“Marisa Nasution?”
“Bukan, tapi Marisa Tomei.”
Eh, ngelantur. Marisa yang dimaksud adalah nama pulau yang berada di tengah Danau Ranau. Namanya cakep ya! Lantas, darimana nama ini berasal?
* * *
Perjalanan ke Danau Ranau ditempuh sekitar 1 jam dari pusat kabupaten OKU Selatan. Kami sempat main dan makan siang bersama dengan Bupati OKU Selatan, bapak Popo Ali di kantornya yang terletak di atas bukit yang kece itu. Selepas makan, ngobrol dan foto bareng –teuteup, kami, para rombongan fam trip #PesonaSriwijaya harus bergegas menuju Danau Ranau sebelum gelap.
Kenapa?
Karena jalanan berkelok-kelok dan di beberapa bagian terdapat jurang. Makanya, lebih aman berkendara saat hari masih terang. Alhamdulillah, perjalanan yang sempat terhenti karena makan duren di kebun warga itu berakhir menyenangkan di Villa Pusri, sebuah penginapan tempat kami bermalam selama 2 hari. Mengenai penginapannya nanti aku tulis terpisah ya!
Mengenal Danau Ranau
Karena terletak di Sumatra, Danau Ranau kalah gaungnya dengan Danau Toba yang tersohor itu. Padahal dari segi keindahan, Danau Ranau juga nggak kalah kok! Nah, walaupun tidak termasuk di 10 besar danau di Indonesia, dari segi luas yang mencapai 125 km2, Danau Ranau merupakan danau terbesar ke-2 yang ada di pulau Sumatra. Wuih, lumayan banget, kan? Apalagi kalau dibandingin sama danau OPI atau Danau Jakabaring Palembang, kalah jauh –ngakak di pojokan.
Saking gedenya, danau ini bahkan terletak di 2 provinsi. Yakni Sumatra Selatan dan Lampung. Bahkan, dari Lampung Barat, danau ini lebih mudah dijangkau ketimbang dari kota Palembang. Walau begitu, karena lebih dari ½ wilayahnya masuk ke Sumatra Selatan maka Danau Ranau ini menjadi bagian dari Sumatra Selatan.
“Hua bagus bener,” begitu decak kagum temen-temen blogger.
Aku menatap ke sekitar. Gunung Seminung berdiri dengan gagah. Beberapa penduduk lokal terlihat sedang mencari ikan. Di kejauhan, terlihat pepohonan ijo royo. Rasanya adem bener! Intinya aku setuju. Emang cakep ini Danau Ranau. Dan jujur saja, itu kali pertama aku ke sana. Tawaran untuk main ke Danau Ranau sudah lama ada, tapi selaluuu saja gagal. Eh, tahu-tahunya diajakin jalan ke sana bareng blogger-blogger kece, ya makin dobel-lah senengnya.
Kalau jalan sama tukang narsis, ya belum apa-apa udah begini aja coba xixixi. Walau agak rintik, gak peduli, pokoknya we-fie jalan teruuuuus. Sayang aku gak diajakin –baper. Hahaha.
Menerjang Ombak Menuju Pulau Marisa
Pagi hari, di waktu yang telah ditentukan, kami berkumpul di restoran hotel untuk sarapan pagi sebelum menuju ke Pulau Marisa. Muka-muka ngantuk setelah dangdutan semalam langsung cerah setelah menyeruput kopi OKU Selatan hangat yang nikmat itu. Belum lagi ditambah sepiring nasi goreng, beuuh, pagi yang sempurna!
“Hayo waktunya sudah habis,” ujar Dwiki, “satpam” kami selama trip.
Seperti anak TK yang dibimbing oleh guru, kami berbondong-bondong menuju dermaga. Untungnya Villa Pusri ini memiliki dermaga sendiri, modal jalan kaki sedikit udah sampe di dermaga yang terletak di bagian bawah villa. Di sana, nampak 2 perahu berukuran sedang siap mengantarkan kami menuju pulau Marisa.
Seperti biasa, kalau udah ketemu tempat kece, kita selfie-selfie lagi dong ah! Hahaha. Apalagi kemarin sore memang nggak puas foto-fotonya karena gerimisnya makin mengundang –kayak judul lagu. Selagi kapal-kapal dipersiapkan, kamera dioperasikan secara maksimal.
“Pak ini boleh nggak duduk di atasnya?” tanyaku ke pengemudi kapal.
“Boleh mas,” jawab beliau.
Wah kalau bisa duduk di atap perahu tentu lebih seru. Aku, om cumi, Khai, Pojie langsung nge-cup posisi paling strategis di ajungan kapal. Mbak Tika, Inggih, Maman, mbak Susan ikutan duduk di tengah atap. Sisanya berada di kapal lain dan ada juga yang memilih duduk di dalam.
Kapal melaju dengan kecepatan sedang. Di sisi lain terlihat kapal yang dikapteni oleh Adis mendahului kami. Ya baguslah, jadi bisa dapet foto dengan bekgron kayak gini. Mengarungi danau Ranau dengan paparan sinar matahari pagi itu nikmatnya luar biasa.
Ya, namanya juga danau ya. Sebetulnya nggak ada ombaknya. Tapi ntah kenapa saat itu air di danau lumayan berarus. Gelombang airnya lumayan kerasa, walau gitu nggak yang ekstrim bangetlah! buktinya kita masih bisa foto-foto. Aku yang biasanya gak doyan difoto jadi tergiur buat pose juga. Kapan lagi, kan? Nah ini salah satu foto yang berhasil dijepret oleh om Cumi atau Khai, lupa hehe.
Jarak tempuh dari hotel menuju pulau Marisa sekitar 20 menit. Ternyata pulau Marisa ini ukurannya cukup kecil (dan makin hari makin terkikis karena baying-bayang abrasi) dan banyak ditanami pohon kelapa sehingga pulau Marisa dikenal juga dengan nama Pulau Kelapa.
Lalu siapakah si Marisa, ini? Ternyata nama ini diambil dari nama pemiliknya. Yup! Pulau ini ntah gimana ceritanya ternyata dimiliki oleh orang yang bernama Bapak Mariza atau oleh penduduk setempat disebut Marisa. Pulau ini memiliki sumber air panas yang biasanya digunakan oleh warga dan juga ada sedikit perkebunan di sana. Ntah ya apakah ini pulau eksklusif yang hanya boleh didatangi pemilik saja. Yang jelas saat itu kami hanya mengitari pulaunya saja dan langsung menuju sumber kolam pemandian air panas yang berada di kaki gunung Seminung.
Basah-basahan di Danau Ranau
Hanya sekitar 5 menit menggunakan perahu, kami sudah sampai di pemandian air panas. Ada 3 paviliun berukuran besar yang dapat digunakan pengunjung untuk bersantai. Untuk kami yang niatnya mau berenang di sana pun dapat menggunakan salah satu paviliun untuk berganti pakaian.i
Ternyata kolam pemandian air panasnya terletak terpisah dengan danau Ranau. Aku sempat menyentuh air di dalam kolam dan uwow puanas buanget!
“Kalau mandi disini bisa mateng, nih!” celotehku.
“Nggak itu bagian bawahnya tidak begitu panas. Coba mas masuk dulu dan airnya diaduk-aduk, lama-lama akan terasa dingin,” ujar si ibu, pemilik penyewaan ban renang yang ada di sana.
Aku sih lebih tertarik berenang langsung di danau Ranaunya. Eh ternyata semua juga begitu. Jadilah, kami semua nyebur ke dalam danau yang ternyata airnya juga hangat, lebih-lebih yang jaraknya dekat dengan kolam air panas tadi.
Masing-masing dari kami memakai ban pelampung yang disewa. Kita sudah pada asyik main air tapi ada satu sosok yang masih belum ikutan nyebur tapi malah asyik melakukan sesi pemotretan dengan hanya menggunakan pakaian dalam saja. Huaa, aku terharu, akhirnya aku bisa melihat langsung peragaan dari model celana dalam paling ngehits abad ini!
Tak lama kemudian, om Cumi ikutan basah-basahan bersama kami. Ini dia fotonya yang aku culik tanpa izin dari blog cumilebay yang ketje itu.
Seru! Seru! Dan seru! Main air yang kurang lebih 30 menit itu dihiasi dengan adegan loncar meloncat dan haha-hihi berjamaah. Alhamdulillah, hepi bener, dah! Di sisi lain Dwiki si pak satpam hanya melirik sirik dari pinggir hahaha.
“Guys, 10 menit lagi udahan ya,” sahut beliau.
Tuh kan, baru juga hepi bentaran doang. Nih orang paling gak asyik buahahahaha. Tapi ya emang udah jadi tugasnya Dwiki dan Inggit untuk memastikan perjalanan berjalan sesuai jadwal. Ya sudah, ketimbang “ketinggalan kereta” mending nurut. Kita mulai naik ke atas dan berganti pakaian.
“Heh nggak mandi?”
Nggak, nanti aja di hotel. Lagian deket kok! Hwhw. Sebelum pulang, mbak Suzan, Khai, Jo dan Hendric penasaran sama kolam air panasnya. Jadilah mereka nyobain sebentar. Yang lain nggak kuat sama jari-jari yang udah kecut haha. Ya sudah, mari kita pulang sambil basah-basahan. Beda dengan perginya yang berebut duduk di atas, karena panas, pulangnya kita duduk di dalem adem-ademan.
Walaupun akses dari Palembang ke Danau Ranau lumayan jauh, sekitar 7 sd 8 jam perjalanan non stop, tapi jika ada kesempatan, Danau Ranau sangat laik untuk dikunjungi. Bagi yang butuh jasa guide gratis, bisa kontak mas Budi Mulya ya (yang fotonya aku tampilin di blog ini). G R A T I S!
“Heh kok bisa? bener nih gratis?”
Yup, karena mas Budi ingin menyokong majunya pariwisata di OKU Selatan khususnya sekitaran Danau Ranau. Dengan catatan disesuaikan dengan kesibukan pekerjaan mas Budi ya. Jika tertarik bisa kontak di 0822-8204-3673 atau sapa di FBnya di : Budi Mulya.
Aku jd pengen punya pulau juga spt Bu Marisa, Hehehe..
Aku gak mau, soalnya percuma punya pribadi tapi gak ada yang nemenin *curhat*
OK fine ngak ada foto gw secuil pun, cukup ngerti aja …. Bye #MelenggosTampan
Sebagai gantinya ada backlink biar blognya om cumi tembus 10 juta views hahahaha. *padahal aku yang aslinya ngarep dapet berjuta-juta kayak om cumi hwhwhw*
Luas sekilas nampak lautan kayak danau toba. Must visit klo kesana.
Hayooo jelajah Sumatra 🙂
Huweee… Keren Ooom. Itu mupeng beratsss bisa jejalanan di sana. Hiks-hiks. Kenapa sih baru ngeblog sekarang dan kenapa memajukan wisata Sumbagselnya baru sekarang? Kenapa gak sembilan tahun lalu? *MUPENG!
9 tahun lalu mainannya diary mas Dani hwhwhwhw
Delapan jam!! Jauh juga ya, padahal masih di Sumatera Selatan >.<
Oke catet dulu nomor mas Budi Mulya barangkali aja next trip Sumatera bisa mlipir cari Marisa Nasution ehh maksudku ke Danau Ranau 😀
Iya jauh. Ke Pagaralam malah lebih jauh bisa 8 sd 10 jam hahaha. Oke, simpen aja 🙂
Aku kangeeeen nyebur cantik disini hahahhahaha xD
Dak sadar diri men punyo buntut depan. Nak becantik-cantik pulo *sodoringincu*
Oi mangcek dari jaman aku kecik dulu pengen nian kesini, padahal deket dusun bapak aku, tapi dak pernah diajak ke tempat ini… Kesian nian eee…
Oi Lur, aku jugo pengen nian nyebur di sungai Thames, tempat dusun buyut aku, sayang dak eh BELUM kesampaian *ngarep* :))
Pacaklah kagek… Thames river samo bae cak sungai musi katek bedanyo… Tower bridge samo bae pecak Jembatan Ampera, bedanyo masih biso dibuka tutup bae jembatannya untuk perahu nyeberang…
Iyo yo, cubolah men Ampera pacak dinaik turun, bakalan seru dan siru nian 🙂 kalo mudik Plembang kabar-kabari yee
Iyo, seru tapi macetnyo yang dak kuat… Dak naek turun bae katonyo ampera lah macet.. Apolagi amun ado naek turun cak itu…
Semoga Plembang lebih maju. Nak ado MRT pulok yeaay
kalimat pembukamu selalul unik ya bang? 😀
btw ama danau singkarak gedean mana bang?
Gedean danau Ranau bang Yud. Gedean lagi hatikuuuh yang sering dicampakkan wanita #apasih
itu maksudnya penekanan ingin mencari atau menegaskan tetap ingin megang prinsip single is happy? 😀
Aku percaya kebahagian itu “berlaku kelipatan” (kayak promo belanja), jadi kalo single happy, double lebih happy. Triple lebih-lebih lagi happynya 🙂
asyiik… aku aminkan ya… semoga langsung triple 😀
Keren banget euy bisa punya pulau sendiri
Mestiii horang kayah 🙂
Pas baca judulnya, yg lgsg kebayang emang Marisa Nasution. Hahahah. Pemandangannya….amboiiii cakep. Inget ya, pemandangan. Pake bold. Hihihihi.
Kalo orangnya bukan cakep tapi GANTENG bin SEMOK hahaha
Mulia bangeeeeet mas budi nya
Iya sesuai namanya hehehe
Danaunya keceee. Pemandangannya cakeepp. Cucok buat melamun *eh 😀
Cocok buat berenaaaang
Om nduut aku juga pernah ke danau ranau tapi dari liwa ibu kota kab. Lampung Barat hanya membutuhkan waktu 1,5 jam saja
Iya, dari sana jauh lebih dekat ya. Kalau dari Palembang ampun jauhnyaaa
kece danaunya .. sayang kalah pamor dari Toba
mudah2-an setelah muncul d blog ini jadi terkenal 🙂 … aamiin
Amin amiin 🙂 harus didukung dengan sarana pra sarananya juga.
Ping balik: Discovering Lake Ranau in South Sumatra | The Occasional Traveller
Ping balik: Terpukau Keindahan Danau Laut Tawar di Takengon, Aceh | Omnduut
kerennnn kerennn spotnya… jadi pengen ikut nyemplung
omnduut, ijin nyomot foto pulau marisanya yahh, ada di postingan blog terbaruku about danau ranau. soalnya aku nda sempat ke pulau marisa, hehe. thanks before.
Sip gakpapa pake aja