. Kalaupun sempat keceplosan marah karena kebawa mood, menurutku customers akan appreciate banget kalau mereka segera minta maaf dan menurunkan nada suara.
Haha asyem, padahal tinggal dia tanya lagi aja, “mau tambah minuman apa, bapak?” gitu kan. Aku pernah juga ditumpahi minuman sama pramugarinya, mana lagi perjalanan dinas. Tapi dia minta maaf gak keenakan gitu hehehe.
Iya kan dia bisa nanya baik-baik. Singkat aja, “Apa, Pak?” cukup kok. Mana nada suara dan mukanya ketus.
Yup betul. Hoho, pas lagi bad day aja berarti nemu FA kayak gitu 😀
Jadi emang kurang beruntung saja ketemu FA yang “pelit” haha. Padahal kan masih berada di samping tinggal kasih saja. Tapi apapun itu jadi pengalaman tersendiri ya
Mungkin dia tahu aku blogger yang kekurangan bahan cerita hahaha.
Aku belum pernah naik Etihad, insyaALLAH nanti dah kalo pandemi dah hengkang 😀
Etapiii, seperti daku komen di FB Yayan, kalo naik SQ tuh mantab djiwa. Minta air minum, dikasi apel, coklat, snack, kacang dll 😀
Iya mbak, makanya makin penasaran bisa naik SQ. Dulu ngerasain anak-nya SQ (Silk Air) aja udah seneng hwhwhw.
Mungkin lagi kurang beruntung aja ya mas. Sampai pengalaman naik Etihad itu jadi nano nano. FA nya banyak yang lagi moody juga mungkin saat itu. Semoga next fly nya lebih menyenangkan ya.
Haha iya. Lagi gak hoki. Amin, mudah-mudahan next flight lebih menyenangkan 🙂
Apakah ada kesatuan pekerja Etihad 😬 ketika penerimaan tas dibagasi yang kurang ramah,pelayanan di pesawat… Atau memang saat itu bad daynya mereka? Hwhwhw….
Sayang bgt jadinya, ngaruh ke mood mana dapat musibah .. dan bisa ditulis ceritanya setelah 2 tahun, artinya benar2 membekas…
Semoga next ada rejekinya lagi ya om.. tp ga ngalamin kejadian begini lagi :))
Btw bagian ini sepertinya ada bagian yang kurang? “… Anehnya, punya adik sampai sekarang ((tak)) kunjung tiba, padahal saya yang mendaftarkan punya dia. Aneh.” Benarkah kurang di kata di dalam kurung?
Haha makasih umi atas koreksinya. Iya, kurang kata TAK 😀
Segera diperbaiki.
Halo Kak salam kenal 🙏. Sepertinya ini pertama kali saya berkunjung ke sini dan tulisannya enak dibaca dan ngalir gitu aja. Ngomong-ngomong aku belum pernah lho rasanya naik pesawat, kebalikan banget ya kita wkwkwkwk 🤣. Soalnya belum ada kesempatan atau alasan membuat saya terbang. Semoga nanti bisa terbang jalan-jalan juga kayak kakak. Amin
Hi Yeni, makasih sudah mampir 🙂 amin, semoga ada kesempatan nanti melakukan perjalanan yang lebih jauh yaa.
Seru ya, banyak kisahnya hehe
Aku malah bayangkan pas ada musibah itu
Soalnya aku pernah, tapi pas mau pergi, eh ada keluarga sakit, jd batal
Itu td, ga enak senanga2 disaat family kesusahan hehe
Iya bener, bakalan gak enak banget bepergian di saat keluarga tertimpa musibah.
ETIHAD beberapo kali masuk 5 besar dalam penilaian pelayanan. Dak nyangko kalo urusan tambahan air putih jadi masalah hahahaha. Mungkin lagi lagi PMS itu ye pramugarinyo hahahaha. Untuk gratis yo Yan. Mun bayar dewek, mintak dikikik’i nian itu hahahaha
Ndak heran sekarang terpental jauh yuk. 10 besar be dak masuk lagi hwhw.
AKu naik Emirates alhamdulillah ga ada penolakan, malah ditawarin minum berkali kali, padahal pesawat penuh, ekonomi boooo….
Semoga bisa naik Etihad juga, eh plus ke London heheheh.. btw aku terjebak di blog ini iiih… susah move on, pengalamannya keren keren!
Aku penasaran naik Etihad. Biasanya di 3 besar dia, saingan sama SQ dan Qatar. Jadi gak heran kalau pengalamannya menyenangkan 🙂
Haha, makasih mbak. Selamat berkeliling ^^
aku naik Emirates alhamdulillaah ditawarin minum berkali kali, dan ramah ramah juga
padahal kitanya yang “terintimidasi” liat perawakan para awak cabin hihihi
btw kren keren banget tulisannya aku dari tadi subuh baca satu satu
Wah makasih mbak udah mau baca hehe. Semoga tulisannya menghibur.
November karena pergi umroh bareng ibuk, jadi ngerasain naik Etihad ( karena yah gitu mikir service sih ~~ ) . Dan … ku kapok hahaha makanan kurang selera meskipun masih dilayani dengan ramah kala minta reffil minuman.
.
Tetap lebih nyaman Air Asia pas umroh sebelumnya. Nasi lemaknya juara dan FA nya suka ingatin kala masuk jam sholat. Yah kurangnya sih waktu itu nggak ada hiburan aja plus klo mo reffil minum bayar 😅. Alhamdulillah aja waktu itu di gate berapa gituh di KLIA 2 ada tempat penggisian air minum gituh/dispenser ( nggak tau apa istilahnya ) hehehe
Lebih tasty ya nasi Lemak Pak Naser itu. Apalagi sambelnya, beuh. Hahaha. Kalau trip lama ke daerah yang makannya gak enak, dan makan nasi lemak itu rasanya nampol banget 🙂
Eheee belum pernah nih naik Etihad, full service biasanya bagus ya…mungkis pas lagi apes dapat yang jutek kali ya om….Tapi gak bakalan kapok sih kalau disuruh naik full service lagi, apalagi tiketnya gratis ehehehe
Banget hahaha. Mau dijutekin gakpapalah asal bisa jalan-jalan gratis hwhw
Pengalaman yang menarik. Ini berapa kata? Aku bacanya gak kelewat 1 katapun sangking serunya. Ya, di mana pun tempat, kita akan menemui orang-orang yang jutek seperti ini. Kadang pelayanan gak sehangat yang kita harapkan juga terjadi. Bijaksana dan bersabar pas ngadepinnya.
2394 kata haha (barusan ngecek di mic word).
Iya harus bijaksana, kalau habis kesabaran, ya ajak gelud. Eh. Hahahaha
Ooohhh karena ini kemarin nanya-nanya di FB dan IG kak? Hahaha. Kayaknya pengalaman ditolak oleh FA etihad menusuk banget ya. 😂😂 Ini berlaku buat GA juga nggak ya kak kalau terbang domestik? 😂
Anyway as always seru banget euy ceritanya hahaha
Hwhwhw betul Bim. Secara full service airlines gitu.
waduh.. semangat ya kak, semoga jadi ga trauma dan masih menemukan kebahagiaan dimomen travelling selanjutnya 😀
Amin makasih ya. Gak trauma tentu. 🙂
Belum pernah naik Etihad sih, cuma aku juga belum pernah ditolak waktu minta minum tambahan. Yang ada aku nolakkin mereka, karena nawarin tambahan hahahahaha.
Eh tapi aku baru tau kalau Etihad dan beberapa maskapai sempat masuk ke kategori ‘semi full service’, sehingga mereka membatasi jumlah makanan dan minuman, terutama untuk kelas ekonomi. Mungkin alasannya penghematan. Cuma ya, sehemat-hemat yang harus dikeluarkan. Berapa sih harga jus buah, atau air mineral dll? Kalau makanan utama okelah. Tapi kalau minuman? Selama bukan wine yang mahal-mahal, harusnya sih gak bakal menguras biaya banget. Eh tapi ini pertanyaanku sebagai orang awam ya 😀
Kapan-kapan cobain Qatar Airways Yan. Sejauh yang pernah aku jalani sih cukup menyenangkan dan bandara di Doha nya bagus.
Qatar no.1 ya mas sekarang kalau gak salah. Ya salip-salipan dengan SQ dan Emirates. Penasaran banget sih naik Qatar dan pengen transit di Doha 🙂
Bener, kalau kata orang Palembang mah, “waya waya minum”
Alias sekadar minum gitu doang. Kalau minta wine nah barangkali.
Apalagi kalau minta wine nya sebotol buat dibawa pulang ya 😀
Pernah naik etihad dari jakarta-abudhabi-istanbul kelas ekonomi, FAnya ramah bgt pas ditawarin minuman trs minta hot tea tp malah dikasih hot coffee trs aku protes dikit kan wkwk eh lgsg diganti hot tea deh sampe minta maaf2 gitu diulang trs tiap lewat kursi aku🤣 trs waktu itu minta hot water jg padahal udah milih minuman yg lain eh tetep dilayanii hahaha
beruntung berarti. Kayaknya aku lagi sial aja saat itu hehe
saya juga pernah ditolak waktu naik GA rute Tokyo-Jakarta.
waktu itu udah berasa eneg-eneg mungkin masuk angin/ mabuk udara.
ada pramugari lewat abis anterin minuman ke penumpang lain, waktu saya bilang “boleh minta susu coklat ga?”. terus kata pramugarinya “sekarang gak bisa, nanti lagi”
Haha senasip. Sakitnya tuh di siniiii.
Dulu padahal aku minta air biasa aja. Gak dikasih juga.