Pelesiran

Hati Gagal Berdesir di Po Lin Monastery & The Big Buddha Hong Kong

????????????????????????????????????

.

“Lam, kalo mau duluan gakpapa, aku istirahat dulu di sini.”

“Semangat bang! Dikit lagi sampe atas.”

“Aku ambil napas dulu deh.”

“Gitu ya bang, kalo kegendutan jadinya mudah capek.”

….. @%^D&A%M%N$^*I&$#%&

Huaaaa, aku sungguh merasa terhina. Aku itu nggak gendut Ilham! –jitak Ilham, cuma berbodi semok aja, hahaha. Err, kalau mau jujur sih, sedikit banyak bodi gempal ini mempengaruhi mobilitas juga. Jadinya rada enggap takkala menaiki ratusan anak tangga menuju The Big Buddha. Ditambah lagi malam sebelumnya aku kena insiden berdarah-darah, alhasil makin beratlah perjuanganku.

Aaah, andai ada dik Chelsea Islan yang menyemangati aku…

*   *   *

Pasca mengunjungi Snoopy World di kawasan Sha Tin, sesuai itinerary yang sudah dipersiapkan siang itu  kami akan menuju Po Lin Monastery dan The Big Buddha yang berada di satu kawasan yang sama. Namun, sebelum itu kami terlebih dahulu mampir ke Disneyland Hong Kong.

Mampir?

DSC_0874

Gerbangnya kurang megah ya :p

Iya mampir doang, kita berdua nggak ikutan masuk karena tiketnya bikin istighfar berkali-kali. Berapa sih? Nganu, cuma HKD 499 doang atau hampir satu juta rupiah. Murah ya? Auk ah. Yang jelas, aku gak rela ngeluarin duit segitu banyak kalo cuma ketemu Mickey Mouse dan kawan-kawan. Kalo di dalam ada dik Chelsea Islan sih aku mau –teuteup ya Chelsea disebut terus di blog Omnduut. Semoga gak keselek, amin.

Yang unik, kereta MRT menuju Disneyland ini didesain sedemikian rupa sehingga nampak begitu meriah. Kacanya aja berpola kepala si Mickey Mouse. Di dalam, kursi duduknya berbentuk sofa gitu, jadi empuk dan nyaman. Di dalam juga banyak patung-patung tokoh Disney. Pokoknya ceria abis deh! Begitu sampe, Ilham langsung excited buat foto-foto.

????????????????????????????????????

Tampilan dalam kereta MRT menuju Disneyland.

Bang gak mau difoto juga?”

“Nggak deh, gak doyan Mickey Mouse. Aku doyannya pempek.”

Lho? Gak apple to apple ya? Hehe maklum itu tengah hari dan laper banget! Sialnya gak ada pedagang di area luar Disneyland ini. Kalau mau makan ya kudu masuk dulu dan bayar. Huaaa! Untung aja bawa biskuit. Jadi lumayanlah, makan siang dengan biskuit –ngenes ya? :p

DSC_0882

Mickey Fountain. Ya kali :p

Kita berdua duduk tak jauh dari air mancur yang berada di dekat pintu masuk. Selagi duduk ngadem, banyak hal yang dapat diamati. Misalnya saja calo penjual tiket yang cakep abis, sepasang orang tua yang berantem (dari dalam MRT udah berantem sih hehe) atau juga seorang lelaki tua dan wanita muda yang asyik saling melumat bibir –hiy, dan tak ketinggalan pedagang kaki lima yang menjual topi dan bando tokoh Disney yang harganya juga bikin istighfar.

DSC_0884

Topi dan bando seharga puluhan dolar :p

Setelah bosan ngadem di luar Disneyland, kami berdua lantas memutuskan untuk segera menuju Lantau peak, yakni gunung setinggi 934 meter dimana The Big Buddha berada. Dari MRT Sunny Bay kami langsung bergerak ke MRT Tung Chung. Biasanya nih, kalau naik MRT itu gak bisa ngeliat apa-apa. Nah, dari Sunny Bay ke Tung Chung ini pemandangannya cukup menarik karena di sisi kanan terlihat laut dan kadang juga melewati wilayah pergunungan.

Sesampai di MRT Tung Chung, kami keluar melalui pintu exit B dan berjalan menuju Citygate Outlet. Nah, di bawah tangga ini terdapat pemberhentian bus yang akan kami gunakan menuju Ngong Ping. Namun ternyata, kini pemberhentian bis New Lantao no.23 dipindahkan ke terminal bus lainnya. Tidak jauh sih, kami hanya berjalan sekitar 10 menit dari sana.

Aku dan Ilham sengaja memilih menggunakan bus, bukan kereta gantung. Kenapa? Hehe lagi-lagi demi menghemat anggaran. Biarlah nanti pulangnya saja yang menggunakan kereta gantung. Nah ketika berjalan ke arah terminal bus, kami melewati stasiun kereta gantungnya. Namun karena melihat antrian yang berada di terminal, aku dan Ilham tidak terlalu memperhatikan cable carnya. Kita datang emang sudah siang sih, makanya ini antriannya rame banget! Bus berangkat tiap 30 menit dan satu bus kapasitasnya 50 orang aja. Dengan antrian sebanyak itu, menurutku aku baru akan berangkat 1 sd 1,5 jam kemudian. Alamak!

Namun untunglah, melihat antrian yang luar biasa, operator bus tiba-tiba mengoperasikan private bus untuk mengangkut kami semua. Bus yang awalnya berangkat tiap setengah jam kini menjadi tiap 15 menit. Lumayaaan. Ongkos dari Tung Chung ke Lantau Peak juga murah, kalau gak salah sekitar HKD 11,7 saja dan dapat dibayar menggunakan octopus card.

Perjalanan dari Tung Chung ke Lantau peak sekitar 30 menit. Pemandangannya itu loooh, waduh kece bener dah! Dari melewati lembah, perumahan elit di gunung, trus ada lagi dam besar, pantai, laut, gunung, semuanya laik untuk disaksikan. Walaupun aku pribadi rada ngantuk, namun aku berusaha untuk tetap terjaga untuk melihat semua itu.

????????????????????????????????????

Gerbang Piazza dengan patung Buddha raksasa di sisi kanan

Begitu turun, kami mendatangi sebuah meja yang membagikan peta gratis. Berdasarkan peta itulah kami mulai memilih tempat mana dulu yang mau didatangi. Jelas saja kejadian nyasar di The Peak sehari sebelumnya tak boleh terulang hehe. Setelah membaca peta, kami memutuskan untuk masuk ke Piazza Gate. Dari sana aja The Big Buddha udah kelihatan, huaa keren banget! Gak sabar ingin segera naik ke atas.

Kami lantas melewati gerbang berasitektur dinasti Qing dan melewati Bodhi Path, jakni jalan sepanjang 122 meter yang di sisi-sisinya terdapat 12 patung “Twelve Divine Generals” yang menggambarkan 12 shio.

DSC_0976

Twelve Divine Generals di sisi kiri dan kanan jalan

Di sini kami melihat pemandangan yang cukup menarik.

Bang coba lihat itu bule-bule.”

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Telihatlah beberapa bule yang asyik foto bareng sama… SAPI. Gak main-main, fotonya pake berbagai macam gaya. Gak cewek gak cowok, tua-muda semua nampak asyik foto bareng sama si sapi. Ya maklum deh, di negara mereka mungkin lebih banyak kuda, kangguru atau buaya ketimbang sapi hehe.

Kami langsung menuju The Big Buddha yang merupakan salah satu patung Buddha raksasa yang ada di dunia. Katanya, saking gede dan tingginya, patung Buddha ini bisa dilihat sampai Macau. Bener gak sih? Auk deh, bisa jadi begitu. Namun harus dibuktikan sih. –nunggu sponsor ke Macau. Hehe. Oh ya, patung ini baru dibuka dari pukul 10:00 hingga pukul 18:00 saja. Jadi, kalau ada yang penasaran pingin liat matahari terbit dari atas sana, kayaknya gak bisa deh.

DSC_0914

Very Big Buddha

Nah kembali ke cerita awal dimana aku terengah-enggah menuju ke atas, untuk menuju puncak Buddha, pengunjung memang harus melewati 268 anak tangga dulu. Haaa, banyak ya? Dalam kondisi normal aja pasti melelahkan. Apalagi aku yang kaki menyut tiada tara dan harus membawa badan segede gajah ditambah tumpukan dosa, rasanya lamaaa banget buat sampe ke atas. Apa aku menyerah? Nggak dong ah! Aku bisa naik ke atas kok!

????????????????????????????????????

Hop hop semangaaat!

????????????????????????????????????

Tuh anak tangganya

Patung yang bernama Tian Tan Buddha ini berukuran 34 meter dan beratnya lebih dari 250 ton! Bahan dasarnya yakni perunggu dengan kerangka baja yang dapat menahan beban berat. Nah, di sekitar patung utama Buddha terdapat enam patung perunggu berukuran lebih kecil yang diberi nama “The Offering of the Six Devas” dengan enam elemen berupa flowers, incense, lamp, ointment, fruit dan music to the Buddha. 6 elemen yang menjadi penyempurnaan dari kemurahan hati, moralitas, kesabaran, semangat, meditasi dan kebijaksanaan. Keren!

????????????????????????????????????

Salah satu bagian dari The Offering of the Six Devas

DSC_0933

The Offering of the Six Devas dengan latar belakang pemandangan seindah ini

Hidup itu penuh filosofi ya…

Lanjuuuut… nah dari atas sini pemandangannya warbiyasah banget! (eh kata ini lagi ngetop ya? Hehe). Pokoknya emejing banget dah. Gak sia-sia naik ratusan anak tangga, enggap-enggapan dan dihina (oleh Ilham) kalau bonusnya pemandangan sekece ini. Dari atas sini kelihatan laut yang seolah tak berujung. Hanya terpisah garis batas antara air dan langit. Kece banget dah kayak yang motret!

????????????????????????????????????

Dik Chelsea…. mana dik Chelsea

Dari atas sini Po Lin Monastery juga nampak elok. Aku ngebayangin film-film mandarin ketika pendekar shaolin berlatih dan bertarung. Jadi inget film Crouching Tiger Hidden Dragon, ya walaupun minus hutan bambunya hehe.

????????????????????????????????????

Po Lin Monastery dari kejauhan

Ntah apa yang ada di dalam ruangan di bawah patung Buddha ini. Aku dan Ilham sempat masuk ke dalam dan nampak rombongan pengunjung yang dibimbing oleh seorang biksu. Nampak altar-altar ibadah. Setahuku ada museum juga di sini. Kami sempat sih naik ke atas (walaupun ada tulisan dilarang naik hehe, maaf aku bandel, soalnya penjaganya senyum aja pas aku naik tangga). Nah ada pintu gitu di atas tapi gak bisa masuk karena renovasi. Bisa jadi itulah museumnya.

DSC_0918

Bangunan penopangnya aja segede ini

????????????????????????????????????

Mata Buddha yang teduh

Setelah puas memandang keindahan alam, aku dan Ilham memutuskan untuk turun.

Dih kok susah banget,”

“Sampeyan pegangnya jangan begitu, sik sik aku yang pegang hape.”

Dari atas aku melihat ada 3 sosok perempuan yang sibuk selfie. Dari bahasanya jelas banget dong ya berasal dari Indonesia. Tanpa ba bi bu, begitu melewati mereka aku bilang, “sini mbak, saya bantu foto.

Wah makasih loh mas, kita dari tadi mau minta tolong orang kok ya malu.”

Salah satu mbak-mbak yang kelihatannya pekerja asal Indonesia mengucapkan terima kasih. Setelah mengambil beberapa gambar, aku pamit duluan. Mereka? Lanjut selfie. Hwhwhw. Nah, untuk memasuki kawasan Po Lin Monastery, kami lagi-lagi harus melewati sebuah gerbang yang sekilas mirip dengan Piazza Gate. Namun gerbang ini nampak lebih tua (jika dilihat dari warna catnya yang sudah pudar) namun ornamennya nampak lebih detail. Cakep!

DSC_0959

Rentangkan tanganmu, dekaplah angin yang berhembus

Po Lin Monastery atau biara Po Lin didirikan pada tahun 1906 oleh 3 biksu yang datang dari Provinsi Jiangsu. Dulunya dikenal dengan nama Tai Mao Pung atau The Big Hut. Namun nama itu diubah pada tahun 1924. Biara ini awalnya dibangun sebagai bentuk dedikasi terhadap Guanyin, Goddess of Mercy. Kini, biara dengan arsitektur indah ini digunakan sebagai tempat retret para Budhis dari segala penjuru dunia.

????????????????????????????????????

Bangunan utama Po Lin Monastery

????????????????????????????????????

Patung Buddha di kuil lebih kecil di bagian depan

Beberapa pengunjung nampak ikutan beribadah juga di sini. Dimulai dari membeli perlatan sembahyang, lalu membakar dupa dan berlutut berdoa. Sungguh harmonis takkala sisi spiritual seseorang berpadu dengan keindahan alam sekitar.

????????????????????????????????????

Peralatan sembahyang

*    *    *

Hari sudah sore, saatnya untuk pulang. Seperti yang direncanakan sebelumnya, kami akan pulang menggunakan cable car. Untuk itu, kami harus melewati Ngong Ping Village. Judulnya sih Village, namun tempat ini tak ubahnya deretan pertokoan yang menjual berbagai macam benda. Terutama pernak-pernik oleh-oleh. Namun, sebagaimananya toko yang ada di tempat wisata, harganya mahal-mahal. Kami hanya melihat-lihat dari satu toko ke toko yang lain hehe.

????????????????????????????????????

The Big Buddha dari Ngong Ping Village

DSC_0981

Ngong Ping Village. Biasa aja sih cuma memang bersih dan unik

Begitu mendekati stasiun cable carnya, kami melihat sebuah restoran dengan label halal. Makanan terlihat tersaji di etalase. Namun kok ya begitu mau masuk pintunya terkunci. Duh duh duh. Ya sudahlah, kami makan di tempat lain saja dan memutuskan untuk segera turun menggunakan cable car.

Ternyata…

Cable carnya tidak beroperasi karena dalam perbaikan.

????????????????????????????????????

huhuhu

Terjawablah sudah kenapa antrian di terminal bus sangat ramai. Dan juga, aku tidak melihat kereta gantung yang berjalan saat antri bus ketika akan berangkat. Huaaa, kami datang di 3 pertama saat jadwal perbaikan diberlakukan. Andai kami datang 3 hari sebelumnya, jelas di blog ini akan ada cerita seru menaiki kereta gantung yang tersohor itu. Gagal deh berdesir-desir dalam hati saat menaiki kereta gantung.

Ya sudah, apa boleh buat, hikmahnya uangnya dapat digunakan untuk yang lain. Makan makanan halal di Kowloon misalnya? Dan membeli sedikit oleh-oleh di Ladies Market? Tunggu catatan perjalananku selanjutnya ya!

34 komentar di “Hati Gagal Berdesir di Po Lin Monastery & The Big Buddha Hong Kong

  1. Wajar aja dibilang gendut Yan, abis nama blog nya juga omnduut 🙂
    Tapi apapun itu, yang penting SEHAT dan banyak duit, jadi bisa tetap jalan-jalan kemana-mana. Betuuul?! 🙂

  2. Sebagai sesama gempal saya rasa saya cukup paham bagaimana beratnya mendaki di sana, Om :haha. Pasti susah apalagi dengan kondisi cedera gara-gara terlalu semangat menonton pertunjukan cahaya malam kemarinnya :haha. Namun terbayarkan juga lah ya dengan pemandangan semenarik itu :hehe. Dan saya agaknya cukup percaya kalau patung Buddhanya bisa terlihat dari Makau–ukurannya masif! Semasif harga-harga barang di sana–oh mesti menabung berapa bulan supaya bisa jalan ke Disneyland Hongkong?

  3. Ping balik: Islam di Hong Kong : Masjid Kowloon dan Restoran Halal Ziafat |

  4. Kayaknya klo jjs sama Omnduut asik nih bisa minta fotoin terus. Satu spot itu bisa sampai 1 GB klo ciwi2 jjs hahaha. Sebagai seseorang yang berbody semlohai aku juga dulu sempet ngos2an klo hiking sampai akhirnya aku melatih kekuatan cardio di gym, lebih kuat untuk hiking dan bisa ikutan dikit2 naik gunung tapi aneh gak kurus2 juga hahaha 😀

    • Buahaha, biarin gak kurus yang penting tetep sekseh -ajegile hwhwhw.

      Ya ya ya sini sini jalan sama aku, satu spot 4 GB juga boleh muahaha. *trus langsung ngintip poto poto di yuropnya, huaaa mupeng.

  5. Ping balik: First Snow in My Life : Gulmarg in India! | Omnduut

  6. Ping balik: Chin Swee Caves : Kuil Indah yang Bersejajar Langit | Omnduut

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan