Kuliner / Pelesiran

Mencecap Nikmatnya Kumis eh Pempek Pak Raden

kaver 1
Hmm, baiklah aku mengaku, selama melewati masa kanak-kanak nan menggemaskan (serta diselinggi beberapa adegan perpeloncoan di sekolah) hingga sekarang memasuki usia remaja –uhuk, aku belum pernah sekalipun nyobain makan pempek di rumah makan Pak Raden. Padahal, nih warung eh restorannya tersohor banget! Letaknya pun di pusat kota yang bahkan dulu saat masih ngantor, dilewati setiap hari.

“Trus kenapa nggak pernah coba?”

“Nganu, aku setia sama pempek bikinan Cek Ipah”

“Heh? Enak emangnya?”

“Lha iya enak, wong bikinan ibukku sendiri.”

????????????????????????????????????

Pempek Pak Raden dari depan

Hehehe. Oke abaikan. Kalau mau coba, monggo main ke rumah –bukan iklan. Intinya, kalau makan pempek di luar rumah biasanya aku makan di tempat lain. Biasanya sih ke pempek SAGA atau pempek Sentosa yang deket rumah. Nah, dasar ya rezeki pemuda tampan semok kayak aku, berkat undangan dari Kementerian Pariwisata RI yang mengundang para blogger untuk menyaksikan Musi Triboatton 2016, di suatu siang yang lapar, kami diajakin untuk makan siang di Pempek Pak Raden. Yiha!

Makan Siang di Restoran Pempek?

Sejujurnya dalam hati aku kurang sepakat rencana makan siang di Pempek Pak Raden. Kenapa? Nganu, maklum perut Indonesia yang baru anteng kalau diisi nasi. Pikirku, “duh makan pempek doang nih? Mana kenyang!”

????????????????????????????????????

Ruangan ber-AC, banyak orang pemerintahan/pebisnis yang makan di sini

Eh ternyata, di sana nggak hanya jual pempek. Menu makan siang juga ada. Ah untunglah, bisa selamat nih perut! Hahaha.

“Mbak ini saya bawa rombongan blogger, saya minta dihidangkan menu sarapannya juga ya! Kita mau icip semua,” ujar mbak Nina.

????????????????????????????????????

Menu sarapannya semua dikeluarkan 😉

Alhasil, menu sarapan semacam Burgo, Lakso, Laksan dan Celimpungan yang seharusnya tidak tersedia lagi di jam makan siang, mendadak hadir di meja kami. Belum lagi ditambah dengan pempek dan teman-temannya (sate ikan, otak-otak, srikayo, sate daging/ayam, kue jajanan pasar dsb), rasanya aku akan kalap sekali siang itu!

????????????????????????????????????

Makan dengan ditemani lemari ukir khas Palembang

“Abang ganteng mau pesan apa?” tanya si mbak pegawai.

Aku melihat daftar menunya. Aku tertarik sama sup iganya yang nampak meggemaskan di foto.

“Saya pesan sup iga saja ya mbak manis.”

“Mau pakai nasi, nggak?”

“Nggak usah,” jawabku lagi.

Heh? Kok malah nggak jadi pesan nasi? Haha, iya, itu keputusan yang diambil dengan sangat cepat. Mengingat buanyak kali makanan yang dihidangkan di atas meja, maka aku pikir nggak perlu nasi dulu siang itu. Apakah keputusanku tepat? Hmm…

Sekilas Mengenai Pempek Pak Raden

Apakah restoran ini dimiliki oleh seseorang dengan nama Pak Raden? Nyatanya tidak. Pemiliknya adalah seorang ibu bernama Hj.Nurhasanah yang memulai usahanya pertama kali di tahun 1984 di kawasan Kertapati, Palembang. Dulunya pun namanya adalah “Kopi Itam”, baru di tahun 1986 berganti jadi “Pak Raden” karena kesukaan beliau akan tokoh Pak Raden di serial Unyil itu.

????????????????????????????????????

Bu Nurhasanahnya ternyata masih muda. Kirain udah tua banget hehehe

Karena usaha yang kian berkembang, di tahun 2000, usaha ini dipindahkan ke Jl.Radial. Lokasi ini memang sangat strategis karena dikelilingi oleh perkantoran dan pusat bisnis. Kini, bersama sang suami bapak H.Alimudin Halim, bu Hj.Nurhasanah mengelola tempat usaha mereka hingga sebesar sekarang dan memiliki cabang hingga di ibukota Jakarta. Keren, ya!

Yuk, Mencecap Kuliner Nusantara di Pempek Pak Raden!

Asyik ngobrol (dan ngunyah pempek tentu) bersama teman-teman blogger lainnya, tak lama sup iga pesananku datang. Tadaaaa ini dia penampakannya. Setelah aku foto –teuteup, aku seruput kuahnya. Huaaa segar buanget! Hampir sama dengan kuah sup buntut Bang Ali, sebuah restoran kecil di depan Internasional Plaza langganan keluarga kami. Iga yang dihidangkan juga cukup besar dan saat aku potong menggunakan sendok, iganya gampang terlepas. Luar biasa!

????????????????????????????????????

Sup iga ini rasanya juara!

Aku makan dengan sangat lahap. Selain memang lapar, rasanya juga juara. Sup iga aku habiskan dengan cepat! Hehehe. Setelah menghabiskan satu porsi sup iga, aku mulai mengembat makanan lainnya.

Hampir semua makanan aku cicipi saat itu. Untuk pempeknya sendiri, rasanya juga enak. Aku suka cuko-nya yang tidak terlalu kental namun rasanya tetap khas. Tidak terlalu manis dan rasa pedasnya pas di lidah. Oh ya, srikayo-nya juga enak. Mirip bikinan ibukku di rumah, namun di Pempek Pak Raden ada Srikayo durian. Rasanya? Uih, meleleh di mulut!

????????????????????????????????????

Pempek dan otak-otaknya

Minumannya bagaimana?

Pempek Pak Raden terkenal dengan es kacang merahnya. Mengingat porsinya yang lumayan banyak, siang itu aku memilih es jeruk saja. Ini adalah es kacang pesanan Maman yang dipakai ramai-ramai demi kepentingan dokumentasi hehehe.

????????????????????????????????????

Es kacangnya sampe diangkat-angkat gitu hehehe

Lalu, bagaimana dengan harga makanan yang dijual di Pempek Pak Raden? Untuk pempek kecil harganya masing-masing Rp.3.850. Otak-otak Rp.4.400, Burgo dan Lakso dihargai Rp.14.300 sedangkan Laksan dan Celimpungan Rp.19.250. Satu porsi sate ayam/sapi dihargai Rp.27.500.

Bagaimana dengan sup iga yang maknyus itu? Glek, ternyata aku memesan menu yang paling mahal Hehehe. Satu porsinya dihargai Rp.44.000. Ada juga yang pesan pindang patin, harganya Rp.22.000. Untuk nasi putih, 1 porsi harganya Rp.5.500. Nggak jauh beda sih dengan Pindang Warung Terapungnya Mbok Yah.

????????????????????????????????????

Aneka jajanan pasar/kue tradisional khas Palembang. Favoritku bolu kojo!

Yang mengejutkan adalah es kacang merahnya. Jika di restoran lain harganya bisa mencapai Rp.20.000, di sini harganya Rp.14.300 saja! Hehe. Herannya es jeruk dan minuman lainnya dihargai sama. Hmm, apakah minumannya dipukul rata harganya? Auk deh kenyang. Dengan total pembayaran (ditambah 10% pajak) setidaknya masing-masing dari (seharusnya) membayar sekitar Rp.80.000/orang. Gimana, murah atau mahal? Relatif ya. Namun dengan kualitas makanannya, menurutku harga tersebut masih wajar. (Namanya juga ditraktir hehe, kalau bayar sendiri rrrr)

Mau mencicipi Pempek Pak Raden? Yuklah main ke Palembang. Siapin duit yang banyak ya biar bisa klenger wisata kuliner di sini. Hwhwhwhw.

  • Pempek Pak Raden
  • Jl.Bridgen Dani Effendy (Radial) No.80-82
  • Palembang, Sumatra Selatan
  • Telp : 0711-375490/ 0821-7788-1110 (Hj.Nurhasanah)

60 komentar di “Mencecap Nikmatnya Kumis eh Pempek Pak Raden

  1. Salah banget nih pagi-pagi mampir ke sini. Langsung jadi laperrrr dan pengen semua makanan yang ada di foto itu :))

    Btw mas, yang bolu kojo itu kayaknya mirip sama bolu kemojo di Pekanbaru ya.

  2. Wallpaper restorannya ala ala Napoleon gitu ya hahaha. Duhh lihat gambar lakso dan celimpungan jadi ngilerrrr, cek Yan. Tanggung jawab kirim paket pempek komplit ke Solo! Hahahaha

  3. Waduh! *nelen ludah*
    Bolu kojo itu yg mana?
    untung rebo, jadi bisa makan apapun tapi bayangin makanan yg di poto *sedih*

    Si om pandai kali bercerita, jadi pengen banget ke Palembang wisata kuliner. trus pulang2 aku meletus haha banyak banget abisan yg pengen dicicip *nelen ludah lagi*

  4. wah jadi ini ya isi restoran pempek pak raden yang terkenal itu kukira isinya cuma pempek hehehe, aku belum pernah makan disini khawatir harganya bikin pingsan, gimana om rasa pempeknya dibandingkan dengan akiun, saga atau vico?

    • Akiun belom pernah coba nana. Kalo dibandingin sama SAGA, aku lebih suka Pak Raden. Harganya lebih masuk akal dan pelayanan jauh lebih baik.

  5. Ke Palembang kayaknya udah nggak boleh wacana lagi deh. Kebetulan Kakek kelahiran Palembang dan keluarganya banyak di sana juga. Masa ada darah Palembang belum pernah main ke sana?

  6. Dekat kantorku ada gerainya satu, Yan. Dekat rumah di Depok juga ada buka 1 tapi belakangan malah ganti nama, ga tau kenapa. Btw untuk urusan cuko, aku masih paling suka cukonya Vico, Yan. Lebih nendang di lidah.

    • Iya mas, Vico itu memang paling terkenal enak cukonya. Keluarga kita juga suka Vico, dulu ada warung dekat rumah, hampir tiap minggu beli, hanya untuk stok cuko-nya hehehe.

  7. Pempek yang enak itu gimana siiiiihhh??? Aku pas ke Palembang makan pempek Cek Ipah terus sama warung pempek yang dpn mall itu, lupa namanya. Sama-sama enak ehehehe 😀

  8. Siang-siang main ke blog ini dan nemu postingan makanan semua 😀

    Duh, Pak Raden, tunggu aku yaa. Hahaha. Emang pempek buat sarapan dan makan siang beda ya? Baru tau. Kalau di sini semua sama. Hahaha.

    Makasih, Pakdhe. Postingan ini sukses bikin ngiler 😀

  9. ealahhh … dulu mikir .. aneh juga, koq makanan Palembang di kuasai wong jowo. Ternyata penggemar unyil toh … Coba zaman sekarang baru muncul .. mungkin penggemar upin ipin ya .. 🙂

Tinggalkan Balasan ke hensamfamily Batalkan balasan