Pelesiran

Berdarah-darah di Avenue Of Stars Hong Kong

DSC_0765

.

“Bang nanti malam kita ke Avenue of Stars, ya! Kita nonton Symphony of Lights di sana.”

“Oke! Oh ya, kalau baca di blog mbak Vicky, katanya kudu datang 30 menit sebelum Symphony of Lights dimulai ya biar kebagian tempat duduk.”

“Kita berangkat sebelum magrib aja, bang. Kita solat di Masjid Kowloon dulu baru deh ke Avenue of Stars.

“Oke sepakat!

Kami bergegas menghabiskan bekal makan malam sore yang sebelumnya dibeli di IndoMarket tak jauh dari Victoria Park. Setelah makan selesai, kami bersiap mandi sendiri-sendiri dan dandan ganteng seperlunya. Aku sih gak perlu dandan ya, dari sononya sudah genteng (emang pake “e” bukan “a”) nah, kalo Ilham mah perlu, siapa tahu dapet cewek chibi-chibi nan kiyut di sana hehe.

Begitu selesai, kita langsung cus ke stasiun MRT terdekat dan langsung menuju Masjid Kowloon.

*   *   *

Walaupun muslim minoritas di Hong Kong, namun kukira umat Islam dapat hidup tenang di sini. Seneng banget rasanya bisa dengar suara azan di sebuah masjid di tengah kota Hong Kong. Masjidnya pun gede, bersih dan ramai jamaahnya. Dan bentuknya bener-bener masjid, bukan ruko/flat yang disulap jadi masjid. Nah, mengenai Masjid Kowloon akan aku bahas di postingan terpisah, ya!

Lanjut ke Evenue of Stars…

DSC_0752

Menara waktu di sekitaran Victoria Harbour

Dari Masjid Kowloon, kami tinggal berjalan kaki saja menuju Victoria Harbour tempat Avenue of Stars berada. Peta Hong Kong sih ada, cuma, ntah kenapa aku gak pede membaca peta di sini. Soalnya sehari sebelumnya sempat nyasar lama ketika mau ke Masjid Ammar. Cara paling praktis ialah dengan bertanya. Sayangnya, agak sulit menemukan orang yang dapat berbahasa Inggris (dengan cukup baik) di sana.

Lantas gimana?

Kasih lihat peta dan tunjukkan lokasi bertuliskan Avenue of Stars dalam versi bahasa Mandarin, baru deh nanya. Dan…. It’s works! Ngomong macam bintang iklan susu perut kotak-kotak. Duh, aku makin yakin kalo orang Hong Kong baik-baik. Walau gak bisa bahasa Inggris, rata-rata dari mereka menunjukkan jalan dengan senyum. Kami terus berjalan sesuai petunjuk orang-orang. Perlahan tapi pasti, gedung-gedung pencakar langit dengan lampu berkedip mulai nampak. Huwaaaaaa aku beneran di Hong Kong –tereak norak.

????????????????????????????????????

Udah deket banget menuju dermaga

Begitu sampai di harbor, orang udah rame bingits! Ada semacam landaian yang posisinya agak ke atas tempat orang menonton Symphony of Lights. Aku mengajak Ilham untuk naik ke atas. Satu demi satu anak tangga kami tapaki.

Tiba-tiba…

Bruk.

Suara gajah orang jatuh gedebuk-gedebuk terdengar sangat keras. Ada yang jatuh? Siapa?

…nganu sodara-sodara, ternyata orang itu aku. –nyengir

Hehe, nih ya, saking antusiasnya, aku sampe nggak sadar kalo tangga tempat duduk di sekitaran sana itu ternyata terdiri dari beberapa undakan dan ada lebih dari satu anak tangga. Karena nggak ngeh mengenai itu, aku lantas terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. –eh itu mah lirik lagu atuh. Begitu jatuh aku langsung berdiri euy. Sakitnya sih gak seberapa, namun malunya itu loh.

DSC_0756

Karena takjub melihat pemandangan ini, aku sampe jatoh >.<

“Are you okay?” tanya beberapa bule yang duduk tak jauh dari situ.

“I’m fine…. I’m fine,” jawabku cepat. Untung ya di sana gelap, jadi mukaku yang putih menahan malu ini nggak kelihatan. –sounds wrong? Auk deh. :p

Ya ampun, untung aja kameraku nggak jatuh dan rusak. Jika kejadian, alamat gagal semua agenda bernarsis ria di Avenue of Stars. Begitu sampai di pinggir anjungan, ternyata semua kursi sudah terisi. Waduh, kami sampai di sana pukul 19:20 lho alias 40 menit sebelum pertunjukan cahaya dimulai, namun ya tetep aja gak kebagian tempat. Ya sudahlah, aku dan Ilham lantas memutuskan duduk di pagar besi tepat berada di atas kursi yang sudah diduduki orang-orang itu.

Sambil menunggu pertunjukan dimulai kami ngapain? Ya foto-fotolah 😀 namun kita juga banyak ngobrol sih. Anu, lebih tepatnya ngobrolin orang-orang yang ada di sana hehe. Semacam ada bule cewek yang keliatan melirik bule cowok di samping kami –mungkin maksudnya melirik kami berdua, mungkin? Hahahaha.

Menunggu 40 menit di tempat secakep ini tentu saja nggak bikin bosan. Begitu waktu menunjukkan tepat pukul 8 malam, suara musik mulai terdengar. “Wah udah mulai, nih!” batinku.

Orang-orang mulai merangsak masuk ke depan kursi dan menutupi orang-orang yang duduk. Beberapa bule Eropa keliatan banget sebel karena tingkah laku orang-orang itu (ntah penduduk lokal atau turis juga, soalnya mereka mirip. If you know what I mean). Orang yang duduk di kursi lantas ikutan berdiri. Nah untung banget aku dan Ilham duduknya di atas (di pagar besi tadi itu), jadi kami tetap dapat melihat pertunjukan tanpa terhalangi orang-orang di bawah kami. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, bukan?

DSC_0777

Tuh banyak yang mendadak ke depan >.<

Pertunjukan Symphony of Lights berlangsung selama 15 atau 20 menit. Agak lupa aku. Trus gimana pertunjukannya? Jiaaah, cuma begitu aja. Terus terang, jauh di bawah espektasiku. Pertama, suara musiknya nampak terdengar samar. Kedua, cahaya yang bermain dari atas gedung-gedung pencakar langit kota Hong Kong ternyata tidak semegah yang aku bayangkan.

????????????????????????????????????

Keliatan gak sinar lampunya? memang kurang nendang sih.

Cahayanya hanya muncul sesekali dengan kekuatan sinar yang menurutku juga biasa saja. Aku sih belum pernah nonton pertunjukan serupa yang ada di Singapura ya, cuma sempat liat di youtube. Walaupun skalanya lebih kecil, namun menurutku yang di Singapura jauh lebih baik.

Kecewa banget ya?

Ah nggak juga. Kan tetap dapat melihat pemandangan secakep ini di Hong Kong. Aku tetap senang dan bersyukur kok 🙂

DSC_0791

Alhamdulillah cuaca malam itu bagus

Begitu mau beranjak, eh ternyata ada yang lagi melakukan pengambilan gambar untul pra-wedding. Aduh, jadi pingin… Pingin ngefotoin maksudnya haha. Makanya aku iseng ambil foto mereka. Beberapa orang yang lewat juga ikutan ambil foto. Calon pengantinnya keliatan hepi-hepi aja.

????????????????????????????????????

Cieeh calon pengantin, cieeh

Kami berjalan sekitar 5 menit untuk menuju lokasi utama Avenue of Stars. Secara konsep, Avenue of Stars ini sama halnya dengan Walk of Fame di Hollywood sana. Jadi, di sepanjang dermaga, pengunjung dapat melihat cap tangan/kaki dari para pesohor yang sebelumnya ditentukan oleh Hong Kong Film Award Association dan pembaca dari City Entertainment.

????????????????????????????????????

Avenue of Stars!

 

????????????????????????????????????

Siapa moto siapa ini? 😀

Ketika area ini dibuka pada tahun 2004 aja sudah ada 73 cap tangan/kaki pesohor (sekarang sudah ada 101 cap). Sayang sebagian besar aku dan Ilham nggak kenal :p yang paling familiar adalah cap tangannya Jet Li dan Jackie Chan. Makanya kudu antri buat berfoto di cap tangan kedua aktor laga terkenal ini.

DSC_0823

Jet Li mameeennn!

Nah, di sekitaran sini juga ada replica patung penghargaan insane perfilman setinggi 4,5 meter. Patungnya cakep dan lumayan nyeni. At least patung penghargaan film Hong Kong ini nggak botak kayak piala Academy Award aka Oscar ya hahaha.

????????????????????????????????????

Keren ya pialanya :p

Kami terus bergerak maju ke arah ikon-nya Avenue of Stars. Tak lain tak bukan adalah patung legendaries Bruce Lee yang berpose laga. Gak usah ditanya ramenya gimana ya! Yang jelas susah untuk dapat berpose dengan pemandangan clear kayak gini.

????????????????????????????????????

Mau pose kayak Bruce Lee tapi kok ya ngerasa gak pantes -lirik perut

Oh ya, aku jadi ingat, sebelum sampai ke patungnya Bruce Lee ini, aku berhasil mengabadikan Ilham berpose dengan Aqua Luna atau dalam bahasa setempat bernama Cheng Po Tsai yang berarti Kapal Air Bulan. Kapal ini emang tersohor banget ya! Aku ingat dulu di salah satu episode Amazing Race, pit stopnya ya di Aqua Luna ini. Dulunya sih ini kapal nelayan, cuma sekarang khusus digunakan untuk kepentingan wisata aja. Ntah deh berapa ongkos naik kapal tradisional Hong Kong itu :3

????????????????????????????????????

Aqua Luna yang eksotik

Hari semakin malam, saatnya untuk pulang. Kami melewati jalan yang sama dan mencari stasiun MRT terdekat. Untung saja pintu stasiun MRT ini banyak tersebar di sekitaran Tsim Tsa Shui. Jadi gampang banget untuk pulang. Perjalanan menyusuri dermaga Victoria sambil melihat hutan beton Hong Kong berakhir sudah.

Set dah, sebelum pulang ngeliat pemandangan bikin sakit mata gini gimana coba? Rasanya pingin ngedorong mereka ke air aja gitu. Muahahaha.

????????????????????????????????????

Pacaran ngajak-ngajak napa buahahaha

Ending : Lantas, bagaimana kondisi kakiku? Sakit banget! Sesampai di hotel aku baru ngeh ternyata celana jeansku sampai robek dan dengkul kiriku berdarah. Sebetulnya dengkul kaki kiri yang berdarah ini sakitnya gak seberapa. Yang parah itu dengkul kaki kanan yang lebam sehingga kakiku jadi agak pincang. Di tambah keesokan harinya jalan seharian di The Peak, sakitnya makin terasa! Padahal malamnya aku harus pulang dan bermalam di bandara. Nyesel banget nggak bawa balsem. Huaaaa.

46 komentar di “Berdarah-darah di Avenue Of Stars Hong Kong

  1. Wedew, itu berarti jatohnya lumayan keras Om… semoga cepat baikan yah… tapi saking takjubnya mengharap pertunjukan spektakuler, rasa sakit dan lebam itu tidaklah terasa :hehe. Mungkin ini teguran buat pengelola juga ya, ada baiknya kalau di setiap titian tangga dipasang penanda yang menyala dalam gelap kalau di atas masih ada tangga lagi sehingga pengunjung tidak salah jalan.

    Bagi saya, cahaya malam di Hong Kong itu tetap mengagumkan. Entah kenapa gemerlap yang terpantul itu keren banget. Dan perairannya tentunya tidak berbau seperti di Jakarta ya… :hehe. Bisa pasang tripod tidak ya, di sana? :hehe.

    • Banyak Gar yang pasang tripod 🙂 ada yang ngerekam juga kayaknya.

      Iya jatuhnya lumayan juga sampe lebam tuh. Soal penanda, aha itu ide bagus. Atau juga dikasih lampu kecil kayak di bioskop gitu kali ya 🙂

  2. Doh..Avenue of the star kelihatan sudah banyak berubah semenjak terakhir kali saya kesana. Om ndut beruntung banget bisa lihat Symphony Of Light (walaupun jelek yah 🙂 ).

    • Haha, agak di bawah espektasi aja mbak Vicky. Masih kece-lah buat dilihat 🙂 sekali lagi makasih tulisan tentang Hong Kongnya loh mbak Vicky. Sangat terbantu sekali 🙂

  3. Waduuh pake acara jatoh segala Om, untung banget kameranya gapapa *lalu dipelototin Omnduut* 😀

    Ditunggu lanjutannya! 🙂

    • Haha, padahal asli itu sakit banget. Kok ya tiap jalan aku selalu saja terjatuh. Waktu di Gulmarg aku jatuh sampe berkali-kali hehehe. Tinggal jatuh di hati yang tepat saja belom *eaaaaa

  4. Ping balik: Hati Gagal Berdesir di Po Lin Monastery & The Big Buddha Hong Kong |

  5. Kok menara di Victoria Harbour itu mengingatkanku sama jam Gadang di Bukittinggi ya? hehehe … Lain kali lebih focus ya Yan supaya gak jatuh lagi, udahlaaaah dik Chelsea biarin damai di Indonesia, gak usak dipikirin. Kamu liburan aja dulu hahahaha

  6. Ping balik: Fan Page Omnduut : Seberapa Penting Punya Fan Page Blog di Facebook? |

    • Huaa maaf baru balas mbak. Secara prinsip, kartu itu bisa dipakai oleh banyak orang. Namun, secara praktik agak sulit.

      Jadi, kartu itu diset sedemikian rupa agar dapat dipakai dengan jeda waktu sekian menit (seingetku 10 menitan), jadi kalau melewati tap pembayaran, kudu nunggu dulu selama itu baru bisa dipakai lagi 🙂

      Biar enak, masing2 orang punya sendiri.

  7. Jd intinya, ga terlalu menarik ya pertunjukan cahayanya :p. Aku ada masukin sih ntr pgn ke avenue of stars ini. Tp memang ga pgn2 banget mas. Dr dulu pertunjukan kyk kembang api, air menari ato cahaya yg begini, ga prnh terlalu menarik minatku :D. Lbh milih kulineran deh kalo g ada wisata yg lbh menarik 😀

Tinggalkan Balasan ke andrianefit Batalkan balasan