
.
“Beneran itu makan duren di pinggiran Sungai Musi?”
Yup, lebih tepatnya di dermaga 7 Ulu. Lokasi dermaga ini dekat sekali dengan pasar 10 Ulu dimana banyak pedagang buah yang berjualan. Salah satunya ialah : Duren/Durian aka si raja buah khas negara tropis kawasan di Asia Tenggara termasuklah di dalamnya Indonesia. Di Sumatera Selatan sendiri daerah yang terkenal “memproduksi” durian antara lain Kabupaten Lahat dan Kabupaten Empat Lawang. Secara nasional, Sumatera Selatan masuk 3 besar produksi durian se-Indonesia.
“Trus gimana ceritanya tuh bisa makan malem-malem di dermaga 7 Ulu?”
Hihi, gini, kebetulan kami sekeluarga (lagi-lagi) menjadi host traveler dari situs pertemanan couchsurfing dot com. Tamu yang datang kali ini bernama Fahmi, pejalan tangguh asli Ternate yang sementara waktu menetap di Jakarta. Nah, selama 3 hari 4 malam, Fahmi menginap di kediaman kami. Di malam terakhir Fahmi di Palembang, ayah-ibu ngajakin jalan buat muter-muterin kota sambil lihat aktivitas masyarakat Palembang di malam hari. Seketika tercetus ide dari ibu, “gimana kalau kita makan duren di 7 Ulu saja?”
Semua setuju. Jadilah, kami beramai-ramai menyantap duren sambil ditemani semilir angin dan kerlipan lampu warna-warni dari Jembatan Ampera. Asoy geboy dah rasanya 🙂 Bagi penikmat durian, Palembang patut di perhitungkan untuk di datangi. Sentral penjualan durian lainnya yang sangat terkenal ialah di kawasan Pasar Kuto.

Hayo Fahmi makan sampai habis!

Narsis time!
Nah sekarang kembali fokus ke judul tulisan ini. Aku akan memperkenalkan 2 Jenis olahan durian yang secara gak langsung berkontribusi besar terhadap khasanah kekayaan kuliner nusantara. Olahan durian ini pun tercipta atas kreatifitas penduduk lokal yang memanfaatkan hasil panen durian yang melimpah. Ketimbang hasil panen membusuk, dengan mengolahnya menjadi varian baru, durian dengan produksi melimpah dan berlebih tidak terbuang percuma dan di sisi lain ada manfaat ekonomisnya. Apa saja hasil durian yang terkenal itu?
Tempoyak
Tempoyak adalah durian yang difermentasi selama 3 sd 5 hari. Bagi yang terbiasa, tempoyak langsung dapat dimakan sebagai lauk sebagai teman nasi hangat 🙂 Cuma, bagi yang tidak tahan dengan rasa asamnya, tempoyak dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan dan sambal. Paling enak jika dicampur dengan terasi plus dikasih irisan cabe rawit. Wuih jadi deh sambal tempoyak. Rasanya? Ending gulindang bin maknyus!

Tempoyak : Durian Fermentasi
Karena aromanya cukup tajam, masyarakat lokal biasa mengolah tempoyak menjadi menu utama campuran ikan. Ibuku sendiri suka banget masak ikan kuah kuning tempoyak atau masak brengkes. Brengkes itu, ikan kukus yang dibaluri tempoyak yang sudah dicampur dengan berbagai macam bumbu. Ah membayangkannya saja liurku serasa menetes hahaha.
Berbagai jenis ikan cocok dimasak dengan tempoyak. Ikan teri, ikan mas atau ikan mujair. Nah, kalau di keluarga kami, favoritnya itu ikan patin. Kebetulan banget aku sempat mengabadikan salah satu hasil masakan ibukku, yakni Brengkes Patin. Di akhir tulisan ini, aku pun akan membagikan resep dan cara memasaknya. Spesial bagi semua pembaca setia blog Omnduut yang suka bereksperimen di dapur hahaha. Jangan lupa, kalau sudah selesai masak, aku dicicipi ya! 🙂

Brengkes Patin masih dalam balutan daun pisang
Lempok
Banyak yang bilang lempok itu sama dengan dodol duren. Padahal beda banget! Hehe. Jika dodol durian biasanya adonan dicampur dengan ketan atau tepung. Sedangkan lempok HANYA campuran gula pasir saja. Dan yang terpenting dibuat tanpa bahwan pengawet dan bahan kimia lainnya. Biasanya lempok dicetak persegi panjang, kotak atau silinder. Ada juga yang dikemas di dalam plastik aluminium foil bahkan dalam kotak kaleng. 🙂

Lempok asli Sumatera Selatan

Sudah diiris. Siap dimasukkan ke lambung 😀
Nah kebetulan seorang sepupuku suaminya kerja di daerah Tebing Tinggi, sekitar 2 jam dari kota Lahat. Setiap kali pulang ke Palembang, biasanya bawa oleh-oleh Lempok ini. Selain praktis, membawa lempok juga relative lebih aman karena pengawasan barang bawaan di kereta api sangat ketat dan durian termasuk barang yang dilarang haha. Bisa jadi karena baunya yang menyengat dan demi kenyamanan serta bentuk toleransi bagi mereka yang tidak bisa makan durian. Alasan lain sih, demi keamanan. Gak kebayang kan jika satu penumpang membawa satu karung durian di dalam kereta dan mengganggu jalur evakuasi jika hal buruk terjadi.
Hah satu karung?
Iyalah, kan durian di daerah asal macam Lahat dan Empat Lawang itu murah banget! Rugi dong kalo cuma bawa satu/dua buah. Sedangkan membawa menggunakan mobil travel (angkutan antar kota/kabupaten) juga dilarang. Kalau gak bawa mobil pribadi ya gak bisa deh mencicipi durian murah hahaha, ya mau gak mau beli. Yang jelas, dengan diolah menjadi lempok, kita dapat makan durian “sepanjang tahun” bahkan di saat musim durian sudah berlalu. Lha wong rasanya mirip banget durian, bedanya setelah dimasak dengan gula warnanya menjadi lebih gelap dan pekat.
Nah itu dia 2 olahan durian yang terkenal di Sumatera Selatan. Sebagai catatan, di daerah lain bisa jadi olahan durian ini juga ada dengan nama yang sama atau nama yang berbeda. (Seperti Kerupuk Basah di Pontianak yang bisa dibilang 99% sama aja dengan Pempek Palembang). Yang jelas, kita sebagai warga Indonesia harus bangga dengan kekayaan kuliner nusantara! Betul, begitu? 🙂
Eh kelupaan, jadi ceritanya di saat makan duren di dermaga 7 Ulu, dua orang yang fotonya ada di bawah ini cerita sekaligus nostalgia masa-masa kecil mereka yang memang dihabiskan di pinggiran Sungai Musi hihihi. Nah cewek cakep di foto ini pula yang biasanya merangkap jadi juru masak di rumah hwhwhw dan resep Brengkes Patin ini aku tulis ulang langsung dari beliau. Dicoba ya masaknya!

Yang sebelah kiri, si Master Chef keluarga kami. Lupa senyum, maklum candid hehehe
Resep Brengkes Patin
Bahan utama
Ikan Patin ukuran sedang (sekitar ½ Kg) | 20 batang cabai merah | 7 butir bawang merah | 5 butir bawang putih | 4 butir kemiri | 1 ruas kunyit | 2 batang serai | 1 buah tomat | 2 lembar daun salam | daun kemangi serta garam dan gula secukupnya | daun pisang sebagai pembungkus dan… tentu saja tempoyak
Cara memasak
Semua bumbu diulek menjadi satu kecuali serai dan daun salam yang cukup dimemarkan saja. Setelah semua bumbu halus campurkan dengan tempoyak secukupnya. Ikan yang sudah disiang bersih ditempatkan ke atas daun pisang. Lumuri ikan patin dengan semua bumbu yang sudah tercampur dengan tempoyak hingga merata. Masukkan daun salam dan serai yang sudah dimemarkan/digeprek ke dalam bungkusan daun pisang. Daun kemangi juga dimasukkan sebagian atau seluruhnya ke dalam daun pisang. Bungkus rapi lalu kukus selama 15 menit.
Brengkes Patin yang maknyus siap disantap bersama nasi hangat dan menu pendamping lainnya 😉

Nasi… mana nasi….
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
Brengkes itu pepes gitu, yah? Kalau di tempat asalku, pepesan soalnya disebut Brengkes juga.
Aku baru sekali makan lempok. Ada yang temen yang dikasih oleh-oleh, trus ikut ngincipi. Ehmm, rasanya sudha agak lupa. Yang kuingat hanya manis, kenyal, dan terasa durennya. 🙂
Iya bentuknya mirip pepes mbak 🙂
Tapi sama nggaknya aku kurang paham haha. Untuk bilang sama dan beda kudu dibandingkan bahan-bahannya, cara memasaknya dsb. Berhubung aku bisanya makan dan gak jago masak yaaa begitulah haha.
Iya rasanya manis dan aroma serta rasanya masih otentik durian. Terus terang aku gak begitu suka karena lebih suka yang asem-asem dan pedas ketimbang manis. Makanya Tempoyak is the best hahaha
Tempoyak selalu jadi favoritku kalau ke Plembang. Kalau Lempok kadang minta dikirimin dari sana. haha. 😀
Naah sekali lagi ke Palembang aku ajakin makan (olahan) tempoyak di rumah mau ya mas Farchan? 😀
Wah asiiiik ada resepnya
Besok2 klo butuh tinggal ngubek rumahnya Oom ndut deh
Saya udah ngerasain semua olahan itu pas dinas ke Palembang dulu, semuanya enaaaaaaak
Hihi boleh mbaaak 🙂 hayo ke Palembang lagi.
Alhamdulillah aku termasuk yang bisa makan duren walau harus direm haha. Temen-temenku banyak yang gak bisa makan duren 😀
Kalau mamaku suka jadiin lempok sebagai isian kue kering waktu lebaran, Yan… waktu kecil aku suka bantuin, tapi waktu udah mateng, bagian lempoknya aku buang.. hehehe.. gak suka duren euy.. 😀
Oh kue kering macam nastar itu ya mbak Dee? hahaha. Nah nah kan nih nemu orang yang gak suka makan durian 😀
mamaku suka bikin brengkes patin loh, pake ikan mas juga enak.. tempoyaknya bikin sendiri kalo banyak duren di rumah dikirim dari lampung sama sodara yang punya kebon duren.. disambel gitu aja juga enak, tapi lom pernah bikin didodol.. palingan dieskrim deh ato dipuding..
Yeaaay mbak Tin mulai komen-komen lagiiii 🙂
Aku gak suka duren dibikin macem-macem, kayak dikolak atau dipuding, cuma penasaran kalo duren jadi isi kue hmmm kue apa ya? lupa :p
Brengkes dan tempoyak patin memang juara enaknya. Baca gini malam2 jadi lapar.. hehe.
Jom cari makanan/cemilan di ancol-nya Jambi bang 😀
Di ancol cuma jualan sate, jagung bakar, sama es tebu doang… gak ada tempoyak patin.
Wah gak ada ya >.< maklum belum pernah ke ancol-nya Jambi bang 😀 ya sudah sini sini ke Palembang, tak masakin tempoyak patin banyak-banyak hahaha
Aku baru tahu kalau durian bisa diolah jadi lauk segala Yan.
Antara penasaran dan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya, maklum Yan lidahku lidah Jowo yang nggak suka neko-neko. Beda ama Ivon yang suka sekali wiskul n masak yang nyeleneh2. Ntar aku colek dia biar baca resepmu ini.
Haha, lidah jawa sukanya yang manis-manis ya Wan 🙂 kalo sumatera kayak aku ini asem-pedes gitu. Ya, nanti suruh Ivon coba masak ya hahaha
Ya Allah…langsung ngiler baca cerita ttg duren. Emang ya duren tuh bisa jadi berbagai macam makanan, bahkan bumbu masak. Paling suka dimakan seger, dan dalam bentuk lempok. Kalo tempoyak suka, tapi ga bisa banyak. Kena maag soalnya.
Aku yang duren-nya gak bisa makan banyak, sudah di warning dokter haha. Tempoyak dalam bentuk brengkes bolehlaaah 🙂
dek yayaaan..tanggung jawab aku jadi ngiler pengen lempok huhuhuhu
Mbak Dedeee maafkan dakuh haha, semoga mas Bagus gak ilpil ya liat mbak Dedew ngiler hwhwhwhw
duso woi duso, si oom samo tante dibuatke meme cak itu…
lucu jugo tp ye, momentny pas nian…
hehehehe
Hahaha, sungkem ke ayah-ibuk 😀
Bang Chef merangkap dokter, cemmano itu resep brengkesnyo, ado yang salah dak? 😀
cacam, itu tegantung maseng2 dapur resepnyo….
Hihi siiippp 🙂
Waaaahhh nyussssss kayaknyaaa… Sayang durian di jogja gak bisa dibedain mana yg beneran asli sana atau asli sini…
Aku juga terus terang gak bisa bedain mana duren sini atau duren kota lain haha, cuma biasanya tekstur, ukuran dan tipis/tebal daging durennya keliatan bedanya 🙂
mas kasih tips biar gak mabok duluan pas nyium bau duren dong 😀
Kasih balsem di antara hidung dan bibir, dijamin gak akan mabok, tapi kepanasan hahaha
wah, baru ngeh ada kerupuk basah… 🙂
di bangko durian jadi tempoyak dan olahan dodol juga, namanya gelamai disini, tapi nggak pake durian, loh :p
Nah nah nah yang dulu pernah dibawa ke Palembang, kan? 😀
iyo wak hehehe…n itu yg buat GA wisata daerah 🙂
Jadi kangen kampung halamanku sendiri mas. Aku hobby banget dgn pepes tempoyak,pindang patin pegagan dll
Waah kampung halamannya di mana mbak? 🙂 hayo buruan pulkam biar bisa merasakan kelezatan durian lagi 🙂
Di kota palembang mas, di km5. Heheheh, masih kuliah mas, tunggu liburan semester baru pulang ke palembang
Sippp 🙂 selamat kangen masakan Palembang 🙂
Ya Allah Ngelap iler beneran. Sekarung? Mau Om 🙂 Durian lover. Pernah juga sama Ayah waktu jalan jalan beli sekarung durian. berdua di mobil, Mabok Durian. Itu brengkesnya, Aduh, dimakan sama nasi hangat ngebul ngebul…. Nambah!
Hahaha sini mbak, dijamin nambah berulang kali gakpapa 😀
Di India ada duren gak ya? :p
makan masakan tempoyak bagi penderita diabetes sama ndak bahayanya dgn makan durian ?
Hmm kurang paham juga mbak >.< sepertinya kalau sedikit tidak apa-apa 🙂
Nyesel..belum pernah ke Palembang, padahal sebelum di mutasi kePurworejo, Kakak yg paling gede ditempatin di Palembang.Paket Empek-empeknya aja yg selalu nyampe ke Bandung.Makan duren malem-malem waktu jalan – jalan ke Sumatra Utara ,nyampe Sidikalang jam 11 maleman,selesai makan malam.cuci mulutnya disediain ama opungnya temen, duren jatohan dari kebun.legiiiiiiiit.
Mbaak, hayo ke sini lagi 🙂
Ping balik: Mengenal 15 Jenis Pempek Palembang. Wow! Ternyata Bule Juga Suka! |
Ping balik: Nongkrong Kekinian di Radja Food Court Sambil Ngelirik Cinderamata di Temphoyac Jambi |
Ping balik: Kopdar Kuliner : Kreasi Olahan Makanan Laut? Palembang Juaranya! | Omnduut
tempoyak, jadi inget keracunan tempoyak ikan patin di kos. hahha teman aku anak sungai musi Palembang, kalo pas ke Semarang sering tuhh bawa tempoyak dan kami biasanya masak bareng2 di kos..
Huaaa kok bisa keracunan mbak? apa penyimpanan tempoyaknya kurang bagus jadi kualitasnya menurun?
tempoyak kalau disambal pedas jadi tambah maknyussss
Asli maknyus! 🙂
Sayangnya aku ga begitu suka durian, hiks. Emang kalo durian mah buah segmented ya… Yang suka bisa suka banget, yang ga suka bisa benci banget..
Betul, makanan segmented hahaha
Saya sih sepakat, walau mungkin ada kemiripan antara satu daerah dengan yang lain, pasti ada saja rasanya yang berbeda. Baik itu dari komposisi bahannya atau pun cara membuatnya. Dulu juga pernah dikasih oleh-oleh Lempok pas ke Muara Enim. Memang agak berbeda rasanya. Dan mungkin karena tanpa pengawet, jadi harus segera dimakan, nggak boleh dilama-lamain.
Betul, batas konsumsinya nggak lama. Aku sendiri belom banyak icip olahan duren dari daerah lain. Penasaran juga sih pengen coba.
Saya suka durian, tapi entah kenapa ga begitu suka Lempok. Enak yang buahnya langsung. Kalau masakan pakai Tempoyak sih enak ya. Apalagi kalau yang masak jago. Pindang jadi makin sedap pakai Lempok. Brengkes juga sih. Emang tidak semua orang bisa makan duren. Tapi kalau suka, banyak dan murah hajar hahaha
Haha ya betul. Emang durian aslinya yang belom dijadikan olahan makanan lain the best.
Wah duren. Sayangnya daku kurang suka (kecuali eskrim duren) yg banyak campuran susunya.
Indonesia punya banyak sekali kekayaan kuliner ya dan siapa yg punya ide duren dijadikan sambal tempoyak? Brilian sekali idenya.
Iya mbak, emang duren makanannya akan orang suka bangeta atu nggak banget ya 🙂