“Abang udah gak sayang, ya?”
“Maksud eneng?”
“Itu bilang cinta ke Anggi segala,” ujar eneng dengan suara bergetar. “Trus, siapa pula itu Busro dan Kumba, bang? Apa maksudnya? Sedih eneng abang buat. Perih hati eneng, bang!” isak eneng sambil berlari menghindar.
“Neng….”
CUT!
Eh? Sumpah ini sutradaranya nggak asyik, lagi seru kok di cut aja.
Hehe, kalau mau main drama, gih datang ke Mud di Kuala Lumpur dan saksikan langsung kemegahan drama musikalnya. Mengenai adegan di atas, cuma akting kok mas-bro, mbak-sis. Aku orangnya sangat setia. Sungguh. –promote colongan. Lalu, mengenai Anggi… nganu, itu nama sohib baruku kok. So, tiada maksud abang untuk menduakan si eneng.
Lalu, seperti apakah rupa Anggi yang aku maksud? Ini dia.

Si cantik Anggi. Foto dan cerita dari sini.
Anggi cantik ya 🙂 Anggi ini adalah orangutan yang diselamatkan oleh tim penyelamat BKSDA Kalimantan Tengah dan BOS Foundation pada tanggal 21 Oktober 2005 silam. Saat ditemukan di area perkebunan kelapa sawit di Desa Parenggean, Kab.Kotawaringin Timur, Anggi berusia 3,5 tahun dan tiba di Nyaru Menteng dalam keadaan yang memperihatinkan.
Tim penyelamat menemukan Anggi di bawah meja luar bangunan kantor. Tubuhnya basah terkena hujan dan lumpur menyelimuti seluruh badannya. Selain itu pinggang dan kedua tangannya terikat tali plastik. Bahkan ikatan tali plastik di pergelangan tangannya sudah mengeluarkan bau busuk dan harus segera mendapatkan tindakan medis. Sungguh tega orang yang telah menyakiti hewan secantik Anggi, bukan.
Untungnya, Anggi mendapatkan perawatan yang baik sehingga kemudian dia siap kembali dilepaskan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Sudah seharusnya memang Orangutan seperti Anggi hidup bebas di lingkungan yang baik.
Anggi Bukanlah Satu-satunya
Ya, Orangutan yang mendapatkan perlakuan keji dari manusia seperti Anggi tidaklah sedikit. Anggi tidak sendirian, masih banyak lagi Orangutan yang kehidupannya terancam oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
Kumba misalnya, saat ditemukan dia dalam kondisi terluka di pelipis mata kanan serta luka sayatan benda tajam di kedua telapak tangannya. Orangutan bernama Usro bahkan sampai sekarang selalu menghindari interaksi dengan manusia dengan mengeluarkan kiss-squeak sambil melemparkan ranting tiap kali ada manusia mendekat.
Anggi, Usro dan Kumba adalah secuil contoh Orangutan yang hidupnya terancam. Selain itu masih ada banyak lagi nama-nama seperti Ijum, Pluto, Ibut dan lain sebagainya, yang memiliki kesamaan latar belakang : terancam hidupnya namun untungnya masih sempat terselamatkan.
Ada yang masih ingat tidak beberapa waktu lalu saat penduduk di sebuah tempat berencana mengusir seekor Orangutan dengan cara membakar pohon tempat Orangutan tersebut bersembunyi? Sampai detik ini aku masih suka ngilu mengingat adegan saat Orangutan tersebut meraung kesakitan akibat tubuhnya tersulut api.
Belum lagi ancaman kebakaran hutan yang ntah disengaja atau tidak namun sudah secara langsung turut andil “mengusir” habitat asli Orangutan. Ironisnya, begitu mereka berusaha menyalamatkan diri ke perkampungan warga, mereka malah disakiti karena dianggap sebagai hama. Orangutan yang merupakan ibu dan anak yang sudah lemas ini malah diikat dan dilempari batu. Untung saja keberadaan mereka diketahui oleh International Animal Rescue untuk kemudian diselamatkan.

Sedihnya melihat foto ini 😦 . Sumber foto dan cerita dari sini.
Benarlah jika kemudian ada jargon yang berkata, “mahluk pembunuh nomor satu di muka bumi ini adalah manusia.” Penulis sekaligus antropologis terkenal Jane Goodall bahkan berkata, “Chimpanzees, gorillas, orangutans have been living for hundreds of thousands of years in their forest, living fantastic lives, never overpopulating, never destroying the forest. I would say that they have been in a way more successful than us as far as being in harmony with the environment.” Nah loh!
Selamatkan Orangutan!
“Neng, abang mau cerita.”
“Tentang apa abang ganteng?”
“Itu, tentang Anggi dan teman-temannya.”
Eneng nampak menghela napas ringan. Terlihat gurat cemburu di matanya. Namun karena udah sadar bahwa Anggi bukanlah “saingannya” akhirnya eneng bersedia mendengarkan cerita yang akan aku sampaikan.
Tahukah eneng bahwa orangutan adalah spesies kera besar dan satu-satunya di Asia? Bahkan 90% populasi orangutan ini hidupnya di Indonesia tepatnya di pulau Kalimantan dan Sumatra yang demen banget dikepung asap itu. 10%nya dimana? Oh, adanya di Sabah dan Serawak, Malaysia. Di Sumatra sendiri, populasi terbesar orangutan ditemukan di ekosistem Leuser. Sedangkan di Kalimantan, orangutan Borneo dapat ditemukan di Kalimantan Barat, Tengah dan Timur.
Sedihnya nih, orangutan Sumatra ataupun Borneo terancam oleh kepunahan. –mewek di pojokan. World Conservation Union telah menklasifikasikan orangutan Borneo sebagai spesies yang terancam punah (endangered), sementara orang utan Sumatra telah diklasifikasikan sebagai spesies yang SANGAT terancam punah (critically endangered).
Kedua spesies ini juga telah tercantum dalam Lampiran I Konvesi Perdagangan Internasional untuk Spesies Fauna Langka dan Flora Liar. Baik di Indonesia dan Malaysia, orangutan dilindungi secara hukum. Namun tentu itu tidak cukup. Konservasi orangutan harus disokong oleh semua pemangku kepentingan demi tujuan yang lebih terukur.
Pemerintah telah berupaya untuk mencegah kepunahan orangutan. Aksi peduli keselamatan orang utan pun terus digalakkan. Bahkan Kementerian Kehutanan telah mencanangkan Rencana Strategi dan Aksi Nasional Konservasi Orangutan 2007-2017 yang saat itu diumumkan langsung oleh Presiden SBY pada Konferensi Perubahan Iklim di Bali pada Desember 2007. Namun, kelangsungan hidup orangutan (dan juga hewan lainnya) bergantung pada kita semua.
Betapa pentingnya hutan bagi orangutan dan kita sebagai manusia. Chris Noth bahkan berkata, “most people know that forests are the lungs of our planet, literally playing a critical role in every breath we take. And that they’re also home to incredible animals like the orangutan and elephant, which will go extinct if we keep cutting down their forests.”
Tuh kan! Kita tahu bahwa hutan penting, namun gaya hidup manusia nowadays turut berperan besar terhadap gundulnya hutan (yang bahkan pembukaan lahan baru perkebunan dilakukan dengan pembakaran). Akibatnya, menurut WWF, selama 20 tahun terakhir, habitat orangutan Borneo telah berkurang sekitar 55%! Oh tidak!
Coba lihat, tuh babang Leo aja sampe bela-belain ke Indonesia buat ketemu orangutan. Jadi, sekecil apapun usaha kita untuk menjaga lingkungan pasti akan berdampak besar terhadap kehidupan kita semua.
“Misalnya apa bang?”
“Eneng kan demen nonton drama Korea tuh, suka sedih-sedih dan nangis. Pakai tisu banyak bener. Tisu kan dari pohon, neng. Nah gimana kalau besok-besok pas nonton siapin kanebo aja?”
Si eneng langsung melotot.
Main ke Taman Nasional Tanjung Puting, Yuk!
Demi mengembalikan senyum eneng dan masa depan yang “cerah” (jangan pernah bikin cewek marah, apalagi kalo lagi dapet), aku berencana untuk ajak eneng main ke Taman Nasional Tanjung Puting. Ya, ceritanya demi menorehkan cerita perjalanan romantis berdua gitu –trus sadar belum dihalalin, ops langsung cari penghulu hwhw.
Tanjung Puting sendiri telah ditetapkan sebagai cagar alam dan suaka margasatwa oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937. Baru kemudian pada tahun 1996 Tanjung Puting ditetapkan sebagai Taman Nasional oleh Menteri Kehutanan. Taman nasional yang terletak di semenanjung barat daya provinsi Kalimantan Tengah ini dikelola oleh Balai Taman Nasional Tanjung Puting, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perlindungan Hutan dan Konversi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan.
Ada beberapa tipe ekosistem di taman ini. Antara lain hutan tropika dataran rendah, hutan tanah kering (hutan kerangas), hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau/mangrove, hutan pantai dan hutan sekunder.
Bicara soal vegetasi dan flora, wuiih tentu saja sangat kaya! Namanya aja taman nasional. Namun, yang bikin aku mupeng banget main ke sana ialah hasrat ingin bertemu langsung dengan teman-temannya Anggi. Yeaay! Bisa gendong-gendong orangutan Kalimantan (Pongo pygmaetus)! Selain itu juga bisa ketemu bekantan, owa bahkan beruang madu. Huaaa –mata berbinar-binar.
Mau ketemu reptil macam buaya muata dan labi-labi? Ada! Gimana dengan burung? Hei, ada lebih dari 200 jenis burung yang hidup di taman nasional ini bahkan akan nambah satu jenis burung lagi kalau aku datang –evil grin.
Seru kali ya ngeliatin monyet bergelantungan bebas di atas klotok. Atau melihat bekantan bersolek memamerkan bulu yang berwarna keemasan. Stt, katanya di sana pun masih ada kunang-kunang. –kedip ke eneng. Mau main air di Sungai Sekonyer? Bisaaaa! Eh tapi hati-hati ada buaya! Hehe.
“Abang, mumpung kita di Kalimantan, nih. Melipir ke Pulau Derawan, yuk!”
“Wah pulau yang romantis dan kece itu?”
“Iya betul!”
“Yuklah!”
Si eneng berlalu sambil bersenandung. Tiba-tiba aku sadar bahwa sisa tabungan tinggal secuil upil hulk. Tidaaaaak!

Leyeh-leyeh di sini kayaknya enak D Sumber gambar beborneo.com
Senyum Orangutan Bagi Dunia
Ngomongin orangutan, aku jadi teringat akan interaksiku sebagai postcrosser (orang yang demen main kartu pos) dengan beberapa teman yang tinggal di luar negeri. Tidak sekali-dua kali aku dihubungi oleh mereka yang serta merta menyampaikan permintaan khusus : minta dikirimin kartu pos yang bergambar orangutan.
Misalnya saja seorang ibu bernama Jean yang tinggal di Paris. Dia mengirimkan pesan pribadi dan memohon agar aku dapat mengirimkan kartu pos orangutan untuk anaknya yang sedang gemar-gemarnya mengumpulkan info tentang orangutan. Dengan diiringi rasa haru, meluncurlah sebuah kartu pos untuk anaknya. Begitu kartu pos diterima, Jean kembali menghubungiku dan mengucapkan terima kasih. Oh co cuit!
Sebetulnya hal yang sama juga aku rasakan, aku pun senang sekali ketika seorang sahabat mengirimi kartu pos bergambar orangutan. Di blog yang khusus menampilkan koleksi kartu pos yang aku punya, aku punya kebiasaan untuk menuliskan mengenai apa yang ada di kartu pos tersebut. Nah, dari selembar postcard pula akhirnya aku mengenal Carmen, anak orangutan dengan senyum malu-malunya yang menawan.

Carmen mejeng di blog khusus kartu posku.
Sungguh, aku sudah lama ingin main-main ke Kalimantan dan bercengkrama langsung dengan orangutan. Beberapa meme yang ada di atas ini pun dulunya pernah diikutsertakan di sebuah kompetisi meme yang diadakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia. Sempat menjadi finalis, namun sayang kesempatan itu belum berpihak.
Semoga kelak berkesempatan main ke sana. Maulah jumpa dengan Anggi, Usro, Kumba, Carmen dan semua teman-temannya. Eh tapi, gimana ya kalau pas ketemu ntar mereka malah bilang, “oh saudaraku yang telah lama hilang.”
Hehehe.
“Orangutans look straight into your soul.” Willie Smits.

Ikutan blog competition #SaveOrangutan yuk! Info lengkap klik di sini.
Kalau abang emang cinta sama anggi, gak papalah… saya rela kok #apasih… hahaha
Aku yang gak rela hahahaha
bentuknya lucu-lucu.apalagi yang masih bayi..
btw sekarang alasannya untuk kelapa sawit..
Iya, sampe ditebang eh dibakar demi pembukaan lahan. Mereka semua kejam *gebukgebukdadamerekadipenjara
Baca cerita yang rumahnya dibakar terus di lemparin sediiih bangeett…
Ngilu aja ngebayanginnya, apa lagi muka nya orang utan kan emang bikin iba ya bg..
Tapi kok kalo aku lihat aslinya, baik itu orang utan, monyet, dll, yg ada takuuut…
Hahahhaha
Terus terang, kalau yang gede banget aku juga takut mbak. Cuma kalau yang kecil kayaknya okelah 🙂
Hahahha…
Iyaaa kaannn…
Kalo ketemu yang gede mau diajakin salaman aja ntar. 😀
Haaaa….
Kayak berani ajaaa…
Kalo aq, kalo ketemu yg besar, dia ngelirik aja udah jantungan loooohhh….
Dag..dig..dug.. Gituuu….
Cemana pula mau ngajak salaman…
Kalo salaman masih beranilah. Jangan cipika cipiki aja muahahahahaha
Cipika cipiki dengan orang utan!!!
Hahahahha
Ups…
#versianggun
Ups hahaha *ngakaknya itu khas banget 😀
bayangin itu kita, digusur tapi boro2 bisa demo :3
Iya, saat cari perlindungan malah disakiti 😦
Makasih udah mampir mas Priyo.
Kesian ya Bang. Meski saya geli liat orangutan, saya tetep dukung buat ngejainnya.
Iya kang Ale, mereka semua harus dilindungin.
Soal geli, aku sih masih mending ya sama orangutan atau monyet. Cuma sama ular nyerah deh haha
Lucu-lucu ya, kasian bener kalau demi kepentingan manusia, mereka ngalah. Udah ngalah, caranya nggak bener pulak. Semogalah mereka mendapat suaka yang nyaman setelah banyak tulisan ini di share ya mas.
Iya mbak. Gerakan #SaveOrangutan lumayan terdengar gaungnya. Semoga berbanding lurus dengan hasil baik yang didapat. Amiiin.
Sewaktu kejadian eh berita tentang pembakaran orang utan itu muncul di media aku dan teman sampai nangis-nangis. Sedih banget, luka bakar di kepalanya parah. Tega banget masyakarat kampung nganu ngebakar makhluk imut gak berdosa itu.
Iya huhuhu. Kan banyak yang ingat kejadiannya. Itu penduduk mau ngusir kok ya caranya barbar 😦
Padahal pemerintah mencanangkan menanam 1000 pohon, dan dari channel natgeo yg kutonton kata seorang aktivis “its a joke” ilangkan satu lahan sawit, ribuan pohon terselamatkan dan ribuan orang utan bisa berkembang biak
Yes, tapi jadi berat kalo udah bicara kepentingan.
Semoga menang ya Om lombanya. Ke Tanjung Puting salah satu keinginanku, setelah baca buku Partikel Dewi Lestari. Sebulan lalu ada pameran foto Internasional di kantor pemerintahan Den Haag, salah satu foto yg ditampilkan adalah orangutan yg di Tanjung Puting. Baca deskripsinya kasihan banget dengan kehidupan orangutan di Indonesia.
Gimana tuh mbak Den, apakah hidup di Taman Nasional pun masih menyedihkan kondisinya? 😥 jika nanti aku kepilih dan berkesempatan ke Tanjung Puting, nanti aku wakilkan matanya mbak Deni. Hahaha. Sekarang wakilkan aku menghirup udara DH yang bersih itu ya 🙂
Manusia predator terbesar dan terganas hiks
Menanglah ini. Asik bacanya
Semoga kesampaian kopdar sama anggi, usro dan temen2nya yaaaaa
Anggi, Usro dan Kumba udah dilepasliarkan mbak Arni. Semoga bisa ketemu teman-temannya yang lain. Makasih doanya 🙂
Eneng sedih bang baca nasib si Anggi..ya udah abang sama anggi ajaahhh…haha..
semoga menang lombanya om…:)
Hahaha sama Anggi yang lain boleh ya 🙂 makasih supportnya.
Pertama-tama semoga berhasil dengan lombanya, Mas. Saya yakin dengan tulisan apik seperti ini, pasti beroleh gelar juara, amin.
Orang utan memang sudah terancam banget ya eksistensinya di negeri kita. Sebagian besar karena ulah kita juga. Padahal alam dan manusia bisa hidup berdampingan dengan harmonis, tapi entah, manusia terlalu serakah. Kejadian orang utan turun ke pemukiman menurut saya pasti karena ulah manusianya juga.
Rasanya pingin ngomong kalau dunia sudah terlalu banyak manusia, tapi takut ah, nanti di-bully (eh itu barusan ngomong, haha).
Pertama-tama… heeei kakak Garaaa kemana ajaaa 🙂 udah lama banget gak mampir ke sini ya? 🙂
Iya Gar, semoga keserakahan manusia tidak terus mengikis populasi makhluk hidup lain. Amiiin.
Iya Om, mohon maaf ya. Ada beberapa urusan yang lumayan menyita waktu, hehe.
Amin. Indah banget pasti kalau semua makhluk bisa berdampingan dengan damai, tanpa ada dominasi yang satu terhadap yang lain, hehe.
Full of information in a relaxing way to read. Well noted Har…walaupun diselingi guyonan, tetap sarat dengan content dan pesan buat kelestarian orang utan. Waktu ke Bukit Lawang Januari kemaren, berhasil melihat 10 orang utan, Jumlah total ada sekitar 200 ekor, menurut tourist guide yang mendampingi kita. Tahun 2000, ada 1000 ekor…dalam tempo singkat lenyap. itu data thn 2012. Sedih banget.
Huaaa 😥 makanya gak heran orangutan Sumatra sangat terancam punah (critically endangered). Semoga balai konservasi bisa mengembangbiakan orangutan biar populasinya terus meningkat. Amin.
Amiin..
Ayo main ke Bukit Lawang 🙂
Bacanya agak gimana gitu foto-foto di artikel ini disumberi dari Aak, UUk, dan lain-lainnya hehehe. Tapi apik ceritanya, khas Yayan banget. Good luck, semoga menang! 😀
haha uuk aak uuk aak 🙂
Makasih Lim.
#SaveOrangUtan! Kita melindungi orangutan, karena kita membutuhkannya di alam, demi hidup kita sendiri juga, demi keseimbangan ekosistem. Good Luck Om Yayan 🙂
Makasih Qy. Biar ntar anak-anak generasi selanjutnya bisa melihat orangutan secara langsung juga.
Pengetahuan saya soal orang utan fix bertambah 99% setelah baca postingan ini 🙂
#SaveOrangUtan
Alhamdulillah jika dirasa begitu. Makasih Bud.
Bukan cuma dibunuh, dibakar hutannya, direbut ekosistemnya saja yang bikin trenyuh. Tapi ada beberapa kasus sadis lainnya yang bikin aku geleng-geleng kepala dengan kelakuan manusia-manusia biadab terhadap orang hutan. Salah satunya adalah kasus pelacuran orang hutan yang terjadi beberapa waktu lalu. Bayangkan, seekor orang hutan betina dijadikan pelacur. Kok ya ada yang mikir kaya gitu, dan tega serta nafsu melampiaskan libido terhadap orang hutan. Menurutku mereka itu ‘sakit’ banget.
Aku dukung program #SaveOrangUtan ,,, semoga kesampaian bisa berkunjung ke Tanjung Puting dan Pulau Derawan ya Yan. Good luck 🙂
AAAA iya, aku jadi ingat tentang hal itu. (dan aku langsung googling).
Bener banget, sakit jiwa itu yang menjadikan orangutan/atau hewan lain sebagai pelacur. Gak habis pikir >.<
Terima kasih supportnya mas Bart.
Buanget. Dan ironisnya ya, setelah orang utan tersebut berhasil diselamatkan, ketika masih dalam masa karantina, setiap kali ada petugas/pengunjung lelaki yang mendekati maka si orang utan betina itu akan otomatis mengangkangkan kaki. Duh 😦
Sama-sama Yan. Bravo!
………………………………………..
Tanjung Puting dah masuk wish list kami. Moga ajah taun depan kami bisa ketemu orang utan di habitatnya… Inshaa Allah…
Amin amiin. Semoga kesampaian ya mbak Ira 🙂
Sedih baca orangutan dan anaknya yang diikat dan dilempari batu itu. Pingin nangis 😦
Aku terhibur karena di sini ada abang kesayangan Leonardo Dicaprio. *histeris 😀
eneng galaksi juga aku sebut-sebut. Itu si mahkluk goib haha.
woalahhh ternyata sudah pernah mampir kesini gara2 hashtag di twitter #saveorangutan juga. bagus ini mas tulisanmu. bahasanya khas cowok banget. tengil-tengil piye gitu hahaha. sukses lombanya mas-e. semoga lolos 😀
ps: jangan lupa kalau udah cocok sama ‘Anggi’ segera diiyain #eh
Meh! hahahaha. Iya nanti aku rayain dengan perayaan yang meriah *nampak sebegitu hopelessnya kah aku? hwhwhw.
Makasih udah mampir ya. Sukses juga lombanya 🙂
^^ Goodluck omnduut 🙂
Terima kasiiih 🙂
Miris. Sedih. Merinding. Marah. Pokoknya rasanya perasaan campur aduk tiap baca tentang perlakukan manusia-manusia yang… huffftt! (Sebutan apa ya yang pantas buat orang-orang itu?)
Btw salam buat Eneng yaa 😀 😀
Sukses buat lombanya. Tulisanmu bagus!
Haha iya nanti salamnya disampaikan sama eneng galaksi mbak Dee. Makasih ya 😉
bikin sedih lihat foto induk dan anaknya yang kurus itu…kenapa manusia ada yang begitu jahatnya…
Iya huhuhuhu 😦
kampanye penyelamatan orang utan memang harus terus di sounding om, biar anak cucu ane bisa tau apa itu orang utan.. bukan hanya liat di buku sejarah 😦
Iya betul banget. Mas Teguh udah pernah ke Tanjung Puting?
Ini tulisan yang menang lomba itu ya? Congrats! Kamu batu! 🙂
Sayangnya tulisan ini tidak berhasil memenangkan hati gadis manapun mas Aldi #PokokeCurhat 😀
CHEBOOX LAAAHHH Emang Layak Menang sih yaaa…. gak ada kata kata SORGA pulak!!! …siplah… kirimi aku gambar gamabr apik yaaaahhh plus tulisan kece hasil perjalanan yaaa….
Hehe makasih bang, salam chebox deh 😀
Oke ditunggu ceritanya di blog ya hehe
salah satu hewan yg hampir punah & harus dilestarikan…
Sepakat! 🙂
Taman Nasional Tanjung Puting itu keinginanku setahun terakhir ini buat ke sana, Mas. Tapi ongkosnya lumayan dan waktunya hampir selalu tabrakan terus.
Terakhir kali lihat itu pas di Kutai, cuma keadannya kurus banget dan nggak keurus.
Iya bener, ongkosnya lumayan banget. Bisa buat ke Jepang PP hwhwhw. Mudah-mudah nanti berkesempatan ke sana ya amin.
Kak, selamat ya… tulisannya menang lomba! Sukaaaa sama story telling nya. Aku sendiri belum pernah melihat orang utan secara langsung. Padahal dari Medan bisa ke arah Bukit Lawang untuk melihat habitat mereka. Ah, miris banget sama nasib orang utan ini. Aku ngga tega beneeeer liat ekspresinya, pingin nangis kak😢😢.
Iya, kasihan dengan mereka yang hidup di alam liar tapi terus kesusahan karena ulah manusia.
Aku juga mupeng main yang di Bukit Lawang. Mudah2an nanti ada kesempatan ke sana 🙂
Bener kak, miris dan prihatin😢. Kalo satu saat ada kesempatan ke Sumut, berkabar ya☺.
Btw nanti ke Kalimantan daerah mana untuk liat orang utan? Pengen banget ke Tanjung Puting gara-agar baca bukunya si Dewi Lestari yang lupa judulnya haha. Anyway, yang bikin sedih adalah minimnya informasi di Indonesia mengenai kebun kelapa sawit. Sempet iseng juga liat daftar orang-orang terkaya di Indonesia dan buanyak banget yang usahanya yah sawit.
Ke Taman Nasional Tanjung Putingnya mbak. Gak sabar nunggu tanggal 10 🙂
Ping balik: Abu Nawas di Taman Nasional Tanjung Puting | Omnduut
Ping balik: #SaveOrangutan by Omnduut | Nomadicandle
Izin share artikelnya ya