
“Hayo jalan, air terjunnya ada di atas,” ujar bang Akhi, pemandu kami.
“Jauh gak ya?” tanyaku ragu. Maklum saja, kondisi kesehatanku lagi nggak baik. Sedari tadi pandanganku beredar ke seluruh kawasan. Mencari toilet. Huaa, ini kali kedua aku kena diare saat traveling pasca perjalanan Musi Triboatton tahun lalu.
“Coba aja dulu,” sahut bang Akhi lagi.
“Hmm, baiklah, kalau nggak kuat kan tinggal turun aja ke bawah,” batinku.
Bersama Aula, blogger Aceh yang ikut dalam rombongan, aku mulai melangkahkan kaki secara perlahan di jalanan yang menanjak. Di sisi kiri kami, terlihat aliran air terjun yang turun ke bawah di tanah yang berundak. Airnya sebening kaca! Bening banget!
Jika membawa pakaian ganti, dijamin aku sudah berbasah-ria di aliran air berbentuk kolam yang sepertinya cukup nyaman untuk dipakai berendam. Sesekali perut bergejolak, namun masih dapat aku tahan. Aku kembali melanjutkan perjalanan.

Huaa bening dan segar!
Aku meninggalkan Salman dan Pak Joko di belakang. Rombongan lain harus menunggu di jalan bawah akibat mobil yang tak kuat menanjak. Alhasil, bang Taufik, driver kami harus bolak balik ke bawah menjemput rombongan lain.
Oh ya, pertemuanku dengan teman-teman baru kali ini bertajuk #PesonaTakengon (sila cek di IG/Twitter). Heh, Takengon? Pernah denger? Aha, bagi yang belum ngeh, Takengon adalah ibukota kabupaten Aceh Tengah. Jika kamu penikmat kopi, pasti familiar dengan kopi Gayo, bukan? Nah, di Takengonlah inilah kopi Gayo berasal.
Oke, mengenai kopi, akan aku bahas terpisah. Sekarang aku ajak dulu kalian ke sebuah lokasi air terjun yang tak jauh dari pusat kota Takengon. Jaraknya kira-kira “hanya” 10 km saja. Namun, untuk mencapai lokasi, kendaraan kami harus melewati jalan kecil yang hanya muat 1 kendaraan sepanjang 1,5 kilometer dengan jalan menanjak.
Sepanjang perjalanan kami melewati daerah persawahan, hutan pinus, hutan tropis dan perkebunan kopi milik warga. Bahkan, di gerbang utama air terjun Mengaya, kami berjumpa dengan beberapa petani kopi yang bersiap beranjak pulang.Di motor yang mereka kendarai, nampak karung-karung yang berisikan biji kopi.

Yang di motor itu adalah petani kopinya
Tak nampak satupun pengelola tempat wisata di pintu gerbang. Informasi mengenai biaya masuk ke lokasi air terjun yang berada di desa Mengaya, Kecamatan Bintang ini pun nihil. Alhasil, kami masuk saja ke sana. Wong yang ada cuma petani kopi.
Padahal itu akhir pekan, loh! Mestinya lokasi wisata seperti ini sudah ramai didatangi wisatawan, kan? Hmm, bisa jadi wisatawan lokalnya memilih untuk bersantai di Danau Laut Tawar saja. Maklum juga sih, toh lokasi Danau Laut Tawarnya lebih mudah dijangkau ketimbang air terjun Mengaya ini. Namun, sebagai wisatawan luar Takengon, wajib banget melihat langsung keindahan air terjunnya.
Jalan setapak. Bersih bener.
Air terjun adalah objek wisata yang cukup langka bagiku warga Palembang. Maklum, di sini adanya sungai Musi doang hehe. Kalau mau main ke air terjun, ya mesti ke kabupaten lain di Sumatra Selatan. Paling dekat sih air terjun Bedegung di Muara Enim, atau juga curup Embun yang ada di Pagar Alam. Itupun kudu berkendara minimal 5 sd 6 jam.
Makanya, kesempatan mendatangi air terjun Mengaya ini wajib banget didatangi jika berkesempatan menuju Takengon.

Suasana rindangnya juara!
Luar biasa keindahan alam sekitar air terjun Mengaya ini. Pepohonan rindang, udara bersih, kicau dan suara hewan. Emejing! Tak heran, untuk sejenak, aku sempat terlupakan dengan masalah perut yang aku hadapi hehehe.
Tak lama menikmati alam sambil memotret, kami tiba di satu titik pemberhentian yang jalannya sudah disemen dan dibikin tangga. Bagus juga, untuk mempermudah akses menuju lokasi utama. Jika tidak ada akses tersebut, jelas menyeberangi aliran air berarus deras adalah pekerjaan yang nggak mudah dan berbahaya.

Dilarang mojok 🙂
Di titik ini, lagi-lagi kami berjumpa dengan beberapa petani kopi yang dengan ramah menyapa kami. Ditemani anjing pengembala, mereka berjalan ke bawah dan bersiap untuk pulang.
“Kebun kopinya dimana, Pak?” tanyaku.
“Oh ada di atas sana, mas,” jawab si bapak.

Gak sempat kenalan, cuma menyapa dan nanya aja dimana kebun kopinya.
Aku menongakkan kepala ke atas. Masih luas sekali kawasan ini. Di sisi lain, derasnya suara air yang mengalir terdengar semakin jelas. Dari sana, aku melihat Salman, pak Joko, bang Akhi dan bang Taufik berusaha mensejajarkan langkah. Mereka yang awalnya tak tertarik untuk naik ke atas akhirnya bergabung juga dengan aku dan Aula.
Begitu mereka bergabung, kami kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama, tibalah kami di air terjun Mengaya. Huaaa, indah!

Petani kopi lain, dengan anjing penjaganya
Air terjunnya memang tidak terlalu besar. Namun, debit air yang mengalir sangat deras. Kami beruntung tiba di peralihan melepas musim hujan. Kenapa? Karena jika datang di musim hujan, tentu saja airnya akan keruh. Jika datang di musim panas, ya debit airnya pasti tak sebanyak sekarang.
Kami beristirahat sejenak sebelum akhirnya mendekati air terjunnya. Buat apa? Nganu, tentu saja untuk foto-foto hehehe.
Aula sempat terpeleset saat berpose di dekat aliran air terjun. Saat giliranku, bang Akhi menunjukkan papan di pojok lokasi. Intinya, itu papan peringatan bahwa sewaktu-waktu bongkahan batu dapat terjun bebas ke bawah.

Nah, ini dia air terjunnya. Kece bana-bana!
“Jangan lama-lama ya!” pinta bang Akhi.
Aku betul-betul menikmati momen saat berada di sana.
“Sebetulnya, di atas sana masih ada lagi air terjun yang jauh lebih besar dan tinggi,” info bang Akhi. “Namun kita tidak ke sana, terlalu berbahaya dan kita tidak punya cukup waktu,” ujarnya lagi.

Bang Taufik pose di Mengaya
Kami memang datang sudah sore. Lagian, dengan kondisi yang tidak prima aku akan mikir puluhan kali jika mau mencapai lokasi yang lebih tinggi. Gak lucu jika “bocor” di tengah jalan, kan? Bisa-bisa pengalamanku itu akan abadi di cerita blogger lainnya. Ancor! Hahaha.
Setelah puas foto-foto, bang Yudi Randa, blogger paling ngetop se-provinsi Aceh tiba. Berhubung perutku yang kian bergemuruh, aku memutuskan untuk turun duluan bersama Aula dan Salman. Ternyata pak Joko, bang Taufik dan bang Akhi juga memutuskan untuk turun, meninggalkan bang Yudi seorang diri hehe. Tak ape, toh gak lama kemudian Ucok dan bang Andi Lubis –rombongan #PesonaTakengon lainnya, ikut bergabung menangkap gambar.
Jalanan menurun menuju pulang
Cieh yang pose ala-ala 😀
Perjalanan menurun, kami sempat berjumpa dengan 2 penduduk lokal yang asyik berenang. Sirik banget! mestinya kan aku bisa ikutan nyebur juga hahaha. Tapi ya sudahlah, kasihan yang ngelihat, ntar pada bingung kok dugong bisa nyasar ke gunung. Uhuk.
Begitu tiba di bawah, perut yang bergejolak tak bisa lagi diajak kompromi. Ternyata, tak jauh dari gerbang utama ada toiletnya. Sayang, sebagaimana kondisi toilet di sebagian besar lokasi wisata di Indonesia yang memperihatinkan, keadaan toilet di air terjun Mengaya ini juga bikin ngenes. Untungnya (Indonesia banget ya hehe), tersedia air dan gayung. Airnya langsung dari gunung. Alhamdulillah, perjalanan penuh gejolak ini berakhir manis. Aku gak sampe kebobolan. -sujudsyukur, hehehe.
So, bagi kamu yang berkesempatan ke Takengon, cus mampir ke air terjun Mengaya. Jangan lupa, kudu main air, ya! 🙂 untuk informasi lain seputar destinasi wisata di Indonesia, monggo main ke situs Pesona Indonesia.
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
Lagi di acehh ya omm ?? 😁
Wahh kalo di aceh mah untuk wisata airnya kece bingitt om.. apalagi panorama pantainya.. kece parahh om..
Cuma sayangnya kemaren waktu keliling aceh ga sempat ke takengon mas.. cuma mampir ke lhokseumawe, pantai lampuuk di banda, pulau sabang, meulaboh, pantai lhoknga, sama tapak tuan.. 😁
Aku malah belum semua ke tempat-tempat itu bang Harlen hahaha, cuma ke Takengon doang.
Aku berjanji pada diri sendiri, akan balik lagi ke Aceh nanti. Bismillah 🙂
Wahh sayang bingitt ommm.. aceh mah pusat wisatanya ada di Banda Aceh dan Sabang.. aku jamin bikin omm malas pulang.. saya aja waktu kemaren malam pulang.. karna kasihan liat kawan merengek pengen cepat pulang aja makanya saya ngalah.. 😂
Sabang itu udah kutandai lama bang hahaha. Iya, memang kesempatannya Takengon dulu, insyaAllah akan balik lagi ke Aceh. Amiiin 🙂
Amiiinnn oommm 😁👍
Untung ya Yan walau badan tidak enak tapi masih sempat naik ke air terjun ini. Ngomong-ngomong mengenai kebersihan toilet di tempat wisata seharusnya masuk program Kemenpar. Promosi wisata sekalian juga kampanye kebersihan Jadi bukan hanya Toilet
Betul banget mbak Evi. Sama kebersihan toilet tempat ibadah. Ngenes banget kalo ke dua tempat itu tapi dibayang-bayangi toilet yang jorok.
Pengen nyeblung, sayang sekali gak bawa baju ganti. Meskipun tetap nyeblung ke kolam.. Heheheh
Itu namanya kecemplung hahaha, untung banget gak basah sekujur badan
Ah Air Terjun nya kece Mas. Mandi atau lain nya bisa gak disitu..
Kalau mau ke tempat yg indah seperti Air Terjun ini emang harus melewati jalan setapak untuk kesini. Tapi setelah sampai pasti akan terbayar lunas ya Mas dengan keindahan nya..
Medannya sepersekian persen dari Air Terjun Pelangi, Fajrin. Masih gampang banget ini hahaha.
Kalau mau mandi sih bisa banget di sana 🙂
Ah itu yg dicari Mas yg penting bisa mandi di Air Terjun.. Ah Air Terjun Lembah Pelangi masih kalah jalan nya dengan Air Terjun Way Tayas atau lain nya Mas..
Ya ampun masih ada yang lebih berat dari Air Terjun Pelangi ya? hahaha, kirain itu udah yang paling berat.
ini lokasinya udah tertata banget ya? eh misal kebelet kan tinggal nongkrong di situ hahaha
Tidaaak hahaha, aku mengotori alam. Lagian ntar jadi tontonan hahaha
wah air terjun kesukaan saya, pengen mandi dibawah air terjun cuma pake kancut doang…hahah tapi beraninya kalo sepi gak ada orang..
Hahaha, duh jadi inget om cumi 😉
Aku juga berani, gak pake kancut juga berani. Asal di kamar mandi #lha hahaha
Luar Jawa ada banyak potensi alam sepertia ir terjun danlainnya yang belum dilirik dinasi pariwisata dan lainnya. Padahal potensi mereka nggak kalah bagus. Semoga tulisan-tulisan dari teman sesama bloger ini yang bisa mengangkat potensi di suatu tempat tertentu.
Amin, makasih mas. Terutama untuk perbaikan fasilitas dasar seperti toilet itu 🙂
Duh aku juga pernah nih kena diare pas lagi jalan2, sumpah ga rnak banget om😁
Jadi gak nikmatin, dan mata cuma sibuk nyari2 toilet buat jaga2 kalo bocor😁
Tuh kan haha. Besok2 mau bawa norit kemana-mana 😀
jadi ada mitos nih kalau kamu bisa naik ke ujung atas air terjun itu akan sampai ke taman bunga indah tapi sayang taman bunga ini hanya bisa dilihat oleh mereka yang beruntung dan hatinya bersih.
ah takengon bikin kangen
Udah capek, gak ada garansi pula bisa lihat (maklum hatiku separuh bersih muahahaha).
Iya, tempat ini bikin kangen ya mas.
Petualangan banget yah biar sampai air terjunnya… Pemandangannya masih alami banget..
Iya mbak Ira. Alami banget 🙂 beruntung bisa berkesempatan ke sana 🙂
kamu jalan-jalan terus ya kaaak, enak dehh
Kamu lebih sering jalan-jalan ketimbang aku kaak 🙂
kopinya tuh ulee kareng bukan?
Ulee Kareng terkenal dengan penghasil kopi robusta mas Andi, jika kopi arabica, pusatnya di Gayo, Takengon 😉
Ooo gtu.. kirain sama.. hehehe…
Aku juga tahu pas di sana, ternyata beda 🙂
mengingat dikau malamnya terkapar di mobil sempat nyes juga si Yan.. mana besoknya kita masih ada trip lagi 😀
but overall aku senang bisa ketemu dikau dan jalan2 bareng ;l)
Efek kena diare, habis cairan, dan kurang istirahat. Itu deh kalo aku sakit, makan malam lezat pun ditolak hahaha.
Next jalan2 ke Palembang atau Eropa yes! *aminin dulu hwhwhw
amien.. itu ngedoain saya ya? 😀
Iya doooong. Palembang menanti ^_^
Keren kang btw diintip ngg cukup harus dicicipin nih wkqkwkwk
Salam kenal kang.. 🙂
Hahaha, iya sayangnya nggak dicicipin waktu itu (gak main air).
Salam kenal kembali, makasih udah mampir.
Oaiiaia sama” aku mau nanya pakai atau beli domainnya dimnaa ya?
Sama” om btw omnduut aku pengen beli domain. Bagusnya dimana ya? Atau aku upgrade aja wordpress aku ya om?
Aku belinya langsung di wordpress. Caranya bisa klik di sini ya
Oke mantap deh omndut
Ada tulisan kawasan syari, baguus. Biasanya wisata alam srg buat yg engga engga
Iya, buat pacaran atau judi misalnya hehe
Jadi penasaran sama air terjun yang lebih besar dan lebih tinggi itu. Kenapa gak ke sana aja Omnduut?
Gak cukup waktu Hanum, trus bahaya juga medannya.
Takengon pernah ke sana tahun lalu dan papan bertuliskan “Kawasan Syariat…” masih nggak berubah, 😀
Btw, kamu nggak coba basah-basahan sekalian om, di Mengaya? Segar banget airnya.
Gak bawa baju ganti huhuhu, lagian takut brojol hahaha
Udh brp thn dr terakhir kali aku ke takengon yaaa :D. Gilaaa udh lama banget. Pas SD aku ingetnya. Itupun cm k danau tawar.. Yg pasti aku msh inget tempatnya sejuk 🙂 . Dan orang2 Takengon itu cantik dan cakep kebanyakan :p. Putih2 , mungkin krn di sana dingin.. Temen2ku yg orang takengon begitu semua soalnya mas 😀
Ga tau kpn lg bisa kesana.. Kangen bgt ama aceh 😦
Iya, orang Takengon cakep2 baik cowok ataupun cewek. Mungkin karena di sana dingin *lha apa hubungannya ya? hahaha
Air terjunnya kece pake bangetttttt. Walaupun banyak sodara di Takengon dan udah lama mengagendakannya, belum tereksekusi juga ini. Padahal bolak-balik sodara dateng ke rumah bawa kopi & alpukat dari kebunnya di Takengon untuk kami sekeluarga dan anaknya yang tinggal di rumah kami
Mesti ke sana Koh, apalagi dari Medan tinggal naik pesawat 1 kali, langsung deh sampe. Indah banget Takengon, aku betah. Alpukatnya bagus baguuuus banget. Kopinya juara! 😀
Naik bus pun ada tiap malem dari berbagai operator ini, om. Nanti cari long weekend deh
Wah asyik kalo ada bus. Selamat berburu tanggal merah 🙂
Dugong nyasar di gunung 😂😂
Hwhwhw, I am!
Kapan ya aku ke Takengon. Baru nyampe Banda Acehnya doang. Pengen liat air terjunnya 👍
Mudah-mudahan ada dinas ke Aceh umek, trus bisa melipir ke Takengon, amin 🙂
Wah harus balik lagi ini mas..sayang banget air segar bening alami sejuk kayak gitu dibiarin aja hehee..kalo aku mah langsung nyebur.
Haha iya, mesti balik lagi ke Takengon. Alamnya ngangenin 🙂
selain sabang aceh sendiri berarti sudah menyuguhkan wisata tersendiri, aku nunggu2 tadi kalu ado foto kece lagi mandi terus basah2 full body difoto
*kaboorr
Oh itu untuk konsumsi pribadi. Takut banyak yang napsu. #eh
Suasana sekitar air terjunnya asri banget. Rindang dan teduh. Dingin kah udara di sana?
Dingin mbak. Kayak puncak ya kayaknya 🙂
i feel you om, Babang pernah juga naik gunung tapi di tengah jalan kayak mau mencret 😂😂😂😂, gak pokus lagi ama jalan, tapi sibuk nyari “galian” aman 😂
Hahahaha, mesti bawa sekop kemana-mana ya babang.
jarak 10 km dari kota, tapi langsung berasa kayak di hutan ya Om, hahaha….
rata-rata nih kalau di Aceh sungainya masih virgin, yah kalau beruntung ada air terjun mungil disana, setau saya setiap daerah di Aceh ada air terjunnya, meskipun kecil
Iya, karena emang terletak di wilayah perkebunan 🙂
Jadi kalau mau jalan-jalan, urusan perut dan buang air ini mesti dibereskan dulu sepertinya. Kalau gak ada toilet terpakasa numpang di air terjun.
Susahnya kalau perutnya bermasalah macam diare. Dan fam trip pula haha, susah ngeberesinnya gimana. Dalam keadaan normal, jika sakit mestinya berdiam diri di rumah “nyembah WC” hwhwhw. Tapi kalau dalam perjalanan, ya harus dihadapi.
Sayang banget, waktu ke Aceh kemaren saya gak sempat pergi ke Takengon.
Hayo cari waktu kosong buat eksplor Takengon 🙂
iyaaa…..
Daerahnya kayak di daerah Ciater, Subang. Airnya jernih dan alirannya berada persis di pinggir jalan setapak.
Catat! semoga nanti berkesempatan ke Subang dan liat langsung. Amin 🙂
Duh jadi pengen nyebur ke air terjunnya
Lebih enak basah berdua sama suami. Saling ciprat air terjun gitu mbak kayak di adegan film dengan gerakan slow mo hwhwhw
Lha itu udah kejadian sama aku dan suami di Tamblingan kemarin hahaha
…lalu aku ngebayangin adegan air terjun di film Habitat dan Jan Dara
*Yaaaan puasa yaaaan
aceh banyak menyimpan pesona yang tersembunyi ya … apalagi penduduknya juga kayaknya kurang tertarik untuk wisata ke tempat2 seperti itu, Mudah2-an dengan kehadiran blogger2 ngetop ini bisa terpromosikan .. jadi banyak yang tahu dan tertarik untuk piknik kesana
Amin amiin
Aku belum sampai ke Aceh nih maaas. Canyon-cantik yaaa… can’t wait to explore this beautiful place
Takengon menanti loh 🙂
Wah air terjun dengan panorama jawara banget….Takengon Aceh menyimpan banyak keelokan alam ya.
Moga panenan kopi membawa berkah syukurmasyarakat Takengon
Amin, semoga kopi gayo Takengon makin mendunia 🙂
Ping balik: Menggigil di Pantan Terong : Atap Dataran Tinggi Takegon | Omnduut
saya paling suka air terjun
om, ajarin dong supaya traffic blognya rame
Nah aku juga bingung haha. Paling simpel sih banyak-banyakin blog walking 🙂
Good Jobs…
Thanks
Ping balik: Pelesiran ke Takengon? Jangan Lewatkan 12 Hal Ini | Omnduut