Pelesiran

Hidup Selaras dengan Alam di Kerala, India

Saya baru berkesempatan ke India beberapa kali. Tapi, dari sekian kunjungan itu, dapat dibilang hampir semua wilayah utama di India –Utara, Tengah dan Selatan, sudah terjelajahi. Tahun 2015, saya berkesempatan ke kawasan Kashmir di Utara dan sebagian kawasan Rajashtan di India Tengah. Setahun berselang, giliran kawasan Kerala di Selatan India yang saya eksplor selama 2 minggu. Bahkan, awal tahun 2020 ini saya berkesempatan kembali ke Kerala bersama beberapa orang kawan baru.

Keindahan senja di Pantai Kovalam

Walaupun di Kerala tidak banyak bangunan megah yang bersejarah layaknya benteng atau kuil-kuil besar, namun Kerala terkenal dengan keindahan alamnya. Sekilas memang sama dengan Indonesia, namun gaya hidup masyarakat di sana yang masih bergantung dengan alam patut dijadikan contoh.

Selaras dengan Alam ala Masyarakat Kerala

Kerala sendiri berasal dari bahasa Malayalam dan merupakan gabungan dari dua kata yakni “Kera” yang berarti “Pohon Kelapa” dan alam atau “Land” sehingga Kerala dapat diartikan “Land of Coconuts” atau “Tanah Kelapa”.

Saat ke sana, memang pohon kelapa dengan mudah akan dijumpai. Jika di Indonesia pohon Kelapa identik dengan kawasan pantai, di Kerala, hampir semua tempat ada pohon kelapanya. Baik itu di pinggir sungai, danau atau juga di kawasan perkotaan.

Salah satu pengalaman berkesan saya selama di Kerala yakni saat menginap di Kettuvallam, sebuah rumah perahu yang menjadi ciri khas kota Alleppey di mana wisatawan akan diajak menyusuri Sungai Pampa dan melihat kehidupan masyarakat sekitar.

Di pinggir sungai Pampa, masyarakat masih hidup dengan cara tradisional. Mereka masih menangkap ikan dengan menggunakan jala dan pancing. Di sebuah desa kecil tak jauh dari sana, saya juga pernah melihat masih ada warga yang membuat atap dari daun kelapa dan memintal tali dari serat batok kelapa.

Lucunya, berbeda dengan Indonesia, warga lokal menciptakan alat khusus yang digunakan untuk memanjat pohon kelapa. Dari air-air kelapa inilah kemudian mereka membuat toddy (palm wine), minuman berfermentasi dari air kelapa. Menurut teman-teman saya yang mencicipi sih enak. Tapi, saya pribadi tidak cocok minum minuman yang baunya cukup menyengat ini.

Saat saya mengunjungi pantai di sekitaran Trivandrum, ibu kota Kerala, saya juga melihat para nelayan masih menggunakan perahu tradisional. Di sisi lain pantai di kota Kochi, jala-jala berukuran raksasa digunakan masyarakat untuk mencari ikan.

Saya nggak bilang masyarakat Kerala tidak bersentuhan dengan moderenitas, tapi, sepanjang penglihatan saya, mereka masih menjunjung tinggi alam yakni dengan cara hidup berdampingan dan memanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus merusak.

Di kesempatan lain, saya pernah juga menginap di kawasan perkemahan di kaki Gunung Phantom di Munnar. Luar biasa pengalaman “menyatu” dengan alam yang terus terang belum pernah saya rasakan di negeri sendiri. Baru kali itu saya tidur menggunakan tenda di hutan dengan suara-suara serangga yang bikin tidur semakin nyenyak.

Kerala adalah rumah bagi beberapa taman nasional. Saya beruntung dapat mendatangi salah satunya, yakni Taman Nasional Periyar seluas 925 km persegi yang jika saya tidak melihat langsung keasrian taman nasional ini, saya nggak akan nyangka jika ini adalah taman nasional buatan!

Seni dan Agama yang Berpadu di Kerala

Sebelum saya singgung soal seni dan agama yang berpadu dengan baik di Kerala, coba lihat video di bawah ini. Video dengan judul Human by Nature ini menunjukkan keharmonisan masyarakat Kerala dengan alam termasuk juga dengan seni, budaya dan agama yang ada di sana.

India memang dikenal sebagai negara dengan pemeluk agama yang beragam. Ada Hindu, Buddha, Kristen dan Islam. Di Kerala pun masyarakatnya heterogen dan semua hidup damai berdampingan. Bagi umat Islam seperti saya, tidak sulit untuk menemukan masjid di sana. Pun umar Kristen yang juga jadi agama minoritas, untuk menemukan gereja juga mudah.

Salah satu gereja indah yang pernah saya jumpai itu bernama Matummala Matha atau Our Lady of Good Health Church yang berada di tengah perkebunan teh. Indah sekali! Tak jauh dari sana kami juga sempat mampir ke Kalvary Mount/Kalliyanathandu yang merupakan situs ziarah yang berada di perbukitan dan menawarkan pemandangan indah Waduk Idduki.

Keindahan Gereja Matummala Matha

Kalau ini pemandangan di sekitaran Kalvary Mount

Bahkan, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, di Kochi, saya berkesempatan untuk berkunjung ke kanisah yang merupakan rumah peribadatan umat Yahudi walaupun saya gagal masuk karena jam kunjungan sudah berakhir.

Sebuah kesenian yang erat kaitannya dengan sisi spritualitas juga ada di Kerala. Kesenian tari itu bernama Kathakali itu juga merupakan drama musikal di mana penarinya akan menggunakan riasan wajah dan kostum yang berwarna-warni. Tarian yang muncul di video klip Coldplay berjudul Hymn For The Weekend ini biasanya menggambarkan cerita klasik Ramayana, Mahabhrata dan berbagai kisah mitologi Hindu.

Festival di Sree Kumaramangalam

Gajah juga dilibatkan dalam sebuah festival semacam ini

Dalam sebuah pertunjukkan, tak jarang mereka juga mengajak hewan. Umumnya sih gajah yang memang banyak terdapat di India. Saya bertemu gajah liar di Taman Nasional Periyar, namun di beberapa kesempatan pertunjukkan, saya kembali menjumpainya, termasuk saat melihat festival di Sree Kumaramangalam dengan segala macam atraksinya. Sebuah keharmonisan yang bikin iri!

Dengan adanya harmonisasi dan selarasnya kehidupan masyarakat Kerala dengan alam sekitar, tak heran jika perjalanan ke Kerala selau meninggalkan kesan yang dalam. Dan, tentu saja ada rasa rindu untuk kembali lagi ke sana di masa yang akan datang.

Ada yang mau ke Kerala bersama saya? Yuk!

Harmonisasi kehidupan masyarakat dengan alam

Artikel ini disponsori oleh Kerala Tourism. Untuk informasi lengkap mengenai Kerala dapat dilihat di

KERALA TOURISM

Situs: www.keralatourism.org

Instagram: @keralatourism

Facebook: Kerala Tourism

Twitter: @Keralatourism

Youtube: Kerala Tourism

Iklan

72 komentar di “Hidup Selaras dengan Alam di Kerala, India

  1. Sering dengar cerita tentang Kerala tapi baru kali ini baca cerita jalan-jalan di sana. Seru amat nginep di dalam rumah perahu, Mas. Mau dong baca lebih lengkap pengalaman tentang itu.

  2. Jika hidup berdampingan dengan alam meski ada sentuhan modernitas pasti lebih nyaman. Kerala dengan jutaan pohon kelapa dan keunikan hidup masyrakat pun berdampingannya pemeluk agama yang berbeda pasti sangat menarik untuk dikunjungi. Tak heran sering baca salah satu tujuan wisata di India adalah Kerala.
    Penasaran dengan taman nasional buatan yang enggak kelihatan kalau bikinan saking asrinya itu…

  3. Oh, ternyata Kerala itu Tanah Kelapa ya 🙂 Kalau di kita ibarat nyiur melambai di tepi pantai 🙂 SUka banget baca cerita Mas Haryadi. Keren udah menjelajah India sekian kali. Oh, ternyata meskipun mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, mereka bisa hidup berdampingan dengan indahnya bersama umat beragama lainnya.

    • Iya mbak. Sayangnya di beberapa kota di India, hubungan antar agama masih mudah “tergesek”. Kayak yang terjadi di Delhi baru-baru ini. Samalah kayak di Indonesia yang ada secuil kota yang masih riskan benturan perbedaan agama ini.

  4. INDIA. Salah satu negri yang masuk wish list terakhir ku. Karena dulu pernah 2-3 berkunjung ke Delhi untuk tugas kantor, dapat pengalaman yang gak mengenakkan. Tapi setelah baca ini, KERALA sepertinya punya cerita sendiri. Aaahh harus dipertimbangkan ini.

  5. Aku selalu kagum dengan cerita tentang Kerala. Pengalaman hebat sekali Yan pernah ke sana dan melihat langsung kehidupan dan budaya masyarakat sana. Mudah2an punya kesempatan jalan-jalan ke Kerala.

    • Sayangnya kompetisi Kerala Blog Express absen tahun ini. Mestinya masih 2 tahun lagi diselenggarakan. Mudah-mudahan tahun depan ada lagi dan mbak Rien bisa terpilih. Amin.

  6. Palm wine, minuman berfermentasi dari air kelapa. Sungguh ini membuat saya penasaran. Bukan karena saya suka minuman seperti ini. Karena jika baca membaca kata wine. Selalu kepikiran mabuk. Apa mungkin Palm wine bisa membuat mabuk, atau memabukkan.

    • Aku pernah icip minuman fermentasi pas di Eropa. Harus diakui… enak haha. Tapi kalau minuman sopi kayak di NTT itu, baunya aja udah menyengat. Nah, toddy ini juga gak enak baunya hwhwhw.

  7. pengenn dehh ke keralaa.. pertamo tau event ini dari koh deddy. tapi makanan halal dan bersih susah apo mudah kak ditemuken disano? pengen liat deh suasana masjid di kerala hehe

  8. Mauuuuu kalo ada kesempatan ke sana, apalagi di guide Ama mas Yayan yg udh pengalaman :D.

    Duuh beneer, itu gerejanya cantiiiik. Mirip castle kecil jadinya. Salut Ama Kerala bisa hidup berdampingan gini Ama alam. Jadi ga berasa kayak di India sih aku ngeliatnya. Ntah Napa berasa sejuk , asri, less polution Krn LBH hijau kliatan ya 🙂

    • Iya, tinggal di Kettuvalam alias rumah perahu itu khas dan jadi ikon Kerala, Nug. Soal Tranquebar, aku juga pengen ke sana.

      Kanisah sama Sinagog sama aja, kayaknya beda penyebutan aja.

  9. negara ini menjadi panutan jg kalo urusan science dan teknologinya hha. film jg keren.. smg deh bsa mampir ke sini

  10. aku merasa adem ketika baca dan menikmati foto-fotonya om…hahhahaha
    Meskipun teknologi semakin maju, banyak masyarakat memilih hidup menyatu dan dekat dengan alam.

    Kerala memberikan gambaran lain tentang India yan sering dilihat di media. Tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi

  11. Aku sudah dengar nama Kerala dari bertahun-tahun lalu. Deskripsinya mirip seperti yang digambarkan Mas Yayan di sini. Ada alam yang indah dan orang-orang yang hidup berdampingan dengan alamnya. Aku pengen juga dong membuktikan tulisan Mas Yayan dan cerita tentang Kerala.

  12. Kerala itu salah satu kota yang bikin saya ingin banget ke India. Keindahan alam dan masyarakatnya yang hidup selaras dengan alam itu benar-benar menarik perhatian euy. Jadi penasaran banget sama aktivitas penduduknya di sana.

    Kalau mau ke Kerala lagi boleh dong om saya dicolek-colek pake garpu taman. hehehehe..

    • Astagfirullah, serem amat garpu taman. Pake trisula-nya Aquaman boleh? hahahahaha.

      Iya amin mudah-mudahan ada kesempatan main ke sana ya mbak. Sekalian ke India atas. Geret aja tuh si Tari, dia kalo jalan suka gak ngajak-ngajak emang 😀

  13. Lanskapnya mirip-mirip daerah pesisir di Indonesia, ya, Om? Daerah pesisir gitu biasanya makanannya tasty. 😀

    Kayaknya seru tuh Om sepedaan menelusuri Kerala. Capek ngayuh, istirahat di warung terdekat, terus lanjut nggowes ke kota berikutnya. 😀

  14. Taman nasional buatan? Penasaran pengen tahu detailnya gimana, sebelum jadi taman nasional wilayahnya berupa apa, trus kenapa bisa dibikin jadi taman nasional.

    Kalau dari nama ‘Tanah Kelapa’, sedikit banyak mengingatkan pada sebutan negara kita di lagu Rayuan Pulau Kelapa ya. Ternyata alamnya juga mirip-mirip hehe.

  15. perdana menjejak di sini omnduut…penasaran di Kerala ini penduduknya berkomunikasi dengan turis asing pakai bahasa apa? Apakah mereka sudah banyak yg bisa berbahasa inggris?

  16. Salam kenal Om ndut, ini komentar perdana saya. Wah itu atap dari daun kelapa sudah jarang di temukan, kecuali tempat-tempat tertentu.

  17. Kerala memang mejik. Walau aku baru sekali kesana tapi rasanya masih tak habis ini bahan cerita untuk dituliskan 😀

    Masih pengen balik ke Kerala pada saat monsoon, keknya bakal romantis basah gitu deh ((ROMANTIS BASAH))

  18. Ada penonton video yo*tube saya dari Kerala, India, katanya Kerala hampir sama kondisinya dgn Indonesia. Jadi langsung cek google nemu artikel ini. Nice sharing om..

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s