::: The Ho[s]tel :::
| 2013 | Penulis : Ariy & Sony | Penyunting : Ikhdah Henny |
| Perancang Sampul & Ilustrasi : Upiet | Penata Aksara : Intan & Yusnida |
| Penerbit : B-First | ISBN : 978-602-8864-90-9 |
| 182 Hal | Harga Rp. 39.000,- | Skor ala Omnduut : 8.3/10 | Rating GR : 3.0/5 |
Akomodasi atau penginapan adalah salah satu komponen penting dalam sebuah perjalanan. Mau itu perjalanan high class atau ala backpacker kere sekalipun, setiap tempat yang digunakan untuk melepas lelah setelah seharian mengelilingi suatu tempat/kota tentulah menyimpan cerita tersendiri. Hal-hal seru seputar pengalaman menginap di sebuah hostel atau hotel inilah yang coba diangkat oleh duo penulis Ariy & Sony. Sebagai traveler yang telah mendatangi berbagai tempat di dalam dan luar negeri, mereka berdua berkolaborasi menulis cerita seputar pengalaman mereka menginap di suatu tempat. Maka… jadilah The Ho[s]tel ini sebagai sebuah wadah dari duo penulis untuk berbagai pengalaman seru seputar tempat-tempat yang mereka inapi selama di perjalanan.
Buku ini dibuka dengan pengalaman mengerikan yang dialami Ariy ketika menginap di sebuah hotel di kota Surabaya. Tidak ada yang salah dengan hotel itu sebenarnya. Namun entah mengapa Ariy merasakan sesuatu yang aneh dan bikin tidak nyaman. “Biasanya, kalau saya traveling dan merasa capek, langsung saja pelor… nempel bantal molor. Namun, entahlah, pagi buta itu saya resah sekali.” Hal.7. Lalu ada apa sebenarnya yang terjadi di hotel itu? Apakah hotel tersebut setipe dengan hotel di film Hotel Transylvania? 🙂

Mau nginep di hotel seperti ini? 🙂 Gambar diambil dari situs caricatures-ireland
Di kisah yang lain, Sony bertutur mengenai pengalamannya mengirim surat cinta ke manajer hotel. Heh? Apakah manajernya cantik? 😀 Jadi, sebetulnya surat cinta yang dikirim bukanlah surat cinta biasa *kayak lagu ya? Hehe* Surat cinta yang dimaksud adalah laporan komplain dari pelayanan hotel yang tidak maksimal. Jadi Sony komplain dengan beberapa hal yang menyangkut fasilitas pelayanan. Maklum, hotelnya berbintang. Hasilnya? ‘surat cinta’ itu gayung bersambut. Sony mendapatkan keuntungan dari hal itu. Apa sih? Hmm mungkin bisa tergambar dari kalimat ini ya. “Kaget banget. Susah payah saya menahan emosi supaya keterkejutan saya nggak terlalu tampak di wajah. Malu, dong, kalu mas room-boy ini mengira saya ndeso.” Hal. 19. Nah loh? Ada apa Sony dengan mas-mas room-boy? 😀
Pengalaman menyeramkan nampaknya begitu setia nyantol ke Ariy. Ketika trip ke China, lagi-lagi Ariy dihadapkan dengan penginapan yang auranya mistis. Hwhw. Namun ntah mengapa, kesialan Ariy menjadi hiburan tersendiri buat pembaca. Haha. “Saya tidak membayangkan pocong, kuntilanak ataupun tuyul. Saya sadar tengah berada di China. Pikiran saya tiba-tiba roaming, ketakutan saya cuma satu, ada sosok laki-laki menggunakan baju cheongsam hitam menjuntai, bertopi bulat dengan rambut panjang dikelabang tengah meloncat-loncat ke arah saya dengan dua tangan menjulur ke depan. Vampir China, itu paling menakutkan saya!” Hal.49.
Bertemu dengan pengalaman kehilangan ketika menginap? Dua hal ini sama-sama dialami oleh Ariy dan Sony. Ketika traveling bersama beberapa temannya di Singapura, Ariy ketiban sial karena menginap di hostel yang rawan tindak pencurian. Lebih naasnya lagi, kemungkinan besar tindakan pencurian itu dilakukan oleh ‘orang dalam’. “Persoalannya, kunci serep dipegang oleh pihak hostel. Kalau pintu tidak rusak, tentu pencuri masuk dengan cara normal. Jadi, mempunyai kunci.” Hal 145. Alhasil, karena kejadian ini beberapa barang hilang. Seperti sepatu dan tas. Dan, hingga sekarang barang itu tak juga ditemukan. Janji tanggung jawab pengelola hostel pun hanya tinggal kenangan. *kayak lagu (lagi)* 😀

Gambar diambil dari situs toonpool
Lalu, kejadian kecurian apa yang dialami Sony? Nah, beda dengan Ariy yang kecurian, Sony malah dituduh ‘mencuri’. Benda yang dituduhkan pun nggak penting-penting amat sebetulnya. Apa sih? Ngg… anu… Asbak. 🙂 “Saya lemparkan tas ransel saya ke meja resepsionis. Bongkar tas saya! kalau Anda bisa menemukan asbak di situ, saya bayar sepuluh kali harga asbak yang hilang itu,” timpal Sony emosi. Hal.37. Trus asbaknya ada dimana sih sebenernya? Hehe, cari tahu aja sendiri ya 🙂
Itu adalah secuil kisah seru seputar penginapan yang ditawarkan oleh The Ho[s]tel ini. Masih banyak lagi kisah menarik lainnya. Seperti pengalaman menginap di hostel dengan kamar mandi umum yang terbuka. Salah masuk kamar hotel dan mendapati wanita yang menjerit histeris hwhw. Atau juga pengalaman kurang menyenangkan dengan lansia di sebuah kereta. Semuanya menggoda untuk segera dibaca 😀
The Ho[s]tel adalah pengembangan dari buku traveling yang cukup segar. Jika dalam buku-buku lain pengalaman menginap di sebuah tempat hanya sekedar tempelan, di buku ini, hal itu menjadi sajian utamanya. Duet Ariy dan Sony juga berhasil. Walaupun masing-masing punya gaya menulis tersendiri, namun ketika dibaca secara menyeluruh, ‘napas’ diksi mereka terasa menyatu. Kelebihan lainnya ialah terdapat tips yang ditulis secara jenaka yang ada pada tiap akhir cerita. Jelas sudah bahwa The Ho[s]tel adalah buku yang menyenangkan dan menghibur. Selamat untuk Ariy dan Sony 😉
wih, reviewnya bikin penasaran…
kayaknya asik nih.. eh eh.. si sony bisa “liat” ya?
Liat makhluk gaib ya BuPeb? kayaknya 22nya nggak bisa hahaha 🙂
Lahhh… reviewmu… bikin penasarannnnnn
Hawaaas BuPeb, nanti jadi hidup penasaran hwhwhwhwhw
Salahkan om ndut… hahahahahaha
Hahaha *sodorin pempek* *sogokan* 😀
ary & sony punya blog ga sih?
Mas Ariy: http://a-journo.blogspot.com
Pak Sony: http://theluggagestories.wordpress.com/
Makasih infonya Tah 🙂
thank tah.. kenal mereka ya..
Mas Ariy sebuku di TraveLove. Pak Sony, dosen FE Unair yang hadir waktu talkshow TraveLove di Gramedia Tunjungan Plasa 🙂
Di bawah kaver ada nama penulis dan sudah aku link blognya mbak Tin 🙂
ho’oh, ga perhatiin tadi..
Gakpapa mbak Tin 🙂 memang tulisannya agak nyempil malu2 hihi
Reviewnya mantappp!
Aaa review biasa aja mbak Yana. But, makasih ya 🙂
Cek Yan ikutan audisinya nggak? Kalo Cek Yan nulis, yakin aja sih napasnya cocok sama serial ini 🙂
InsyaAllah ikut Tah 🙂 haa deadlinenya besok ya haha. Yang mau ditulis udah ada, tinggal action aja 🙂
Aku belum bacaaaaa 😦
Yan, ikut juga audisi The Ho(s)tel 2?
Ikut mbak 🙂 tapi baru akan diketik malam ini atau besok hahaha. Kebiasaan nih mepet deadline 😦
Hahahhaaahhahaha sama 😀
aku penasaran dengan hotel surabaya ituh… 😦 spoiler dong, please…
PM FB aja ya hihihi 🙂
pengalaman tinggal di hostel pertama kali yg mirip barak , ga jadi bobo gara2 dpt tempat bobo di atas dan di bawah penuh bule koloran doank dg aroma …… pilih tidur di trotoar deh
Oouch. Bule memang terkenal jarang mandi ya haha.
pernah nginap di hotel ruko di kawasan Pondok (chinatown) padang.. capek, ngantuk banget karena baru cek in jam 3 pagi.. entah kenapa gak bisa tidur dan seolah2 ada yg ngawasi… rupanya.. hotel itu dulu bekas rumah yg ditinggalkan oleh korban gempa
Nah kurang lebih sama kayak Ariy. Jadi merasa was-was gitu kaka’ 🙂
sengaja reviewnya dipotong2 😀
Hihihi biar yang baca penasaran ^_^
Betui-betul bikin penasaran dan jadi pengen baca juga
Segera ke toko buku dan giring bukunya ke kasir mas Chris hihihihi
Belum ketemu langsung dengan mas ariy.Baca2 jg baru dari blognya.tapi kalo dari inbok2nya kentara orangnya andhap asor(rendah hati).
Aku juga belum pernah ketemu mas Dee. Mudah-mudahan suatu hari bisa kopdar. Juga dengan mas Dee 🙂 mau nyerap ilmu jalan-jalannya secara langsung ^^
om, reviewmu ini emang dimaksudkan sbg review dr gramed/penerbitnya ya? soalnya pernah baca tulisanmu ttg review buku apa itu lupa di milisnya gramed
Wah review yang mana ya mbak? Aku hanya menulis untuk blog dan goodreads.com 🙂 Hmm, apa review Haram Keliling Dunia ya? kalo buku itu memang pernah jadi resensi pilihan gramedia. Selain buku itu aku gak menulis untuk media manapun 🙂
lupa pas judul apa, tp dicantumin sih link webnya
milis gramed kalo ga salah
Haa jadi penasaran hahaha. Tapi kayaknya betul buku itu 🙂
Makin aduhai nih tulisan Yayan. Venasaran saya dibuatnya 🙂
Makasih Yas. Masih ulasan kualitas blog, belom pernah nembus media hwhwhw
ntar juga ada jalannya, bro 🙂
Haha makasih 🙂
Ping balik: Dari Hotel “Mabuk” Hingga Pegawai “Lugu” | La Rêveur Vrai