Pelesiran

Gagal Berlama-lama di Kota Lama Semarang

Siapa di sini yang #TeamKotaTua? hayo nungging eh angkat tangan! Hehe, belom apa-apa kok saya nanyanya gitu banget ya. Macam ketua gank nyari teman satu komplotan. Well, saya bukan bermaksud mau mengkotak-kotakkan tujuan destinasi wisata. Udah saya bilang kan di tulisan tentang Keraton Yogyakarta ini bahwa saya suka wisata alam ataupun wisata budaya.

Tapi memang, mengunjungi kota tua seperti Kota Lama Semarang ini cenderung lebih menyenangkan untuk dilakukan. Coba kalau main ke pantai atau pulau kayak Pulau Failonga yang ada di Tidore itu. Risikonya lumayan. Bisa kena mabuk laut, kelelep kalau gak jago berenang kayak saya, sama… dilema kalau mau pose kece kayak seleb di IG-IG itu. Alih-alih berperut kotak-kotak, ntar saya dikomentari, “Yan kamu kok gak pake beha?” ya ya ya.

Beruntung sekali, saat diundang menghadiri Semarang Night Carnival bulan Mei lalu, saya berkesempatan berkunjung kawasaan Kota Lama yang ternyata berada di pusat kota. Sama seperti kawasan Kota Tua Jakarta atau Kotagede di Yogyakarta, letak Kota Lama Semarang ini sangat mudah dijangkau. Saya sendiri beruntung ditemani oleh Na, teman dari komunitas postcrossing yang motornya saya bajak untuk mengelilingi Kota Lama di hari ini.

Mengenal Lebih Dekat Outstadt

Kawasan seluas 31 hektare ini dulu dikenal dengan nama Outstadt yakni pusat perdagangan utama pada abad 19-20. Pada saat itu, untuk mengamankan warga dan wilayah, dibangunlah sebuah benteng yang dinamakan Vijhoek disertai jalan-jalan perhubungan untuk akses percepatan mobilisasi.

Saat saya dan Na memutuskan ke sana, kami memarkirkan kendaraan di sekitaran gereja Blenduk. Saat itu suasana gereja cukup ramai. Maklum, Minggu pagi, waktu yang tepat untuk umat Kristiani beribadah. Hasrat untuk masuk ke dalam dan melihat interiornya harus saya pendam dulu.

Dari segi tata kota, wilayah ini dibuat memusat dengan gereja Blenduk sebagai pusatnya. Gereja yang juga merupakan bangunan tertua di kawasan Kota Lama pertama kali dibangun pada tahun 1753 di zaman kepemimpinan pendeta Johannes Wilhelmus Swemmelaar.

Takjub juga, bangunannya masih berdiri kokoh walaupun menurut cerita kubahnya pernah limbung dan pondasinya ambles beberapa sentimeter. Namun berkat penanganan yang baik, kondisi gereja Blenduk ini pun tetap bertahan hingga sekarang.

Oleh Na, saya diajak blusukan melewati lorong-lorong kecil yang ada di sana. Di satu sisi, nampak sisa-sisa perayaan ulang tahun kota Semarang, dimana para pekerja sibuk membongkar panggung yang digunakan sebelumnya. Untunglah, keberadaan panggung ini tak terlalu banyak mengganggu pengelanaan saya menyusuri lorong-lorong dengan bangunan nan instagramable yang ada di sana hehehe.

Karena jalan berdua sama Na, dapat dibilang saya cukup leluasa mengambil gambar. Untungnya Na juga sabar banget mau motret dengan angle yang paripurna –alagh haha. Kota Lama yang disebut sebagai pusat perdagangan nampak terlihat dari bangunan yang ada. Sekilas bangunannya seperti toko atau gudang dengan pintu berukuran besar.

Bangunan besar yang nampak seperti kantor pemerintahan juga banyak. Khas Eropanya sungguh terasa dengan pilar-pilar dan penggunakan teralis untuk pintu dan jendela dengan desain yang unik. Saya senang menyusuri kawasan Kota Lama ini, apalagi kebersihannya terjaga. Dapat dibilang, saya tidak menemukan sampah di sepanjang perjalanan ini.

Menyusuri Polder Air Tawang

Karena jalanan yang ada di sana tak ubahnya labirin, Na sempat kesulitan mengajak saya melewati rute yang mana.

“Yang mana aja, Na. Atau kita ke kolam dulu, mungkin?” ujar saya. Sebelum memarkirkan kendaraan di sekitaran gereja, kami memang sempat memutari kolam ini.

Ternyata tempat yang saya maksudkan itu bernama Polder Air Tawang yang berada tak jauh dari Stasiun Tawang. Ini bukan sembarang kolam. Selain untuk mengantisipasi banjir karena dapat memproteksi air limpahan dari luar kawasan, kolam ini juga berfungsi sebagai tempat rekreasi.

Sayang debit airnya tidak banyak dan airnya keruh. Beberapa sampah juga nampak terlihat di sana. Beda  sekali dengan kawasan daratnya. Sepertinya, harus disediakan petugas khusus untuk membersihkan kolam ini. Atau, jangan-jangan udah ada tapi kebetulan aja belum dibersihkan mengingat habis perayaan besar di sana? Bisa jadi.

Oh ya, selain masih melestarikan sekitar 50 bangunan tua, bisa jadi, Kota Lama dijuluki sebagai Little Netherland oleh karena keberadaan kolam ini. Belanda memang dikenal jago dalam pengaturan airnya kan? Nah, dalam skala yang lebih kecil, diterapkanlah di Kota Lama ini melalui keberadaan Polder Air Tawang ini.

Pusat Barang Antik

Waktu yang saya punya tidak banyak. Pesawat yang membawa saya pulang ke Palembang via Jakarta akan berangkat lewat tengah hari. Saya juga belum membeli oleh-oleh sehingga pengelanaan saya di Kota Lama ini terasa begitu singkat.

Sebelum pulang, saya sempat melihat ada satu lorong kecil yang banyak menjual barang antik. Sebagian besar pedagangnya belum datang. Hanya sebagian kecil saja yang nampak membuka lapak dan mempersiapkan barang dagangan.

Berbagai macam benda dijual di sini. Dari pajangan keramik, elektronik jadul (yang sepertinya sudah rusak), aksesoris dan ada juga yang menjual uang kuno. Ingin rasanya melihat-lihat lebih lama. Tapi, saya harus segera menyudahi perjalanan di Kota Lama Semarang ini karena keterbatasan waktu.

Begitu pulang dan saat saya mengecek tagar #KotaLamaSemarang ternyata banyak sekali tempat yang belum saya datangi. Termasuklah keberadaan dinding yang ditutupi oleh akar raksasa. Ntah dimana letak pohon besar ini sehingga saya terlewat. No problemo, artinya saya punya segudang alasan untuk kembali ke kota Semarang, toh? Hihihi.

91 komentar di “Gagal Berlama-lama di Kota Lama Semarang

  1. Aku dong, #TeamKotaTua ! Hehehe. Suka terkagum-kagum liat bangunan heritage, dimanapun itu. Kalau yang di Medan sayangnya banyak yang kurang terawat. Aku belum pernah eksplor Semarang. Cuma pernah satu kali doang ke sana dan itu zaman masih kuliah dulu. Salah satu kota tua fave ku sampai sekarang ya, Penang. Tapi cita-cita (semoga kesampaian.. Aamiin) pingin ke Spanyol buat mengagumi karya indah peninggalan bersejarah mereka☺.

    • Aha betul Penang dan Malaka itu cantik-cantik bangunannya. Masih terawat dengan baik, gak heran sampe masuk UNESCO WHS. Kalau di Eropa aku mupeng banget sama desa cantik di Rep.Ceko yang bernama Cesky Krumlov mbak Molly. Kalau Spanyol pingin blusukan ke Granada sama Ronda. Aaaah, semoga impian-impian kita dapat tercapai ya mbak, amiiin.

      • Iya, salut banget mereka serius merawat bangunan tua di Penang, juga Malaka. Kalau Eropa pasti ‘gudangnya’ wisata heritage, ya😀. Bangunan kunonya sangat-sangat terjaga baik. Wuih… Rep.Ceko kabarnya memang cantik. Semoga kita bisa menjejakkan kaki ke tempat impian masing-masing Kak, Yan. Aamiin😊.

  2. Aku pernah baca mengenai kota tua Semarang ini dan katanya termasuk salah satu kota Tua yang masih ‘terjaga’ di Indonesia. Pinginnya kota tua semacam ini tetap terjaga keasliannya dan jangan ‘tergusur’ oleh arsitektur modern, agar kita tidak hanya membaca atau mendengar, namun juga tetap dapat ‘melihat’ sejarah 🙂

    • Amin amin, harapannya juga begitu. Jangan sampe ada pembangunan gedung baru yang gak penting. Mall misalnya :p atau mini market yang kita tahu bersama 2 merek terkenal itu.

  3. Wah bisa bareng kita, Om. Saya juga belum pernah fokus menjelajah Kota Lama Semarang, hehe. Alasannya ya sama, keterbatasan waktu dan banyaknya agenda (sok sibuk, haha). Bolehlah bareng ya Om kalau mau balik ke sana lagi, hehe.
    Menurut saya Kota Lama Semarang lebih baik daripada punyanya Jakarta, haha… mungkin Jakarta memang lebih luas tapi saat ini sudah lebih banyak bangunan yang hancur ketimbang yang masih tersisa. Semarang menurut saya sebaliknya. Belum lagi arsitekturnya unik-unik (ini lebih karena saya tidak tinggal di Semarang, sih, hehe).
    Kuy lah balik lagi, hehe.

    • Wuuih mau banget 🙂 kalo jalan sama Gara pasti bisa dapetin sudut pandang yang menarik. Secara Gara suka banget sama sejarah, kan.

      Yang Kota Tua Jakarta aku sebatas main ke museum-museumnya. Belom sampe ke pelabuhannya. Padahal mupeng mau ke sana. Next time siapa tahu bisa jalan bareng Gara, amiiin.

      Ditunggu loh ke Palembang, walau Palembang gak ada kota tuanya hehehe

      • Waduh Om, yang ada malah saya yang akan belajar banyak dari Om, soal traveling dan bloggingnya, hehe. Yuk yuk, mudah-mudahan segera bisa terealisasi, hehe…

  4. Wah, Kota Lama ini spot favoritku kalo di Semarang. Paling suka gedung yang ada patung semut raksasa di atasnya, tapi lupa namanya. Dalamnya pun unik, dan sejarahnya lebih keren lagi, melibatkan Matahari si mata-mata..

  5. Sayang aku belum pernah ke kota lama Semarang om. Aku hanya mengunjungi bangunan bersejarahnya yang terkenal di sana seperti Museum Lawang Sewu, ke Ambarawa melihat kereta uap kuno, ke sam poo kong, dll. Aku suka yang berbau lawas juga om, suka akan sejarahnya. Berharap pemerintah terus menjaga tempat-tempat bersejarah ini guna keturunan lainnya dapat melihat

  6. Itu polder airnya emang selalu gitu. Bukan keruh kok, cuma ijo aja karena dasar kolamnya lumutan. Hahaha. Etapi biasanya ada orang mancing di situ, berarti airnya masih memungkinkan organisme hidup. Cuma memang kalo dibandingin sama foto jaman Hindia Belanda dulu, yang sekarang nggak nampak indah lagi. Kesemrawutan sekitar Stasiun Tawang menambah kesan kumuh.

  7. HEH. KALAU MINTA NUNGGUNG DI KAMAR AJA, JANGAN DI SINI.

    nganu, aku juga tim kota tua kak. tim pecinan. tim MRT. tim arsitektur. pokoknya yang berhubungan sama jelajah kota, ehehe.
    sayang kamu di polder saat cuaca berawan, aku di sana pagi-pagi pas cerah, cakep!!!

  8. Yeah, aku juga #teamkotatua.. Entah deh dari dulu suka banget bangunan tua-tua gitu.. 😀 Pas ke Semarang waktu itu sempetnya cuma ke Gereja Blenduk om.. Itu juga cuma sebentar.. Belum eksplor Kota lamanya.. Jadi sama deh, ada alasan juga buat ke Semarang lagi.. wkwkwk 😀

  9. Kota lama!!!
    Aku pernah punya pengalaman waktu itu nyusuri Kota Lama di Semarang pas dini hari. Iya dini hari. Jadi pas itu dapet undangan dari dispar semarang, kereta yang aku tumpangi tiba di semarang jam 1.30 pagi. Padahal waktu ngumpulnya jam 7. Ya jadilah aku keluar stasiun tawang terus nyusurin kota lama. Meskipun cuma ke Blendug aja. Soalnya takut diapa-apain. Sepi banget :(((
    Dan lebih mengenaskan lagi, satu folder foto di Semarang nggak sengaja kehapus permanen dari laptop. Sedih abis

  10. Kayaknya kota yg masih punya banyak peninggalan bangunan2 sejarah dan lama, itu semarang yaaa.. Kota2 lain seingetku ga sebanyak di sana. Dan bagusnya kebanyakan juga terawat. 🙂 moga2 seterusnya begitu.

    Btw, ya ampun ngakak pas baca yg ga pake beha :p.

  11. aku pun kemarin ga lihat dinding yang ditumbuhi akar pepohonan, kok baru ngeh pas baca ini ya? saking asyiknya sepertinya padahal perasaan sudah jalan2 sampai gempor

  12. Ini semacam kota tua ya mas kalo di Jakarta 😁
    Bagus sih viewnya, cuma kalo malam kayak rada spooky pasti, hahaha.
    Oh iya, kayaknya banyak blogger yang lagi liburan ke Semarang deh, soalnya daritadi ada beberapa blog yang lagi plesiran juga ke semarang 😁

    • Hi mas, makasih udah mampir ya.
      Ini kunjungan ke Semarang tahun lalu. Dan sepertinya akan kembali lagi ke Semarang tahun ini. Masih banyak tempat menarik yang belum didatangi soalnya 🙂

  13. Saya pernah ke kota tua, tapi pada saat sore dan (alamak) ketinggalan kamera di hotel. akhirnya cuman nongkrong. Ternyata malamnya disekitaran kota tua, banyak tempat nongkrong gitu,,,,ada beberapa cafe sepertinya. Gara-gara ketinggalan kamera, tahun ini saya rencanakan ke Semarang lagi….mungkin bulan Mei. Salam…

  14. Yang di dekat mesjid (dari stasiun ke kiri terus) masih menggenang nggak ya Mas? Saya itu kalau main ke Semarang pasti ke stasiunnya beberapa jam lebih awal, enak putar-putar jalan kaki di situ. Kalau capek ya naik becak. Hehe.

  15. Keren abis ya bangunan2 kota tua Semarang, stasiun Tawang juga ngga kalah apik.
    Denger2 sih sekarang udah investor asing untuk mengelola jadi wisata dunia disana loh …

    Hahaha …
    Kok be-ha siih 🤣 ?

  16. Wah Yan, padahal dinding yang tertutup akar-akaran itu dekat lho dari gedung Marba. Kalau dari fotomu, Yayan tinggal jalan ke sebelah kanan, ngelewatin Rumah Makan Ayam Bakar Cianjur, trus belok kiri. There it is.

    Gak papa Yan, mungkin kapan-kapan harus main lagi ke Semarang yaaa 🙂

    • Udah dekat banget artinya ya mas Bart 😀 salahnya aku ke sana waktunya sempit. Di sela-sela nunggu jadwal terbang. Maunya balik lagi ke sana pas malam. pasti suasananya beda 🙂

      • O iya, sekarang sih Kota Lama Semarang kalau malam kece. Jaman dulu, jangan ditanyaaaaa ,,, sore-sore menjelang senja aja aku udah males jalan ke sana 😀

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan