“Kita beli makan malam di IndoMarket Victoria Park aja ya.”
“Cobain restoran halal dong bang!”
“Duh pasti mahal, kan? Lagian bakalan ribet nyari-nyarinya.”
“Hayolah bang, ini kan hari terakhir di Hong Kong.”
Hmm, bener juga ya. Ini hari terakhir di Hong Kong dan selama beberapa hari di Hong Kong aku makannya apa adanya banget. Ya sudahlah, mengingat uang buat naik cable car di Ngong Ping nggak kepakai karena keretanya sedang perbaikan, bisalah nyobain makanan yang bener di Hong Kong.
“Ya udah, tapi kita cari makannya di dekat Masjid Kowloon aja, ya!”
* * *
Selama di Hong Kong, terhitung 2 kali kami mendatangi masjid terbesar di Hong Kong ini. Di hari kedua kami berada di Hong Kong, aku dan Ilham sempat nyasar-nyasar demi menemukan kantin halal di masjid Ammar, Hong Kong. Sayang, ternyata kantinnya tidak terbuka untuk umum setiap harinya. Hanya hari Jumat pengunjung dapat ikutan memesan dan makan makanan halal di sana.
Sesuai namanya, masjid Kowloon ini memang terletak di kawasan Tsim Sha Thui, Kowloon. Berada di Nathan Road, salah satu jalanan panjang yang ada di Hong Kong. Makanya, jika mau ke sini, sangat penting untuk mengetahui pintu exit MRT-nya yakni exit A1. Asyik bener, begitu keluar pintu exit A1 belok kiri langsung deh ketemu Masjid Kowloon.

Orang yang pulang kerja atau jalan ntah ke mana, ramai di sekitar sini.
Nah, saat pertama kali datang ke sini, terlihat memang beberapa orang membawa spanduk kecil dan juga selebaran yang menawarkan makanan halal. Tapi, karena waktu itu kami sudah makan bekal yang dibeli di IndoMarket Victoria Park, kami gak tertarik. Tujuannya hanya mau shalat dan setelahnya jalan ke Avenue of Stars.
Bagaimana kondisi Masjid yang dapat menampung hingga 3500 jemaah ini?
Yang jelas, seneng ya ada masjid sebesar ini berdiri di Hong Kong. Secara, Islam di sini masih minoritas. Masjidnya gede dan berdiri kokoh di antara bangunan tinggi lainnya. Tsim Sha Tsui itu merupakan kawasan yang rame. Banyak pertokoan bagus berada di sekitar sana. Masjidnya beneran berbentuk masjid, bukan hanya flat/ruko sempit yang letaknya pun biasanya nyempil. Pokoknya keren deh!
Masjid yang bangunan aslinya sudah ada sejak tahun 1896 ini betul-betul terasa manfaatnya bagi umat Islam berbagai bangsa. Terus terang, 2 kali ke sana, aku lebih banyak ketemu pengunjung yang berasal dari timur tengah. Masjidnya sendiri terdiri dari beberapa lantai (aku agak lupa, 2 atau 3 lantai). Untuk tempat shalat, laki-laki dan perempuan dipisah. Laki-laki shalatnya di lantai paling atas dan seingatku lantai 2 itu tempat anak-anak usia sekolah belajar ngaji (semacam TPA gitu). Ya maklum, selain masjid, tempat ini juga merupakan Islamic Center, jadi banyak kegiatan yang dilakukan di sini.
“Lam, liat nggak tuh orang?”
“Yang mana?”
“Itu yang solat pakai celana pendek.”
“Bukannya gakpapa, bang?”
“Iya emang boleh sih, cuma dia mah kelewat pendek. Lha dengkulnya aja keliatan.”
Bener ya, berada di sebuah masjid dengan berbagai macam orang adaaa aja yang keliatan anehnya. Diantaranya si pemuda bertampang arab yang shalat menggunakan celana pendek itu. Padahal seingatku di lantai bawah disediakan sarung. Bahkan aku dan Ilham memakai peci pinjaman yang bisa dipilih sesuai ukuran di sebuah kotak di lantai bawah. Hmm… wallahu a’lam.
Oke, shalat selesai, saatnya mencari makanan halal.
Seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya, di depan gerbang masjid ada beberapa orang yang membagikan selebaran berisi menu andalan restoran mereka. Kami memilih satu, yakni restoran India yang kelihatannya menyediakan menu yang enak. Orang-orang ini begitu semangat menawarkan restoran mereka.
“Trust me, our foods are the best! And also cheap!” rayunya.
Kami melihat brosurnya.
“How much for chichen biryani,” tanyaku.
“Only HKD 55,” jawabnya.
Nah lumayan kan? Satu menu saja harganya bisa seratus ribu rupiah. Tapi, sekali lagi aku membatin, “kapan lagi, Yayan?”.
Aku dan Ilham berdiskusi sebentar dan sejurus kemudian kami sepakat untuk menuju restoran si bapak ini.
“Apa restorannya jauh?”
“Tidak, hanya beberapa toko dari sini.”
Dan benar saja, restorannya memang dekat. Kami berjalan tak sampai 5 menit.
“Sorry, where are you from?”
“I’m from Indonesia.”
“Oh great, I have plan to visit Kuala Lumpur next month.”
Heh? Maksudnya ngana apa? Haha.
“Indonesia and Malaysia si close enough, right?”
“Yes, why?” –dalam hati, ya kami memang “dekat”.
“Saya berencana membawa beberapa barang dari Mesir dan menjualnya di Kuala Lumpur. Saya pikir bagus juga jika saya menjual barang tersebut di Indonesia.”
“Oh, bagus. Kamu boleh saja mencobanya,” sahutku menyemangati.
Restoran Ziafat terletak di lantai 6. Kami bertiga dan beberapa orang menggunakan lift yang sama. Begitu masuk ke restoran, kami disambut oleh pemilik restoran.
“Halo selamat datang di Restoran Ziafat,” sapanya.
Seorang pegawai lalu membawakan buku menu. Hmm nampak lezat. Terus terang aku sendiri juga kangen makan makanan khas India. Dan, semoga saja rasanya sama enaknya dengan yang ada di Kashmir sana. Menu yang kami pilih tetap sama. Nasi Biryani Ayam.
Hanya butuh 15 menit bagi koki untuk menyiapkan pesanan kami. Beberapa pengunjung terlihat mulai mendatangi restoran Ziafat. Aku harus jujur, restoran ini cukup baik. Walaupun tidak terlalu besar namun tempatnya cukup nyaman. Kursinya berbentuk sofa sehingga empuk. Alunan lagu juga mengalun di restoran ini.
Dan, tadaaa… pesanan kami datang.
“Wah porsinya banyak bener!”
Ya, lauknya sih banyak. Ada 3 potong ayam. Kalo nasinya sih masih belum ngalahin nasi padang ya, hahaha. –dasar mamamholic. Ketika makan di sana, kami membawa air mineral dari luar. Selain emang persiapan buat jalan, kami khawatir harga air mineral di sana gila-gilaan. Jadi air mineral botolan yang dibawakan gak kami sentuh.
Dari awal aku sudah mengingatkan ke Ilham, “nanti kalau kita bayarnya lebih mahal, jangan kaget ya!”
“Kok gitu bang?”
“Iya, bisa jadi biaya tambahan. Pajak atau service feenya.”
Dan, benar saja, begitu membayar, tagihan kami menjadi HKD 144.
“Kenapa mahal sekali? Bukannya pegawai anda bilang harganya hanya HKD 55?”
“Harganya HKD 60 dan kalian minum airnya?”
“Tidak?”
Dia lalu menyoret air kemasan seharga HKD 20. Hmm masih tetap mahal ya?
“Service fee-nya HKD 2 ,” ujarnya lagi.
Tuh kan bener. Jadi ternyata harganya bukan 55 dolar melainkan 60 dolar. Ya sudahlah, untung aja makanannya enak jadi gak begitu misuh-misuh deh. Hehe. Restoran ini tetap rekomendasi kok. Makanannya enak, orangnya ramah, tempatnya nyaman. Cuma jika kalian tipe traveler kere kayak kami aku, mending diperjelas semuanya. Jangan sampe kaget ketika membayar jumlah lebih banyak mengingat harga makanan tidak tertera di buku menu.
Oh ya, untuk informasi
-
Masjid yang ada di Hong Kong bisa cek di discoverhongkong.com ya!
Masjidnya bak hotel mewah..keren bang..berarti bnyk china muslim ya disana
Iya betul 🙂 tempat wudhunya besar dan bersih. Begitu selesai ada semacam alat untuk mengeringkan kaki. Lantainya berkarpet jadi terasa hangat. Untuk mayoritas yang shalat itu dari timur tengah. Tionghoa ada tapi gak banyak.
Iya cukup besar bgt klo 3500 jamaah
Betul 🙂 lumayan banget ^^
Masjidnya mewah ya… btw lagu yang diputer di resto lagu apa, Yan? Penasaran… Hehehe
Lagu berbahasa arab mbak Dee. Nggak tahu judulnya apa hihi
Hihihi.. kirain lagu India 😀
Kalo lagu India, aku takut kelepasan mbak Dee hehe
Megah banget mesjidnya Yan. Semoga menjadi syiar Islam di sana.
Aku pun gak nyangka masjidnya sebesar itu mbak Lina 🙂 amiin amiiin
Resto halal tapi nipu2 juga dikit ya Mas hehehe…
Haha begitulan *miris*
Belakangan menurutku orang yang mengiklankan restoran di masjid Kowloon itu bukanlah pegawai restoran. Jadi dia mendapatkan fee ketika berhasil menggaet tamu seperti kami. Bisa jadi…. 5 HKD itu buat tipsnya :p
Iya Om, gede ya masjidnya. Kagum lihatnya. Soal makanan, sampe sekarang belom bisa euy Om mencocokkan lidah dengan makanan india. 😀
Aku juga gak cocok-cocok banget (apalagi kari) cuma kalo nasi sih mash okelaah 🙂
Kayaknya mesjid di Paris kalah dengan mesjid Hongkong ini. Setiap masuk ke mesjid besar Paris, sedih lihat tempat wudhunya (terutama yang untuk perempuan, yang laki-laki saya kurang tahu) yang kurang terawat.
Aku pernah baca blogger yang nulis tentang masjid di Paris. Bagus jugaaa 🙂 cuma kalo keadaan dalamnya (hingga bagian tempat wudhunya) aku kurang tahu. Apa pengelolanya kurang bagus ya?
Mesjidnya sih emang bagus bener-bener mediteranian banget arsitekturnya. Entahlah gimana pengelolaannya tapi itu jadi tempat turistik juga kok kalau turis non muslim masuk bayar 2€ kl gak salah.
Oh hampir sama kayak Masjid Jamik di Old Delhi. Turis asing juga harus bayar. Sialnya turis muslim kayak kami juga hampir dimintain bayaran hehe padahal wong mau sholat
Agak-agak scam nggak sih mengingat insiden dengan air minum yang harganya rada mahal itu… :hehe. Tapi kalau memuaskan sih tak apa, namun bagaimanapun kita tetap kudu hati-hati ya Om :hehe. Doh semua orang menulis tentang nasi briyani dan saya belum pernah makan nasi briyani :haha!
Cari Gar di Jakarta, kayaknya ada yang jual nasi biryani hehe. Tapi emang lebih enak nyoba langsung di negara asalnya Gar *ngomporin*
Iya, rasa asli selalu lebih mak nyuss :hehe.
Tentu Gar. Kapan mau icip pempek asli Palembang?
Cari waktu dulu Mas :hehe, cuti saya tahun ini sudah habis :huhu.
Biryani lagi 🙂 Tapi lihat dari penmapakannya kayak nasi kuning Indonesia.
Biasanya klo di negeri non mulsim dan sulit menemukan masakanan halal, aku makan buah aja, sekalian diet…. tapi lemes juga waktu jalan2 *elus2perut
Atau mirip-mirip nasi minyak Palembang hahaha.
oh my ….. kangen nasi briyani pake beras panjang itu… kecewa di medan kemaren pake beras solok hahaha
Ini berasnya panjang-panjang tapi nggak padat hehe
yuhuu…
Gw baca nya indomaret lho, ampe kaget oh ada indomaret juga disono hahaha
Kalo beneran ada, aku khawatir Alfamart akan buka cabang juga 🙂
waah porsinya banyak banget, dan kelihatannya yummy yaa…
Untukku porsinya sedang sih gak banyak hahaha. Dan iya lumayan enak 🙂
seperti bukan di hongkong ya mas..
Iya mbak Prima 🙂
Hampir salah fokus antara IndoMarket dan Indomaret om… Kirain di sana ada Indomaret juga hehehe
Btw itu air minuk 20 Dolar? Mahal juga ya… Dapat 2 galon mah kalau di Indonesia hehehe
Kalo galon abal-abal lebih banyak ya hahaha. Aku juga walnya ngira IndoMart eh ternyata bukan
Sudah lama ya keberadaan masjid ini.
Makanan India biasanya kaya rempah. Gimana rasa nasi briyani itu Yan?
Rasanya enak mas, lumayan apalagi itu mahal haha harus dihabiskan.
Salam, saya akan pergi berlibur ke hong kong pada bulan mac. Tempat hotel mana lebih sesuai- dekat dengan kowloon mosque atau masjid ammar. Thanks
Halo mbak Liya, maaf baru sempat dibalas. Menurutku lebih enak cari yang dekat masjid kowloon, lebih strategis. Bisa juga di kawasan tsim Tsha Hui dan kemaa-mana bsia naik MRt. Makasih 🙂
mas mao tanya, selama di hongkong itu lebih enak pake google maps ya? jadi bisa tau kalo dari hotel naek bus apa, naek mtr turun dimana….atau explore sendiri tanya sana sini sama orang yg bs bhs inggris? saya ada rencana mau kesana bulan depan jadi perlu tanya banyak biar ga bingung disana mao naek apa & jurusannya kemana…mohon sarannya ya mas…thanks
Hi Boci. Dulu saat aku ke sana di tahun 2015, aku masih gak ngeh soal gmaps. Aku pake gmaps selama di Eropa sangat ngebantu. Dan mestinya ke Hongkong juga akan sangat membantu. Jadi jelas nanti naik apa, turun mana berikut jam-jamnya. Good luck ya.