Kerala Blog Express

Pengalaman Dikepung Monyet di The Windflower

Aku bangun agak malas pagi itu. Jika bukan karena harus mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan oleh panitia Kerala Blog Express, ingin rasanya aku menikmati tidur lebih lama. Apa sebab? Nganu, pagi berkabut dan cuaca dingin kota Wayanad rasanya lebih menyenangkan untuk dilalui di balik selimut yang hangat dan ranjang yang empuk, hehehe.

Saat itu, aku dan beberapa teman mendapatkan jatah menginap di The Windflower Resort & Spa. Beruntungnya kami yang ditempatkan di penginapan ini, masing-masing dari kami mendapatkan villa tersendiri yang walaupun rrr, agak gimana gitu karena villanya besar, terletak di tengah hutan yang sunyi. Belum lagi ditambah omongan Jojo, blogger Filipina yang demen banget nakut-nakutin persis seperti yang ia lakukan saat kami berkemah di kaki Gunung Phantom beberapa hari sebelumnya.

“Awas loh Haryadi, ntar malam ada yang datang ke kamar kamu.”

Sialan! Hehehe. Tapi untungnya, villa yang aku tempati tak seseram itu. Ada perasaan kosong emang begitu tidur sendirian lagi. Maklum jomblo, uhuk. Tapi, selebihnya aku menikmati bermalam di The Windflower Resort & Spa ini.

Baiklah, rasa malas harus diusir. Aku bergegas menuju kamar mandi untuk kemudian bergegas sabunan (lha, emang kalau mandi mesti sabunan, kan?), menodai toiletnya yang kece dan seolah melayang itu, mengeringkan badan, berganti pakaian, bersiap keluar sebelum aku terkaget karena banyak sekali monyet yang berada di sekitaran villaku.

Aku panik, dan langsung kembali ke dalam. Bingung akan situasi yang terjadi, aku lantas memutuskan untuk menelepon resepsionis.

“Halo mas, nganu, ini aku mau ke restoran kok ya banyak monyet.”

“Nggak apa-apa kok mas, mereka baik.”

“Ah yang bener? Aku takut loh, ntar ada yang naksir sama aku.”

“Enyahkan rasa takut itu mas. Ntar makanan di restoran keburu abis, loh.”

Hmm, begitu ya? Baiklah. Karena (kayaknya) aku lebih takut kelaparan ketimbang sama monyet, aku akhirnya memberanikan diri untuk keluar kamar dan berjalan melewati monyet-monyet yang jumlahnya puluhan itu. “Nyet, jangan ngigit ya. Aku emang gendut, tapi dagingku alot,” begitu gumamku dalam hati.

Sepanjang perjalanan menuju gedung utama, terlihat banyak sekali monyet yang bergelantungan, menjarah berbagai macam buah yang emang sengaja ditanam di sana. Sebagian besar adalah pohon nangka, sih.

Makan Siang Istimewa Sehari Sebelumnya…

30 rombongan blogger dan sekitar 10 orang panitia tiba di kota Wayanad dan kami semuda dikumpulkan di Vythiri Resort dengan disambut pertunjukkan Katakhali. Sepertinya itu adalah resort terbaik yang ada di kota Wayanad. Soalnya resortnya besar bahkan punya air terjun buatan di area sampingnya. Seperti biasa, jika sudah tiba di satu kota, kami akan bergosip mengenai siapa yang akan diinapkan di penginapan A, B atau C hehehe.

Aku pribadi sih santai saja. Mau dimanapun menginap, hayo. Karena sesungguhnya penginapan lainpun biasanya tak kalah oke ketimbang penginapan yang terlihat paling kece. Nah, khusus di kota ini, panitia sudah menyiapkan satu rumah warga untuk kemudian diinapi oleh 4 orang blogger.

Rata-rata pada minat untuk merasakan sensasi tinggal di rumah warga lokal. Aku lupa siapa yang kemudian terpilih, yang jelas aku nggak kena undian saat itu (ya, karena banyak yang minat jadi panitia harus mengundi dengan menggunakan kertas). Lalu, aku dan 7 blogger lain kemudian diangkut menggunakan van untuk kemudian diinapkan di The Windflower.

Jarak yang ditempuh tidak begitu jauh. Sekitar 20 menit menggunakan mobil. Serunya, saat menuju ke sana, kami dihadiahi pemandangan kota Wayanad yang asri dengan hamparan kebun teh di beberapa kawasan. The Windflower sendiri letaknya di atas bukit. Jalan menuju ke atas lumayan berkelok. Begitu tiba di gedung utama, kami disambut oleh pemilik dan jajaran stafnya.

Koper yang kami bawa ditandai dengan stiker yang bertuliskan no kamar yang kami akan tempati. Selanjutnya, kami langsung digiring menuju restoran untuk santap siang bersama. Makan siang yang sangat spesial! Karena untuk pertama kalinya, kami disuguhi hidangan tradisional penuh yang cara penyajiannya unik.

Siang itu, oleh pengelola resort, kami dihidangkan Sadhya yang berarti jamuan dalam bahasa Malayalam (bahasa resmi Kerala), yakni semacam hidangan yang disajikan beralaskan daun pisang dengan berbagai macam lauk vegetarian di atasnya. Di hotel-hotel sebelumnya sih, biasanya memang disediakan makanan tradisional, namun makanan non vegetarian juga biasanya dihidangkan.

Lumayanlah, karena seminggu terakhir makan daging mulu (yang bikin aku tambah montok), sesekali menikmati hidangan asli Kerala seperti Sadhya ini boleh juga. Walaupun jujur, gak semua yang ada di sana bisa aku makan karena rempahnya kuat sekali. Jadi, aku makan nasi, kerupuk dan satu hidangan yang ketika dicicip terasa pedas.

Yang unik dari jamuan ini adalah, petugas yang akan terus menuangkan makanan begitu terlihat habis. Jadi, selama belum bilang cukup, maka hidangan tersebut akan terus diletakkan ke atas daun pisang. Begitu selesai pun, biarkan daun pisangnya seperti apa adanya. Gak usah dilipat karena ternyata di sana jika itu dilakukan berarti kita tidak menyukai hidangan yang disajikan.

Yuk, Kita Intip Villanya

Karena villanya terletak terpisah dari gedung utama, oleh staf resort, kami diantar satu persatu dengan menggunakan mobil golf. Wow! Itu kali pertama aku naik mobil mini semacam itu hahaha. Kalau mau jalan kaki sih juga bisa, ya paling 10 sd 15 menitlah. Tergantung jarak villanya. Untuk aku yang mendapati villa ujung, ya lebih lama lagi. Lumayan dah hwhwhw.

Begitu tiba di villa yang akan aku tempati, koperku sudah berdiri manis di depan pintu kamar. Oh ya, villanya terdiri dari 2 lantai. Yang mengisi villa di depanku adalah guide kami, dan di lantai atasnya diisi oleh Raul dari Meksiko. Sedangkan lantai atas villaku kosong. Jojo sendiri mendapati villa yang berada di sisi bangunan.

Begitu masuk ke dalam, suasana nyaman langsung terasa. Ada satu set kursi dengan hidangan buah dan semacam kue tradisional di atasnya. Aku lupa namanya, yang jelas kuenya gak enak, rasa rempahnya kuat sehingga kue itu aku letakkan di meja teras belakang untuk diberikan kepada monyet hehe.

Villa yang kutempati ini sebetulnya dapat dihuni oleh 2 orang jika dilihat dari ranjangnya. Karena sendirian, ya sudah, 2 ranjang ini aku kuasai sendiri. Ena Ena sendiri dah pokoknya hwhw. Untuk menuju kamar mandi, ada ruangan lain di bagian belakang. Dipisah antara ruang cermin dan toilet/kamar mandinya.

Ada jendela kaca besar di atas shower. Kalau pagi sih enak ya, bisa lihat pepohonan. Kalau malam ya serem juga karena gelap hahaha. Untung aja kacanya dapat ditutup dengan tirai. Pada umumnya sih ini adalah villa yang nyaman dan bikin betah. Apalagi, kolam renang alam yang disediakan pihak resort letaknya tak jauh dari villaku. Lumayan, walaupun gak nyobain berenang di sana, aku bisa habiskan waktu untuk duduk-duduk, menikmati hembusan angin segar dan udara dingin Wayanad.

Menjajal Olahraga Ekstrim

Kami berada di kota Wayanad selama 3 hari. Jadi, berbagai macam kegiatan dilakukan di kota ini. Terutama sekali menjajal wisata alam dan olahraga ekstrimnya.  Kami sempat mendatangi pabrik teh tua yang ada di sana. Sayang, sama sekali nggak boleh foto di dalamnya. Lalu, kami juga sempat menjajal bamboo rafting di salah satu sungai kecil yang ada di sana.

Sebenarnya, bamboo rafting di Indonesia itu jauh lebih seru. Namun, tetap saja kegiatan menyusuri sungai dangkal itu terasa menyenangkan karena kebetulan kami bertemu dengan rombongan siswa yang datang dari Mumbai yang sebagian besar anak kota banget keliatan dari penampilannya. Jadilah, kami menyusuri sungai bersama rombongan mereka.

Di Wayanad Adventure Camp, kami sempat menjajal beberapa olahraga di sana. Misalnya saja memanah, bermain bola transparan dimana orang bisa masuk (zorbing), kano dan yang paling bikin aku penasaran adalah… zipline aka flying fox, bergelantungan di atas seutas tali sambil menyusuri Danau Karlad yang berada di area berkemah.

Bayangin aja, tinggi menara luncurnya sekitar 30 meter dan aku akan meluncur menyusuri sisi danau dengan panjang lebih dari 1 km. Ini kali pertama aku nyobain olahraga/permainan ekstrim ini. Ngeri aja gitu, dengan bobot tubuhku yang aduhai ini, aku udah parno duluan takut talinya putus. Ya kalau jatuhnya di area danau gakpapa. Tapi kalau jatuhnya di hati seseorang gimana? Lhaaa…. Walau begitu, meski aku takut, mumpung di sana dan semuanya gratis, rugi kan kalau gak dicoba?

Ternyata, bermain zipline itu sangat menyenangkan! Awalnya emang ngeri-ngeri sedap, apalagi sesaat sebelum meluncur. Namun, begitu sudah jalan, maka yang dirasakan hanya fun fun dan fun! Jarak tempuh dari menara ke titik pemberhentian sebentar sekali. Bahkan seingatku tak sampai satu menit. Aku, yang berbobot besar ini mesti dihentikan oleh petugas di ujung sana, karena kalau nggak bisa menabrak pohon hwhw.

Ironisnya, temanku yang bobotnya ringan malah berhenti di ¼ bagian terakhir sehingga harus menarik dirinya dengan menggunakan tangan. Uh, lelah sekali pasti hahaha. Saat rombongan lain berkunjung ke sebuah gua tua di Wayanad (btw, emang kita dibagi menjadi 2 kelompok tergantung minat dan dulu-duluan memilih mau yang mana), kami menghabiskan waktu di sekitaran perkemahan ini hingga senja menjelang.

Tum Hi Ho di Makan Malam Romantis

Di malam terakhir kami di kota Wayanad, sekaligus malam terakhir kami menginap di The Windflower, kami disuguhkan makan malam istimewa. Jika biasanya kami makan di dalam ruangan (karena menghindari serbuan monyet dan burung), malam itu, staf hotel menyiapkan meja di area luar, lengkap dengan lilin-lilin yang menjadikan suasana kian romantis.

Di The Windflower ini pulalah, untuk pertama kalinya aku merasakan fine dining. Makan ala barat, dengan sajian menu bertahap, dimulai dari makanan pembuka, makanan utama (yang bervariasi) hingga makanan penutup.

“Duh, makan model begini, mana kenyang,” batinku.

Benar saja, begitu makanan dihidangkan, porsinya kecil. Untung saja, makanan yang disajikan adalah makanan barat alias non vegetarian. Dengan modal bismillah, kusantap satu demi satu hidangan yang mereka keluarkan.

Tak lama, seorang pemain biola muncul di hadapan kami. Dia memainkan lagu-lagu barat yang familiar di telingga. Semua nampak asyik menikmati suasana yang ada, begitupun aku, sampai-sampai aku tak mengabadikan banyak momen saat itu. Aku terlampau fokus menikmati suasana dan hidangannya. Tak lama kemudian, pemain biolanya memainkan musik yang sangat aku kenal.

Tum Hi Ho! Lagu yang dipopulerkan Arijit Singh dan menjadi satu lagu di film Aashiqui 2 ini begitu hikmat didengarkan. Tak sadar, aku beberapa kali ikutan menyanyi dan betapa antusiasnya mereka saat tahu aku dapat menyanyikan lagu tersebut walaupun aku yakin tak semua ejaannya benar aku ucapkan. Hehehe.

Aku beruntung ditempatkan panitia di The Windflower. Aku merasakan keramahan semua staf yang disampaikan dengan tulus. Bohong jika dalam perjalanan Kerala Blog Express ini kami tak pernah bertemu dengan staf yang kurang baik. Namun, kesanku terhadap The Windflower ini jauh lebih dalam ketimbang penginapan lain yang sudah pernah aku datangi.

Jangan takut sama monyet, karena benar, mereka baik hehehe. Finally, The Windflower is highly recommended!

The Windflower

Iklan

30 komentar di “Pengalaman Dikepung Monyet di The Windflower

    • Aslinya sih ada juga yang gak akrab, ya namanya 30 orang, gak semua deket. Ada yang cuek juga haha. Tapi yang rombongan ini termasuk yang akrab. Cem-cemanku ada di sini juga muahahaha

  1. Nginep di vila sebesar itu sendiri lalu fine dining dengan lagu-lagu yang asik dari suara biola, aku sih pasti baper Yan… memang indah sekali villanya. Dan permainan zipline, aku sudah mencoba di Sabah dan bikin ketagihan

  2. haaahhh? gila…….. nyebelin banget.. keren tempatnya… dan langsung kesel liat foto terbang di atas danauuu ituuu.. aku pernah sih flying fox tapi gak seseru itu om…..

    btw aku pernah juga tuh di acara blogger pas di bandung, karena jumlah pesertanya ganjil dan yang cowok ganjil, aku sendirian di kamar. berasa jadi penguasa kamar. tapi gak enaknya kalo ada apa 2 gak ada yng ngingetin. dan iya aku ditinggal pas lagi kunjungan pake bus.. ahaha. akhirnya aku ngojek de ke lokasi.. sedih..

  3. wah mayan juga kl pada tidur sendiri di villa gitu ya, hahaha. di hotel tengah kota aja kl sendiri rasanya gmn kl kamarnya gede kan 😛 Btw, India emang berasa over taste ya masakannya. keren, smg kapan2 nyampe Kerala 🙂

  4. Hahahaha, akupun kurasa bakal balik masuk kamar kalo ketemu monyet sebanyak itu :p.

    Tp aku suka liat foto2nya mas. Kliatan nyaman banget. Kayaknya kalo aku nanti ke india, aku lbh milih yg kota2 kayak kerala gini aja. Lbh sejuk dan ga terlalu crowded sepertinya

    • Sejuk dan gak crowded betul banget 🙂 tapi jujur kurang berasa Indianya hehe. Kayaknya diimbangi aja, ke tempat kayak kerala juga ke tempat rame kayak Agra dan Delhi 🙂

  5. Walaaaah, kalau aku nginap di villa kayak gitu sama anak-anakku. Yang kecil bakal nangis kejer itu mah. Terus pindah hotel
    Orang mau ke Berastagi naik mobil aja, dia udah pengumuman dari jauh begitu masuk jalan bukit yang berkelok. ” Tutup jendelanya, tutup jendelanya “. Dia takut sama monyet yang kadang nongkrong di tepi jalan gitu, Bang. Padahal mah kami kan cuman lewat doang

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s