Pelesiran

Pesona Air Terjun Bedegung dan Goa Putri

Palembang yang berkontur dataran rendah dan jauh dari laut tidak memungkinkan bagi Palembang untuk menawarkan pesona pemandangan gunung dan pantai. Bagi pelancong yang berasal dari kota besar, Palembang sama sekali bukan destinasi tujuan untuk menghabiskan hari libur. Penat dengan segala macam aktivitas di kota tentu membuat wisatawan lebih memilih daerah-daerah yang menawarkan pemandangan alam, bukan? Apa menariknya jika keluar dari gedung-gedung dan kemacetan namun begitu sampai di kota tujuan eh keadaannya sama saja ^^

Namun, jika mau melipir sedikit ke pinggiran kota, pelancong bisa juga kok menikmati pemandangan alam luar biasa. Misalnya saja jajaran pegunungan dan kebun teh di Kota Pagar Alam, Gunung Jempol di kota Lahat atau kecantikan Danau Ranau yang tak kalah eloknya dari Danau Toba.

Nah, pada kesempatan ini aku akan memperkenalkan salah satu destinasi wisata air terjun yang belum banyak diketahui oleh banyak orang. Terlebih yang berada di luar Palembang. Ini dia, dengan bangga saya perkenalkan. Air Terjun Bedegung yang berada di Muaraenim, Sumatera Selatan.

CIMG9123

Air Terjun Bedegung

Perjalanan dimulai dari kota Palembang menggunakan kereta api. Untuk pertama kalinya, dalam hidupku akhirnya aku mencicipi moda transportasi ini. Bersama beberapa anggota keluarga besar, kami memilih kereta api ekonomi. Tiketnya sangat murah Rp. 11.000 saja! Padahal jarak yang ditempuh lumayan jauh. 4 jam perjalanan! Kebetulan keberangkatan pagi menuju Baturaja hanya bisa menggunakan kereta ekonomi. Tapi toh tidak masalah. Perjalanan beramai-ramai terasa lebih seru. Aku juga akhirnya merasakan gerbong kereta yang tak ubahnya warung berjalan. Kenapa? Karena banyak sekali orang yang menjajakan dagangannya di sana. Haha.

Walaupun kursinya keras dan jauh dari empuk, tapi untuk mendapatkan tempat duduk kami tidak harus berebutan soalnya di tiket terdapat nomor kursi. Jadi nggak pake acara ngotot-ngototan mencari tempat duduk. Walaupun rame, tapi sepenglihatanku nggak ada penumpang yang berdiri. Kereta ekonomi ini tidak memiliki pendingin. Tapi hal itu tidak mengurangi keceriaan kami. Toh angin dengan setia mengelus wajah kami. Sejuk yang alami. Haha. Susasana menjadi sedikit panas begitu kereta berhenti untuk mendahulukan kereta batu bara. Jangan protes, kemewahan seperti apa yang bisa kami harapkan dari tiket seharga satu bungkus nasi padang?

Pukul 1 siang kami sampai di kota Batu Raja. Kota kecil yang rapi dan bersih. Tak ubahnya Palembang, kota ini pun dibelah oleh sebuah sungai besar. Sebetulnya kami ke sini mempunyai agenda khusus untuk menghadiri acara aqiqah abang sepupu. Namun, begitu acara selesai, tentu saja agenda selanjutnya jalan-jalan!

CIMG9376

Sungai besar ini membelah kota Baturaja

CIMG9106

Karena tanah terus terkikis, maka itu dibangun semacam ‘benteng’ pertahanan.

CIMG9107

Hamparan sawah hijau seperti ini tentu saja nggak hanya tersedia di Jawa dan Bali

Menuju air terjun bedegung, kami harus berjalan lagi sejauh 56 Km menuju perbatasan Batu Raja – Muara Enim. Waktu tempuh kurang lebih satu jam dengan kendaraan pribadi. Sepanjang jalan, mata kami dimanjakan dengan hijaunya pepadian. Di sisi lain, nyali pun di uji karena di sisi kanan jalan adalah jurang yang menganga lebar. Sesampai di lokasi air terjun bedegung perjuangan kami belum selesai. Untuk menuju lokasi utama, kami masih harus berjalan mendaki. Untungnya, perjalanan menjadi lebih mudah karena tersedia tangga. Walaupun ngos-ngosan, aliran sungai di sisi kiri yang sangat jernih bikin kami gak sabar untuk sampe ke sana.

20 menit perjalanan suara gemercik air makin terdengar jelas. Namun wujudnya masih belum nampak. Apakah masih jauh? “Sekitar setengah jam lagi Ndut” kata Abangku. Oalah, masih sejauh itu kah? Terlihat di depan sana ada tanjakan yang cukup tinggi. Aih, jika hanya membawa badan tentu kelandaian itu tidak berarti, namun sebagai anak yang baik, aku kebagian tugas membawa sebaskom penuh berisi makanan. Dan itu… berat!

Info : Bagi yang tertarik mengunjungi Air Terjun Bedegung, ada baiknya mempersiapkan bekal dari rumah. Di sekitar lokasi wisata ini tersedia warung-warung kecil, namun biasanya hanya tersedia pop mie dan minuman ringan.

Tertatih-tatih aku mencapai puncak. Begitu sampai di sana… Tadaaaaaa… kejutan! Air Terjun Bedegung menyapaku dengan gagah. Luar biasa keindahannya. Rasa lelah terbayar sudah. Kami lalu menuju sebuah pondok yang tak berpenghuni. Sepertinya dulu ditempati oleh pedagang. Sesampai di sini kami langsung ngemil-ngemil ringan. Sebagian lagi malah langsung menuju air terjun untuk merasakan kesejukan air pegunungan ini.

CIMG9172

Air Terjun Bedegung bersembunyi malu-malu ^^

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Untuk menuju ke aliran sungai, kami harus melewati sebuah jembatan yang terbuat dari besi. Walaupun di beberapa bagian sudah berlubang, tapi rasanya masih cukup kokoh untuk dilalui. Tanpa ba bi bu, kami langsung nyebur sesuka hati. Aaah menyenangkan!

CIMG9168

Mejeng di tengah jembatan

Berjam-jam kami membasahkan diri di sini. Bebatuan besar kami jadikan pijakan untuk menarsiskan diri. Unik juga, walaupun bertahun-tahun ditempa air, namun batu-batu ini tidak terasa licin. Lumut enggan menempel di sana sepertinya. (ya, ada beberapa batuan yang memang seperti itu, kan?). Kami beranjak dari air ketika perut terasa lapar. Setelah makan? Ya kami nyebur lagi. Begitu seterusnya hingga melewati tengah hari. Haha.

CIMG9165

Bersama Ibuk 🙂

CIMG9383

Batu-batu yang tidak licin itu 🙂

Perjalanan pulang terasa lebih mudah. Tentu saja, karena jalannya menurun dan… bawaanku sudah berkurang banyak beratnya. Hihi. Air Terjun Bedegung tempat wisata yang menarik. Walaupun masih agak sulit menemukan tempat bilas di sini. Satu-satunya WC yang tersedia keadaannya memprihatinkan. Walau begitu, secara garis besar Air Terjun Bedegung ini cukup bersih.

CIMG9209

Jalan menurun untuk pulang

Di perjalanan pulang, kami melipir ke satu tempat wisata lagi. Yaitu Goa Putri. Goa ini dinamakan demikian karena konon menurut cerita goa ini adalah sebuah desa tempat Putri Dayang Merindu tinggal. Suatu hari sang putri mandi di sungai dan ditegur oleh seorang pengembara. Namun, si putri acuh sehingga membuat si penggembara kesal dan menyumpah si Putri sehingga ia menjadi batu. Penggembara itu dikenal dengan nama Si Pahit Lidah (karena apapun yang diucapkannya akan menjadi kenyataan). Unik, kan? 🙂

CIMG9211

Legenda Goa Putri

Untuk menuju ke Goa Putri, kami harus masuk ke dalam hutan sedikit. Masih banyak pepohonan besar di sini. Bahkan ketika di jalan, kami berpapasan dengan seekor babi hutan. Sebelumnya, aku kira goa ini hanyalah goa biasa dimana hanya terdapat lubang di dinding gunung. Ternyata, ini Goa Putri ini adalah Goa yang sangat indah, rapi dan bersih!

CIMG9215

Menuju mulut goa

CIMG9217

Mulut goa yang terlihat gelap

CIMG9433

Mulai memasuki goa

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Goa-nya pun sangat besar. Untuk menuju pintu Goa, kami harus berjalan melewati sungai-sungai kecil. Perpaduan alam dan kemudahan yang dipersiapkan pemerintah (berupa jalan-jalan beton) membuat ‘penjelajahan’ goa ini terasa semakin menyenangkan. Walaupun tersedia lampu, suasana di dalam Goa cukup gelap. Di dalamnya juga terdapat cerukan jurang kecil sehingga kita harus berhati-hati. Selain itu, kita juga harus menjaga sikap. Jangan berkata kotor jika tidak mau tersesat. Ini yang diperingati oleh penjaga sebelum kami masuk.

CIMG9236

Jalan keluar ini menuju ke atas tebing untuk kemudian turun kembali

CIMG9239

Nah, baru terlihat jalan menuju pintu masuk.

Keunikan lainnya dari goa ini adalah kami tidak akan menemukan jalan yang sama untuk keluar. Di dalam goa, ternyata ada celah kecil (namun masih memungkinkan untuk dilewati) yang dijadikan jalan keluar. Begitu sudah berada di luar, untuk menuju tempat awal kami harus sedikit mendaki dan berjalan melalui sisi kiri goa. Hebat! Sebelumnya aku sama sekali tidak tahu kalau ada jalan di sisi ini. Jalan ini baru terlihat jika kami sudah berada di dalam goa karena jalannya agak mendaki.

Tuntas sudah perjalanan kami hari itu. Lelah jadi tak begitu terasa karena yang terlihat adalah rona-rona puas dan bahagia. Liburan, apapun bentuknya, tentulah akan selalu terasa menyenangkan, bukan?

Catatan : Perjalanan ini dilakukan 2 tahun lalu 🙂

CIMG9373

Kembali ke kota Baturaja

Iklan

44 komentar di “Pesona Air Terjun Bedegung dan Goa Putri

  1. indah air terjunnya, aku jarang liat air terjun, sekalinya liat di coban rondo, Malang, jadi air terjunnya mini 😀

    • Kalo Bedegung ini tinggi banget 🙂 Katanya bisa kalo mau naik ke atas, tapi harus jalan memutar dan butuh waktu lebih dari satu jam perjalanan 🙂

    • Iya, air terjunnya keren 🙂

      Sebetulnya pas nulis catatan ini aku mau masukin harganya juga mbak. Tapi karena udah 2 tahun aku lupa. Seingatku, untuk masuk Bedegung bayar permobilnya Rp.20.000. Orang nggak dihitung lagi. Begitu sampe di sana, kasih lagi Rp.5000 untuk pake WC-nya. Rp.5000 pun untuk rame-rame (rombongan) dan yang mintain ibu-ibu yang jualan di deket WC itu.

      Nah, kalo ke Goa putri mobil gak dihitung. Tapi dihitung perorang. Kalo gak salah Rp.5000/orang 🙂

  2. paling naksir dengan pengalaman naik keretanya 😀
    biasanya selelah apapun perjalanan mencapai air terjun,begitu ketemu air terjunnya dan terciprat airnya, rasa lelahnya mendadak hilng 😀 *kangen Coba Pelangi*

    • Haha iya 🙂 Kalo lihat-lihat di tayangan teve, masih banyak air terjun yang letaknya jauh dan susah dijangkau. 20 menit jalan menanjak ke Bedegung mah nggak ada apa-apanya. Apalagi jalannya sudah disemen dan dibikin tangga. Pemandangannya pun indah. Hanya memang waktu itu ketiban sial jadi porter aja hahahaha

  3. Ngences lihat hari terjunnya. Pengen foto sama berenang di situ 😀

    Ah seandainya si lidah pahit masih hidup pasti udah nyuruh ngata-ngatain aku langsing deh X))

    • Bagus memang. Andai dekat, bisa-bisa seminggu sekali aku kesana.

      Hahaha, itu komen juara. Tapi, hei, harusnya kan aku yang komen begitu! Kamu kan udah kurus Rul. Kalo masih minta disumpah, bisa-bisa anorexia! 😀

  4. maaf omduut, mungkin perlu diralat, lokasi yang sebenarnya bukan masuk kabupaten OKU/ Baturaja, tapi berada pada kabupaten Muaraenim. masuk lokasi kalau pas hari libur biasanya agak mahal juga parkirnya. tapi pada hari2 biasa lumayan murah. penginapannya kira kira kurang lebih 200 sampai 250 ribu rupiah.

  5. Ping balik: Oouch! Saya Tersasar di Blog Omnduut | La Rêveur Vrai

  6. Wah, jadi kangen Muara Enim hehe. Pengen tau rupa Bedegung sekarang kaya apa. Sebenernya sekitar setengah jam sebelum Bedegung itu ada satu air terjun, Mama saya bilang jauh lebih keren dari Bedegung, tapi saya sendiri belum pernah kesana karena jalannya jelek jd kesananya susah. Semoga pemerintah daerah lebih concern terhadap lokasi wisata di daerahnya.

  7. wah bagus banget pemandangannya. oh ya omndut, untuk tempat parkir kendaraannya ada gak disana? jd kepengen nih jalan-jalan kesana…

    • Kawasan parkirnya bagus, rapi dan besar 🙂 ini salah satu objek wisata andalan pemerintahan setempat jadi menurutku untuk parkirnya sudah oke 🙂 yang kurang itu ialah tempat bilas dan WC-nya yang sangat apa adanya.

  8. Ping balik: Wisata OKU, Sumatera Selatan | Aria Wahyu TI A

  9. Sangat Memukau Air terjunnya Om.
    Pengen Liburan Ber 2 sama istri kesana ach…
    Kebetulan memang lagi pengen liburan akhir bulan ini… 🙂

  10. Sangat berkesan melihat photo2 Omenduut. Kebetulan pernah KKN di Desa Bedegung jadi sudah merasakan sejuknya mandi di air terjun bedegung.

    Ke gua Putri…waw…., pengalamanku terpeleset di sungai dekat gua putri dan sempat tenggelam berapa lama dibawah, dan gak nongol2 beberapa lama karena kaki tersangkut diantara dua batu. Temen2 sudah pada deg2 an. Kata orang pintar di kampung sana, putrinya ingin bermain-main denganku.

  11. Ping balik: Di Sini, Bidadari Bersuci |

  12. Sayang dari Muara Enim ke air terjun nggak bisa pakai angkutan umum. Padahal dari Palembang ke Muara Enim sudah ada kereta 😦

  13. Ping balik: Pesona di Ulu Kota Palembang : Kampung Al-Munawar |

  14. Ping balik: Basah Gembira Menikmati Arum Jeram di Sumatra Selatan | Omnduut

  15. Ping balik: Mengintip Keindahan Air Terjun Mengaya di Takengon, Aceh Tengah | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s