Pelesiran

Patwon Ki Haveli: Kediaman Saudagar Benang Emas di Jaisalmer, India

Setelah puas menjelajahi gurun pasir Thar, saya masih punya waktu seharian untuk berkeliling kota Jaisalmer. Masih dengan travelmates nemu di jalan asal Thailand –Na & Apinya, saya mengajak mereka ke sebuah bangunan indah yang tak jauh dari benteng Jaisalmer. Patwon Ki Haveli namanya. Saat saya ajak, respon keduanya kurang lebih sama.

“Tadinya saya nggak tahu loh kalau ada objek wisata ini,” ujar mereka.

“Iya, kebetulan sejak awal saya sudah siapkan mana saja tempat yang mau saya datangi. Patwon Ki Haveli ini wajib menurut saya.”

Setelah kami cek, ternyata jaraknya juga nggak jauh dari penginapan kami. Modal jalan kaki turun ke bawah –ya, kami emang tinggal di atas benteng hehe, dan jalan menyusuri bangunan-bangunan yang ada di Jaisalmer, sampe deh ke lokasi tujuan.

Bagi yang suka ngeliat kehidupan warga lokal, pasti suka deh berjalan di labirin kota ini. Tapi ya memang siap jika ketemu sapi beserta kotorannya di jalan hehe. Tapi, overall Jaisalmer itu relatif lebih bersih kok ketimbang kota lain. Saya bahkan ngerasa kerasan banget tinggal di sini karena bangunan-bangunannya sungguh memanjakan mata.

Tentang Keberadaan Haveli di India

Di tulisan sebelumnya, saya sudah bercerita tentang Bagore Ki Haveli tempat saya menonton puppet show di kota Udaipur. Nah, aslinya sih, di Patwon Ki Haveli inilah, untuk pertama kalinya saya mendatangi sebuah haveli di serangkaian perjalanan saya keliling Rajashtan.

Haveli sendiri sebetulnya berarti townhouse atau mansion. Umumnya bangunan tua bernilai sejarah dengan sentuhan arsitektur yang khas. “Lucunya” Haveli berasal dari bahasa Arab yakni hawali yang berarti partisi atau ruangan pribadi. Kata haveli sendiri kemudian diterapkan di Rajputana oleh sekte Vaishnava untk merujuk ke kuil-kuil mereka di Gujarat di bawah Kerajaan Mughal dan Kerajaan Rajputana.

Ini bangunan utama Patwon Ki Haveli-nya. Pintu masukdi sebelah kanan.

Salah satu pengunjung di Patwon Ki Haveli.

Kamar utama di Patwon Ki Haveli.

Haveli umumnya memiliki beberapa karakteristik, misalnya saja di aspek sosiokultural, haveli memiliki chowk atau halaman yang berfungsi sebagai pusat berbagai macam upacara atau ritual. Biasanya juga di bagian ini terdapat tanaman suci tulsi untuk persembahan. Chowk ini juga berfungsi sebagai privasi dan pemisah antara area wanita dan pria.

Karakteristik lain dari haveli yakni umumnya memiliki jendela menjorok yang disebut Jharoka. Biasanya jendela akan terbuka sehingga pergerakan udara menjadi lebih leluasa. Untuk bahan utama bangunan biasanya terdiri dari batu bata, batu pasir, marmer, kayu, dan granit.

Pemandangan dilihar dari dalam bangunan. Cakep, ya!

Jendela menjorok keluar ini yang disebut Jharoka.

Haveli banyak digunakan untuk berbagai macam kegiatan. Siang hari umumnya digunakan para wanita untuk berbagai macam pekerjaan rumah dan sebagai sarana interaksi dengan penghuni lain. Di beberapa haveli bahkan ada ruangan khusus untuk menari/dansa dan juga dapat digunakan sebagai tempat pernikahan.

Menuju Patwon Ki Haveli

Berbekal peta offline di aplikasi maps.me, saya, Na dan Apinya berusaha menemukan bangunan yang dimaksud. Kami harus berjalan melewati lorong-lorong sempit yang hanya dapat dilewati sepeda motor dan… sapi. Hehe. Tak lama, bangunan yang dimaksud nampak dari kejauhan.

Catatan perjalanan saya selama di India hilang hiks. Namun, seingat saya biaya masuk ke Patwon Ki Haveli nggak terlalu mahal. Sekitar INR 100 atau IDR 20.000. Bangunan bertingkat tiga ini memiliki pintu masuk berukuran besar yang berada di samping bangunan.

Ornamennya lengkap tertempel di dinding hingga langit-langit ruangan.

Apinya melihat pakaian ala bangsawan jaman dulu.

Semacam ruang rekreasinya gitu kayaknya ya.

Jika umumnya haveli memiliki chowk atau taman, seingat saya haveli yang satu ini tidak memilikinya. Ada sih semacam tanah lapang di dekat bangunan, cuma semuanya disemen dan dijadikan tempat nongkrong dan berjualan aja. Bisa jadi, dulu bagian inilah tamannya.

Ini adalah haveli pertama yang dibangun di kota Jaisalmer yakni terjadi pada tahun 1805 diprakarsai oleh Guman Chand Patwa, seorang pedagang kaya raya yang menginginkan membangun 5 haveli untuk diberikan kelima putra dan putrinya. Makanya sekilas memang haveli ini tak nampak seperti satu bangunan utuh.

Selain pintu masuk yang kami masuki, saya melihat ada beberapa pintu masuk lain karena memang haveli ini terbentuk dari sekelompok haveli kecil. Pembangunan haveli sendiri berlangsung selama 50 tahun! Bisa jadi karena Guman Chand Patwa sangat perfeksionis ya, soalnya ukiran-ukiran bagian luarnya saja detail banget.

Ruangan lain di Patwon Ki Haveli.

Detail ornamen lukisan di Patwon Ki Haveli.

Mungkin ini replika kamar si saudagarnya, ya.

Patwon Ki Haveli dijuluki mansion of brocade merchants karena keluarga ini memang bisnis di bidang benang emas dan perak yang biasa digunakan untuk sulaman gaun. Tapi ironisnya, ada kabar yang beredar bahwa keluarga ini bisa jadi kaya karena punya “bisnis” sampingan yakni menyelundupkan candu dan menjadi tengkulak/rentenir hohoho.

Oh ya, selain digunakan sebagai tempat wisata, beberapa bangunan lain di sini digunakan sebagai kantor Survei Arkeologi India dan juga kantor departemen seni dan kerajinan negara. Pantas saja dulu ngerasa bangunannya gede banget tapi nggak banyak ruangan yang dapat saya kulik satu persatu.

Tapi, walau begitu, saya sudah cukup puas dapat melihat ornamen-ornamen yang berada di dinding dan langit-langit bangunan ini. Terdapat juga beberapa perabotan yang jadul dan khas India banget. Soal apakah perabotan yang dipamerkan itu asli dari zaman saat haveli pertama kali dibangun, ntahlah. Sepertinya sih perabotannya nggak jadul-jadul banget.

Bengong di Atap Patwon Ki Haveli

Salah satu bagian terbaik di Patwon Ki Haveli ini menurut saya ialah bagian atapnya. Walaupun harus melewati jalan kecil untuk mencapai atap sekaligus melawan sengatan matahari gurun yang terasa dobel di kulit haha, tapi pemandangan yang ditawarkan sangat sepadan.

Apa itu?

Tentu saja Benteng Jaisalmer! Tempat di salah satu menaranya saya tinggal hahaha! Ya maklum, benteng ini memang dijadikan pemukiman warga. Bahkan mostly dijadikan penginapan. Di satu sisi seru juga ngerasain tinggal di bangunan yang menyatu sama benteng. Di sisi lain, kekhasan bentengnya jika dilihat dari dalam ya lenyap, ya.

Liat dong Benteng Jaisalmer semegah itu.

Pemandangan di sekitar Patwon Ki Haveli dilihat dari atap.

Cinderamata yang dijual di sekitaran Patwon Ki Haveli

Dari bagian atap, terlihat pula bangunan-bangunan lain yang jadi pemukiman warga. Rata-rata warnanya senada ya. Khas banget bergaya bangunan gurun. Kalau dari luar keliatan panas banget haha, tapi begitu masuk nggak juga, tuh. Apalagi jika bangunannya berpendingin udara.

Setelah puas foto, kami beranjak pulang dan melewati lantai dasar yang telah disulap menjadi pertokoan. Sempat sih masuk dan lihat-lihat. Tapi harganya lumayan mahal hehe. Jika mau beli souvenir, mending di bagian luar bangunan saja karena banyak yang jual cinderamata dan harganya jauh lebih murah.

Bagian dalam dan lantai dasar Patwon Ki Haveli jadi toko cinderamata.

Aktivitas warga di sekitaran Patwon Ki Haveli

Sebagaimana tips berbelanja di India yang pernah saya tulis di sini, jangan segan untuk nawar, sih. Tapi jangan kejam-kejam banget nawarnya kayak saya dulu ya hahaha. Dari Patwon Ki Haveli, kami beranjak ke kuil Jain yang berada tak jauh dari sana. Ini kuil yang cakep banget! Nanti saya tulis terpisah, yes!

42 komentar di “Patwon Ki Haveli: Kediaman Saudagar Benang Emas di Jaisalmer, India

  1. Itu ornamen dinding serta lainnya sangat bagus. Tampilan luar yang klasik, saat berada di dalam mewahnya. Seni orang India keren bangetlah sampai menghasilkan karya enak dipandang mata.

    • Iya, tadi juga pas nemu sumber infonya mikir, “perasaan artinya pasar.” Ternyata chowk itu bisa dipake buat defenisiin “marketplace” atau “open area”.

  2. Bangunan bangunan di India itu unik yaa. Terkesan tua tapi tetap menarik untuk dinikmati gitu
    Makasih yaa untuk infonyaaaa
    Semoga punya kesempatan juga untuk datang ke India hehehe

  3. Bangunannya besar dan luas. Cuma itu kan punya keluarga. Kok kaya jadi tempat umum gitu. Gak ada keturunannya yang tinggal di sana lagi?

    • Iya, sudah diambil alih sama pemerintah rumahnya. Untuk keturunannya aku kurang tahu. Bisa jadi udah nggak ada lagi secara udah ratusan tahun sejak rumahnya dibangun 🙂

  4. warno2 barang2 india nih ngejreng galo2. kayak kain slempangnyo itu terus baju2 aksesoris. nak nanyo kak tempatnyo ado lift dak kak? agak saro molly nak naeknyo apolagi kalo la lantai 3 kepucuk wkwk

    padahal bangunannyo kece nian. wkwk..

    • Iyo, India emang berani main warno walau kulit mereka gelap. Idak cowok, idak cewek seneng pake baju warno kuning hehehe.

      Katek Mol lift karena bangunan tuo nian.

  5. India emang sesuatu banget.Ornamen di luar dan dalem ditel banget.Gak peduli berapa lama yang penting haris jadi sesuai harapan.

  6. Bagus banget arsitekturnya dan otentik. Aku ngebayangin suasana kehidupan masyarakat disana sehari-hari, kayag di buku-buku atau negeri dongeng ya Oom 🙂

  7. Terbayang, ngopi disana sambil duduk di perabotan tua ruang tamu seperti gambar di tulisan ini, betapa asyik juga magis. Kalau saudagar benang emas bisa sekaya ini, dan mampu membuatnya anak-anaknya ki haveli, artinya memang ini bisnis yang menguntungkan dan sudah mengakar kuat di keluarga mereka.

    Kapan ya Yan umek bisa kesana, mupeng.

  8. Pertama kali baca judul posting ini di email (aku langganan btw, wkwkwk), aku kok bacanya Pawon ya. Apa ini, kok dapur? Ternyata bangunan indah banget dari masa lalu. Kotanya juga luar biasa menarik ini, khas kota-kota masa lalu yang biasanya cuma bisa kuimajinasikan dalam pikiran sewaktu baca buku sejarah tentang Mohenjo Daro-Harappa.

    Anyway, ditunggu cerita kuil selanjutnya, Yan.

    • Wah mas, aku baru denger tentang Mohenjo Daro-Harappa dan ternyata UNESCO WHS. Aaak, jadi mupeng!

      Siap mas, next aku nulis tentang Jain Temple.

      • Lho, bukannya di SMP dulu ada ya pelajaran Mohenjo Daro-Harappa? Aku belajarnya pas masih sekolah di SMPN 1 Buay Madang di OKU (sekarang masuk OKU Timur). Masih inget banget karena guru sejarahnya wali kelas yang killer abis, hahaha. Atau pas Yayan SMP udah ganti materi dan kurikulum kali ya?

  9. Pas banget semalem habis nonton Victoria & Abdul di Netflix, terus paginya baca ini. Haveli yang dari bahasa Arab, mungkin karena ada bahasa Urdu—salah satu bahasa India yg paling mulia, yg ternyata bahasa Arab. Tapi ini bangunan murni hindu ya kayaknya.

    Dan akhirnya saya tempe nama Tulsi asalnya dari mana. Yampun! Kirain nama orang, ternyata tanaman suci persembahan. Saya pernah dibawain teh Tulsi dari India, rasanya enak banget, apalagi yang rasa pome.

  10. Wah keren banged ini Patwon Ki Haveli ini. emang gak bosan kalo dateng ke bangunan dengan arsitektur menarik macam Patwon ini, menarik juga karena ada banyak aktivitas warga di sekitar nya. paling senang ngamatin orang lokal berkativitas. soal sapi sapi yaaa anggepp aja kucing besar yang numpang lewat yaaaa..hehehe…. india emang gak ada abis nya buat di kulik. selalu ada banyak hal hal seru. kangen india setelah koronak ini heheheheh

  11. dibangunnya 50 taun, apalagi detailnya kayak gitu, cakep.
    rata rata bangunan india warnanya warm ya, kalo difoto senada semua, apik

  12. Ya ampuuuuuun bikinnya aja sampe 50 tahun yaaa :o. Tapi aku akuin dari foto aja udh kliatan bgt detil2nya. Bangunan2 di India itu memang mostly manjain mata sih yaaa. Arsitekturnya keren2.

    Aku jd penasaran kalo stay di benteng seperti apa :). Mungkin capek pas turun kebawah ya mas :D.

    Aku suka liat ornamen ato lukisan2 di dinding dan langit2. Wrnanya cheerful, jd ga boring kayak wrna bangunannya yg coklat gurun :D.

  13. Ping balik: Jelajah Jaisalmer, Kota di Tengah Gurun Pasir | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.