Penang, aku datang!
Kenapa memilih Penang? Pertama, kota ini bersama Melaka telah masuk ke dalam daftar warisan situs dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Di situs resminya, UNESCO mengatakan bahwa, “Melaka and George Town represent exceptional examples of multi-cultural trading towns in East and Southeast Asia, forged from the mercantile and exchanges of Malay, Chinese and Indian cultures and three successive European colonial powers for almost 500 years!” wow!
Kedua, thank you AirAsia, aku dapetin tiket seharga MYR 39 aja atau setara Rp.140.000 buat terbang dari Langkawi ke Penang. Lumayan, kan? –peluk om Toni, om angkat jadi adek dong hwhw. Jadilah, berbekal peta yang didapatkan di bandara, aku bersama Indra –travelmate during trip in Malaysia, mulai menjelajahi sudut-sudut kota George Town. Yihaaa!
Kami menginap di sebuah hostel di kawasan Kimberley yang lokasinya deket banget sama Komtar. Nah ternyata, untuk menyusuri art street painting ini nggak jauh-jauh banget dari hostel. Ada di sekitaran situ aja walaupun lokasinya menyebar di sepanjang kawasan George Town. Sempat berencana mau sewa sepeda, sih! Cuma nggak jadi, selain penghematan, aku khawatir pas pulangin disuruh ganti akibat sepedanya rusak. –kalem.
Terlihat beberapa sekelompok orang juga mulai melakukan perburuan mural ini. Jadi kerasa kayak Amazing Race hehe. Melalui peta, kami mencoba menyusuri satu persatu lokasi lukisan dindingnya. Oh ya, ternyata lukisan-lukisan ini tak lepas peran dari Ernest Zacharevic, seorang painter muda asal Lithuania yang telah membuat* lukisan-lukisan dinding ini menjadi sedemikian menarik sehingga sekarang art street painting ini menjadi salah satu objek wisata andalan di George Town. Euy! Indonesia harusnya juga bisa, kan?
Gambar-gambar itu biasanya disatukan dengan beberapa barang sehingga membuat lukisan ini menjadi lebih “hidup”. Misalnya saja lukisan berjudul “Basketball” ini. Sebuah bola basket diletakkan di dinding sehingga pengunjung dapat berpose seolah-olah sedang memasukkan bola di ring.
Atau juga lukisan berjudul “Brother and Sister on a Swing” ini. Sebuah papan ayunan diletakkan di dinding sehingga kita terlihat sedang bermain ayunan bersama kedua kakak beradik yang ada di sebelahnya. Menarik ya?
Nah yang ini lain lagi. Sebuah sepeda tua digunakan sebagai pelengkap pada lukisan “Kids on Bicycle” ini. Di saat-saat tertentu, untuk berfoto pada mural ini kudu antri haha, terlebih ketika kami datang itu hari Sabtu dan banyak sekali turis yang datang dan tak kalah heboh berpose seperti kami berdua hehehe.
Oh ya selain mural, di saat yang bersamaan kami juga dapat menemukan pahatan besi yang bernama “Walded Iron Wall Caricatures”. Yang ini juga nggak kalah menarik, bahkan menurutku besi-besi yang dibentuk sedemikian rupa ini lebih atraktif dan lucu 🙂 tapi memang tidak ada elemen pelengkap seperti mural sehingga tampak plain padahal menurutku oke juga banget nih. Ini beberapa contohnya.
Sayangnya, menurutku kini mural dan besi-besi karikatur ini kurang perawatan. Di beberapa mural, catnya sudah mulai luntur. Ditambah lagi dindingnya yang kini mulai berlumut sehingga lukisannya sudah mulai pudar (contohnya mural berjudul Basketball itu). Beberapa lumut juga mulai menutupi pahatan besi, seperti yang ini.
Yang lebih sedihnya, ketika akan menulis tulisan ini aku mendapati bahwa sudah ada beberapa mural yang ntah disengaja atau tidak sudah lenyap. Misalnya di mural berjudul “Old Motorcycle” ini. Setelah googling, ternyata harusnya di sebelah motor ada lukisan anak yang tengah menarik Dinosaurus laiknya hewan peliharaan.
Terlepas dari itu semua, pengalaman menyusuri street art di George Town ini sangat mengesankan. Kita ditantang untuk mencari lokasi muralnya berdasarkan petunjuk yang ada pada peta. Oh ya, Penang itu rasanya kok panas banget! Sangat disarankan membawa payung atau topi jika mau hunting art street ini ya. Harapan terakhir, semoga ada satu kawasan di Indonesia yang bisa disulap seperti ini. Bandung, mungkin? Mengingat walikotanya kreatif abis!
Wooohhh…udah makin banyak ya street artnya. Dulu (sekali) belum ada tambahan lukisan di samping kawat-kawat itu. Penang emang nyenengin. Bikin pengen balik lagi. 😀
Ada yang nambah, ada juga yang hilang ya haha. Aku juga mau deh balik lagi. Pas tadi baca wikitravel, banyak banget tempat yang belum didatangi. Lha Penang Hill aja nggak *saking penghematannya* >.<
Aku juga ga semua art street itu ketemu. Dan yang paling bikin pengen balik itu pengen naik ke canopy trail di taman hutan nasionalnya. keren kali!
*noted*
Aku belom pernah ke sana
ayo direncanakan! 😀
Ahhhh Suka, itu foto Indra yang “main” Basket ya ? keren ide fotonya, hahaha. Iya, penang memang menyajikan deretan bangunan bersejarah. Warisannya dijaga banget sama pemerintah Malaysia dan berhasil menyedot wisatawan manca negara.
Harus pakai Topi kalau kesini, biar nggak gosong kulitnya.
Si Indra kehilangan topinya di Penang ini juga mbak Zulfa hehe. Gara-gara kamar AC-nya bocor, pas pindahan eh topinya lenyap.
Ituuu, harusnya aku ada pose gitu juga, tapi fotografernya nggak jago hahahaha *Indraaa mana Indraaaaa
Aku sudah sering ke Penang, tapi tulisannya belum aku buat satupun >_<
Trus, seringnya juga menginap di kawasan dekat2 Komtar juga, tapi kok aku gak tau kalo Art Street Pai dekat2 situ juga ya, huhuhuuu…
Jalan kaki dikit aja mbak Eky 🙂 ya 10 sd 15 menitlah. Dan lokasinya sih di situ-situ aja. Walau gitu aku gak nemuin semua muralnya loh haha, soalnya panas banget. Bawaanya pingin pulang ke hostel mulu.
memberdayakan wisata kota dari muralnya, mirip di jogja tapi ini propertinya lebih banyak, kalo di Indonesia mah udah dikiloin 🙂
Iya bener, bisa dikiloin kalo di Indonesia. Asal semua menjaga dengan baik baru deh bisa kayak gini
😀 yan,yg the hundred food journey malam ini ye?jm berapo
Kalo dak salah jam 7:45 PM
di fox ?
Yo, di Fox Premier Movie
Kemaren ke Penang emang bela2in kesini. Asik foto2. Untungnya dtg jam 6 sore jadi gak terlalu panas. Gw perhatiin di Penang matahari terbenam jam 7 ya. Jadi hari lbh panjang.
Aku jalannya pagi sampe siang. Gak sanggup balik ke hostel. Sore jalan lagi teteep aja panas. Haha, iya bener, di sana lebih lambat 🙂
Kalau ditata, di Indonesia pasti jauh lebih spektakuler ya Om :hehe. Mural-mural ada juga di Jakarta, tapi ya tidak interaktif, cuma sekadar gambar dan jarang yang bertahan lama soalnya aksi vandalisme di sini maknyuss banget. Butuh ketegasan banget dari pemimpin kota supaya aksi perusakan tidak terjadi, tapi entah, mungkin mereka punya masalah yang lebih penting daripada semata menghukum pencorat-coret dinding kota.
Eh yang gambar dino, itu tali ungu di lehernya masih kelihatan kok Om :hehe. Dan itu hilang kayaknya bukan karena dirusak tapi memang temboknya yang sudah keropos ya :hehe. Kerenlah pokoknya, warga sana sudah sadar sekali dengan objek wisata.
Kenapa ya Jakarta dan Maluku tidak masuk dalam situs warisan dunia di UNESCO itu… padahal semua rempah dunia masa itu kan asalnya dari Maluku :hehe.
Untuk masuk dalam WHS-nya UNESCO memang kriterianya banyak sekali Gar. Dan, jika sudah dilindungi UNESCO pun suatu saat itu dapat dicabut jika keadaan sudah tidak sesuai. Misalnya saja Hutan Hujan Sumatera kan termasuk yang dilindungi UNESCO, tapi kini berada di list WHS in danger. https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_World_Heritage_in_Danger ngeriiii.
Indonesia sendiri yang dilindungi UNESCO setahuku nggak ada yang sampe satu kota, paling situs saja. Macam Borobudur, Prambanan, Subak di Ubud. Keren itu kalo kayak Malaka yang satu kawasan kota dilindungi semua ya.
Astaga, jangan sampai statusnya dicabut dong :huhu, kasihan, selain kebanggaan itu berarti situsnya sudah tidak seperti dulu lagi ya Om :huhu.
Yap, itu berarti seluruh sudut kota masih sangat asli ya Om. Kota Tua Jakarta sebenarnya berpotensi nih, tapi penataan dan keadaan di sana yah… agak jauh panggang dari api (eh benar tidak sih perbahasanya :haha).
Iya, kalo dicabut gawat juga. Kalo gak salah kan semua situs yang dilindungi ada biayanya dari UNESCO. Kayak Borobudur dan Prambanan.
Aku belom ke Kota Tua nih >.< jadi gak bisa kasih pendapat hehe
Ayo ke Kota Tua, Om :)).
Nah itu dia, kadang kita mesti akui kalau di satu sisi kita butuh dana pemeliharaan dari UNESCO sebab APBN kita tidak mampu untuk membiayai semua itu (banyak yang harus dibiayai), jadi meski itu hanya status, tapi mesti dijaga betul.
Itu tembok emang dibiarkan cuil2 gitu plesternya ya, Cek Yan? Waktu aku ke KL juga rasanya panas banget, yah. Jalan kaki kemana-mana gampang lemes. Senengnya ngadem di tempat belanja aja. Anak-anak juga kusuruh pakai topi.
Sepertinya begitu mbak Ira. Memang jadinya lebih bagus sih 🙂 tapi yang lumut itu harusnya bisa dibersihkan karena jadi nggak bagus ngelihatnya dan cat yang sudah luntur harusnya bisa dicat ulang 🙂
Dulu pas kesini lg ujan terus, gak puas deh. Itu kalo foto di mural art ngantri gak? Waktu itu ngantri bgt jd males 😦
Ada spot-spot yang ngantri Dit, tapi gak lama kok. Kalo mereka kelamaan pose, jutekin aja hahaha, baru deh mereka gantian 😀
Mirip2 kayak trick eye museum yak, tapi versi luar ruangan
Iyaaa 😀 tapi yang di museum jelas lebih keren ya 🙂
Tapi bayar masupnya hehe
Gakpapa asal isinya keren hehe
Penang memang menarik ya! Walaupun sebetulnya mgga istimewa, karena menurut gw mirip Cirebon di georgetown-nya itu. Tapi memang bersih dan sangat informartif. Saya pun krik krik moment waktu ke batu feringgi :)) apa dah niy…cuma memng asiknya, bersih dan ngga ada pedagang kaki lima :)) jadi nyaman
Pedagang kaki 5-nya dikumpulin di beberapa titik. Kayak di kawasan hostel kami kalo malam disulap jadi kayak pasar malam 🙂 tapi emang rapi dan tetap bersih. Juga di kawasan yang deket fort itu. 🙂
Unik sekali objek wisatanya tapi sayang agak kurang terawat aku ngelihatnya
Iya Wan. Dan harusnya sih kita bisa bikin yang jauh lebih keren ya 🙂
Unik sekali Yan tapi sayang kayaknya udah nggak terawat.
seru yaaa… efek bayangan di foto terakhir, kece! iyaaa bener topi penting kalau panas dan hujan ya om!
Bayangan itu cukup menunjukkan betapa panasnya di sana hehe
banyak art street nya ya kak
Iyaa ^_^
Aaaah keren banget Cek Yan foto-fotonya. Aku suka foto naik ayunannya 😀
Oh ya, kalo di Jakarta trick art seperti ini ada museumnya segala. Namanya Live Art Museum. Adanya di lantai 7 Pasaraya Blok M. Gambarnya lebih hidup dan nyeni karena memang dilukis spesial. Ada zonanya, misal zona parody, zona animal dll Anakku suka banget ke sana.
Penang itu destinasi fav ku. Kota klasik nan tenang. Kayak masuk kota tua Batavia. Turis biasanya seneng naik becak sambil payungan. Kalo kulineran di Komtar rame dan enak2 <——buk…buk….kalo mau cerita nulis sendiri di blog buuuuuk :))))
Aku sempet liat beberapa temen yang posting foto di museum itu mbak Rien. Coba ya ada di palembang, pasti si Rais suka banget diajakin ke sana 😀
Iya iya Banduuung… *teriakkencengbanget*
Eh itu gambar Dinosaurusnya yang tersisa hanya gelangnya aja. Sedih 😦
Apa dihapus ya? padahal itu keren kan ya 🙂
Bandung Juara!
wuiihhh..jalan jalan mulu Yan. Bolak balik ke KL selalu ga ada kesempatan berkunjung ke Melaka dan Penang. Org Malaysia pun selalu merekomendasikan kedua kota itu.
Kalo cerita yang ke India mana Yan?
Ini perjalanan seminggu pertama sebelum menghabiskan 3 minggu di India mas 🙂 sejauh ini yang India baru tentang VISA aja yang ditulis, padahal banyak banget yang mau ditulis nih 🙂
3 minggu di India ? ga jadi kurus itu ? hahaha…aku ga cocok soalnya dengan rempah-rempah makanan India. Tapi ditunggu ceritanya ya.
Iya 🙂 lumayan turun 6 kg 🙂 badan menghitam haha. DAN YAAAA…. aku gak cocok makanannya 😀 kebanyakan buah dan biskuit 🙂
Sayang ya kurang dirawat Art strettnya. Di Indonesia art streetnya baru ada sejenis grafiti, mungkin suatu saat ada yang mencetuskan hal serupa 🙂
Iya, bahkan yang jauuuuh lebih keren 🙂
Jadi makin mantap ingin ke penang 🙂
Serasa ke kota tua Jakarta ya.
Hiks aku belom pernah ke kota tua mbak Indah >.< jadi gak bisa membandingkan 🙂 Penang cakep, cuma aku pribadi lebih suka Malaka 🙂
Penang kuliner nya juga juara hehehe
Ujung-ujungnya nasi kandar lagi di sini buahaha poor meee
Kereeeen banget.
Iya ^_^
Ping balik: Syahdunya Menyusuri Keelokan Sungai Malaka |
Pengen ke Penang…
Jom ke Penang 🙂
Ping balik: Kek Lok Si : Kuil Indah di Langit Kota Penang |
Test
Tes diterima
ide menarik ya … creative … gampang banget di terapin di indonesia …
di jakarta aja .. banyak dinding kosong sudah di buat mural graffiti … coba dibuat begini .. pasti kerennnn
Iya, kayaknya di Jakarta banyak tempat yang cocok soalnya sering liat berita tindakan vandalisme di Jakarta. Nah mending disediakan ruang khusus buat mereka, kasih tema sehingga jadi tematik. Yakin deh Penang bakalan dapetin saingan :))
Pingin main ke Penang :))
Hayuk mas 🙂