Pelesiran

Betah Menginap di Grand Aston Yogyakarta

.

15 tahun telah berlalu, Yogyakarta, aku kembali….

Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam dari kota Palembang (ngg, sebenarnya durasi penerbangan hanya 1,5 jam saja, namun pesawat harus memutar di udara lebih lama mengunggu antrean di Bandara Adisucipto), akhirnya tiba juga aku di kotanya Sultan Hamengkubuwono X ini. Haaa, sejak awal menerima undangan dari Tourism of Yogyakarta untuk menghadiri perayaan ulang tahun Yogyakarta ke-261 aku sudah excited banget!

Yogyakarta, gitu! Yang konon menyedot wisatawan terbanyak kedua setelah Bali. Oh well, aku beruntung tiba satu hari lebih awal dari serangkaian acara Fam Trip Jogja sehingga dapat berjumpa dengan beberapa teman blogger. Nah, untuk malam pertama di Yogyakarta ini, aku memilih menginap di Grand Aston Yogyakarta yang apik dan mendapatkan nilai baik di berbagai portal pemesanan hotel.

Lobby Grand Aston Yogyakarta yang nyaman

Aku tiba di Grand Aston Yogyakarta pada pukul 13:00 WIB. Masih ada jeda 1 jam dari waktu check in sebetulnya. Niatnya sih emang mau nitip ransel dan numpang shalat saja. Namun, apa daya, berkat welcome drink dan ice cold towel nan harum yang disediakan petugas hotel, aku jadi sulit beranjak dari sofa lobi yang empuk itu. Jadilah, aku dan Na –temen yang menjemput di bandara, memutuskan untuk istirahat dulu sejenak sebelum memutuskan mengeksplorasi kota Yogyakarta lagi.

Keramahan yang HQQ

Aku dibantu oleh seorang petugas cekatan di bagian receptionist. Lupa namanya siapa. Namun aku senang mendapati responnya yang luar biasa ramah. “Heh, bukannya semua petugas hotel ramah?” gitu ya kali pikir kalian. Aha! Ini beda. Menurutku standar keramahan petugas Grand Aston Yogyakarta ini di atas rata-rata. Tak hanya petugas frontliners-nya saja. Namun semua petugas, termasuk para cleaner-nya, memberi senyum dan salam khas Grand Aston Yogyakarta di manapun saat berjumpa dengan tamu.

Ayunan yang berada di sisi kiri itu swingable banget gak sih? hehehe

Too much? Nggak. Karena mereka melakukannya dengan tulus, nggak lebay. Kerasa kok, bener.

Petugas receptionist­ –mari kita sebut saja namanya Bunga eh Jennifer, menyampaikan kepadaku bahwa sebetulnya tak masalah jika aku mau early check in, namun ternyata kamarku masih dipersiapkan. Jennifer meminta aku menunggu sebentar. Tak masalah. Lagian aku datang bersama Na –ya, namanya minim begitu emang hehe, teman lama yang jadi “ojek” aku selama di Semarang yang kini menjadi “ojek” lagi di kota Yogyakarta.

Sambil menikmati minuman yang tersaji, aku memandang lekat area sekitar lobby. Aku suka desainnya yang simple, elegan dan terasa sangat nyaman. Terdapat dinding dengan ornamen kayu di salah satu sisinya sehingga suasana hangat begitu terasa. Sangat cocok berpadu dengan jenis sofa yang dipilih dan karpetnya yang berwarna-warni.

Pianonya main sendiri. 🙂

Sedang asyik ngobrol, Jennifer menyapaku….

“Bapak Haryadi, kamarnya sudah siap, silakan jika mau beristirahat di kamar.”

Aku mendapatkan kamar di lantai 8. Aku berpamitan sebentar dengan Na untuk menyimpan ransel di dalam kamar. Saat melewati area pengubung, nampak sebuah piano berukuran besar, ice cream corner, arcade shop dengan beberapa ayunan di bagian depannya. Bagian lainnya ialah terdapat restoran di sisi kanannya, tepat di samping lift yang akan membawaku ke atas.

Deluxe Room yang Nyaman

Aku menginap di salah satu kamar terbaik dengan tipe deluxe yang ada di Grand Aston Yogyakarta. Begitu masuk ke dalam kamar, ranjang berukuran besar langsung mendominasi penglihatan. Tanpa perlu dirasakan, dari ketebalan kasurnya aja udah pasti dijamin empuk dan nyaman, ya! –beda banget sama kasurku di rumah hwhw.

Gak perlu mendaki gunung untuk tahu bahwa gunung itu tinggi. (Baca : kasurnya terasa empuk walau belum ditiduri)

Ada meja kecil di samping jendela dengan pemandangan kolam renang. Di atas meja, teronggok (((teronggok))) sebuah piring dengan beberapa panganan. Ada buah, puding dan kue. Wah kudu spesial iki, artine! Udah jarang banget aku mendapati penginapan yang memberikan compliment seperti ini. Terakhir ngerasain, sih, waktu di Kerala, India tahun lalu.

Pengaturan cahayanya oke. Bikin suasana semakin nyaman.

Lampu kerja yang unik

Terima kasih atas greetings card-nya Grand Aston Yogyakarta

Sebuah greetings card juga menarik perhatianku. Wah, aku mendapatkan salam langsung dari petinggi Grand Aston Yogyakarya. Matur nuwun banget loh, Pak! Nganu, gak sekalian diselipin dolar gitu di greetings card­-nya? –tamu ngelunjak. Hehehe. Oh ya, ini yang sepeleh tapi penting. Colokannya banyak! dijamin kalau nginep bareng temen atau pasangan (yang sah, yang sama-sama gawai lovers) gak bakalan rebutan. Wifi-nya pun kenceng mau di kamar, di lorong, ataupun di lobby. Haaa, warbiyasak!

Kamar mandinya cukup baik. Luasnya sedang, tak terlalu besar ataupun sempit

Setelah merapikan isi ransel di lemari yang terdapat safety box  dan perangkat setrika, aku lantas melirik kamar mandinya. Lumayan, ukurannya sedang, tidak terlalu sempit terlebih untuk body-ku yang aduhai ini. Toiletries-nya juga lengkap dengan kualitas produk yang baik. Jarang-jarang loh ada hotel yang bahkan menyediakan body lotion. Sayang, aku lupa ngembat body lotionnya untuk dibawa pulang saat itu. Muahaha!

Makan Malam Sampai Kenyang

Lelah menghabiskan setengah hari di Yogyakarta untuk bertemu dengan beberapa teman, aku memilih kembali ke hotel untuk kemudian mencicipi hidangan makan malam di restorannya. Saat melapor ke petugas, aku diberi dua pilihan, yakni dapat mencicipi makanan ala buffet/prasmanan yang sudah tersedia, atau juga dapat memesan menu khusus yang langsung dimasak oleh koki.

Suasana restoran malam itu

Aku memilih yang pertama. Mubazir aja gitu kalau aku harus pesan makanan khusus padahal koki dan tim dapur sudah menyiapkan makanan sedemikian banyak. Walau disajikan secara prasmanan, rasanya jelas gak terpengaruh, toh! Lagian, nganu… perutku sudah sangat lapar. Aku nggak sanggup menunggu makanan khusus yang tentu saja harus dimasak terlebih dahulu.

Kenikmatan HQQ! ini enak banget

Mayoritas hidangan yang dipersiapkan adalah hidangan nusantara. Ada rendang, sup daging, ikan tepung. Makanan ini walaupun nampak biasa, namun sungguh nendang di lidah. Aku suka banget ayam bumbu yang dimasak cabai. Maklum, lidah Sumatra, kan? mesti suka yang pedas-pedas. Apalagi aku berada di Yogyakarta, yang makanannya serba manis. Hmm, aku curiga ini pas ditanam cabainya selingkuh dengan tebu.

 

Dengan suasana nyaman restoran –walaupun sendirian, errr. Aku menikmati hidangan dinner yang tersedia. Jus jeruk segar dan hidangan penutup berupa aneka buah dan kue semakin menyemarakkan makan malamku saat itu. Ah, dik Chelsea Islan, andai ada kamu yang menemani. –hwhw.

 

Mengintip Fasilitas Lain Grand Aston Yogyakarta

Suka banget sama lukisan yang ada di large meeting room ini.

Aku sempat mengintip beberapa fasilitas lain yang disediakan oleh Grand Aston Yogyakarta. Diantaranya ruang pertemuan yang terbagi menjadi tiga jenis, yakni Large Meeting Room, Medium Meeting Room dan Small Meeting Room. Untuk yang large, tersedia di lantai 1 (satu tingkat di atas lobby) yang saat aku datang tengah digunakan oleh satu intansi. Aku sempat “mencicipi” ruang shalat yang terletak tak jauh dari situ.

The Eye eh The Flower di area kolam renangnya

Lalu, aku beranjak ke kolam renangnya yang berbentuk persegi panjang yang terletak di lantai 2. Memang tak terlalu besar, namun cukuplah untuk berolahraga air. Hiks sayang sekali waktuku terbatas, biasanya aku paling suka berenang di malam hari. Namun sayang begitu ke sana, jam operasi kolamnya sudah habis. Hmm, mungkin gak ya jam operasinya ditambah lagi? -kedipkedip ke pengelola Grand Aston Yogyakarta.

Kolam renang, gym dan spa yang letaknya berdekatan

Tak jauh dari kolam renang, ada Gym dan Pejamata Wellness Spa. Kedua fasilitas ini masih beroperasi saat aku datangi. Namun lagi-lagi aku harus melewati fasilitas ini karena badan sudah terlalu penat dan menuntut diistirahatkan. Membayangkan mandi air hangat dan tidur di ranjang yang empuk bikin aku tak sabar untuk kembali ke kamar.

Menikmati Sarapan Pagi

Alih-alih mencicipi fasilitas kolam renangnya di pagi hari, aku lebih memilih untuk jalan ke Pasar Demangan yang letaknya tak jauh dari Grand Aston Yogyakarta. Aku pingin melihat langsung kehidupan masyarakat Yogyakarta. Buka mata jam 5 aku kaget. Ternyata jam segitu langit udah mulai terang di Yogya. Di Palembang mah, jam 6 aja kadang masih gelap.

Aneka jajanan pasar di Pasar Demangan. Rata-rata Rp.1000 sahaja!

Aku berkeliling ke seantero pasar. Menemukan pedagang yang menjual jajanan pasar beraneka macam. Haaa, ketemu tahu bakso kesukaanku! Sambil berbincang dengan penjual, aku mencicipi beberapa kue yang ada. Perut gak boleh diisi penuh. Kenapa? Karena aku pun mau menikmati hidangan di hotel.

Aneka bubur tradisional

Minuman segar untuk sarapan

Begitu selesai berkeliling, aku kembali ke Grand Aston Yogyakarta. Tanpa mandi dulu –hehe, aku langsung ke restorannya dan mulai menjajal meja demi meja yang memuat beraneka macam hidangan. Asli membingungkan karena ragamnya luar biasa banyak. Ada aneka nasi dan mie, stand pembuatan omelette, aneka bubur tradisional, kue, buah, stand aneka minuman dari teh, kopi, jus hingga jamu, dan masih banyak lagi.

Aku lantas memilih makan nasi kuning dengan sambal ati dan beberapa potong sosis. Ini mah hidangan pembuka doang haha, karena setelah satu piring selesai, aku bergeriliya mengisi piring-piring lain yang masih kosong.

Nasi kuning dengan sambal ati yang maknyus

Alhamdulillah, sungguh menyenangkan dapat menginap di Grand Aston Yogyakarta. Aku gak salah pilih penginapan. Salah satu temanku dulu banget pernah menginap di sini bareng keluarganya, dan dia dengan berapi-api berkata, “lo kalau ke Yogya, nginepnya di Grand Aston aja, Yan! Highly recommended!” ­–belio ngomong ala SetNov hwhw.

Another of dessert

Sungguh pembuka hari yang menyenangkan di Yogyakarta. Setelah sarapan, aku langsung check out, menitipkan ransel di Mbak Jennifer untuk kemudian mengeksplorasi Candi Prambanan. Sebagimana tulisanku di atas, secara garis besar Grand Aston Yogyakarta memang memiliki banyak kelebihan.

Lantas, seperti apa keseruanku di Candi Prambanan? Tunggu tulisanku selanjutnya ya!

Source : Official Website of Grand Aston Yogyakarta

Grand Aston Yogyakarta 

Jalan Urip Sumoharjo No.37, Yogyakarta

Phone : +62-274-566-999

Site : Www.GrandAstonYogyakarta.com

Email : info@grandastonyogyakarta.com

FP : Grand Aston Jogya | IG & Twitter : @GrandAstonJogja

64 komentar di “Betah Menginap di Grand Aston Yogyakarta

  1. Penasaranku terjawab dengan baca review ini, Kak Yan! Karena memang ada temen yang pwrnah nginep di Grand Aston Jogja dan dia bilang berkesan banget. Ooo.. ya panteslah kalau gitu😀. Enaknya juga hotel itu ternyata deket sama pasar, toh? Asik ya bisa liat dan beli jajanan pasar pagi hari.

    • Iya deket, paling jalan 10 menit. Lokasinya sangat strategis dan kalau mau cegat transportasi online mudah sekali. Mau naik TransJogja haltenya juga dekat. Masjid dekat, kiri kanan pertokoan *kekepdompet hahaha.

      Keramahan stafnya emang juara!

        • Aku di Palembang malah gak sampe 5 haha. Sekitar 2 apa 3 ya. Walaupun review, kalau jelek aku bilang jelek. Nah Grand Aston ini emang cakep, sesuai dengan apa yang aku tulis dan rasakan.

          • Hihii iya, aku pernahnya di The 101 Tugu itu, kamarnya kalo standar 101 di mana2 emang kecil, tapi makanannya enak2. Sama Platinum deket Bandara, nah itu murah tapi bagus bgt. Soalnya biasanya buat pramugari2 ama pilot gitu. Dari Bandara ke kota sih kataku ga jauh cuma muter baliknya yang rempong. Ahhaha. Rata2 di Yogya pada ramah2. Dulu malah sering nginep di penginapan jalan Dagen yg kecil2 itu. Yang belum kesampaian kayak homestay2 gitu yang daerah wisata di bantul.

    • Sisa beberapa hari di Yogya, aku di 101. Kamarnya standar, sama dengan Grand Aston. Lebih kecil dikiit aja. Cuma enaknya ada balkonnya hehe. Makannya sama enaknya juga. Duh aku di Yogya naik berapa kg ya? hahaha

  2. Aston mah servicenya memang oke bangetttt.. Dimana2 standard mereka sama, jempol lah.. Aston di jkt juga semua staff, mulai dr security sampe staff di restoran dan yg bersih2, pasti menyapa tamu dengan gerakan khas mereka. Itu yg bikin aku juga betah kalo nginep di sana.. Ama makanannya banyak variasi 😀

    • Iya, dengan gerakan yang khas. Kayaknya udah jadi pakemnya di semua cabang ya 🙂 Makanannya emang banyak, dan kayaknya bisa beberapa kali sesi itu tiap kali makan hahaha

    • Nggak ngeganggu sih, karena area kolam renangnya kebetulan gak dekat kamar tamu (hotel lain memang dekat kamar tamu). Mungkin pertimbangan lain, macam saat malam waktunya pembersihan kolam hehe.

  3. Ping balik: Selayang Pandang Yogyakarta | Omnduut

  4. Suka banget sama penginapan yang modern gini tapi masih mengusung konsep tradisional.
    Pencahayaan lampunya juga beneran nyaman kang warm-warm gitu kaya feed instagram anak keinian.
    Pengenlah nginep disini kalo ada rejeki 🙂

  5. Itu kenapa body lotionnya lupa dibawa, mas ? Hahaha

    Kalo suamiku lagi luar kota selalu inget pesenku. Buat ngebawain hotel toileriesnya. Lama-lama udah satu container sendiri koleksi hotel toiletriesku, Mas.

    Aaiiih, koleksi gratisan bangga 🙈🙈

    Salam kenal dari penduduk nomaden yang saat ini sedang tinggal di Medan

    • Haha, dulu aku juga ngumpulin toiletries ini. Tapi sekarang gak lagi, udah kebanyakan hwhw.

      Salam kenal kembali, makasih sudah mampir di sini mbak. Ah jadi ingin ke Medan 🙂

  6. Wah aku juga di Jogja awan bulan Oktober kemarin. Malam pertama nginap di Hotel Santika Premier. Welcome drinknya enak banget, wedang jahe trus kue tradisional apa gtu enakk juga. Pas check in kamar yg sy pilih full dan diupgrade ke junior suite, what a service!! Kamarnya besaaar dan gw tidur sendiri hahaa ngeri. Selanjutnya nginap di Eastparc Jogja. Sayangnya ga terlalu menikmati Jojga, cepet2 pulang krn harus ngejar flight trip bareng keluarga.

      • Haha kirain gw aja yang gasuka, kamar besaar, ada sofa, kamar mandi dan tempat tidur super big jadinya kepikiran gmn kalo tiba2 ada yang duduk di sofa dll hahaha

    • Di hotel tertentu yang aku ngerasa auranya gak enak, kadang koper/ransel aku tarok di samping tempat tidur, jadi nggak ngerasa ada yang tidur di sebelah hahaha

  7. Ping balik: Selayang Pandang Kota Yogyakarta – Penugasan Ke 2

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan