Serba

10 Hal Ini Akan Bikin Kamu Mupeng Datang Ke Festival Lembah Baliem

“Mama, ko liat itu! Anjing dia besar sekali!”

Ujar Denias sambil menunjuk ke sebuah papan reklame bergambar sapi.

“Bodok! Itu bukan anjing, itu babi!” jawab Enos.

*   *   *

Ada yang masih ingat dengan dialog tersebut? Bagi yang sudah pernah menyaksikan film Denias, Senandung di Atas Awan, pasti ingat dengan adegan yang mengundang gelak tawa itu. Trus, apa di sini cuma aku sendiri yang kepincut keindahan alam Papua pasca menonton film itu? Hmm, aku tidak yakin hehehe. Aku rasa hampir semua penonton akan membuncah rasa penasarannya terhadap pesona dan keelokan alam Papua yang terlihat di film Denias.

Tahukah kalian bahwa sebagian besar proses pengambilan gambar film Denias dilakukan di Wamena? Dan ternyata, di Wamena setiap tahunnya diadakan Festival Lembah Baliem yang memperlihatkan ragam alam dan budaya yang ada di sana.

Terus terang, aku baru mengetahui tentang keberadaan Festival Lembah Baliem beberapa waktu belakangan saja melalui tayangan TV. Itupun tidak langsung ngeh jika yang ditayangkan adalah Festival Lembah Baliem. Aku merasa kecele saat tahu bahwa festival kelas dunia ini sudah berlangsung sejak tahun 1989 lalu. Para traveler dunia berbondong-bondong datang ke Wamena untuk menyaksikan festival ini.

Nah, jika berkesempatan berkunjung ke Wamena dan menyaksikan Festival Lembah Baliem, apa saja yang dapat kita temui? Persiapkan diri, bisa jadi 10 hal ini akan bikin kalian mupeng dan ingin segera terbang menuju bumi Cendrawasih.

“Sesak Napas” di Wamena

Bukannya kena asma, tapi sesak napas saking kagumnya dengan alam yang ada di sana 🙂 Wamena merupakan surge dan mutiara yang belum banyak tersebuh di pedalaman pegunungan tengah Papua. Kota yang terletak di lembah dan dialiri oleh sungai Baliem serta diapit oleh pegunungan Jayawijaya ini memiliki ketinggian 1800 meter di atas permukaan laut. Tak heran kualitas udara di sana masih sangat baik!

Wisata Kuliner ala Bakar Batu

Di Wamena kegiatan itu disebut Kit Oba Isoga. Walaupun intinya Bakar Batu adalah memasak bersama namun lebih dari itu. Kegiatan yang dilakukan secara gotong royong itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur, ajang silaturahmi dan juga dulunya dilakukan untuk mengumpulkan prajurid untuk berperang. Proses Bakar Batu ini adalah hal yang paling aku ingat dari Papua. Entah kapan, seingatku beberapa tahun lalu aku sempat melihat tayangannya di TV. Jadi, hewan ternak (biasanya babi) setelah disembelih dan dibersihkan, proses memasaknya memakai batu yang terlebih dahulu dipanaskan. Jika kalian dapat memakan makanan yang disajikan (tidak terbentur alasan prinsip), sepertinya mencicipi makanan Wamena wajib dilakukan. Jika terhalang prinsip –seperti aku, bisa kok mencoba makanan lainnya. Yang paling bikin penasaran itu adalah Udang Selingkuh-nya yang terkenal! Kenapa bisa dinamakan begitu? Katanya sih karena ukurannya yang besar seperti kepiting. Hmm, penasaran!

Atraksi Peperangan Antar Suku

Nah, di Festival Lembah Baliem akan diperlihatkan atraksi perang antar suku (suku Dani, Lani dan Yali) yang sekaligus memperlihatkan atraksi senjata. Senjata yang juga digunakan untuk berburu di hutan. Dari tombak hingga memanah, semuda dilakukan. Di Festival Lembah Baliem, adegan peperangan ini dipertontonkan dengan melibatkan 500 hingga 1000 orang! Biasanya mereka dibagi perkelompok dengan 30 sd 50 orang perkelompok.

Mencecap Kopi, Menikmati Alam

Bagi penikmat kopi, mencicipi kopi di Wamena tak boleh dilewatkan. Namanya juga daerah pegunungan, kan? Tempat yang cocok untuk menanam kopi. Katanya kopi di Wamena itu enak luar biasa. Penasaran? Yuklah dicoba!

Bertemu Mumi!

Ya jangan bayangkan mumi yang kayak di film-film jugalah ya hahaha. Mumi di Wamena ini adalah jasad para leluhur yang dinilai berpengaruh di masa hidupnya. Katanya sih sengaja diawetkan untuk mempertahankan kesejahteraan dan kemenangan dalam peperangan bagi para keturunannya. Selain itu juga sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur. Serem sih

Menghisap Tembakau Wamena

Rokok itu temannya kopi, bukan? Nah di Wamena juga ada tembakaunya. Sesuai keterangan yang ada di foto, Dalam buku “Use of Tobacco in New Guinea and Neighboring Regions (1924)”, Albert B. Lewis mengutip keterangan seorang penulis bahwa di daerah pegunungan Arfak di Papua Barat tembakau telah tumbuh, dirokok dan diperdagangkan kepada penduduk di daerah pantai “Since The Memory Of Man”. Sedang penduduk di beberapa daerah menerangkan, tembakau telah mereka kenal dalam jangka waktu yang telah sangat lama. Yang mau coba tembakau Wamena, monggo. Tapi jangan banyak-banyak ya! 🙂

Mencoba Pakaian Tradisional

Ini hanya bagi kamu yang berani! Hahaha! Tahu dong kalau di sana daerah terlarang laki-laki hanya ditutupi oleh koteka? Wanitanya sih masih mending ya karena tertutup rumbai-rumbai (walaupun sebagian besar masih tanpa penutup dada). Itulah penduduk Wamena. Jika bicara porno, itu mah balik-balik ke pikiran ya. Yang jelas kita harus menghormati tata cara kehidupan mereka yang telah berlangsung lama, termasuklah prihal cara berpakaian itu. Btw, kamu mau coba gak? Aku sih mau, tapi gak yakin ada koteka yang muat –ngeles hahaha.

Mari Bermain Musik

Tarian, lagu dan musik. Papua banget, kan? Di Wamena ada satu alat musik tradisional terkenal yang bernama Pikon. Sebagaimana keterangan yang ada di foto bahwa Seni musik memang kerap menjadi bagian dari identitas sebuah suku, yang lahir dari ekspresi perasaan individu para leluhur kreatif, pencipta barang-barang seni yang di dalamnya mereka tiupkan nyawa keindahan bebunyian nada dan menghidupkan beragam momentum tentang apa saja yang telah mereka titipkan sebelumnya dalam nada-nada memori. Suku di Lembah Baliem ini pun telah diwariskan identitas leluhur dalam berseni musik berupa alat musik tradisional bernama Pikon. Luar biasa menarik!

“Memotret” Kehidupan Masyarakat Papua

Memotret di sini dalam artian melihat langsung kehidupan masyarakat di Papua. Dimulai dari bangun pagi hingga kemudian tidur. Bagaimana mereka memasak, berburu, berpakaian, tinggal di rumah yang unik. Di sisi lain memotret juga dapat diartikan sebagai mengabadikan kehidupan mereka tersebut di lensa kamera. Katanya, penduduk asli sana sudah mulai komersil terhadap turis sehingga mereka akan dengan sangat ketat meminta kompensasi jika ada turis yang berniat memotret mereka. Nah, di Festival Lembah Baliem ini pengunjung dapat memotret penduduk asli tanpa harus menghadapi situasi tersebut.

Cari Gebetan!

Bagi kalian yang berstatus Jones Akuba (Jomblo Ngenes Akut Abadi) kayak aku, nggak ada salahnya berharap dapat menemukan jodoh di Papua. Cewek Papua juga cakep-cakep kok! Apalagi aku sendiri demen sama cewek yang berkulit eksotis hwhwhw. Ya kalau nggak nemu gebetan penduduk asli sana, siapa tahu ada wisatawan lokal lain atau bahkan wisatawan asing yang kecantol, kan? Hihihihi.

Mengenal Indonesia Lebih Dekat

Sebagaimana hikmah dari sebuah perjalanan adalah kita diajarkan untuk mengenal lebih dekat daerah yang kita kunjungi. Ketahuilah, seberapa berbedanya Papua dari kehidupan yang biasa kita jalani, Papua adalah (bagian) dari Indonesia. Mengenal Papua sama artinya juga kian mengenal negeri yang kita cintai ini. Perjalanan dapat mengajarkan kita bagaimana menyikapi perbedaan.

From project “Dani Tribe – West Papua”. #danitribe #wamena #robertofalck #daniTribeRFP #westpapua #worldtribes

A photo posted by Roberto Falck (@roberto_falck) on Oct 8, 2015 at 7:38am PDT

* * *

E POSTER FBLB 2016

Itu dia 10 hal yang dapat kita temui jika berkesempatan melihat secara langsung Festival Lembah Baliem.

Datang, saksikan, dan kenali warisan budaya, adat-istiadat, keindahan alam, dan potensi ekonomi kreatif masyarakat Pegunungan Tengah Papua dalam Festival Budaya Lembah Baliem ke-27 yang merupakan festival tertua di tanah Papua dengan tema “Warisan Budaya Sebagai Jejak Peradaban” pada tanggal 08 hingga 10 Agustus 2016 di Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, dan dilanjutkan dengan Karnaval Budaya pada tanggal 11 Agustus 2016 di kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

GRATIS Tiket masuk arena pagelaran selama festival berlangsung.

Untuk informasi lengkap, Like Fanpage dan Add akun Path Festival Budaya Lembah Baliem, serta Follow akun Instagram @BaliemValleyFestival”

DUKUNG SAYA KAKAK-KAKAK

Tolong dukung aku ya, agar mendapatkan kesempatan melihat langsung Festival Lembah Baliem ke-27 tahun 2016 ini. Caranya gampang buanget! cukup kasih like fotoku yang ada di Facebook dan Instagram. Terima kasih banyak atas dukungannya 🙂

FB : Klik Ini

Instagram : Klik Ini

banner-FBLB2016- (1)

Iklan

55 komentar di “10 Hal Ini Akan Bikin Kamu Mupeng Datang Ke Festival Lembah Baliem

  1. Cakep-cakep… aku dulu pernah ke timur tapi cuma sampai di Ambon dan Pulau Seram, Pemandangan alam Indonesia Timur memang menakjubkan.
    btw, sudah aku like tuh fotonya di insta, bonus komen. Semoga menang dan bisa ikut ke Papua ya….

    • Iya, Indonesia Timur itu cakepnya ampun-ampunan hehe. Baru liat di foto2 aja mas. Semoga bisa ngelihat langsung nanti 🙂 makasih mas Haris supportnya

  2. Seru banget ini pasti! Ga ada festoval apa2 aja udah nampak sangat menyenangkan, apagi ada festival yang nyuguhin banyak hal soal budaya di sana. Ngiriiiii. Top, Om!

  3. Aku pernah liatnya di tipi jugaak.. Trus kmrn dikasi kopi papua sama si boss…

    Gutlak ya ooom… Biar bisa menikmati lgsg indahnya alam papuaa..

  4. Oooomm!! aku dukung aku dukuuung…. like IG? done! facebook kudu juga? ummm… tarlah gampang

    Waw Lembah baliem… tempat yg sering aku sebut kalo aku mau kabur2an dan sering dijadiin candaan buat buang orang. Padahal itu tempat surga banget *malu sendiri*
    Kakek nenek aku tinggal di Jayapura dan sering bercerita ttg Papua dan begitu pula ayahku sering bercerita ttg eksotisnya Wamena… Jadi ya lembah baliem ini bikin teringat pada orang-orang yang aku sayang.

    Aku pengen lah ikut acara bakar batu, soalnya pernah makan dan babi itu enak (sumpah gak sengaja kemakan, haha)
    Itu penjual tembakau bikin aku ngakak, kenapa itu dia pake kaos kaki pink coba? haha…

    Eniwey semoga beruntung ya om, semoga kepilih. Amin 🙂

    • Muahaha perhatian aja sama kaos kaki pink :p btw lagian gakpapalah, daripada pake koteka pink.

      Hahaha, jadi inget sepupuku si Kaesang Pangarep saat disodorin kakaknya makanan yang ternyata babi. LOL.

      Duiihh enak bener punya keluarga di Jayapura, mupeeeng. Eh amin makasih sudah like. Btw aku gak bisa komen2 lagi di IG, kena hukum sama IG karena mensyen banyak orang hwhwhwhw

      • Wahahaa… yagapapa koteka pink asal gada gambar helokiti nya aja 😀

        Iya kalo ga sengaja mah gpp kali ya hehe… biasa aja sih, orang gapernah diajakin kesana 😐

        Waw seleb IG mah beda euy, sampe kena kuota mensyen segala… hehe

      • Seengganya kan hidupnya bebas om, ga terikat peraturan yang memaksa dan mendeskriminasikan kaum marjinal. Justru rakyat jelata itu kaum yang paling kuat, liat aja kalo mereka memberontak pemerintahan manapun bisa chaos, karena katanya suara rakyat itu suara Tuhan *ini aku ngomong apasih??!*

  5. Sudah lama pingin ke Wamena karena lembah Baliem, aku bacanya justru dari buku luar negeri. Tapi sayang, setiap kali kesana nggak dapat izizn dari keluarga besar. Kakakku pernha ditugaskan di Irian selam 5 tahun, dan…… setelah cerita dia, aku malah nggak diizinkan kesana. Nasib!

  6. Arghtt.. aku juga jatuh cinta pada alam papua sejak nonton Denias, dan beberapakali nonton pun emosi itu tetap terjaga. Heheh, sukses om ndut! 🙂

    • Iya, aku kangen pingin nonton ulang. Dulu masih sering diputer di TV sekarang udah jarang. Di utube ada sih, tapi tetep lebih enak nonton di TV 🙂

    • Muahahaha. Mentang-mentang ya aku item kayak totem hahaha. Like di sini gak dihitung hwhw. Pengumumannya udah keluar, aku belum beruntung 🙂

  7. Semoga dapat jodoh gadis Papua ya, Om. Nanti kalau ngasih undangan sekaligus sama akomodasinya 😀

    Btw, gutlak yes! Masih ada kesempatan. Semoga masih jadi rejeki 😉

  8. Dijamin kaga nyesal datang jauh2 ketempat yg juluki dengan jantungnya papua ini (wamena),apa lagi pas festivalnya,,wa kuereennnn bangat de…………….

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s