“Bang, si anu kesurupan di Batu Cave.”
Ari –si bungsu di keluarga kami, mengabarkan kalau si anu (salah satu temannya) mendadak kehilangan kesadaran alias kesurupan melalui sebuah pesan.
“Heh, gimana bisa kesurupan?”
“Nggak tahu, dia kan punya sixth sense jadi mungkin dia melihat sesuatu.”
“Hadeh, ada-ada aja.”
* * *
Melihat foto-foto di dunia maya, awalnya kukira Batu Caves itu letaknya jauuuuuh banget dari Kuala Lumpur. Maklum, nampak berada di daerah pegunungan gitu, kan? Nyatanya, gampang banget bagi para pelancong yang ingin mengunjungi gua sekaligus kuil Hindu ini. Cara paling gampang menurutku dengan menggunakan Commuter Line di KL Sentral. Biaya sekali jalannya pun murah, “due singgit, je!” Jarak tempuhnya juga gak lama. Seingatku satu kali perjalanan tak sampai 15 menit.
Sejauh ini aku sudah mengunjungi Batu Caves sebanyak dua kali. Pertama itu ketika pulang dari India dan harus bermalam di KL menunggu penerbangan ke Palembang keesokan harinya. 3 minggu berada di India dan rada males tiap hari bertemu dengan orang india yang nyebelin bikin aku agak kecele ketika berada di sini. “Ya elah, ketemu Indiahe lagi,” begitu ujarku dulu ke Indra dan Lina, cewek kiyut gebetannya. #eh
Tapi yah mau gak mau kan ya. Soalnya Batu Caves ini emang tempatnya umat Hindu beribadah. Tempat ini dipromosikan sebagai tempat ibadah ketika kuil mulai didirikan oleh K.Thamboosamy Pillai, seorang pedagang sukses dari India. Dedikasi utama beliau mendirikan sebuah kuil ialah sebagai pemujaan untuk Dewa Budjana Murugan. Uniknya, gua ini dulunya ditemukan oleh penduduk Tionghoa yang banyak mendiami kawasan ini. Gua ini pertama kali ditemukan pada tahun 1860 alias 155 tahun yang lalu. Wew, udah lumayan lama, ya?
Dinamakan Batu Caves atau Gua Batu karena emang gua ini terbentuk oleh gugusan batu kapur selama 400 tahun! Guanya sendiri berdiri hampir 100 meter di atas tanah. Makanya, butuh betis super buat mendaki menaiki satu demi satu dari 272 susunan anak tangga di Batu Caves ini. Bawa panci dan minyak deh, lumayan betis yang bertelor bisa langsung digoreng #eh.
Oh ya, jika naik commuter line, sebelum menuju Batu Caves, pengunjung pasti akan melewati patung Hanoman setinggi 15 meter dan juga keberadaan sebuah kuil yang didedikasikan untuk Hanoman. Seingatku, di Shimla India sana juga ada kuil Hanoman kayak gini. Ah sayang dulu nggak sempat ke Shimla –mendadak pundung.
Lantas patung apa yang berdiri kokoh di mulut gua? Itulah yang dinamakan Dewa Muruga. Ini dia dewa perang dan pelindung negeri Tamil. Dewa yang memiliki beberapa nama lain seperti Skanda, Kumara atau Kartikeya ini digambarkan sebagai dewa berparas tampan, bersenjata tombak dan mengendarai burung merak. Sayang burung meraknya nggak ada di patung setinggi 42,7 meter ini.
Monyet-monyet Kece
Namanya juga kuil hanoman ya, pasti banyak monyetnya. 🙂 Monyet-monyet ini nampak berkeliaran di sepanjang tangga menuju ke atas gua. Sebetulnya agak ngeri juga sih, takut-takut ada yang naksir dan ngajak jadian eh maksudnya ada yang tiba-tiba nyosor minta cium sambil ngigit. Makanya kalau bawa makanan mendingan dikekep di dalam tas atau kasih makanannya sini ke aku –postingan ini ditulis dalam keadaan lapar.
Barang printilan macam kacamata item, topi, pena mahal yang harganya bisa bikin istighfar (macam penanya bang Hotman Paris), batu akik, emas permata dan kawan-kawan sebaiknya disimpan saja. Kalau direbut monyet kan sakitnya itu di sini –tujuk dompet. Oh ya, ini penting dong ya! Walaupun Batu Caves ini tempat wisata, sejatinya ini adalah tempat ibadah. Berpakaian yang sopanlah atuh, jangan pake kemben dan kancut doang kayak om cumi. Minimal pakai celana di bawah lutut dan pakai pakaian dengan lengan.
Bagi yang mau berfoto sama monyet, sok diajak kenalan dulu monyetnya. Kayak si Lina, setelah biacara 4 mata dari hati ke hati, akhirnya ada satu monyet tampan yang berhasil diajak foto bareng. “Lin… lin… awas jilbab kecenya diacak-acak monyet,” –membatin.
Gua Besar
Setelah tertarih-tatih menapaki hatimu ratusan anak tangga, akhirnya aku sampai juga ke atas. Penting! Jangan lupa bawa air minum. Kalau kebetulan gak bawa sih di atas ada yang jual, cuma harganya mihil! Sedikit tips, kalau mau beli air minum, belilah di dekat mintu keluar commuter line. Di sana air minumnya murah banget! –dibahas.
Suasana di dalam gua cukup gelap, namun dibantu juga oleh lampu-lampu beraneka warna. Ada semacam tempat beribadah juga di sini. Ketika aku datang, sebagian umat hindu tengah beribadah. Aku dan turis lainnya melihat dari jauh saja.
Mendekati ujung gua, ada langit-langit gua yang terbuka. Cahaya matahari nampak malu-malu menyinari. Ada juga jejeran anak tangga menuju wilayah paling tinggi di atas gua. Sayang, karena keterbatasan waktu (Pesawat Lina ke Jepang berangkat dalam beberapa jam ke depan) kami segera memutuskan untuk turun dan pulang.
“Bang kita makan di sana yuk!” ajak Indra.
Aku memandang ke sekeliling. Jiah, yang dijual makanan India semua.
“Duh aku tobat makan makanan India. Kalau Indra dan Lina mau makan di sana, aku temenin aja, ya!”
Beneran, 3 minggu menyantap kari, kari dan kari bikin aku eneg sendiri. Di saat yang bersamaan aku sudah ngebayangin nasi kandar di food court KL Sentral. “Ikan goreng, sayur dan sambal tentulah lebih menggugah hati dan selera,” pikirku dulu.
Festival “Kesurupan”
Balik ke Ari. Jadi ceritanya si Ari ini jalan-jalan ke Malaysia dan Singapura bersama ke-9 temannya. Dan sesuai info di awal tulisan, ada satu yang kesurupan pasca mendatangi Batu Caves.
“Jadi temennya yang kesurupan diapain, dek?”
“Ya kita doa-doain aja sebisanya.”
Hehe. Gak kebayang kalau aku ikutan, bakalan rempong bener dah.
Nah, bicara mengenai kesurupan, sebetulnya di setiap bulan Februari di sini biasanya diselenggarakan Festival Thaipusam. Di sini festivalnya rada nyeremin gitu sih kalau dilihat di postingan orang. Orang-orang yang berpartisipasi biasanya akan bertingkah aneh laiknya orang kesurupan. Badan orang-orang ini akan ditancapkan semacam paku dan kemudian ditarik-tarik. Pada saat festival ini dilaksanakan, Batu Caves akan rame buanget!
Nah, ketika kadatangan kedua di bulan April, aku dan keluarga juga sempat melihat semacam keramaian tak ubahnya sebuah festival. Walaupun nggak seseram festival Thaipusam namun orang-orangnya juga nampak kesurupan hehehe.
Puas melihat Batu Caves, mungkin pengunjung bisa bersantai di beberapa restoran yang ada. Namun, seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya, hampir semuanya merupakan restoran India. Kalau nggak tertarik, mungkin bisa duduk-duduk sambil menyeruput es krim dan melihat gerombolan burung terbang ke sana kemari. Jika kamu beruntung, mungkin kamu akan mendapatkan jekpot berupa kotoran unggas –nyengir
Di samping pintu masuk Batu Caves juga ada semacam kolam dan balai-balai berukuran besar. Aku lupa-lupa ingat bangunan apa ini, namun yang jelas harus bayar jika mau masuk. Tepat di samping kolam ada semacam ruangan terbuka (namun tertutup) yang waktu itu nampak digunakan sebagai tempat pernikahan.
Jalan-jalan ke Batu Caves memang berpotensi kesurupan. Tapi masa iya sih gara-gara itu jadi kagak berani? 🙂
OM CUMI DIOMONGIN DI SINI OOOOM!!! Hehehe.
Jadi, kapan mau ke Shimla? Bareng dong.
Dih mau banget eksplor utara India lagi. Sambil lanjut ke Manali atau Ladakh aaaakkkkkk
Om Cumi diomongin karena aku kangen. Om Cumiiii aku kangeeeennn *tereakhisteris*
Aku kapan dikangenin, Kak? :3
Ah kalo sama kak Bulan aku selalu kangeeen 😀
Ih sayang omndut banget!!! 😘😘
Hehehe kalau si Cumi kesini, kancutnya “dicolek” ama si Monyet. Omaga 🙂
Ya, di Shimla ada patung Hanuman diatas bukit. Lebih tinggi ketimbang patung yesus yang di Rio yang terkenal itu. Lumayan kalau kesana, harus berperang sama Monyet.
Makanyya, Shah jahan jarang ngajakin aku dan Najin ke Kuil, karena kawatirnya itu. bisa melihat. kalau aku brangkat sama teman2 boleh aja, asal nggak nggak sama Najin.
Di Varanasi ada juga kuil yang isinya monyet-monyet gitu mbak Zulfa. Lupa nama kuilnya, kalau gak salah monkey temple. Sayang kuilnya nggak terawat. Tapi yang ibadah rameeee banget.
Di dalam gua banyak ayam keliaran. Terus kalau berkokok bergema keras diseluruh gua..kukuruyukkkkkk….. 🙂
Iyaaaa ayamnya gede banget mbaaa astagaaa, jadi gak betah lama2 di gua…aku kan takut ayaaaam 😥
Kok aku nggak ngeliat ya? apa aku nggak ngeh aja ya?
Aku sendiri lupa berapa kali sudah ke Batu Caves dan gak pernah lelah selalu naik ke atas. Btw kayaknya perjalanannya lebih dari 15 menit deh, mungkin 45 menitan om. Btw lagi ralat nama tempatnya Batu Caves bukan Batu Cave 😀
Lebih lama ya? duh aku lupa hahaha. Kerasanya sebentar banget naik commuter line.
Aliiiddd makasih. Baru ngeh ternyata Caves bukan Cave. Sudah diperbaiki kecuali gambarnya. Nanti deh aku perbaiki.
asik bgt yg jalan2, aku blm pernah nih kesini hihihi..
Kalo ke KL dan punya waktu luang, boleh ke sini mbak 🙂
Jiahaha….Cumi emang masternya kancut 😀 semakin femes aja dong doi gegara namanya ditulis dimari 😀
Aaa om Cumi gak butuh dibikin terkenal wong sudah femes abis hahaha.
thaipusam emang acaranya seru om ya
Udah pernah liat langsung ya Win? udah ditulis? linknya doong.
udah om tahun 2012 https://winnyradc.wordpress.com/2013/02/07/myselangorstory-day-3-thaipusam-antara-ritual-dan-festival-kebudayaan-yang-mendunia/
2013
Meluncuuuur 🙂
Haha….aku selalu ngikik kalo baca blognya Cek Yan nih. Dapat informasi, dapat hiburan. Cara berceritanya renyah kayak krupuk 😀
Om om kesurupan yang bawa pedang itu menakutkan. Yang nonton deket2 apa ga takut kena tebas pedangnya?
Makasih mbak Rien 🙂
Yang nonton malah semakin penasaran dan makin mendekat mbak. Aku mah ogah dah hahaha. Ini yang ambil foto si Agus/Ari. Adekku.
Apaaa kamu di India nya 3 minggu? Aku iri!
Tapi kalau India yang di Batu Cave ini, India selatan ya tampaknya?
Haha, 3 minggu kadang ngerasa kurang, kadang rasanya pingin balik saking lelahnya ngehadapin orang India yang nyebelin hahaha.
Betul, kebanyakan dari selatan India yang ke sini 🙂
Ditulis dong Yan, cerita-cerita nyebelinnya dengan orang India. Soalnya dua minggu aku di sana kemarin malah ketemu orang yang asik-asik dan bae-bae hehe
Masih ngantri mas >.< *gayabanget*
Padahal rasanya ada banyak kali cerita seru selama di India 😛
Pastinya laaaah, tiga minggu di tanah yg eksotis gitu
Sepertinya harus rajin olahraga dulu ya buat ke Batu Cave ini, minder menuju puncaknya 😀
Atau hanya di pelataran saja kali ya :))
Hahaha alon-alon aja mbak Indah, pasti sampe 🙂
Di medan ada tiruannya om, di daerah langkat 🙂
Nah pingin deh datangin yang di Medan. Ajakin dong ooooommmm
yukkk….
2 singgit itu berapa mas? Tumben si monyet mau do ajak foto. Biasanya kalau yang saya temui. Mereka lari duluan
Kalo kursnya Rp.3500 sekitar Rp.7000 lah 🙂
Mas Sandi ngedeketin monyet laki sih, coba cari yang perempuan maaasss hahaha
hahaha masalahnya itu dia mas, saya kagak tahu mana laki mana perempuan haha.. kemarin malah mau di foto si monyet lari duluan bawa makanan haha
Pukpuk mas Sandi, lain kali ke sana ajak Lina aja, nanti dikasih tahu mana yang jantan atau betina hehehe
Hahaha bisa2 mas
ini jatohnya jadi sama kayak kuda lumping gitu bukan sih om? aku pernah tuh ke festival kuda lumping pas ultah ABRI dulu waktu tinggal di Semarang. Sampe makan kaca, silet, gitu-gitu dah
Nah bisa jadi ya. Kayaknya sih begitu hiy serem bener
Huhuhuhu… beberapa kali lewat KL, cuma sampai pecinan ama central market ajah. Kudu lamaan yah kesininya… Aku takut ama monyet. Pernah dijambak pas di Bali. ira
Aku pernah dikejar monyet waktu kecil. Takut juga mbak aku
Kalo memasuki cave emang kudu yang inget biar gak kemasukan. Celem ih
Mungkin temenya si adek kagak permisi hihi. Lupa bawa cemilan buat monyet penjaga 😀
Wuiiih…ada gitu festival kesurupan. baru dengaaar, hahaaa
Hahaha orangnya yang kesurupan jadi festivalnya ikut tenar :p
kesurupan? pikirannya kosong mungkin #eeeh
Ditambah lagi perut kosong, klop dah hahaha
betul banget tuh, jadinya kliyeng2 bintang2 bertebaran di kepala 😊
Hahaha kayak di kartun-kartun 😀
hihihihiiii
Beberapa kali denger cerita orang kesurupan di tempat ini. Mungkin kondisinya lagi capek ya
….dan mungkin lapar juga hahaha
Masa ada yg kesurupan om, syukur sy aman2 aja..
Kl sy ga mau balik ke gua itu lg om, pegel naik turun tangganya.
Turun aja pegel apalagi naik.
Hahaha, liat dari pelataran parkirnya aja kali ye..
Kali kedua aku ke sana aku juga gak naik, capek hahaha
bisa jd ya di sana banyak makhluk astralnya… kan emg rada spooky mas tempatnya… aku sih ga bisa ngeliat mereka, tp pas nyampe di atasnya, masuk ke goa itu, berasa serem -__-.. mungkin juga sih aku nya aja yg ga gtu suka tempat2 gelap bgitu
Haha iya, gua, tempat gelap identik dengan hal-hal semacam itu. 🙂
guanya keren ya … tapi tangganya itu … mantappp
Lumayaan hehe, kali kedua ke sana, aku gak naik Lol
Ping balik: Kuala Lumpur: Batu Cave | Coklat dan Hujan