Pelesiran

Berani Dikejar Komodo di Pulau Rinca?

Foto oleh tim dokumentasi Pegipegi & Kompas.com

Saat tiba di Labuan Bajo, kami tidak langsung bermalam di kapal. Di hari-hari awal, kami sempat mengeksplorasi daratan Labuan Bajo terlebih dahulu, termasuklah mengunjungi Desa Todo tempat rumah kerucut Niang berada. Nah, begitu rangkaian perjalanan di darat selesai, di hari ketiga di Labuan Bajo, setelah sarapan, kami berpindah dari hotel menuju kapal.

Perjalanan dari dermaga hotel menuju Pulau Rinca seingat saya tidak terlalu jauh. Hanya dengan waktu 1 sd 2 jam, kami sudah tiba di dekat Pulau Rinca. Pulau seluas 25 ribu hektar dan menjadi bagian dari kawasan Taman Nasional Komodo bersama Pulau Komodo dan Pulau Padar. Selain menjadi bagian taman nasional, Pulau Rinca juga bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO.

Cewek Jepang Super Nekat Dikejar Komodo

Saya nggak tahu apa yang ada di pikiran si Ayako Imoto, cewek Jepang di acara game show yang rela mempertaruhkan nyawanya demi rating acara dengan cara mengikatkan makanan di badannya sehingga dikejar oleh Komodo. Nganu, apakah Ayako jomlo sehingga rindu rasanya dikejar pejantan? Sih dek abang aja yang kejar. Wakakak. Untuk lebih jelasnya silakan lihat video ini, ya!

Selain ngeri liat adegan Ayako dikejar Komodo, saya juga ngeri membayangkan proses izinnya bisa syuting kayak gitu hahaha. Kenapa? Soalnya setahu saya lumayan ketat untuk datang ke pulau ini, apalagi sampai syuting segala. Kami saja, yang syuting-begitu-doang harus izin khusus dan setahu saya ada biayanya.

Demi keselamatan, rombongan wajib ditemani oleh ranger alias pawang. Saat itu, saya dan rombongan ditemani oleh beberapa ranger yang salah satunya bernama Haikun yang sudah bekerja di Taman Nasional Komodo selama 3 tahun.

Berjalan menuju pos penjagaan pertama

“Ada sekitar 1500 Komodo di sini,” ujarnya menginformasikan. “Selain komodo, ada juga hewan lain seperti babi liar, rusa, kerbau dan burung.”

Masih ingat tidak dengan kejadian Loh Lee Aik, wisatawan asal Singapura yang digigit oleh Komodo? Kejadiannya tahun 2017 lalu sih tapi lumayan heboh saat itu. Ya, Loh Lee digigit oleh komodo kecil saat berjalan seorang diri tanpa ditemani oleh ranger.

“Makanya kalian tidak boleh jauh-jauh dari saya, ya. Liur komodo itu sangat beracun,” ujar Haikun.

Bayangin aja, ada lebih dari 50 bakteri bersarang di mulut komodo. Apalagi bakteri itu bersifat patogenik yakni sifatnya menginfeksi makhluk hidup sehingga menimbulkan efek sakit tertentu. Dan, begitulah cara komodo bertahan hidup. Jadi, hewan buruannya akan digigit dan dilepaskan. Nah, 2 sd 3 hari kemudian hewan ini akan mati lemas, dan saat itulah komodo mulai memangsanya.

Pos penjagaan.

Selama itu, komodo menunggu dan mengintai melalui indra penciumannya. Saya jadi ingat tulisan Trinity tentang komodo ini. Di mana, Yasmin, travelmate-nya sedang dalam periode haid saat berkunjung ke Pulau Rinca. Tapi ya gitu, selagi ada pawang, maka amanlah.

Menuju Pulau Rinca

Untuk menuju pulau ini, kami harus menggunakan sekoci kecil. Kapal yang kami inapi sebetulnya tidak terlalu besar, tapi ntah kenapa nggak merapat langsung ke dermaga. Seingat saya sih, memang ada peraturannya demikian. Apa mungkin sekitar dermaga sudah mulai dangkal? Ntahlah.

Hanya sedikit kapal yang merapat ke dermaga. Kapal lainnya “parkir” agak ke tengah laut.

Selamat datang di Pulau Rinca

Sebelum ketemu komodo, ketemu dulu sama monyet 🙂

Ada gerbang kayu yang menyambut kami. Di sanalah kami bertemu dengan salah satu pawang. Lucunya, alih-alih komodo, hewan yang pertama kali kami temui ialah sekumpulan monyet haha. Oh ya, hati-hati, monyet ini suka iseng dan menaiki kapal dan mencuri makanan. Setidaknya saya melihat adegan saat monyet menjarah sebuah kapal yang merapat ke dermaga.

Begitu berjalan memutari tebing, tak lama saya menjumpai gerbang utama Lok Buaya dengan patung komodo di sisi kanan dan kirinya. Dari sini, kami berajalan di jalur setapak yang untungnya sudah disemen sehingga lebih mudah dilalui. Eh, sebetulnya jika lewat jalan tanah juga bisa karena saat itu musim kemarau sehingga tanah kering. Nah, kalau masuk musim hujan baru deh becek ya pasti.

Jalan setapak menuju pos penjagaan

Pohon, kok kamu tumbuh sendirian ke tengah situ? pasti golongan darah kamu AB ya?

Kenapa dinamakan Lok Buaya coba? auk, saya lupa nanya hahaha

Kami tiba di kantor utama di mana berdiri beberapa bangunan lain seperti restoran dan toko cinderamata. Tepat di samping restoran itulah nampak belasan komodo tengah gegoleran santai haha.

Dalam hati saya ngebatin, “jangan kentut Yayan. Jangan kentut.” Foto oleh tim dokumentasi Pegipegi & Kompas.com

Eeh dia bergerak!

“Mereka ngumpul di sini karena mencium bau masakan dari restoran,” ujar Haikun.

“Tapi mereka tidak pernah kami kasih makan. Takutnya insting memangsa mereka jadi hilang,” sahut Haikun lagi.

Saya dan rombongan bergiliran berfoto. Harus cepat karena yang antre banyak dan juga kami gak pernah tahu moodnya si komodo gimana. Saya, Hafif dan Ridha lumayan beruntung bisa dijepret sama Bang Fikri dan tim dengan hasil foto yang kece kayak gini hehehe. Beberapa turis lain, baru mau foto eh komodonya udah pindah ke tempat lain.

Mulai Mengeksplorasi Pulau Rinca

Setelah selesai berfoto, bersama pawang kami mulai melakukan perjalanan mengeksplorasi Pulau Rinca. Ada 3 (tiga) jenis paket yang ditawarkan, yakni melalui short, medium atau long track. Karena keterbatasan waktu dan faktor kemalasan haha, kami memilih short track. Untuk jalur pendek ini, perjalanan diperkirakan memakan waktu 1 jam.

Untuk jalur menengah 1,5 jam dan jalur lama/panjang selama 2 jam. Bersama pawang kami berjalan beriringan melewati hutan menuju bukit yang nampak dari kejauhan. Di sanalah titik pemberhentian kami. Oh ya, karena jalan sama tim dokumentasi yang profesional, saya dan 2 rekan lain harus disyuting. Ya, berlagak jadi hartes gitulah hahaha.

Begitu melintasi pepohonan, Haikun menemukan satu hal unik.

“Coba lihat ini. Tahu apa ini?” tanyanya.

Mendengar itu kami semua menggeleng.

“Inilah kotoran komodo,” ungkapnya. “Kotorannya memang berwarna putih yang berasal dari tulang hewan yang ia makan.”

Taiknya komodo gaes!

Selama jalan, berbagai informasi kami dapatkan. Termasuklah satu fakta bahwa komodo berjuang hidup bahkan sejak pertama kali ia keluar dari cangkang telur.

“Iya, begitu keluar dari cangkang, bayi komodo langsung naik pohon selama beberapa waktu. Dia hidup di atas sana dengan memakan serangga.”

“Kenapa?” tanya saya.

“Sebab, mereka dapat dimangsa oleh induk mereka sendiri!”

Hi komo! malas ya kamu. Kerja bakti sana.

Wadaaaw! Kejam sekali induk komodo ini. Herannya, telur yang didiami di sarang itu dijaga loh sama si induk. Mungkin dijaganya dengan tujuan lain. Sebangsa, “lihat saja nanti, kalau kamu menetas, langsung saya makan.” Gitu kali ya pikiran induk komodo bersuara dalam hati dengan mata melotot macam Laili Sagita hwhw.

Menuju Puncak Pulau Rinca

Kurang lebih sejam kemudian, tibalah kami di puncak tertinggi Pulau Rinca. Haaa, pemandangan dari sana luar biasa indah walaupun rumputnya masih berwarna pucat, belum berganti hijau terang sebagaimana umumnya saat musim hujan tiba.

Naik-naik ke puncak bukit.

Dari atas bukit.

Tadaaaa, ini dia pemandangannya. Kapal kami tuh keliatan dari atas sini.

Kami sempat istirahat sekitar 30 menit di atas sana sambil melakukan pengambilan gambar alias syuting. Selagi nunggu Bang Fikri dan tim menyiapkan drone dan kamera, ya kami foto-foto tentu. Dari atas sana nampak kapal kami dari kejauhan dan juga pos ranger berikut jalan setapak yang tadinya kami lewati.

Untuk kembali menuju pos pawang, kami menuruni bukit melalui jalan lain. Sebetulnya dari pos hingga ke bukit lebih cepat lewat jalur ini. Tapi ya gak mungkin ngelewatin hutan dan menemukan sarang, kotoran serta hewan-hewan lain ya kan? Intinya, perginya lama, pulangnya cepat hahaha. Kami sempat menemukan komodo lain di perjalanan pulang. Namun, berhubung kami ditemani pawang, jadi aman.

Menuruni bukit. Pulang gaes, lapaaar.

Sementara kami pulang, itu rombongan yang baru datang.

Narsis sebelum pulang. Foto oleh tim dokumentasi Pegipegi & Kompas.com

Begitu tiba di pos jaga, kami istirahat sebelum memutuskan kembali ke kapal dan makan siang bersama. Ah, salah satu keinginan saya berjumpa dengan bintang film James Bond (nganu, si komodo haha) tercapai sudah.

Terima kasih kepada Pegipegi, Kompas dan Kompasiana atas kesempatan yang diberikan. Oh ya, bagi kalian yang tertarik jumpa dengan komodo juga, bisa loh join tur di Be Borneo Tour. Info lengkap bisa kontak Mas Indra di no telepon 0852-5150-1009.

Sampaikan salam rinduku buat si komo kalau kamu ke sana, ya!

25 komentar di “Berani Dikejar Komodo di Pulau Rinca?

  1. Jadi kangen dengan tempat ini. Kapan hari kapal mas indra bisa kok berlabuh di dermaga. Kami bermalam di sana malahan. Lumayan dapat sunset keren di dermaga

    • Kami bermalamnya di dekat Pulau Padar, jadi dapet sunset kecenya di sana 🙂
      Iya heran juga kenapa gak merapat. Tapi gakpapa, untung ada sekoci ^^

  2. Jadi ingat meme yg komodo anter go food ke rumah hahaha… Ah, indonesia kece banget ya…. Liat tiket pesawat ke indonesia timur kok mahal bikin nyesek ya om….

  3. Saya baru tau kalau induk komodo bisa makan anaknya sendiri 😮 by the way, viewnya bagusss dari puncak pulau Rinca tapi sayang masih agak pucat yaa warnanya jadi kelihatan seperti gersang 😀

  4. Mungkin game show-nya Ayako itu bayar mahal buat syuting, mas. Ehehe 😀
    View laut dengan bukit-bukit dan pulau-pulau kecil itu memang menakjubkan!

    Baru tau warna tai komodo itu putih. Jadi nggak terkesan jijik sama sekali sih. Baunya gimana, mas?

    • Aku gak mencium bau. Sama pawangnya malah dipegang. Aku emoh hahaha. Iya, pasti bayarnya mahal. Cuma biasanya yang model begini ribet ya. Tapi mungkin balik ke mahal itu tadi jadi gak ribet lagi :p

  5. Ternyata mamah komodo kejam ya…..pas lahir anaknya mau dimangsa segala…
    Komodo unik juga ya taiknya…berpola tapi putih di luar…kalau muka yang ga rata gitu putihnya pasti dikatain hahaha

  6. Ternyata mamah komodo kejam ya…..pas lahir anaknya mau dimangsa segala…
    Komodo unik juga ya taiknya…berpola tapi putih di luar…kalau muka yang ga rata gitu putihnya pasti dikatain hahaha

  7. Ping balik: Sukses Mengelabui Ketua Adat Kampung Melo | Omnduut

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan