Kayaknya baru kemarin saya cerita di sini tentang proses di balik layar hadirnya buku solo pertama saya yang berjudul “Jungkir Balik Dunia Bankir: Curhat Gokil Mantan Teller Bank”. Eh, nggak tahunya itu 3 tahun lalu haha, dan selama itu saya belum nulis buku lagi. Kalau kepikiran, sih, sejak awal buku itu terbit udah terbersit di benak, “mau nulis tentang perjalanan, ah!” Tapi, keinginan itu nggak juga dieksekusi.
Saya lupa, tapi kalau tidak salah sekitar bulan Juli atau Agustus 2019, editor kece saya sebelumnya –Ayun, kembali mengontak melalui pesan singkat. “Mau nulis tentang traveling, nggak? Udah jalan gratisan lumayan banyak, kan. Kayaknya seru jika dibukukan.”
Sebelum ini adalah si Pandah Hendra Fu yang lumayan sering ngomporin untuk mengangkat tema tulisan itu. “Coba bikin buku tentang perjalanan gratisan-nya. Pasti seru!” ujarnya dulu.
Saya sih enteng aja ngejawabnya, “boleh juga. Tapi ntar deh kalau udah bisa jalan-jalan gratisan ke lima benua. Mungkin judulnya akan jadi lebih mentereng!” hahaha.
Singkatnya, Ayun minta saya nulis buku dengan konsep yang sama. Saya lantas bikin outline atau semacam kerangka tulisan. Begitu dibikin, eh iya bener. Ternyata udah lumayan banyak. Saat kemudian proses penulisan, outline ini bahkan saya pangkas karena nggak cukup dengan persyaratan jumlah halaman. Saya bahkan sampai “ngemis” minta tambahin jumlah halamannya, coba hahaha.
Outline udah dibuat dan dikirimkan ke email redaktur. Sekitar semingguan kalau nggak salah, Ayun ngabari, “oke, sudah bisa mulai ditulis, ya. Deadline-nya 2 bulan dari sekarang,” ujar Ayun sambil mengarahkan hal-hal teknis lainnya.
Saya yang baca pesan itu seketika bengong.
Kaget “Dilamar” Diva Press Lagi
Beberapa waktu lalu, saya sempat lihat celotehan Vabyo di sosial media-nya. Intinya sih dia bilang bahwa masing-masing buku itu ada jalan rezekinya. Karya-karya awal Vabyo kayak Joker dan Bintang Bunting misalnya, baru terangkat kembali setelah buku Kedai 1001 Mimpi meledak di pasaran.
Buku Jungkir Balik Dunia Bankir bisa saya bilang bahwa penjualannya biasa saja. Hasil royaltinya sih Lumayan untuk pelesiran. Tapi ternyata belum cukup untuk sewa gedung pernikahan –eh gimana? Buahahaha. Makanya, saya pribadi nggak pede jika harus menawarkan karya lagi di Diva Press.
Makanya, saat “dilamar” oleh Diva Press, jujur saya kaget. Nggak nyangka dong secara buku pertama itu jauh dari best seller. Padahal sempat kebayang kalau bukunya akan difilmkan dan dibintangi oleh seorang adik yang tampangnya nggak beda jauh dari saya: Adipati Dolken muahahaha.
“Nggak nyangka loh bisa diterbitkan lagi sama Diva Press. Padahal buku sebelumnya nggak meledak.”
“Kami nggak pernah memutuskan kerjasama dengan penulis hanya karena penjualan sebelumnya tidak terlalu baik,” jawab Ayun. Intinya sih, ada banyak hal yang dipertimbangkan oleh penerbit sebelum kembali menerbitkan karya penulis baik yang pernah bekerjasama atau belum. Ayun menekankan soal attitude.
Soal ini saya pede-lah. Walaupun suka bikin norak di sosmed, saya kan pemuda baik bangsa dan negara Indonesia. Merdeka!
Memulai Penulisan Penuh Drama
Bagi yang temanan dengan saya di sosmed, pasti tahu kalau tahun kemarin adalah tahun yang sibuk bagi saya. Sejak awal tahun, saya sudah disibukkan dengan proses renovasi toko yang rencananya mau ekspansi ke usaha kuliner.
Sebagai pemuda ganteng doyan makan, sudah sejak lama saya kepikiran buka warung makan. Dan, akhirnya akan terwujud di tahun 2019. Kurang lebih 3 bulan proses renovasi, toko kini makin cakep dan ideal untuk dijadikan warung. Dan, di tanggal 2 September 2019, warung bernama: Kedai Omnduut itu resmi diluncurkan.
Saya memulai usaha ini dari nol. Hampir semua hal dikerjakan sendiri. Jika sebelumnya aktivitas saya sebatas bangun tidur, sarapan, olahraga (kadang-kadang). Namun, sejak buka kedai, aktivitas berambah. Saya harus ke pasar pagi buta untuk belanja kebutuhan warung.
Awalnya kaget. Tapi lama-lama terbiasa haha. Saya menjelma menjadi pemuda yang gaulnya sama mamang-mamang dan bibi-bibi pasar. Udah tahu cara memilih daging ikan yang baik. Termasuk belanja kebutuhan lain kayak bumbu dapur, sayuran, dan segala macam.
Sebulan awal buka kedai, projek menulis ini hampir tak tersentuh. Saya benar-benar sibuk dan jika ada waktu, sekarang terpakai untuk istirahat. Begitu sampai rumah boro-boro mikirin nulis. Makan aja kadang udah gak inget lagi. Alhasil berat badan saya turun drastis hahaha. Keliatan lebih langsing, tapi banyak yang bilang juga sekarang nampak kuyu dan lesu. Di sisi lain, banyak hal di luar urusan pribadi saya yang harus saya pikirkan.
Sungguh Tahun yang Berat
Namanya juga hidup berjalan maju dan saya nggak sendirian di dunia ini, yes! Ada banyak hal yang bersisian di kehidupan saya yang pada tahun 2019 kemarin terasa begitu menghantam. Saya nggak bisa cerita banyak di sini, namun satu yang pasti, fisik dan mental saya terkuras habis.
Ternyata saya depresi.
Iya, diagnosa ini diketahui setelah saya memutuskan untuk mendatangi psikiater di poli jiwa sebuah rumah sakit di Palembang. Sungguh, awalnya saya merasa saya baik-baik saja. Saya tahu ada yang salah dengan diri saya, tapi saya (merasa tetap) sehat. Namun, di sisi lain istirahat saya terganggu. Seringkali saat malam, saya terbangun dengan perasaan nelangsa. Tak jarang juga saya sampai menangis dibuatnya. Padahal saya nggak tahu penyebabnya apa.
Hidup di Indonesia ini ya sepaket dengan hal-hal yang jadi keyakinan masyarakat sekitar. Saya diajak berobat ke mana-mana. Dari ke Pak Kiai, trus dirukyah sampai ke orang yang gak jelas pendidikannya (tapi herannya disebut: orang pintar) sudah saya lakukan. Yang belum ialah, saya mendatangi orang yang benar-benar pintar: dokter jiwa.
“Saya salut Anda memutuskan untuk datang ke saya atas inisiatif sendiri,” ujar sang dokter.
Nggak mudah loh awalnya. Jujur saja, saya pribadi masih terkungkung stigma masyarakat bahwa jika konsultasi ke doker kejiwaan itu berarti saya gila hahaha. Dalam situasi normal, tentu saya tidak berfikir seperti itu. Tapi, ya namanya juga saat itu lagi nelangsa, yekan. Jadi saya denial akan kondisi diri sendiri.
Saya didiagnosa depresi sedang. “Njir, udah middle nih kelasnya,” batin saja. Saya kiranya tadi kena depresi ringan hahaha. Tahunya udah level sedang. Saya lalu dikasih obat dan memang sejak itu kualitas istirahat saya semakin baik walaupun perasaan nelangsa itu kadang masih muncul.
Trus bagaimana dengan projek buku? Boro-boro dilakukan, neng! kepikiran aja kagak! Hahahaha.
Writing For Healing
Tenggat waktu tinggal satu bulan. Adalah sesekali Ayun nge-WA dan nanya, “udah sampai mana tulisannya?”
Haha, jujur saat itu pas ditanyain jadinya stres, sih. Tapi bukan salah Ayun karena dia sendiri nggak tahu kondisi saya saat itu. Bahkan, Ayun bisa jadi tahu tentang itu ya dari tulisan ini. Saya nggak mau cerita ke Ayun. Jikapun cerita, saya yakin Ayun akan paham dan akan diberi kelonggaran.
Tapi, di sisi lain saya mau menunjukkan keseriusan saya atas kesempatan yang sudah diberikan. Toh saya juga memang udah ngebet pengin “beranak” lagi haha. Dan, untungnya memang kondisi saya semakin membaik. Saya mulai menulis dan secara nggak langsung kegiatan menulis ini membantu proses penyembuhan saya.
Kalau kata orang writing for healing, ya itu yang saya rasakan. Sebab apa? Saya emang mencintai dunia menulis ini. Dan, saat menulis kisah perjalanan tersebut, saya membayangkan keseruan-keseruan yang berlangsung saat perjalanan dilakukan.
Alhasil, tulisannya selesai tepat di tenggat waktu yang diberikan. Tapi… tetap saya minta kelonggaran untuk self editing sebelum saya setorkan ke redaksi. Saya nggak mau nanti Ayun –sebagai editor, pening kepalanya saat baca tulisan saya.
Soal ini, kayaknya saya gagal buahahaha. Kayaknya kepala Ayun tetap berasap deh. Makanya, tetap aja banyak hal yang harus saya perbaiki/lengkapi demi memaksimalkan tulisan ini.
Babak Baru Proses Lahirnya Buku Kedua
Naskah sudah sepenuhnya rampung. Tapi, saya masih bingung untuk dikasih judul apa. Yang ada di benak saya itu: Menjelajahi Dunia Bermodal Kata-kata. Judul yang saat saya ceritakan ke beberapa orang malah jadi bahan ketawaan.
“Ya ampun jadul banget judulnya.”
Buahahaha. Iya sih, kaku banget, ya. Trus, sama Arako saya dikasih usulan: Dari Ngeblog Sampai Yurop. Aha, much better dari judul sebelumnya hehe. Tapi saya masih ngerasa kurang pas, sih. Jadilah saya modifikasi sedikit saat saya setor naskahnya. Pikir saya, “paling nanti akan diganti sama tim marketingnya.”
Namun, pada tanggal 28 Januari 2020, saat Ayun mengirimkan 2 pilihan kaver, ternyata, judul itulah yang dipakai. Dan, saat saya melihat 2 pilihan kavernya, saya langsung salto 4 kali. –Percaya aja deh hahaha.
Ya ampun terharu, euy! Jika di buku pertama saya hanya dikasih satu pilihan kaver (tapi kece abis!), di buku kedua ini saya dikasih 2 pilihan. Saya merasa udah kayak jadi penulis mentereng gitu yang dikasih pilihan sampul buku wahahaha. Sering kan tuh di sosmed banyak penulis yang pamer, “bantu pilih sampul buku dong.” Bahkan, satu karya bisa sampai lebih dari 4 pilihan sampul.
Coba liat kedua sampul ini. Keren-keren, kan! Makasih banget loh Amalina atas hasil karyanya yang super keren ini! Btw, buku pertama saya juga Amalina yang bikin sampulnya.
Nah, dari sini, saya harus memilih sampul mana yang akan digunakan nanti. Setelah berbagai macam pertimbangan dan beberapa revisi, maka ini dia final cover buku kedua saya “Modal Ngeblog Sampai Yurop: Traveling Seru ke Benua Biru”.
Sebelum naskahnya benar-benar dicetak, Ayun kasih kesempatan untuk saya mengecek lagi naskah tersebut. Kali-kali masih terdapat typo atau mis-informasi. Sebelumnya sih, Ayun rajin kasih banyak catatan yang memang ngaco saya tulisnya. Salah satunya yang bikin ngekek ya yang ini buahahaha.
Jadi, setelah proses yang lumayan panjang dan lumayan melelahkan, akhirnya buku kedua saya ini terbit juga. Alhamdulillah. Terima kasih tak terhingga untuk Penerbit Diva Press yang sudah memberikan kesempatan kedua ini kepada saya. Terutama untuk Ayun yang lagi-lagi jadi pembuka jalan.
Buat semua teman-sahabat, baik yang tahu atau nggak tahu drama penulisan buku ini, terima kasih, ya! Sama kayak buku sebelumnya, buku kedua ini juga bukanlah sebuah karya yang sedemikian spektakuler. Namun, ini adalah karya yang saya buat dengan sepenuh hati terlepas dari proses jatuh bangun saat pengerjaannya.

Sampul akhirnya 🙂
Akhirnyaa… baca cerita lengkapnya di sini. Seingatku dulu cuma bilang “nanti kalo udah luang aku cerita dari awal” gitu doang.
Bwt, aku masih ngakak kalo ingat Craig David. Kok ya pas banget, seminggu sebelum ngedit naskah ini, aku nonton Sky Fall, jadi masih ingat adegan James Bond di kandang komodo.
Haha iya, inilah yang terjadi. Hanya sekilas aja aku cerita, tapi kurang lebih ya begitulah 🙂
Haha, mungkin pas nulis aku kebanyakan insomnia, jadi keingetnya Craig David buahahaha.
Keren banget, Om! Selamat buat kelahiran bukunyaaaa… 😀
Ntar saya pantau di toko buku hahaha
Makasih bro 🙂
Selamat, Yayan! Jujur aja aku iri, hahaha. Kok cuma tiga tahun absen, aku lho buku terakhir itu terbit tahun 2012. Sejak baca stories di IG-mu itu, aku langsung berpikir keras, nulis buku apalagi nih? Sudah lama banget absen.
Btw, Yayan keren ih jalannya selalu ditawari penerbit. Kalo aku dulu ya aku yang ngedarin naskah dari satu penerbit ke penerbit lain, dan ternyata jodohnya di Diva Press. Waktu itu editor kepalanya masih Mas Aziz Soekarno. Masih inget banget teken kontrak di kantor Diva Press, terus dikasih duit bukannya dipotong pajak, tapi dipotong zakat 😀
Siap-siap antri PO nih. Buku wajib baca ini. Sekali lagi selamat!
Haha iya mas, prosesnya jatuh bangun. Buku pertama dulu juga banyak ditolak. Eh tahunya Diva Press yang menyambutku dengan tangan terbuka. Looppeee.
Ditunggu bukunya mas Eko, biar gantian aku yang ngePO nanti 🙂
Selamat yan!
Makin sukses dengan buku barunya.
Makasih Ded
Selamat lahiran kedua, proses yang panjang dengan berbagai kisah dibalik penyelesaiannya. Keknya bakal dilamar Diva seterusnya. Caknyo perlu aku perlu foto bareng dengan om Ndut, sebelum terkenal. Sudah terkenal susah ditemui. Wkkwkwk
Haha kalau dilamar nulis terus, amiiin.
Soal foto, dak kebalik? Yang susah diajak janjian siapolah hahaha.
Selamat sudah berhasil menerbitkan buku perjalanan, mas! Rasanya ini jadi mimpi ultimate semua travel blogger, termasuk aku, hahaha. Dulu pengen bikin buku panduan backpacker di negara-negara Asia Tenggara, tapi setelah dipikir-pikir topiknya udah basi dan udah banyak buku semacam itu.
Kamu keren banget bisa dapet banyak gratisan! Ngeblog sejak tahun berapa sih, mas? Pokoknya kamu adalah salah satu travel blogger yang saat ini masih beneran travel blogger, yang isi blognya memang jalan-jalan di dalam dan luar negeri. Udah jarang sekarang, biasanya blogger-blogger sekarang mengangkat wisata daerah. Ya nggak salah juga mereka, cuma pasar yang kayak aku juga tetep butuh bahan bacaan.
Mas, aku pengen beli bukunya, tapi aku ragu apakah isinya cocok sama bayanganku. Bisa digambarin sedikit garis besar isi buku ini? Kumpulan cerita perjalanan? Kalau iya, apakah akan berbeda dengan yang ditulis di blog?
Aku udah ngeblog sejak 2005 Nug. Kamu udah lahir kan? Haha.
Buku ini nampilin kisah di balik layar perjalanan “gratisan” yang udah aku dapetin. Gratisan pake tanda petik karena gak semua emang gratis.
Mostly udah dibahas di blog secara garis besar. Buku ini semacam ngerangkum dan tentu saja ada hal² yang eksklusif hanya ditulis di buku.
Jangan berespektasi terlalu tinggi, takutnya kecewa. Pinjem punya Arako aja ntar haha. Tapi, jikapun buku ini biasa nantinya, semacam lecut aja buat travel blogger lain kayak kamu di mana kamu bisa kepikiran, “gue mah bisa nulis jauh lebih bagus dari ini.”
Hayo dituliskan perjalanannya.
Oh, ya udah pinjem Ara aja hahaha
kok pengen beli buku in ya..
inspiratif gitu..
Haha semoga sesuai espektasi mas. Amin.
Tiba2 aja aku pgn naca buku ini. Trus aku search di google, ketemu dong behind the scenenya, trus baca deh. Hahaa… Ternyata panjang yaaa perjalanannya. Jd pgn beli and baca bukunya. Kayaknya ini gara2 aku hampir gabut di rumah, bingung mau ngapain :))
Eh sekalian pesen buku sebelumnya bisa kan ya 🙂
Biar aku makin anteng #dirumahaja :))
Halo Mbak Oline 🙂 haha iya, prosesnya puanjang banget 😀
Kalau mau pesan boleh DM aku di sosmed ya mbak. Makasih.
Mas barusan saya check di Tokopedia belum ada bukunya hehe, saya mau beli as support dan penasaran dengan isinya juga. Mungkin nanti kalau sudah ada di Tokped, bisa langsung kasih link yang mengarah ke page buku mas biar nggak cari-cari lagi takutnya ke-skip alias nggak kelihatan 😀 ehehe. By the way selamat ya mas, atas pencapaiannya. Semoga mas cepat sembuh juga ~
Blog mas adalah salah satu blog yang saya suka karena saya berasa diajak jalan-jalan kalau baca cerita-cerita yang mas bagikan. Wish mas akan terus berbagi di-blog ini, dan nggak berhenti hanya dibuku ke dua. Ohya mas, sukses juga untuk bisnis kulinernya 😀
Barusan konfirmasi ke bagian marketing digital. Katanya emang belum dipajang karena bukunya baru akan didistrubusikan dari percetakan ke penerbit seminggu ke depan. Produk baru akan dirilis di marketplace begitu sudah tersedia di gudang penerbit. Masuk akal 🙂 soalnya kalau ada yang beli mesti langsung dipacking karena ada limit prosesnya.
Nanti kalau sudah siap, aku update lagi linknya.
Makasih ya supportnya. Soal bisnis kuliner, sudah tutup haha. Masih belum tahu akan lanjut apa nggak nanti.
Selamat ya udah nelorin buku lagi. Ternyata di belakangnya penuh perjuangan.
Makasih ya Bijo. Iya, selalu ada kisah dari sebuah karya hehe.
Selamat untuk buku keduanya. Salut sama perjuangan menulis di tengah kondisi yang kurang oke, Semoga sekarang sudha oke ya Om 🙂
Sekarang udah sepenuhnya sehat hehe. Makasih ya.
Selamat atas peluncuran bukunya mas! Kebetulan baru sekitar desember lalu aktif lagi ngeblog traveling, bisa dibilang reader baru juga disini, dan ini meningpirasi tentunya.
Memang sih, banyak yang bilang blogging jaman sekarang udah berbeda ya, dan omnduut ini masih tetap konsisten dengan gaya khas bloggingnya yang jujur, nggak ditutupi, dan menghibur storytellingnya. Buku traveling dari blogger yang saya baca baru punya mbak Trinity, Saya baru khatam 3 serial TNTnya. Buku ini bisa menambah referensi bacaan traveling tentunya.
Salut dengan upaya kesadaran pentingnya menjaga mental health, dibanding kebanyakan yang self diagnose. Wish you well, mas.
Saya pantau nanti di toko onlen ya. Congrats!
Haha maksih mas bro. Ya, jangan self diagnose. Karena bisa jadi gak tepat/mengada-ngada. Kayak aku dulu ngerasa baik-baik aja, denial soal kondisi diri sendiri eh tahunya kena hehe.
Sekali lagi makasih.
Aaaaaa kamu selalu keren
Nulis perjuangan berdarah-darah sampai depresi buat menelurkan karya baru aja asyik gini bertuturnya
Pastilah bukunya juga kereeeen
Selamat ya, Yan
Sukses terus dengan karya-karya hebatnya
Makasih banyak Mbak Arni. Amin amin, semoga aku terus berkarya 🙂
waduh, ternyata tahun lalu tahun yg berat buat omnduut… semoga kedatanganku ke Palembang tahun lalu menjadi sedikit penghibur wkwkwk.. Selamat omnduut akhirnya bisa melewati 2019, stay strong om…
pgn pesen buku ini, tapi kondisi sekarang lagi banyak bgt pengeluaran ini itu,, jadi aku menyusul aja om.. hihi… sekalian buat belajar juga buat menulis buku.. project bikin bukuku nggak jalan2.. wkwk..
-Traveler Paruh Waktu
Haha iya makasih Bara. Saat depresi itu terjadi, aku bahkan ketemu beberapa temen blogger lain kok 🙂 Masih dapat dikendalikan. Hanya di saat-saat tertentu saja nelangsanya.
Iya gakpapa, doain aja bukunya diterima banyak pembaca dan berfaedah hehe amin.
Kak Yayan, masih konsultasi ke psikiater? jadi penasaran kok milihnya ke psikiater bukan ke psikolog, hehe. Selamat atas buku keduanya ya Kak!
Udah ndak lagi. Cuma 2 kali konsultasi. Pilih psikiater karena ngerasa butuh obat untuk istrirahat.
Kalo psikolog gak bisa kasih obat *cmiiw
Berat tapi akhirnya bisa melewatinya, Alhamdulillah… Keep strong ya om. Semua kejadian jadi cerita dan pengalaman yang tidak pernah sama dengan yang lainnya, namun bisa menjadi inspirasi buat kita semua bahwa hidup itu bisa terus maju dengan keyakinan, InsyaaAllah 😚
Dan yang penting monster itu gak akan pernah muncul lagi umi. Makasih supportnya 🙂
Beberapa waktu lalu sudah membaca postingan ini tapi belum sempat komen. Akhirnya hari ini baca ulang lagi dan meninggalkan jejak hehehe.
Pertama selamat atas kelahiran karya terbarunya Omndut (betewe akutu bingung, enaknya manggil Omndut apa bang Yayan ya? hahahaha). keren. Dengan kondisi seperti itu masih bisa menyelesaikan naskah tepat waktu huhuhuhu. Sungguh ku iri dengan konsistensi macam ini. Semoga bukunya laris manis tanjung kimpul ya.
Akutu pengen beli yang ada tandatangannya aslinya, tapi kok dari jogja kirim ke palembang, balikin Jogja lagi ahahaha. Gak efektif. Jadi kuputuskan besok kalo mampir kantor Diva langsung beli di sana saja. Sukses selalu untuk hal-hal yang sedang dan akan dikerjakan di masa mendatang ya, Omnduut 🙂
Haha iya, kalau dari Jogja jadinya nggak efektif mbak Sash.
Btw panggil Omnduut secara lengkap boleh. Panggil Yayan juga boleh hehe. Makasih supportnya mbak 🙂
Craig David, astagaaaaaaa 😂😂😂
Insomnia hahahaha
Aku kemarin udah ke toko buku nyari buku ini tapi belum ada. Mau pesen online tapi mulai besok akan wfh. Yo wis sabar aja lah nunggu ada di tokbuk aja. Mungkin minggu depan sudah ada 🙂
Semoga dalam waktu dekat bisa ditemukan di toko buku ya mas Adie. Makasiiih.
Wahhhh selamat yaa untuk buku barunya, di jogja ak belum nemu sih.. coba saya kontak aja
Karena Covid-19, proses distribusi ikut terhambat. Makasih mbak. Semoga segera nemu bukunya 🙂
Ping balik: Gagal Klimaks di Kota Secakep Praha | Omnduut
Nano nano banget ceritanya, terhura :’))) selamat udah naik level ya mas baik secara psikologis, maupun kreativitas. Oh juga semangatnya! Buku ini sendiri jadi reward buat Mas Yan yg gak pernah menyerah sama diri sendiri. Keren sekali! Kereeennn!!!!
Iya alhamdulillah 🙂 semoga monster bernama depresi itu nggak akan muncul lagi kelak. Makasih ya.
ahh pengen beli dong ahh
ehh iya ya aku malah sama orang kantor kok disuruh rukya, dikira aku gila mungkin ya.
aku juga mikir kesana, kalo dirukyia berarti ‘otaknya’ ada yang ngga beres.
Asyik, makasih ya 🙂 bisa beli di link yang ada di atas.
Haha, ya suka salah kaprah dengan rukyah.
saya baru pertama ini berkunjung kesini karena mencari di google daftar ornag sukses karena blog. terimkasih mas artikelnya, membuat dan menambah motivasi kian mengikuti jejaknya
Terima kasih
Ping balik: Setengah Hari di Cesky Krumlov: Mo Nanges! | Omnduut
Ping balik: Di Balik Layar Pembuatan Buku “Yatra & Madhyaantar” | Omnduut