
.
Demi apa, akhirnya aku bisa menginjakkan kaki ke provinsi paling barat di Indonesia : Provinsi Aceh. Alhamdulillah banget, pingin jumpalitan dan goyang gojigo saking senengnya. Walaupun, yeah, baru Takengon yang berada di Aceh Tengah saja yang aku datangi. Tapi, tetep dong seneng. Secara udah lama pingin ke Aceh. Pingin icip Mie Aceh yang enak itu dan juga… nganu, katanya cewek-cewek di sana tjakep!
Untuk kabupaten dengan luas “hanya” 4.318 km persegi, ternyata Takengon menyimpan banyak pesona pariwisata yang sayang banget jika dilewatkan. Saat berkunjung ke Takengon, aku memiliki waktu efektif kurang lebih 3 hari saja. Selama itu, dengan perjalanan yang santai, aku dapat mengunjungi beberapa atraksi menarik. Apa saja? Aha, ini dia!
Main ke Bandaranya yang Lucu
Takengon itu berada di tengah-tengah antara Banda Aceh dan Medan. Jarak tempuh dari dua kota itu menggunakan mobil berkisar antara 7 sd 8 jam. Namun, jika kamu gak mau capek, bisa banget naik pesawat dari Medan dengan jarak tempuh sekitar 1 jam saja. Sejauh ini, hanya ada satu penerbangan dari Kuala Namu Medan (KNO) ke Bandar Udara Rembele (TXE), yakni maskapai Wings Air.

Bangunannya kecil namun modern dan pemandangannya indah
Bandaranya baru, modern dan rapi. Walaupun disebagian area nampak berdebu karena lama tak disapu-pel. Lucunya, karena hanya ada satu penerbangan saja dalam satu hari, begitu pesawat dari Medan tiba ke Takengon, dan bertolak lagi ke Medan, bandaranya langsung tutup, begitu pula dengan kantin-kantin yang ada di lantai 2 bandaranya. Hahaha, gokil!
Jika kamu menggunakan pesawat, jangan lupa untuk memilih window seat ya. Kenapa? Biar kamu bisa melihat langsung pemandangan indah seperti ini! Pastikan kamu memilih kursi di sisi kanan saat berangkat dan sisi kiri saat pulang, ya! Hehehe.

Mau dapat pemandangan seperti ini? jangan lupa pilih kursi sebelah kanan
Info : Penerbangan dari Medan ke Takengon berlangsung setiap hari pukul 08:00 WIB, sedangkan penerbangan dari Takengon ke Medan berlangsung setiap hari pukul 09:20 WIB. Harga tiketnya sekitar Rp.400.000 sd Rp.450.000 sekali jalan.
Merasakan Kesegaran Air Terjun Mengaya
Air terjun yang berada di Desa Mengaya, Kecamatan Bintang ini tak terlalu sulit untuk dijangkau. Letaknya sendiri tak jauh dari Danau Laut Tawar. Pengunjung hanya diharuskan berkendara sekitar 20 menit dari tepi jalan, sebelum kemudian mencapai pintu gerbang lokasi air terjunnya.

Kesejukan Air Terjun Mengaya yang menggoda
Dari area parkir, aku cukup berjalan kaki sekitar 20 menit lagi untuk mencapai air terjun pertama. Heh? Emang ada yang kedua? Ada! Tapi akses ke air terjun yang kedua lebih sulit dan karena keterbatasan waktu, kami gak ke sana. Yang paling aku suka dari air terjun ini adalah suasananya yang asri. Beberapa pohon kopi juga nampak berjejer rapi. Sayang, saat kesana aku gak nyobain nyebur karena… lagi diare! Hwhwhw.
Mengelilingi Danau Laut Tawar
Ini adalah ikon utamanya Takengon. Coba deh kalau googling dengan keyword “Takengon” dapat dipastikan foto yang muncul adalah foto Danau Laut Tawar ini. Ada apa saja sih di Danau Laut Tawar ini? Yang jelas banyak ikan hwhw. Tercatat ada 37 jenis ikan di Danau Laut Tawar ini. Selama berada di Takengon, kami mencicipi beberapa ikan khas yang ada di sana. Rasanya? Sedap bukan kepalang! Namun di sisi lain danau ini juga erat kaitannya dengan kepercayaan (sebagian) masyarakat tentang mahkluk-makhluk asing yang mendiami danau ini.

Keindahan Danau Laut Tawar

Beberapa tambak yang ada di sekitaran danau
Diantaranya Putri Ijo, makhkluk yang dipercayai berbentuk mirip dengan putri duyung. Belum lagi Lambide, makhluk menyeramkan yang diyakini doyan menghisap darah manusia –apalagi yang montok kayak aku. Belum lagi adanya naga yang dipercayai “menjaga” danau ini. Percaya atau nggak, kembali ke pribadi masing-masing. Hehehe.
Yang jelas, Danau Laut Tawar menjadikan Takengon sedemikian indah dan menjadi napas tersendiri bagi kota pegunungan nan sejuk ini. Memang kadang masih ada ancaman longsor dari dinding-dindingnya yang renta. Saat ke sana juga sempat ada kejadian longsor. Alhamdulillah banget aku dan rombongan masih selamat. Walau begitu, aku sama sekali nggak kapok. Mau deh balik lagi ke Takengon!
Menyantap Sajian Kuliner nan Menggoda
Hi mamen! Aku ada di Aceh! Mestilah nyobain kulinernya yang sedap itu. Terutama banget Mie Aceh. Aku, yang penggemar mie sejati ini ironisnya pertama kali nyobain Mie Aceh di Bandar Lampung. Enak juga sih, tapi jelas yang ori lebih kece bana-bana! Padahal waktu itu nyobain makan di warung pinggir jalan doang, loh! Tapi rasanya bikin merem melek.

Jangan sampai tergoda, guys! ikan asli Danau Laut Tawar, nih!

Makan sambil ditemani secangkir kopi gayo yang sedap
Di saat yang bersamaan, aku nyobain martabaknya yang tak kalah enak. Martabaknya tanpa kuah, beda banget dengan Martabak HAR Palembang. Tapi aku juga suka kok. Sekilas mirip martabak India yang aku makan di Kuala Lumpur.
Minumnya apa? Nah, Takengon inilah Tanah Gayo! Jelas harus nyobain kopi gayo yang tersohor hingga ke mancanegara itu. Kopi gayo sendiri dapat disajikan dalam beberapa bentuk. Ada yang diseduh original, ada yang ditambah campuran susu segala. Nikmatnyaaaa! Aku yang bukan penggemar kopi aja harus mengakui jika kopi gayo ini punya cita rasa yang sangat khas.
Shalat di Majid Raya Ruhama
Aku dan rombongan beruntung menginap di hotel yang letaknya sangat strategis dan dekat sekali dengan masjid raya ini. Selama di Takengon, aku beberapa kali shalat di sini, termasuklah shalat Jumat. Selebihnya, kami bisa shalat di masjid mana saja yang memang mudah ditemukan di Aceh.
Masjid Ruhama ini didirikan pada tahun 1969 di atas tanah wakaf seluas 1.250 meter persegi. Letaknya persis di perempatan jalan sehingga aksesnya mudah dijangkau dari mana-mana. Berdiri dengan dikelilingi perbukitan, menjadikan masjid ini nampak sangat berbeda. Indah sekali! Apalagi kalau pagi, saat kabut masih banyak dan turut menyelimuti kubahnya yang megah dan indah itu.

Masjid Raya Ruhama Takengon yang megah

Kabut di pagi hari yang mulai memudar
Masjid yang dapat menampung hingga 2000 jamaah ini menurutku juga relatif bersahabat dengan wisatawan. Aku sempat melihat wisatawan asing datang ke sana, namun oleh penduduk dan penjaga diberi izin. Sederhana, namun kejadian yang berbeda aku alami saat mengajak wisatawan asing ke Masjid Agung Palembang, hiks. Ah, semoga masjid raya ini senantiasa terjaga dan bermanfaat bagi penduduk sekitar.
Menyongsong Fajar di Pantan Terong
Pantan Terong adalah dataran tertinggi yang ada di Takengon. Berada di kecamatan Bebesam, sekitar 7,5 km dari pusat kota Takengon, jalanan menuju ke sana memang cukup curam. Maklum saja, objek wisata Pantan ini, berada di ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut. Tak semua kendaraan mampu melaju hingga ke titik pemberhentian. Salah satu dari kendaraan yang membawa kami tak mampu menanjak, sehingga aku dan rombongan diangkut secara bergantian hehe.

Narsis di Pantan Terong
Objek wisata Pantan Terong pertama kali diresmikan pada tanggal 17 Agustus 2002 oleh bapak Drs.H Mustafa M.Tamy, MM, Bupati Aceh Tengah kala itu. Konon, sebelumnya, Pantan Terong tak ubahnya hutan yang tak terurus. Sekarang sih udah bagus ya! Ada bangunan besar di bagian atas. Sayangnya tak terurus dan tempat yang pernah jadi lokasi paralayang ini sepi pengunjung, setidaknya saat kami berada di sana.
Jika kuat mata sih, bagusnya ke Pantan Terong saat subuh untuk menyaksikan proses matahari terbit. Tapi mesti hati-hati, ya! Karena jalanannya curam dan sisinya jurang. Gak lucu dong ya, sengaja nyari sunrise tapi malah membahayakan diri.
Melihat Jejak Sejarah di Loyang Mandale
Siapa sangka, Takengon juga ternyata menyimpan jejak sejarah yang luar biasa. Yakni Loyang Mandale, situs yang memuat bukti peradaban berusia lebih dari 9000 tahun lalu di Loyang Mendale, Takengon. Siapa sangka, situs arkeolog Loyang Mendale yang ada di tepian dulunya kandang sapi!
Yup, kawasan bebatuan dan berbukit ini dulunya memang digunakan warga untuk mengandangkan hewan ternak. Tak hanya itu, sebagian lahannya digunakan warga sebagai kebun kopi juga. Ternyata, ini kawasan yang menyimpan sisa peradaban manusia 9000 tahun lamanya. Temuan arkeologi yang ditemukan diantaranya kerangka manusia, pecahan gerabah/tembikar, alat batu masa mesolitik dan neolitik, manik-manik dari kaca, gigi binatang, maupun cangkang kerang hewan laut.

Serasa Indiana Jones di Loyang Mandale
Rangka manusianya pertama kali ditemukan pada tahun 2009 yang berada di kedalaman 80-90 cm dimana jenazah ini diletakkan dalam posisi terlentang dan ditumpuk dengan batu pemberat. Situs arkeologi ini sekarang ditangani oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara dan masih terus diteliti hingga sekarang.
Belajar Berkebun di Takengon
Kebun apa? Tentu saja kebun kopi hehe. Secara ya, Takengon kan terkenal banget sama kopi gayonya. Kalau jalan di Takengon, mudah sekali menemukan kebun kopi. Pohon kopi ditanam seperti halnya pohon pepaja atau jambu kalau di daerah lain. Dimana-mana kopi! Dan jadinya sih sedap dipandang mata karena daunnya yang ijo royo-royo itu.

Ini dia kopi yang tersohor hingga ke mancanegara aitu
Kopi yang dihasilkan di Takengon berjenis arabica. Sedangkan kopi robusta dapat ditemui di daerah Ulee Kareng. Dulu sih aku sempat ya berwisata ke kebun kopi yang ada di Semendo. Namun, berkunjung ke kebon kopi yang ada di Takengon ini jauh lebih menarik!
Aku baru tahu kalau di antara pohon kopi, biasanya ditanam juga tumbuhan lain, misalnya saja jeruk, pepaya, petai cina dsb. Buat apa? Ternyata agar tanaman kopi menyerap bau yang dihasilkan oleh tumbuhan lain tersebut. Makanya, tak heran ada yang minum kopi namun sedikit beraroma jeruk nipis misalnya.

Petani yang tengah bekerja di kebun nanas

Nanasnya besar! tolong fokus ke nanasnya aja. Jangan ke adik-adik Takengon yang manis ini. Hehehe
Kebun lain yang kami datangi di Takengon adalah kebun nanas. Bisa kubilang, nanas Takengon ini luar biasa enak! Ukurannya besar dan rasanya lebih soft di lidah. Pas banget aku kena diare kan selama di Takengon, tenyata nanas dapat membantu mempercepat proses penyembuhan diare. Makanya, aku kalap makan nanas selama di sana. Bisa dimakan langsung, atau juga dibikin jus. Alhasil, setelah banyak minum air putih, konsumsi obat warung, banyak makan nanas, diareku cepat sembuh. Alhamdulillah!
Blusukan Ke Goa Putri Pukes
Ada 2 goa terkenal yang ada di Takengon. Yang pertama bernama Goa Loyang Koro, dan yang kedua bernama Goa Putri Pukes. Kedua goa ini berada di tepian Danau Laut Tawar namun di sisi yang berbeda. Saat itu, aku dan rombongan hanya berkesempatan datang ke Goa Putri Pukes saja yang dalam bahasa setempat Pukes = Cantik.
Banyak legenda yang melatar belakangi kejadian ini, namun, menurut pemandu Gua Putri Pukes, diceritakan pada zaman dahulu ada raja yang lama tak memiliki keturunan. Mereka berdoa diberi anak dan berjanji jika mendapatkan anak laki-laki, akan menjadi penerus raja, namun jika perempuan akan dijadikan penunggu setia Kampung Nosar.

Begini penampakan Goa Putri Pukes
Mereka memperoleh anak perempuan. Belakangan ketika menikah, si anak ingin mengikuti suami tinggal di desa lain. Orang tua memberi restu dengan syarat, si anak pergi tanpa pernah menoleh ke arah belakang. Sayang, karena rasa khawatir terhadap orang tuanya, si putri menoleh ke belakang lalu alam bergejolak. Petir menyambar dan putri lari ke sebuah gua untuk mencari perlindungan. Di sanalah ia berubah menjadi batu. Gua yang berada di Desa Mandale, Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah ini ramai dikunjungi wisatawan setiap harinya dari pagi hingga sore dengan tiket masuk Rp.5.000 saja. Murah, kan?
Keliling Kota & Gaul Sama Orang Lokal
Saat berkunjung ke satu tempat, kita memang pendatang dan bisa jadi merasa asing dengan daerah yang tersebut. Namun, gak ada salahnya kok jika gaul sama orang lokal. Gaul dalam hal positif tentu saja hehe. Caranya? Sederhana sekali : mulailah melakukan perbincangan. Dari sekadar sapa basa-basi, siapa tahu bisa ngobrol lebih banyak dan tentu saja gambaran mereka dalam menjalankan aktivitas sehari-hari akan mudah kita ketahui.

Berkenalan dengan pemuda/i berprestasi ini
Aku banyak mengenal teman baru selama berada di Takengon. Dari pedagang di pasar, dua pemuda/i yang melakukan pertunjukan tari Guel, pengunjung lokal dari kota lain di sekitaran Aceh, anak-anak yang bersemangat shalat berjamaah di masjid, hingga pemandu lokal yang menemani perjalanan kami selama berada di Takengon.

Sisi lain kota Takengon

Berkenalan dengan anak-anak asli Gayo yang berani ini

Main ke pasar tradisional? wajib!
Sudah jadi kebiasaanku, jika berkunjung di satu tempat yang baru, sebisa mungkin main ke pasar tradisionalnya. Selalu ada cerita menarik di pasar tradisional. Selain, nganu… tentu saja banyak jajanan pasar yang dapat ditemukan di sana hahaha –ujung-ujungnya soal makan ya, tetep!
Kalap Belanja Oleh-oleh
Walaupun aku anti banget ditagih oleh-oleh hwhw, tapi yang namanya pelesiran ke tempat yang jauh, rasanya sayang jika pulang dengan tangan kosong, ya! Hahaha. Apa oleh-oleh paling utama dari Takengon? Ya, kamu benar sekali : kopi!

Salman ngeborong oleh-oleh hehe
Harga kopi kemasan yang dijual sangat bervariasi. Rata-rata satu bungkus kecil berukuran ¼ kg dihargai Rp.20.000 sd Rp.25.000. Ada banyak sekali toko penjual kopi di Takengon. Salah satu yang aku rekomendasikan adalah kedai Rebbe Coffee yang dimiliki oleh Iwan Aramiko yang pernah menjadi finalis Wirausaha Muda Mandiri di tahun 2002. Walaupun menempati kedai yang sederhana, namun produk yang dijual boleh diadu. Aku suka, karena di bagian dalam kedai, pengunjung dapat melihat langsung proses pengolahan kopinya.
Jika mau membawa oleh-oleh lain, bisa mampir ke toko souvenir Ida Krawang. Di sini, tersedia berbagai macam benda mulai dari tas, baju, kain, ikat kepala, dompet, peci, syal dan masih banyak lagi. Aku sendiri sempat membeli sebuah peci dan syal yang aku pakai tiap kali ke masjid selama Ramadan lalu. Seneng deh, bordirannya rapi dan motifnya emang bagus. Oleh-oleh yang sungguh bermanfaat.
“Mendaki” Gayo Highland
Last but not least, jika berkesempatan berkunjung ke Takengon, maka datangilah Gayo Highland atau oleh penduduk setempat biasa disebut dengan Bur Gayo, yakni sebuah tempat yang berada di bukit tak jauh dari pusat kota. Coba lihat foto ini, langsung diambil dari jendela hotel loh! Emang lokasinya dekat sekali!

Udah macam di hollywood sana, kan?
Macam Hollywood Sign yang berada di Mount Lee di Los Angeles sana, marka besar bertuliskan Gayo Highlandlah yang berdiri di atas bukit ini. Ukurannya besar, makanya dapat terlihat dari sebagian besar penjuru kota.
Untuk menuju ke sana, bisa menggunakan mobil dan motor. Namun, aksesbilitas motor lebih oke ketimbang mobil karena motor dapat digunakan hingga ke titik dimana marka berada. Jika naik mobil sih, sebatas area parkir dan harus mendaki kecil sekitar 15 menit. Disarankan untuk datang ke sini dari sore hingga petang menjelang.

Kota Takengon dilihat dari Gayo Highland

Nah ini sisi yang memperlihatkan Danau Laut Tawarnya
Menikmati kota Takengon dan Danau Laut Tawar dari yang semula terang, lalu meredup hingga kemudian gelap hanya bersisa cahaya lampu dari setiap bangunan yang ada di Takengon, buat liburan singkatku di Takengon kian berkesan. Kebetulan banget, aku ke Gayo Highland ini di hari terakhir. Jadi, kesan ngangeninnya makin terasa begitu kaki mulai meninggalkan Takengon. Ah… semoga bisa kembali ke Takengon suatu saat nanti.
Pelesiran Itu Nggak Susah, Kok!
Oh ya, beberapa teman mengontakku dan bertanya mengenai akses transportasi dan penginapan selama di Takengon. Untuk transportasi udara, sudah aku bahas di poin pertama, ya! Nah, selanjutnya, untuk ekplorasi kota Takengon memang sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi.
Kendaraan umum berupa angkot sih ada, cuma nggak banyak destinasi yang dapat dijangkau. Untuk yang membutuhkan informasi penyewaan kendaraan di Takengon, bisa kontak bang Akhi di no telp 0852-7019-2844 ini ya.
Bagaimana dengan penginapannya? Nah, karena Takengon ini kota kecil, belum terlalu banyak penginapan besar berdiri di sini. Ada beberapa penginapan sekelas bintang 1 atau 2 di Takengon. Salah satunya adalah penginapan Bayu Hill yang berada di kawasan Merah Mersa. Secara umum, penginapannya cukup baik dan nyaman. Untuk digunakan berstirahat setelah lelah mengekplorasi Takengon sih lumayanlah ya.

Keindahan Takengon
Agar Kita Dapat Sering Liburan
“Kamu kok liburan terus sih, Yan?”
Hahaha, kenapa ya orang selalu menganggap aku pelesiran mulu? Eh, tapi kalau dipikir-pikir emang tahun ini aku cukup banyak melakukan perjalanan jelajah Indonesia. Selain emang kesempatan dan rezekinya ada, hari gini merencanakan perjalanan emang mudah! Misalnya aja, untuk pemesanan tiket pesawat/kereta dan hotel, semua dapat dilakukan dengan menggunakan satu aplikasi saja.
“Kamu banyak duit ya, Yan?”
Pantes deh aku gendut, kenyang disangka tajir dan anak bangsawan –diaminin aja hwhw. Aku sering banget mendapatkan pertanyaan seputar dari mana uang yang digunakan untuk berlibur. Padahal jawabannya simpel banget : menabung! Hmm, mungkin karena jalan-jalan jadi (salah satu) priotitasku juga kali, ya! Sehingga menyimpan dana, dan mengalokasikannya untuk pelesiran menjadi mudah dilakukan.
Sering banget kan nemu orang yang merasa “miskin” gak punya duit buat pelesiran tapi menenteng gawai model terbaru atau tiap kali ada duit, ya dipakai buat nongkrong di cafe atau beli baju yang banyak biar kalau difoto bisa keliatan bajunya nggak itu-itu mulu. Padahal, nih menurutku ya, mendingan pake baju yang sama tapi latar belakangnya ganti-ganti. Betul gak sih? –again, it’s all about priority of life.
Stt, satu rahasia dari perjalanan-perjalanan yang aku lakukan sehingga aku bisa #TravelTerus itu ialah dengan cara memanfaatkan loyalty point yang ditawarkan oleh Traveloka. Apa itu? Aha, katakanlah itu bonus dari Traveloka bagi pengguna setia aplikasi Traveloka yang digunakan untuk pemesanan pesawat dan hotel.

Sungainya bebas sampah
Jadi nih ya, berhubung aku udah mendaftar dan pakai aplikasi traveloka sejak lama, tiap kali aku melakukan pemesanan tiket pesawat dan hotel, aku mendapatkan poin yang dapat digunakan kembali nanti untuk pembelian tiket dan pemesanan hotel di perjalanan selanjutnya.
“Eh tapi, itu satu aplikasi hanya untuk dapat dipakai untuk kamu sendiri ya, Yan?”
Eh tentu saja nggak. Dalam satu aplikasi, kita dapat menggunakan untuk pemesanan orang-orang terdekat. Selama ini, tiap kali ada anggota keluargaku yang butuh tiket pesawat dan penginapan, aku selalu gunakan aplikasi Traveloka untuk melakukan pemesanan. Nah begitu juga dengan poin yang sudah terkumpul pun dapat digunakan untuk pemesanan tiket pesawat dan penginapan kerabat terdekat.

Ini dia caranya menggunakan poin Traveloka
Takengon, salah satu daerah yang ingin saya jelajahi. Indah banget ya
Iya kang. Semoga berkesempatan ke Takengon, nanti.
Aku udah nyicip traveloka poin buat pesan kamar hotel.. terus kemarin ke KL lewat Jakarta aku juga pake traveloka poin.. Lumayan hemat budget aku, Yan.
Penasaran buat diajak ke Takengon 😀
Alhamdulillah, aku pun beruntung biso pake poin ini buat pesen hotel ayah-ibu. Amin.
Duh Takengon 😍😍
Ngomong-ngomong soal loyalty poin, hohoho aku suka banget niih. Gak nyangka banget ya, karena sering transaksi lewat Traveloka app, tau2 poin udah banyak aja.. Jadi bikin pengen traveling terus ya? 😁😁😁
Banget! soalnya ngerasa gak rugi pake traveloka buat pesen. Bisa dapet poin yang nanti bisa dipake lagi, yihaaa
Banyak banget yang bisa kita jelajahi selama di satu tempat. Kuliner, melihat hasil karya cinderamata, berinteraksi dengan warga setempat menjadi yang paling utama
Betul. Apalah artinya sebuah perjalanan tanpa interaksi di dalamnya 🙂
Waaahh pemandangan di jendela pesawat seperti lukisan ya, cantiknya Takengon.
Iya mbak, seperti lukisan 🙂
Waahh pemandangan di jendela pesawat seperti lukisan, cantiknya Takengon.
Iya, alhamdulillah banget aku pilih jendela yang bener haha. Kalo sebelah kiri pemandangannya hanya hutan dan gunung. Kalo kanan bonus rumah 🙂
Cuacanya mendukung sekali Om,
Aku pas ke situ tengah Agustus kemarin, lepas makan siang hujan terus sampai malam, kedinginan kita…ahahah
Eh Om, pas muter2, orang yang nganterin adakah yang namanya Bang Dika?
Dika…Dika…Dika… rasanya ada deh. Tapi yang paling aku ingat itu bang Akhi, karena dia kepala rombongan hehe.
Iya alhamdulillah cuacanya relatif bagus. Sebetulnya kita ketemu hujan juga, tapi gak lama.
tertarik sama situs arkelologinya
Harusnya situs itu bisa dibikin lebih baik 🙂
Duh seger ya pemandangannya..Tapi makanannya bikin gagal fokus.hhmmm
Makanan Indonesia gitu, gak ada lawan! hehehe
kerjaannya main melulu nih sama anak corner haha…
kapan aku di ajakin kesana…
Haha, alhamdulillah, berkat diajakin Salman.
Jam operasionalnya gak 24 jam ya bandaranya.
Sekarang aku juga lagi ngumpulin loyalti point nih, jadi kalau pesen hotel lebih suka di traveloka hehehe
Bahkan cuma operasi 2 sd 3 jam saja hahaha
Aku jadi laper lihat jenis kuliner di Takengon. 😦
Anw, aku tertarik tuh ke Loyang Mandale. Beneran sisa peradaban 9000 tahun lalu?
Iya bener. Tapi kerangka mayat yang ditemukan di sana sudah dipindahkan untuk penelitian.
Wuaaaa Takengon cantik sekali
Banyak tempat kece ya disana. Btw itu danau laut tawar, berarti luas banget ya. Trus trus yang legenda Putri Pukes itu menarik euy, mungkin pesan moralnya tentang keteguhan hati saat memutuskan sesuatu ya, gak boleh ragu dan harus siap melepaskan keterikatan *sok menganalisa hahahaha*
Iya benar. Karena dia galau, gak teguh hati, jadi berimbas ke dirinya sendiri hehe
Itu tulisan nya Gayo Highlan kurang d. Berkat tulisan omnduut,tak hanya terlihat dari penjuru kota Takengon, tapi juga terlihat dari kota Bandung. Keren ya Takengon
Oh yang di papannya itu ya? iya, huruf D-nya hilang atau jatoh dan belum diperbaiki lagi. Haha alhamdulillah, kalau baca tulisan di blog gini emang serasa ikutan jalan-jalan ya 🙂
om ndut…tolong yaa itu makanan bikin ngilerr yaaa hahaha..dan tolong kalo jalan2…saya nitip souvenirnya…hahahahha
Haha, aku beli peci yang cakep banget. Seneng, selama tarawehan di Ramadan selalu dipake. Makanannya emang enak-enak banget. Cuma sekali pernah ngulang ke resto itu, aku gak makan apapun, karena meringkuk di mobil, saking lemasnya kena diare.
Danau Air Tawar dan Kopi Gayo nya emang khas Takengon ya, Mas.
Khas banget, macam Lampung dengan Way Kambas atau Anak Gunung Krakataunya, Fajrin. Soal makanan, Lampung juga tak kalah!
Wuuh lengkap ya, alamnya yg memukau, ada air terjun, danau juga. Kulinernya dan juga kopi gayonya!
Kalau pecinta kopi, Gayo ini surganya 😀
Takengon luar biasa. Eh tadinya aku nebak dia di Kalimantan hahaha trus keinget kalau itu Entikong 😛
Loyang Mandale itu apa ya? Ada kaitan dengan kuburan gtu kah? Shg dianggap itu adalah lokasi org2/ peradaban dahulu berada di sana?
Wah menarik ya, selain menikmati keindahan alam jg bisa belajar sejarah 😀
Moga2 ada kesempatan pakai aplikasi traveloka terus jd bisa pakai loyalty point jg TFS
Iya, di Tekengon ada peninggalan ribuan tahun. Keren banget 🙂
Sip, tetap gunakan Traveloka biar dapat poinnya mbak hehe
Jadi kepengen ke aceh,, bandaranya itu hloooo… Bikin pengen ke sana
Semoga kesampaian ya 🙂
Kenapa lagi lagi giliran bahas manusia pra sejarah di loyang mendale ada manusia purba berbaju kuning yayan??
Aku kan butuh model yang ganteng bang hehehe
Jadi walaupun manusia pra sejarah dia tetap ganteng, gitu? Baiklah.. aku terima
hahaha.. kocak banget itu yang cerita di bandara, Yan.
Iya yas 🙂
Sama! Aku juga suka bandaranya, cakep. Bisa banget jadi obyek foto hehe. Aku minat sama danau, masjid, sama kopinya mas. Eh, Pantan Terong juga.
Walau kecil, bandaranya lumayan juga secara penampilan 🙂
Kak Yayaaan hebat euy berani naek pesawat kesana, Dira aja gak berani, lewat darat jalannya disko berkelok kelok. Dinginnya, musim hujan dari mulut bisa keluar asap kek naga hihihi. Suka banget ama gudangnya yang jumbo, ikan depok. Ayah jadi kangen Takengon.
Pemandangan sepanjang perjalanan indah bangeeet 🙂
Salah satu blog tentang Takengon yang paling keren, top mas
Terima kasih.