
.
UPDATE JULI 2020: Pertunjukan MUD KL sudah dihentikan secara permanen.
Hmm, rasanya baru kemarin aku diam-diam memotong sejumput ijuk dari sapu halaman kepunyaan ibuk. Melekatkannya di sebuah karton padi yang cukup tebal, membentuknya seperti kumis dan menambahkan double tip agar bisa menempel dan menutupi area filtrum.
“Heh, buat apa?”
“Nganu, buat dipakai dalam pertunjukan drama.”
“Ciyus pernah main drama?” <- tolong perhatikan, dramanya tanpa tanda petik.
Hehe, yup, ganteng-ganteng (kok srigala buntet) gini aku dulu pernah gabung di sebuah pertunjukkan drama. Kapan? Udah lama deh, zaman SMP, yaa sekitar 6 tahun lalulah –nyengirdipojokan. Trus dramanya jadi apa? Jadi pahmud aka papah muda gitu syalala. Haha, ya harap maklum, selain dari faktor muka, dulu pemilihan pemeran di drama perpisahan kakak kelas juga ditentukan dari seberapa maju perut yang aku punya.

“Penontonnya darimana ini?” sapa beliau dari atas panggung.
Pasca dari drama yang sukses merontokkan image-ku sebagai pemuda baik-baik harapan bangsa (lupa, kalau gak salah dulu jadi ayah yang gagal karena anaknya konsumsi narkoba, deh), aku memang sempat mendapatkan tawaran dari beberapa produseN gorengan. Namun karena bayarannya kurang sesuai, jadi aku tolak. Sejak itu berakhirlah karir bintang panggungku. Walau begitu, menonton drama adalah kegiatan yang masih aku gemari hingga sekarang.
Bagi yang temenan sama aku di sosmed, pasti udah ngeh ya kalau semingguan kemarin (tgl 21-26 September), aku sedang berada di Kuala Lumpur, Malaysia untuk menghadiri acara #AboutKL dan #CitraWarna2016? Nah, banyak kegiatan yang aku dan teman-teman blogger lakukan, diantaranya menyaksikan drama pertunjukkan MUD : Story of Kuala Lumpur. Nah, karena aku menghadiri 2 acara tersebut, aku pun jadi menyaksikan #MudKL ini sebanyak 2 kali! Alhamdulillah.
Selamat Datang di #MUDKL
Bersama rombongan, aku mendatangi gedung Panggung Bandaraya. Gedung tua yang dibangun pada bulan Agustus tahun 1902 ini didesain oleh A.B Hubback dengan mengadopsi sedikit sentuhan mughal pada eksteriornya. Letaknya sendiri di sekitaran Dataran Merdeka yang tersohor itu. Jadi, mudah saja mencapai tempat ini dengan kendaraan umum.

Gambar diculik dari situs mudkl.com
Pada kunjungan pertama ke sana, jumlah penonton cukup ramai. Wisatawan dari Tiongkok nampak memenuhi kursi di lantai dasar. Kami sendiri rombongan #AboutKL menempati kursi di lantai 2. Dari atas, gedung pertunjukkan ini nampak seperti gedung opera yang sering aku lihat di film-film. Warbiyasak! Keren banget!
Tak lama kemudian lampu utama dimatikan dan lampu sorot warna-warni nampak menyinari panggung utama tanda bahwa pertunjukkan akan segera dimulai. Tiba-tiba iringan musing mengalun syahdu. Layar plasma berukuran besar lantas menampilkan ilustrasi perjalanan terbentuknya kota Kuala Lumpur. Oh well, mari cari posisi duduk yang nyaman, drama musikal indah ini siap mengantarkan aku ke masa lalu saat ketika kota Kuala Lumpur perlahan dibangun.

Pertunjukkan siap dimulai
Drama Musikal 4 Babak
Drama musikal yang disajikan selama kurang lebih 1 jam ini menampilkan 4 babak cerita. Namun, intinya kisah ini berpusat pada tokoh Mamat, Meng dan Muthiah, 3 sekawan yang merepresentasikan kelompok masyarakat di Kuala Lumpur, yakni orang asli (pribumi/melayu), Tionghoa dan India.

3 tokoh utama, Mamat, Meng dan Muthiah sedang beraksi
Kisah #MudKL dimulai dengan menampilkan pertemuan Mamat, Meng dan Muthiah di tahun 1857 yang kemudian memutuskan untuk hijrah ke daerah yang disebut “Pertemuan Dua Sungai” yakni Sungai Lumpur (sekarang bernama sungai Gombak) dan Sungai Kelang.
Mereka bertiga berusaha mencari peruntungan di masa kejayaan timah di tahun 1980. Kota mulai berkembang dan masyarakat hidup dengan harmonis. Namun sayang, musibah kebakaran besar di tahun 1881 menghancurkan kehidupan masyarakat setempat.

Itu properti yang di belakang dihadirkan secara otomatis
Lepas dari kebakaran hebat, di tahun yang sama, lingungan tempat tinggal mereka mendapatkan musibah hujan lebat yang diikuti banjir besar pada Desember 1881. Kehidupan yang telah mereka bangun benar-benar hancur. Namun untunglah Mamat, Meng dan Muthiah serta masyarakat lain tidak putus asa dan kembali bersemangat membangun tempat tinggal mereka hingga kemudian kita kenal sebagai kota Kuala Lumpur.
Takjub Berjamaah
Aku rasa semua penonton merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Bagaimana tidak, penampilan puluhan aktor panggung di pertunjukkan #MudKL ini sangat bagus! Semua dialog dilakukan secara live! Tidak hanya bercakap, mereka pun menari, menari dan beberapa pemeran bahkan melakukan gerakan-gerakan akrobat di atas panggung.

Semua pemain dapat menyanyi dan menari dengan baik!
Aku benar-benar terkesima dengan pertunjukkan ini. Lebih takjub lagi, saat kunjungan kedua bersama rombongan #CitraWarna2016 dan aku berkesempatan duduk di bangku paling depan, aku dapat melihat langsung ekpresi para pemain yang bahkan betul-betul meneteskan air mata saat melakoni kejadian sedih.
WOW!
Tata panggung yang apik, make up pemain yang pas, kemampuan akting yang mumpuni, pun dilengkapi dengan bantuan teknologi, menjadikan pertunjukkan #MudKL ini sebagai pertunjukkan drama terbaik yang pernah aku tonton sejauh ini. Oh ya, walaupun bertumpu pada teknologi, aspek pendukung seperti property buatan juga disajikan. Salutnya, peralatan panggung itu sebagian dioperasikan secara otomatis sehingga dalam hitungan detik dapat berada/lenyap dari panggung utama.

Pemeran pendukungnya pun bermain dengan apik!
Jangan lupa, drama musikal ini pun berusaha untuk berinteraksi dengan penonton. 2 orang penonton akan diajak ke atas panggung untuk berperan. Bahkan, di akhir pertunjukkan, semua penonton diajak ke atas panggung untuk menyanyi dan menari bersama! 😀 bagaimana dengan aku? Tentu ikutan dong! Pokoknya jogetanku nggak malu-maluin deh, maklum berguru lama sama Inul Daratista hehehe.
Aku beruntung sekali dapat menyaksikan #MudKL secara langsung dan dapat berinteraksi dengan para pemainnya yang memiliki talenta luar biasa. Jujur saja, sepanjang pertunjukkan, perhatianku lebih banyak terpaku pada pemain pendukung ketimbang pemain utama.

Yang di sebelah kanan itu blogger dari Singapura. Dia diajak naik ke atas panggung 🙂
Pemain utama jelas akan menampilkan aksi yang maksimal. Eh ternyata, pemain pendukung pun begitu! Walaupun peran mereka seolah ada-dan-tiada, namun ekpresi dan gerakan tubuh mereka sama totalnya dengan pemain utama. Hebatnya lagi, pertunjukkan ini terus dipentaskan sepanjang tahun (kecuali hari raya keagamaan) dengan 2 kali waktu pertunjukkan, yakni sore dan malam hari.
Oh ya, apa bahasa pengantarnya? mostly mereka berbicara dalam bahasa Inggris, namun sesekali dalam bahasa Melayu dan mandarin (tersedia TV plasma kecil di sudut panggung yang menampilkan subtitle bahasa mandarin. Kece!)

Salah satu adegan sedih. Nangis ya nangis beneran sampai keluar air mata!
Pertanyaannya, “gimana jika salah satu pemain berhalangan hadir?” ternyata, mereka dibagi menjadi beberapa tim dengan beberapa aktor yang memerankan peran yang sama. Jadi, jika ada yang berhalangan, jangan khawatir, aktor lain akan datang dan memerankan peran tersebut.
Sungguh, menyaksikan #MudKL adalah salah satu pengalaman terbaikku berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia minggu lalu. So, kapan giliran kamu menyaksikan #MudKL?

Jajaran pemain utama
MUD KL : Story of Kuala Lumpur
-
Alamat : Panggung Bandaraya, Jalan Raja 50350, Dataran Merdeka, Kuala Lumpur
-
Telp : +603-2602-3335
-
-
Harga tiket : RM 84.80 (warga asing) RM 53 (penduduk Malaysia)
-
Penjualan tiket : mulai pukul 10:00 pagi s/d 20:30 malam
-
Waktu pertunjukkan : 2 kali. Pertama pkl 15:00, Kedua pkl 20:30.
-
Social Media FB : MUDKualaLumpur Twitter & IG : @MudKL
-
Tambahan : Jika dipertunjukkan lain dilarang memotret/merekam, di pertunjukkan #MudKL ini malah hal tersebut dianjurkan! Kece, kan?

Mau foto selfie kayak gini dengan pemain #MudKL? ikutan kuisnya!
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
wiiiihhhh…….
^_^
Waaakkk itu mainnya di gedung itu ya om? Klo ke KL cuma bisa foto di depan doang wkwkkw… Aku suka dengan pentas-pentas macam ini, maklum dulu anak teater gitu. Subtittlenya kenapa cuma bahasa mandarin doang sik?
Iya, gedung tua nan megah. Suka banget!
Tentang subtitle, mungkin bisa jadi karena penonton dari Tiongkok lumayan banyak dan penonton lain di luar itu dapat memahami jalan cerita dalam bahasa Inggris atau melayu.
Again? hahaha. Makasih udah ikutan GA-nya kak 🙂
Komen yg ini dihapus dong, ini salah tadi wkwkwk
Rina, Batam, ke Kl bulan november 2016, http://www.jalanrina.com, twitter: rinasandra IG: jalanrina FB: rina simanungkalit
Again? hahaha. Makasih udah ikutan GA-nya kak 🙂
Aku ciyua lho ikutan, mau ajak emak nonton MUD, mudah2an tujuan mulia juga dinilai wkwkwke
Siap kak 🙂
ini drama favoritku <– Harap perhatikan! lagi-lagi tidak ada tanda petik!
Hehe, yup, ganteng-ganteng (kok srigala buntet) gini aku dulu pernah gabung di sebuah pertunjukkan drama. Kapan? Udah lama deh, zaman SMP, yaa sekitar 6 tahun lalulah –nyengirdipojokan. Trus dramanya jadi apa? Jadi pahmud aka papah muda gitu syalala. Haha, ya harap maklum, selain dari faktor muka, dulu pemilihan pemeran di drama perpisahan kakak kelas juga ditentukan dari seberapa maju perut yang aku punya <– apalagi yang ini, hahahaha… makes me even younger 10 years.
Thank you pretty much :))
Hahahaha mbak Rooos 😀
Makasih udah mampir.
Wahhh aku kemarennnnn cuma bisa foto-foto cantik di gedung ini. Hiksss… mupeng nonton ini drama musikal. Terlihat seruuu dari foto dan cerit! Omndut.
Dear omndut yg baik hati…. nama eka, berasal dari kota Padang, Insya Allah berencana ke KL sekitar 19 oktober — semoga terealisasikan aminn.
hobi bercerita di ekahei.wordpress.com, cuap nggak jelas di twitter :@ekahei, dan pamer terselubung di IG :ekahei. Melampiaskan galau di FB: ekahei.
Sekian sekilas info… semoga omndut berkenan memberi tiketnya… bonus pangeran Malaysia boleh juga asal jangan Raju. *eh 🙂
Hahahaha tak sumpahin ketemu Raju nanti. Makasih udah ikutan 😉
Nggak nyangka orang kalem banyak ngocol ngocolan di dalam kepalanya. Hahaha jadi pernah mengutil sapu untuk dijadikan Kumis ya? Pasti jadinya seperti kumis Hitler 🙂
Hahaha jadinya malah mirip pak Raden mbak
imajinasi mu kece Broh.!!!… btw aku juga suka berimajinasi ding..makanya nurun ke anak anak ku suka imajinatif ahhahahahah aku selalu suka drama musikal…tapi tak ada rencana ke KL…tapi pingin tiket itu…mau juga nonton ….
Hwhw, bisa dibilang karena kepepet juga, ide jadi datang bang. Next time semoga berkesempatan nonton ya.
Aulia Rahman, Kudus, Jawa Tengah, Rencana ke KL tanggal 28 Oktober 2016, Twitter : @auliarahmman & IG : @auliarahman8, FB : Aulia Rahman Tanjung.
Terima kasih udah ikutan 🙂
menunggu giveaway tiket gratis PP kemanapun hahhahah..*kabooor*
PP ke Republic of Silaberanti mau?
Amaziing 😁 Sayang kurang video dirimu joget bareng2 itu loh; pingin liat gimana sih yg jogetannya kayag Inul daratista 😄
Stt, kalau mau lihat, cek di IG @EviIndrawanto hihihihihi
Ahzek 😁
waaw kereeen,
Iya 🙂
seberapa maju perut yang kupunya, huaaaaaa wkwkwkwkw natap nanar perut sendiri. Udah deh yan , mending nggak usah ngomongin lemak, disitu saya merasa punya teman “sependeritaan” ckckckc
Sayang, nggak ada rencana ke KL bulan segitu, lagi nyiapin rceh ke Rusia :)))
Beneran mbak Zulfa mau ke India? nitip mbakmbak kiyut yang ada di sana ya hehehe
Halloooooo ketemu disini
Halo-halooo 🙂
Iyaaaaaa
Nyimak aja dulu sambil nunggu giveaway tiket pp bandung-kualalumpur + tiket #MudKL #ngarep
Hahaha stay tunned, siapa tahu kelak ada sponsornya 🙂
Aakhhhh, mau dooonk tiket #MudKL-nya Om, kangen manggung sama Muthiaaaaah 😉
Aku kangen sama Ming yang lincah hahaha.
Fajar Permana – Bandung – Di KL tanggal 23, tapi kayaknya ke Penang / phuket dulu tar balik lagi ke KL coz blom punya tiket balik jga.. Hehe – http://ranseltravel.com – IG: fajaract – FB – RanselTravel
Terima kasih udah ikutan kakak 🙂
Deddy Huang, Palembang, Single, Rencana ke KL tanggal 16 November 2016, alamat blog : http://www.deddyhuang.com – Twitter (@_deddyhuang) & IG (@deddyhuang), FB : Deddy Huang
*eh jadi branding di sini :p tapi rencana ke KL… semoga saja ada jalannya
btw, kalo ke aku beneran pengen ke rooftop cafe itu.
aku belum pernah ikutan drama tapi pas SMK pernah ikutan pentas seni musik rame-rame dengan teman sekelas dan jadi juara, oh ya alat musiknya semuanya dari barang-barang bekas..
Wah ini keren! memanfaatkan barang bekas untuk pertunjukkan 🙂
iya dulu syaratnya kudu seperti itu
Widiiih….kece dapat tiket #MUDKL gratis. Nyimak aja dulu ah.
Haha, belom ada rencana ke sana ya mbak Lina 🙂
Ping balik: #SaveOrangutan : Demi Cinta Kita Terhadap Anggi, Usro, Kumba & Teman-temannya | Omnduut
Tahun depan, insya Allah nonton #MUDKL
Yeay! 🙂 selamat menonton.
Ping balik: Melihat Kuala Lumpur Lewat Drama Musikal – Eka Hei
Ping balik: Free Walking Tour Kampong Bharu : Jelajah Perkampungan Tradisional di Jantung Kuala Lumpur | Omnduut