Pelesiran

Terpaksa Memeluk Lelaki India di The Blue City of Jodhpur

Jodhpur adalah kota ketiga yang saya kunjungi dari serangkaian perjalanan 2 minggu di Rajashtan. Dua kota sebelumnya yang saya datangi –Jaipur dan Jaisalmer, meninggalkan kesan yang menyenangkan. Harapannya, di kota yang dijuluki The Blue City ini saya juga akan merasakan yang sama. Syukur-syukur ketemu jodoh yekan.

Tanda-tanda bahwa saya akan menikmati perjalanan di kota ini bahkan sudah dimulai sejak saya berada di Stasiun Jaisalmer. Sambil menunggu jadwal kereta yang akan berangkat lewat tengah malam, saya berkenalan dengan solo traveler lain yang berasal dari Jepang. Shuma namanya. Ternyata, kami menaiki kereta ya sama. Wah lumayanlah ya, membunuh waktu dengan ngelindur sana-sini.

Saat kereta bersiap berangkat, kami bertukar nomor kontak dan janjian bakalan ketemu lagi di Jodhpur. Saat kereta tiba di Stasiun Jodhpur sekitar jam 6 pagi, saya tak melihat sosok Shuma. Kayaknya dia sudah keburu jalan kaki karena dia bilang, “nanti saya jalan aja. Penginapan saya dekat dengan stasiun, kok.”

Keliatan bangunan-bangunan berwarna birunya, kan?

Saya sendiri memilih penginapan bernama Dylan Cafe And Guesthouse di kawasan Gulab Sagar, nggak jauh dari Sardar Market. Saya pilih penginapan ini karena skornya di booking.com lumayan tinggi! Harganya pun murah. Bayangkan, untuk satu kamar private dengan kamar mandi dalam, saya hanya membayar Rp.65.000 saja!

Saya juga rela memilih penginapan ini karena mereka ada ruang terbuka di bagian atap di mana saya bisa menikmati Mehrangarh Fort dengan leluasa. Di sini juga tersedia restoran dengan makanan yang enak dan harga yang tak begitu mahal. Di sinilah kemudian saya janjian lagi dengan Shuma untuk makan malam. Saya juga berkesempatan jumpa dengan Ticka, teman facebook yang ternyata berada di Jodhpur di hari yang sama. Walau sebentar, saya beruntung bisa berjumpa dengan kawan-kawan baru ini. Seru!

Blusukan di Sardar Market dan Clock Tower

“Kamu ngapain pilih liburan ke Jodhpur?” tanya saya kepada Shuma.

“Jangan ketawa, ya! Tapi saya bela-belain datang ke sini karena saya mau lihat tempat-tempat yang jadi inspirasi Eiichiro Oda di komik One Pice,” jawabnya.

Ini dia Clock Tower yang saya maksud.

Tangga menuju atap

Kalau dari jauh terlihat kecil. Aslinya gede.

Dia berkata itu sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya. Nampaklah foto yang memperlihatkan sebuah menara jam yang katanya terinspirasi dari Clock Tower yang ada di Jodhpur ini. Lalu, ada juga sebuah benteng di atas tebing yang dia yakini juga terinspirasi dari keberadaan Mehrangarh Fort (tentang benteng ini akan saya ulas terpisah). Lengkapnya bisa lihat di situs ini, ya.

Gara-gara komik One Piece, Shuma bela-belain ke Jodhpur!

“Nanti besok saya mau naik ke atas menaranya,” ujar Shuma lagi.

Saya sih sudah lebih dulu ke menara yang berada di tengah-tengah Pasar Sardar ini. Ongkosnya murah, seingat saya hanya bayar 50 rupee atau sekitar Rp.10.000. Nah, dari sebuah tangga melingkar yang ada di tengah bangunan, saya naik ke lantai atas sehingga mendapatkan pemandangan seperti ini.

Mehrangarh Fort dilihat dari Clock Tower

Menara ini aslinya bernama Ghanta Ghar yang dibangun oleh Maharaja Sardar Singh (1880-1911). Dari nama ini pula pasar dinamakan. Sardar Market jenisnya pasar tradisional. Segala macam ada karena tersedia sekitar 7000 kios di kawasan ini. Tak heran, di jam-jam tertentu kawasan ini padat sekali. Area Clock Tower ini juga akan ditutup jika jam puncak orang belanja.

Nah penginapan saya ada di sisi kanan gerbang itu. Jalan sekitar 5 menitlah.

Suasana pasar. Ini udah mulai sepi, loh.

Gerbang menuju sisi lain area. Diambil dari dalam menara jam.

Dibeli dibeli sarinya buuu, paaak.

Jika mau balik ke stasiun atau pergi ke kawasan lain, ya mesti jalan dulu sampe ke pinggir jalan dan cegat bajaj dari sana. Dari bangunan utama menara jam ini ke penginapanku gak jauh sih, jalan kaki 5 menit juga sampe. Keuntungan pilih penginapan dekat pasar sih bisa belanja. Untuk makan, saya lebih percaya ke restoran penginapan karena lebih terjamin. Di pasar, paling saya beli buah saja.

Melipir ke Jantung Blue City

Untung yang biru itu kota bukan film karena pasti lain maknanya ya hahaha. Oke, jadi gini. Selain sebagai ikon kota, Mehrangarh Fort ini juga bisa dijadikan sebagai patokan yang membelah kota. Ya macam Sungai Musi-lah yang membelah kota jadi kawasan Ulu dan Ilir.

Nah, Sardah Market ini bisa dibilang berada di bagian belakang benteng. Sedangkan, bangunan-bangunan bercat biru yang itu berada di bagian depan benteng. Dari sekitaran Clock Tower, saya sewa bajaj seharga 100 rupee atau sekitar 20 ribu rupiah untuk mengantarkan saya ke bagian Blue City-nya.

Bangunan di jantung Blue City.

Kenalan sama beberapa siswa. Bagi-bagi permen dan pisang yang aku beli di pasar hehehe

Perjalanan lumayan jauh. Saya bahkan harus melewati Mehrangarh Fort dulu sebelum tiba di kawasan utama di mana bangunan bercat biru berada. Saya diberhentikan di pinggir jalan. “Kamu masuk saja ke sana kalau mau ke bangunan biru-nya,” ujar supir bajaj.

Saya berjalan menuju ke arah dalam. Iya sih nemu beberapa bangunan bercat biru, tapi, nggak ada yang betul-betul ngumpul di satu titik. Saya bertanya ke beberapa warga lokal tapi jawaban mereka senada, “ya inilah blue city area itu,” jawab mereka.

Setelah saya pikir-pikir, masuk akal sih. Toh saya lihatnya kan dari jauh. Dari atas benteng sehingga kesannya bangunan ini numpuk di satu titik padahal ya gak semua rumah dicat warna biru juga. Saya merasa agak zonk terus terang hahaha.

Bagian lorong rumah pun bercat biru!

Bangunan biru lainnya.

Biru banget yes!

Tapi ya sudahlah, saya nikmati saja. Toh, melihat keseharian penduduk lokal sudah sangat menarik. Hanya, saya khawatir dengan anjing-anjing liar yang nampak berkeliaran. Kadang-kadang mereka sengaja banget gitu ngendus kaki saya. Padahal kaki saya nggak bau, loh, suer! Hahaha.

Setelah berkeliling sekitar 1 jam, saya nyegat bajaj dan minta diantarkan pulang ke penginapan. Lagi-lagi saya harus bayar 100 rupee. “Beruntung” di tengah perjalanan, salah satu ban bajajnya meletus. Si supir nampak kelihatan gak enak hati.

“Gakpapa, udah ganti aja dulu ban-nya,” sahut saya menenangkan.

Selagi nunggu tukang ban kerja, aku motret.

Saya diminta turun. Bak seorang MacGyver, si supir ini mengeluarkan peralatan tempur dari kotak penyimpanan di balik kursi. Cepet banget dia ngeganti ban-nya. Tadinya saya pikir bakalan nyari tukang tampal ban gitu loh hahaha. Nah, selama dia ngeganti ban, saya asyik motret kesekeliling. Lumayan, dapet stok foto lagi hehehe.

Terpaksa Memeluk Lelaki India

Di lorong-lorong kota Jodhpur yang tak ubahnya sebuah labirin, saya sempat tersesat saat pulang menuju hotel setelah mengunjungi Mehrangarh Fort. Saya sih udah donlot peta online. Ntah ini saya yang lemot baca peta atau karena memang aplikasinya lelet, saya jadi dibuat nyasar.

Sialnya, saat berada di satu lorong kecil di mana peta menunjukkan itulah jalan pulang saya, ada seekor anjing yang menyalak kencang. Saya berusaha tenang dan coba untuk terus jalan. Saya beraniin karena di dekat anjing ada beberapa anak yang sedang bermain.

Eh ternyata saya dikejar dooong! Huaaaaaaaaa!

Selain sapi, di jalanan India itu banyak anjingnya. Kadang babi juga ada.

Saya langsung lari balik ke belakang. Untung nggak sampe teriak-teriak. Walau panik, saya harus tetap behave dong ya buahaha. Ada sebuah cafe kecil banget di dekat situ. Spontan, saya masuk ke dalam. Ada dua pemuda di sana yang nampak kaget melihat kedatangan saya dengan wajah panik.

“Sini masuk, gakpapa,”ujar salah satunya. Terlihat dia sedikit menahan tawa.

“Maaf, numpang sebentar ya. Saya dikejar anjing,” sahut saya pelan.

Tak lama, ada seorang bapak tua yang masuk. “Mau ke mana?” tanyanya. Saya jelaskan bahwa saya menginap di Dylan Cafe And Guesthouse dan mau pulang ke sana.

“Oke sini saya antar,” ujarnya.

Saya masih takut sebenarnya karena si anjing nampak banget nunggu saya di depan pintu. Duh Njing, saya emang gendut dan daging saya empuk, tapi ya saya bukan santapan juga kali, Njing huhuhuhu.

Jadilah, saya keluar cafe dengan takut-takut. Si bapak tua dengan galak menghalau anjing yang lincah banget berusaha menggigit saya. Saking takutnya, saya peluk dong si bapak buahahaha. Duh, jatuh sudah skor kegagahan yang ada pada diri saya. Apalagi anak-anak kecil melihat adegan itu dengan ketawa mesem. Sialaaan!

Saya baru berani melepas pelukan –antara takut atau keburu nyaman saya nggak bisa pastikan juga muahaha, sesaat ketika mendekati pintu masuk penginapan. Begitu sampai atas, saya minta sebotol air dan saya ceritakan kepada pengurus penginapan.

“Lha, kamu kenapa lewat belakang? Kan udah saya bilang di sana nggak aman. Banyak anjing,” ujarnya.

“Ya saya juga kalau gak nyasar gak mau lewat situ kali!” protes saya kesal.

Tahu nggak, ternyata saya masih jauh lebih beruntung. Kenapa? Soalnya Shuma kena gigit anjing ntah di mana. Dia cerita saat datang ke penginapan saya. “Nih lihat bekas gigitannya,” sahut Shuma sambil memperlihatkan lubang bekas gigitan anjing.

Kalau lagi jam rame, mana boleh bajaj lewat sini.

Langsung istighfar panjang dong saya. “Trus gimana? Udah ke rumah sakit?”

“Udah, tadi disuntik sama dokternya. Untungnya gratis. Saya cuma bayar 5 rupee untuk biaya administrasi. Pas pulang saya dibonusin permen segala, nih masih. Kamu mau?” tawarnya.

Haha, tuh kan, masih beruntung saya kan. Walaupun cemen banget gagal melawan anjing dan saya harus menahan malu dengan memeluk lelaki tua di kota ini, tapi setidaknya nggak ada kaki saya yang bolong. Sampai sekarang, saya masih berteman baik dengan Shuma. Dan, prihal anjing di kota Jodhpur ini selalu jadi bahan bercandaan antara kami berdua.

“Main dong ke Palembang, Shuma,” ujar saya. “Tenang, di Palembang anjingnya baik kok,” lanjut saya lagi hahaha. Inilah serunya backpacking. Saya bisa kenal dengan teman-teman baru. Doain saya bisa main ke kota Osaka tempat Shuma tinggal, ya!

70 komentar di “Terpaksa Memeluk Lelaki India di The Blue City of Jodhpur

  1. Wah, gak terasa habis baca ceritanya padahal lagi enak2nya.. Rajasthan masuk dlm list aku utk travelling. Tapi kalau utk cewek bahaya gak sih kalau solo traveling ke sana tuh?

    • Hi Jasmi, makasih udah mampir 🙂 haha, kurang panjang ya ceritanya? ditunggu tulisan selanjutnya ya.

      Untuk keamanan, menurutku India relatif aman. Jika ada kasus pemerkosaan misalnya, skalanya kecil dibanding jumlah wisatawan yang datang ke sana. Kuncinya sih harus selalu mawas diri.

  2. ah hoaks ah mana foto bapak2 yang dipeluknya:D, disini jg saya paling risih kalo liat anjing keliaran, pernah anak tetangga digigit juga, jd ga berani lepas anak main sendiri meski di dalam area komplek..lah anjingnya bs nyeplos pagar gitu

    • Hahaha saat kejadian gak kepikiran mau ambil foto atau video mbak. Tapi asli, banyak banget anjing di India ini. Aku ingat, saat naik bajaj di Jaipur, kami melewati anjing liar yang kayaknya gila. Dia menggonggong melihatku dan berusaha mengejar. Aku ngeliat bola matanya yang benar-benar sangar. Untung bajajnya jauh lebih cepat sehingga anjingnya nyerah. Gak kebayang kalau aku jalan kaki.

  3. aku ke indianya agak manis sama ibu-ibu pengajian, sewa van dan kemana-mana di antar driver jadi nggak dapat kejadian hardcore. Eh tapi ada ding kejadian muntah bareng di Jodhpur karena lewat kandang babi

  4. Hahahaha kok kita samaan ya kalau soal urusan anjing ini. Aku juga sering lho melipir atau ‘sembunyi’ di rumah orang gak dikenal gitu gara2 takut dikejar anjing. Yaudah lah ya namanya juga kepepet. Jadi ya muka badak sok kenal aja.

    Kirain ini tadi lokasinya di Maroko. Soalnya mirip banget. Eee ternyata di Indiaehe 🙂

  5. Jadi inget dulu ketika ke Ladakh, juga ketemu traveler asal Jepang, Hayato, mahasiswa student exchange yang lagi ngerjain proyek di kampus apa ya lupa aku, di Mumbai aja pokoknya. Dia sendirian sampai Leh. Sampai Leh sore, besok paginya mau ke Pangong Tso tapi nggak ada trip ke sana. Akhirnya ngikut kami ke Tso Moriri, dan langsung tepar kena AMS.

    Itu si Shuma kocak sih. Fans berat One Piece yaa.

    Memang takut sama anjing kah Mas? Soalnya anjing kadang ngejar karena kita menunjukkan aura/gesture asing/mencurigakan. Padahal kita kek was was gitu kan, nah justru anjing makin penasaran sama gesture kita. Alhasil diikutin, diendus endus. Makin panik kita, dia makin curiga. Ahahahahaha.
    Aku dulu sebelum tinggal di Medan juga gitu, takut dan selalu menunjukkan gelagat yang aneh setiap ketemu anjing. Tapi karena saking banyaknya anjing di Medan, lama-lama biasa, lama-lama berani megang, bahkan ngajak main. Walaupun pe er banget nanti harus bersih-bersih tujuh kalinya.

    Btw,aku baru ngeh kalo latest entries di blog Mas Yayan ini ditaro di highlight, makanya aku cariin kok terakhir Agustus yaa? Wkwkwkwkwk.

    • Takut banget sih nggak karena di kampung kami pun banyak anjing. Selama di India juga biasa. Tapi yang di Jodhpur ini, baru juga tatapan kami bertemu -eh, dia langsung menyalak buahaha, aku langsung ciut. Padahal badanku jauh lebih besar :p

      Shuma emang kocak. Pecicilan juga hahaha. Soal blog, iya 3 tulisan teratas ada di HL-nya 🙂

  6. ngeri amat di sana anjingnya galak2,, huwaaaa. di padang banyak anjing tapi cupu2, kecuali anjing pemburu itu pun diiket.. tapi dulu pernah dikejar anjing di kupang 2x… trauma euy kalau ketemu anjing galak..

    kalau ke India harus hati2 nih anjingnya galak2… dasar anjing..

    -Traveler Paruh Waktu

    • Bahasa Inggris mbak. Aku ke belasan kota di India hampir gak nemuin kendala kecuali di kota Ahmedabad. Ampun, nggak nyangka orang di sana pada susah berbahasa Inggris haha. Udah dijadwalkan untuk tulisan selanjutnya. Ditunggu yaa 😀

  7. HAHAHAHAHA ASLI LAWAAAKKK BANGEEETT!! Anjingnya kayak apa sih? Yang putih kumel kayak biasa di film film India kah? Jurus pura-pura mau nimpuk gak bisa dipraktekin yah?

    Aku pingin deh ketemu Shuma, aku juga sukak banget sama One Piece, tapi gak ngeh kalo inspirasinya bisa dari seluruh dunia gitu. Emang ajaib lah si Eiichiro Oda. Kalo ke Osaka dan ketemu Shuma, salam ya!

  8. Kocak banget kayaknya Shuma. Ke Jodhpur karena secuplik gambar, terus dapat bonus digigit anjing di sana. Hehehe…

    Btw, anjing di Jodhpur ini memang benar galak-galak atau cuma satu-dua doang yang galak, Om? Beda banget sama di Nepal. Di sana anjingnya kalem-kalem meskipun gede-gede kayak golden retriever. Kadang pas nongkrong di pinggir danau, suka disamperin minta dielus-elus. Hahaha

  9. Perjalananya seru banget kalau aku baca sampai akhir. Meskipun banyak hal-hal yang tidak terduga terjadi.

    Eh serius loh itu penginapan dengan lokasi strategis, serta view-nya bagus banget cuma harga 60ribuan. Wah wah di Palembang mana ada harga segitu dengan view dan lokasi strategis.

    Sebenarnya aku tipe orang penasaran, mau tanya nih. Itu komunikasinya pakai bahasa India atau Inggris ya? Kali kan bicara pake baso Plembang.

  10. Asyiknya bisa jalan-jalan ke banyak tempat, apa lagi luar negeri. Aku cuma pernah ke Kuala Lumpur dan gak sempat eksplor banyak. Berasa nonton India baca postingan ini. Ikutan jalan di lorong-lorong. Cantik juga kotanya dengan domonasi soft blue. Di sana pake bahasa apa Mas?

  11. Asyiknya bisa jalam-jalan ke Luar Negeri. Baca postingan ini jadi berasa ikit ke sana juga. Ngeliat foto rumah penduduk dengan soft blue dari jauh itu unik banget. Nanya gak Om, harga sarinya berapa? He he he

  12. Samaaaak. Kalau aku mending meluk-meluk orang daripada digigit anjing, buahahaha. Mana takut kalau anjingnya rabies ya kan. Semoga jangan kejadian, Aamiin. di Jodhpur ternyata ada Blue City, di Turki ada Blue Mosque. Kalau someday aku ke Turki, itu gara-gara novel Dan Brown – sama juga dengan temannya Oomnduut yang ke Jodhpur gegara komik wkwkwk. Nice story, Om 🙂

    • Aku juga mupeng ke Italia karena buku dan film-filmnya Dan Brown. Sayang dulu gak sempet karena kejauhan haha. Gakpapa, biar ada alasan lagi balik ke sana ^^

  13. Berharap ada satu kelurahan di Palembang yang rumahnya dicat biru semua, pasti keren dan bisa dijadikan objek wisata artificial terbaru. Oh ini cerita lengkap orang Jepang yang digigit anjing itu yah, Kak? Meski berobat cuma 5 rupee tapi gak sanggup juga bayangi sakitnya digigit anjing, di India pun. Waktu ke India, anjing2 yang ketemu gak segalak cerita kk atau mungkin karena lagi beruntung yah gak ketemu yang galak2

  14. Tahu banyak dengan India dari postingan Kak Yayan, baik di blog ini ataupun Instagram. Yang selalu buat salut, ceritanya gak habis-habis. Bakat banget jadi penulis Kak, aku kadang sampe mikir, apa Kak Yayan ke India lagi yhaa. Yang pasti aku pengen banget ke India suatu hari nanti, bagi aaminn ya dong Kak Yayan hehe

    • India itu paket lengkap. Mostly budayanya masih kentaaal banget, minimal dari cara berpakaian. Makanya walaupun banyak hal-hal yang bikin gak nyaman (apalagi kl standar bule) tetep aja yang datang ke India buanyak banget 🙂

  15. Daku sudah baca ini cerita lama, tapi belum ninggalin jejak ternyata 😹

    Duh kak, ajak Ara makanya …jadi aman dari segala bentuk ancaman anjing 😹😹😹😹

  16. kocaakk…. selalu alhamdulillah ya om :p
    perjalanan selalu punya cerita seru. langsung ngebayangin suasana panik bin cemas, hahaha *ups…
    eh lihat clock tower, berasa jam gadang di padang ^^

    btw permen bonusnya sama ga sih sama permen produk indonesia? Berobat dikasih bonus permen hihiii…

  17. yaoloh ternyata di India ada anjing galak juga ya.Mungkin mesti di tunjukin KTP sambil bilang awas aku wong plembang galak ngigit pempek

  18. Murah banget biaya jalan-jalannya om. Untuk penginapan harga 65rb udah lumer itu, ongkos ke pasar aja 10rb, wuih wuih. Belom lagi mata dimanjakann dgn arsitektur bangunan khas india. Jadi, pengen ke sana😀

  19. Di india punya clock tower, di indonesia ada jam gadang, hehee..
    Serius om, kalo kondisinya dikejer anjing gitu emang mengerikan, Alhamdulillah pokoknya ga sampe kenapa2.
    oia, inget petuah dari tetua, kalo lg dikejer anjing langsung jongkok. Alhasil anjingnya ga ngejer lagi, tapi jadi makin nempel, hwhwh…

  20. Horor juga yaa dikejer anjing wkwk. Udah kepikiran mau ke luar negeri, tapi nggak kepikiran bisa sampe dikejer anjing gitu wkwk, sedikit tips kalau ada anjing gitu jangan di tatap matanya, nanti dikira nantang

  21. Terbelalak sama harga penginapannya kak. Cuma 65ribuuu. Woww bingit. Btw, alma pernah dikejar anjing lari sekuat tenaga pun rasanya bakal ga lepas juga dari kejarannya. Ga tau teringat obrolan lama, katanga kalo dikejar anjing duduk aja kita. Auto duduk dong alma waktu itu. Karena hopeless banget jalanan sepi ga ada yg bakal dimintatolongin. Dan benerrr anjingnya berenti kejar kemudian balik arah. Alhamdulillah selamat. Wkwkwkk

  22. suasananya mirip kaya di Jogja ya klo dilihat sekilas. Ada benteng-benteng gitu. Btw klo ada anjing jongkok aja, atau cari batu hahahaha… biasanya anjing udah ngerti kita mau lempar pake batu. entah ya klo di India ngertia apa enggak ya gesture gitu hahaha

  23. Ping balik: Mengejar Batman & Badman di Chand Baori | Omnduut

  24. Ping balik: Melongo Takjub di Mehrangarh Fort | Omnduut

Tinggalkan Balasan ke tannayaangga Batalkan balasan