“Jadi, apa sebetulnya motivasi Ilham mengadakan kuis berhadiah Tiket PP gratis ke Hongkong ini,” tanyaku saat kami tiba di sebuah hostel sederhana di kawasan Mong Kok.
Ditanya seperti itu, Ilham tersenyum.
“Sebetulnya sih alasannya simpel bang. Aku hanya ingin cari teman jalan. Itu aja.”
“Wah sesederhana itu?”
“Iya,” jawabnya lagi sambil tetap tersenyum.
Walau aku merasa ada alasan lain dibalik kebaikan hatinya, namun aku cukupan pertanyaan itu sampai di sana. Apapun alasannya, itu adalah haknya Ilham untuk berbuat demikian, terlebih aku telah mendapatkan keuntungan dikarenakan hal itu 🙂
* * *
Perjalanan dari bandara ke hostel cukup gampang. Aku dan Ilham sudah mencari tahu mengenai transportasi menuju ke sana dan apa saja yang harus kami persiapkan. Diantaranya, kami harus membeli kartu sakti Octopus. Sebagaimana saran dari para traveler, kami pun membeli kartu multifungsi (karena dapat digunakan disebagian besar moda transportasi bahkan bisa dipakai berbelanja di minimarket semacam 7 Eleven) seharga HKD 150 ini.
Dengan kurs dolar hongkong yang hampir menembus Rp.2000 (Rp.1875 sih :p), kartu ini cukup mahal memang. Namun nilai kartu tersebut sudah termasuk deposit sebesar HKD 100 dan ketika kartunya dikembalikan, maka kita akan mendapat pengembalian dana sebesar HKD 50 (dipotong fee HKD 9). Gak kebayang kalau naik bus dan MRT kudu bayar tunai. Jika tidak ada uang pas maka tidak akan dikembalikan oleh supirnya. Nah kalau pakai Octopus, maka nilai yang didebit sesuai nominal tarif yang dibutuhkan.
“Uncle, we have to stop in Mong Kok station,” ujarku ke supir bus.
“Wait…wait… 2 station. Two… two…” jawab si uncle sambil menunjukkan jari telunjuk dan tengah secara bersamaan. Gawat kan kalo cuma nunjuk jari tengah aja :3 Ya deh uncle, paham, maksudnya 2 halte lagi sampe kan ya? Siplah! Aku kembali menikmati perjalanan menggunakan bus double decker ini.
Waktu menunjukkan hampir pukul 11 malam dan Hongkong jam segitu kayak masih siang. Rame banget! Apa karena aku tinggal di tengah kota, ya? Bisa jadi. Yang jelas, karena orang masih berlalu lalang di waktu selarut itu, aku menjadi tenang dan merasa aman. Sekarang tinggal mencari di mana lokasi hostelnya berada.
Hostel aka guest house kami berada di lantai 4 atau 11 sebuah gedung bernama Sincere House. Hmm, aneh ya? Namun begitulah tulisan di bukti pemesanan hostelnya. Setelah sempat nyasar beberapa saat, untunglah kami bertemu dengan orang-orang baik yang memberikan arahan dengan benar.
Terus terang, aku sudah siap mental menghadapi orang-orang cuek seperti anggapanku selama ini terhadap orang Hongkong. Ternyata nggak begitu. Walaupun sebagian orang yang ditanya tidak dapat berbahasa Inggris, namun mereka dengan baik hati mengantarkan kami dan menunjuk arah selanjutnya jalan mana yang harus kami lalui. Wah, aku bener berada di Hongkong, kan ya? Bukan Jepang kan? #kode.
Pintu masuk ke pintu utama Sincere House, ruang yang tersisa kecil sekali dan langsung berhadapan dengan 2 lift yang dijaga oleh seorang penjaga. Beberapa layar CCTV terlihat di sana. Bergegas kami menuju lantai 4. Namun, setelah diputerin sampe kentut wangi pusing juga kami tidak kunjung menemukan The Arch GuestHouse, hostel tempat kami menginap. Tiba-tiba, sekelompok personel Cherrybelle keluar dari sebuah pintu. Aku tidak menyiakan kesempatan ini untuk berkenalan bertanya.
“Mbak permisi numpang tanya. Nganu, kalian tahu kagak hostel ini di mana?” tanyaku sambil kasih lihat cetakan reservasi akomodasi.
Ada 4 cewek kiyut langsung mengerubuti aku dan Ilham malam itu. Semua pada ngeliatin kertas bukti reservasinya. Ada satu orang yang bahasa Inggrisnya agak lumayan.
“Sini bang, ikut eneng, coba kita tengok bang hostel sebelah sana.”
Begitu kami datangi, nama penginapannya “Mong Kok Hostel” jelas bukan, kan?
“Kayaknya bukan yang ini atuh neng,” ujarku ragu.
“Coba tanya dulu bang sama yang jaga. Atau abang ada no teleponnya? Biar eneng telepon.”
Si eneng cakep sudah mengeluarkan telepon dan bersiap-siap menelepon pihak hostel. Singkat cerita, belakangan ibuk-ibuk pemilik hostel muncul. Setelah dikasih lihat bukti reservasi, si ibuk bertampang ramah dan murah senyum ini angguk-angguk.
Ke-4 eneng Cherrybelle pamit pergi. Tak lupa aku dan Ilham mengucapkan terima kasih. Sayang lupa minta Pin BB dan nanya akun FBnya. Aaah, aku gagal.
Si ibuk pemilik hostel lantas mengajak kami menggunakan lift. Kami diantar ke lantai 15. Ternyata di sana sudah ada beberapa kamar hostel yang salah satunya menjadi tempat kami menumpahkan iler selama di Hongkong.
Begitu masuk kamar… ow, kamarnya sempit sekali! Terus terang, aku sudah menyiapkan mental mengenai penginapan selama di Hongkong. Sudah banyak blogger yang memperingatkan bahwa lahan di Hongkong terbatas, makanya penginapan mahal dan sempit. Namun, aku nggak ngira bakalan sesempit ini. Untung aja aku udah agak langsingan pas ke Hongkong, jadi amanlah. Masih bisa lewat kok pintunya aku. Gak usah terlalu khawatir gitu banget napa. :3
Si ibuk pemilik hostel mempemperlihatkan cara membuka dan menutup pintu. Tetap dengan senyum dan bahasa isyaratnya. Si ibuk ini sama sekali kagak bisa bahasa Inggris, euy!
“Nganu tante, kamar mandinya mana? Where is bathroom?”
Si ibuk menunjuk-nunjuk ke kamar. Pas dilihat, kagak ada cuy! Mana kamar mandinya coba? lha kamarnya ngepas banget sama 2 ranjang gitu. Karena komunikasi mentok, mau gak mau deh aku mulai memamerkan bakat aktingku. Aku berlagak seperti orang mandi. Gayanya seperti orang ambil gayung, siram air, sabunan sikat gigi, cebokan dan mandi. Tapi si ibuk tetep menunjukkan jari-jarinya ke arah dalam kamar.
Begitu aku cek, oalah! Ternyata ada pintu kecil dibalik pintu utama kamar. Untunglah, kamar mandinya cukup bersih. Ya sudahlah, lumayan deh. Tak lama si ibuk pergi dan kami mulai mengeluarkan isi ransel. Udah capek banget rasanya. Setelah mandi dan ngobrol sebentar, aku dan Ilham langsung tertidur lelap.
* * *
Pagi menyambut. Kami sudah bersiap menjelajahi Hongkong hari ini. Sesuai itinerary yang disepakati bersama sebelum berangkat, agenda kami pagi ini langsung menuju Victoria Park. Mungkin sudah pada tahu ya tentang taman tempat ngumpulnya para pekerja dari Indonesia ini?
Victoria Park sendiri merupakan taman yang mulai dibuka sejak Oktober 1957 dan diberi nama demikian pasca dibangunnya patung Ratu Victoria. Taman ini luas banget! Kurang lebih 19 hektare. Lumayan gempor kan kalo mau dijelajahi satu persatu.
Konon dulunya taman ini juga tempat berkumpulnya pekerja asal Filipina. Namun, karena jumlah pekerja asal Indonesia lebih banyak, pekerja asal Filipina mengalah dan pindah ke taman lainnya. Siapa yang berani coba ngelawan TKI galak macam pekerja dari Indonesia hehe. Dan benar saja, walaupun bukan akhir pekan, gampang sekali untukku bertemu dengan pekerja asal Indonesia di sana.
Saking femes-nya taman ini. Aktris sekaligus sutradara Lola Amaria bahkan pernah membuat film mengenai taman ini. Minggu Pagi di Victoria Park judulnya. Terus terang, aku baru nonton sebagian film ini di youtube pasca pulang dari Hongkong. Bagus sih filmnya, apalagi akting Titi Sjuman eh Rajo Bintang diganjar penghargaan di film ini. Keren –kasih jempol.
Seperti yang tertulis di situs discoverhongkong[dot]com, “This park is also where you’ll see choreographed tai chi sessions in the mornings.” Dan, benar saja, setelah menyusuri sudut seberang taman, aku melihat para lansia yang sedang melakukan tai chi. Persis kayak di film-film. Aku sangat menikmati gerakan-gerakan tai chi tersebut.
Di tambah lagi suara gemericik air yang terus terdengar dari selang kolam kecil yang berada tak jauh dari sana menjadikan suasananya makin terasa adem dan nyaman. Tamannya juga memang teduh karena banyak pohon (katanya sih ada lebih dari 5500 pohon di area taman ini) dan beberapa orang nampak duduk-duduk sambil menikmati bekal mereka.
Nggak heran jika taman ini dijadikan pilihan para pekerja dari Indonesia untuk ngumpul. Tamannya memang apik dan cocok buat santai, ngobrol dan mungkin pacaran (sayang aku salah membawa pasangan –abaikan), termasuklah untuk dijadikan arena berolahraga. Ketika kami datang ke sana, beberapa bule nampak sedang lari ke sana kemari. Padahal matahari cukup menyengat loh. Gak takut item bang? –itu sih guweh ya yang takut item. Takut dikira bola bekel dicoreng arang nyasar sih. :3
Lumayan banyak sih warga asing seperti kami yang melewati jalan setapak di taman ini. Ada yang memakai seragam kerja, ada yang memakai pakaian santai ada juga yang momong anak sambil pake gendongan kayak gini. Si anak keliatan hepi banget diajakin halan-halan menghirup udara segar. Gak kayak di Palembang, ngehirup asap :3
Hari semakin siang dan perut semakin lapar. Dari pagi hanya di isi air mineral dan biskuit aja (karena teko air panas di kamar hostel rusak). Untung pas jalan kami melihat ada restoran Indonesia tak jauh dari Victoria Park. Restoran Sedap Gurih namanya. Kami berdua sepakat makan di sana.
Ternyata….
Harga makanannya mahal euy. Risol 2 biji aja 12 HKD. Makanan beratnya berkisar diantara HKD 60 sd HKD 80. Jadi sekali makan kami bisa ngabisin uang Rp.100.000 lebih! Ogah deh.
“Kemahalan nih, kita cari tempat lain aja yuk,” ajakku ke Ilham.
“Iya nih mahal ya. Tapi gak enak bang udah duduk trus gak jadi.”
“Gakpapa kali,” ujarku meyakinkan.
“Mbak, kita gak jadi gakpapa ya, maklum mbak budget traveler, mbak.”
Alhamdulillah, alih-alih marah, si mbak penjaga restoran malah senyum dan memaklumi. Nah trus makan di mana dong? Untungnya sebelum menuju ke restoran Sedap Gurih, kami melewati mini market kecil bernama “IndoMarket” yang menjual makanan kotak.
Sebetulnya sih jika dibandingin sama nasi padang, harganya 4 kali lipat. Namun harga tersebut cukup pantas untuk ukuran Hong Kong. Aku memilih nasi kuning + ayam seharga HKD 26 sedangkan Ilham memilih nasi putih + ayam bakar dengan harga yang sama. Setelah makanan di dapat, kami memutuskan kembali ke Victoria Park dan makan di sana saja.
Sesampai di Victoria Park, kami mencari tempat yang nyaman dan teduh. Sebuah bangku taman kami pilih. Dan kami mulai menyantap makan siang kami.
Beberapa warga lokal yang juga duduk di sana memperhatikan kami. Orang-orang juga lalu lalang dengan bebas. Salah satunya sesosok perempuan yang dari wajahnya kelihatan banget kalau orang Indonesia. Dengan pedenya aku menegur, “makan mbak.” Dan dijawab, “Silakan, mas.” Tuh kan bener orang Indonesia!
Si mbak lantas duduk di bangku taman tepat berada di samping kami.
“Ini lagi jalan-jalan ya?” sapanya ramah.
“Iya mbak.”
“Dari mana?”
“Kalau saya dari Palembang, kalau teman saya ini dari Bogor,” jawabku sambil memperkenalkan Ilham.
“Lha dek, samo kito berarti. Ayuk ni wong Pagar Alam,” jawab si mbak Antusias.
Bahasa langsung ter-switch dengan sendirinya takkala beliau mengetahui aku dari Palembang. Kita lantas ngobrol dengan seru menggunakan bahasa Palembang. Di lain sisi Ilham nampak bengong sambil terus menikmati santap siang.
Jadi, ayuk atau mbak ini bernama Rika. Sudah menjadi pekerja di Hongkong sejak 8 tahun lalu dan belum sekalipun pulang ke Indonesia.
“Sengajo dek ayuk dak balek-balek. Lemaklah di sini, ayuk fokus nyari duit bae dan tiap bulan kirim duit ke rumah. Ketimbang di Indonesia ayuk pening, jadi ayuk di Hongkong sinilah.”
Wuih lama juga udah gak pulang ke Indonesia, ya!
“Tapi ayuk Minggu kagek balek dek. Makonyo ini ayuk belanjo banyak.”
Seketika aku melirik belanjaan ayuk Rika ini. Banyak memang, sebagian terlihat seperti mainan anak-anak. Untuk anak beliau atau keponakan aku kurang tahu.
“Jadi cakmano yuk gawe di Hongkong? Lemak dak? Apo ayuk pernah dapet masalah?”
“Alhamdulillah majikan ayuk baek dek. Malah majikan ayuk yang terakhir ini wong Belitong yang sudah lamo menetap di Hongkong.”
“Alhamdulillah kalo cak itu yuk.”
“Ini pas balek ayuk dibelike tiket Garuda. Dak sabar lagi ayuk nak balek.”
Baik juga nih majikannya ayuk Rika. Tiket PP yang dibelikan ialah pesawat full service sekelas Garuda.
“Doake ayuk yo dek, semoga dak ketemu pihak imigrasi nakal di bandara.”
“Memang ayuk pernah dipalak petugas bandara?”
“Pernah dek dulu, la lamo. Kalo kawan-kawan ayuk nah yang sering dipalaki. Cuma katonyo sekarang sudah dak terlalu dek. Ketat pengawasannyo.”
Semoga deh memang begitu keadaannya ya. Kasihan juga orang-orang semacam ayuk Rika yang dikenal sebagai pahlawan devisa ini ketika sudah bersusah payah bekerja di negeri orang, bertahun-tahun tidak bertemu keluarga eh begitu kembali ke tanah air kena palak petugas nakal.
Obrolan terus berlanjut hingga bekalku habis. Sekalian, mumpung ketemu ayuk Rika aku pun bertanya mengenai keberadaan KBRI. Tujuannya bukan ke KBRI sih, tapi ke bank nasional yang katanya ada cabangnya di seberang kantor KBRI.
“Yolah, ayuk balek dulu dek. Selamat jalan-jalan dan hati-hati.”
“Eh yuk kito foto dululah. Jarang pacak betemu sesamo wong kito di negeri uwong nih.”
Dan ini dia hasil jepretan si Ilham.
Setelah berpamitan, kami berpisah. Bagi aku dan Ilham, perjalanan hari itu belum ada setengahnya. Setelah ini, kami berencana menuju The Peak, kawasan tertinggi di Hongkong. Namun, perjalanan kami berdua untuk berlibur tiada ada apa-apanya dibandingkan perjalanan hidup para pekerja asal Indonesia seperti ayuk Rika ini. Bagi mereka, helaan napas dan tiap bulir keringat mereka adalah semangat mereka untuk terus mengabdi demi keluarga.
Semoga Tuhan selalu melindungi para pekerja Indonesia seperti ayuk Rika ini.
Victoria Park
- Alamat :1 Hing Fat Street, Causeway Bay, Hong Kong Island
- Telepon :+852 2890 5824
- Website: www.lcsd.gov.hk
Menuju Victoria Park
- MTR Causeway Bay Station, Pintu Exit E. Jalan terus di Jalan Great George sampai ketemu tamannya.
- MTR Tin Hau Station, Pintu Exit A2. Belok kiri dan keluar dan jalan ke depan hingga mencapai taman.
pertamax …. merinding maco percakapan kalian 🙂
btw rainyo memang pelembang nian
(cak gebetan aku dulu, abaike)
#laju kaboor
Ai yang mano nian gebetan Isna tuh. Men katek foto, hoax *siapsiappanggilYuni* hehehe
fotonyo diemail yo pak
Ayuk Rikanya cantekkkk 🙂
Setuju 😀
aku koq berharap ada story lanjutan antara kalian berdua dengan sekumpulan cherrybell itu…;P. hahaiii….
Btw…bilangin Ilham kalo dia butuh teman lagi untuk jalan jalan ke Eropa….akooohhh siap menemani. Korea juga mau….atau Kanada…atauuuu….umroh mungkin….lalalalala….
Korea tahun depaaan 😀 tunggu aja kuisnya mas hihihihi.
Iya, sayang banget dah gak sempat kenalan sama dik cherrybelle hehehehe. Si Ilham tuh yang nampak sangat menyesal hahaha *oopps, ntar Ilham baca komen ini* 😀
8 tahun kerja di Hongkong dan belum balik2 ke Indonesia… waaaa lamanyaaaa….
Btw, foto kamarnya yang sempit mana juga? 😀
Pantes ada yang kurang, tadi mau nambahin foto itu lupa. Segera mbak Eky 🙂
Hong Kong sama Singapura mahalnya sebelas dua belas hiks… Tahun depan ah ke Hong Kong.
lanjutin om sekalian buat referensi ke sono ehehe
Haha sip, bakalan dilanjutin ceritanya.
Ngelihat hongkong itu kayak saudara kembarnya Singapura
Alhamdullilah ya Yayan, Semoga next bisa menejajakkan Bumi Allah yang lain. Aamiiin
Eat well, Travel More. Tapi kalo Singapore sama Hongkong, jujur nggak bisa eat well, si dompet kena asma :)))
Kalo aku bukan kena asma lagi kali waktu itu dompetnya haha. Soalnya sudah nabung buat perjalanan selanjutnya, kepaksa deh tabungannya dijebol dulu :p
Amin, semoga mbak. Semoga bisa menjelajah semua benua yang ada di dunia ini.
Ya ampyuuunnn alesannya simpel banget! Gila juga ya si mas Ilham ini baek banget…
Hehehe iya. Cuma mau cari temen jalan 🙂
Seru amat siiih ini ceritanya, buruan lanjutin. Penasaran aku kaaaak 😀
Aku sampe berdarah-darah di Hongkong 😀 tunggu kelanjutannya. ^_^
Antara terharu dan salut dan campur aduk dan senang dengan kisah pertemuan ini. Doh, mohon maaf sekali karena saya baru membaca ini sekarang dan melewatkan beberapa tulisan sebelumnya Om :hehe. Bagaimana, ya… bertemu dengan sesama orang Indonesia di tanah orang, bahkan ketika ada banyak orang Indonesia di sana adalah satu cerita, tapi mendengar cerita perjuangannya adalah kisah lain lagi, pun 8 tahun di rantau orang tapi tak lupa dengan dialek kampung halaman adalah cerita lain, kamar yang sempit juga bumbu yang lain lagi, wah ini semua keren sekali Om :hehe. Saya penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya!
Soal kebaikan tiket gratis yang dirimu terima Om, saya rasa itu pantas karena dirimu sendiri sudah memberi kebaikan ke banyak orang yang Om sediakan tempat menginap saat pejalan itu bertandang ke Palembang. Tuhan memang sangat tahu bagaimana memuliakan orang-orang baik sepertimu!
Iya Gar, aku salut dia masih inget bahasa Palembang. 8 tahun gitu…. temenku yang 3 bulan pindah ke Jakarta aja sudah sok gue-elo dan udah lupa cengkok bahasa daerah *poor him*
Mengenai tiket gratis…. jadi serba salah aku komennya ini hehe. Alhamdulillah. Ya bisa jadi ini rezeki karena kebaikan-kebaikan kecil yang pernah aku buat. Tapi semua perbuatanku ke orang asing yang datang ke rumah itu biasa aja sebetulnya. Bukan sesuatu yang besar 🙂
Sayang sekali, padahal kalau bukan kita sebagai penduduk asli yang melestarikan bahasa daerah, siapa lagi?
Om dirimu memang pantas mendapatkan semua ini *acung dua jempol :hehe*.
Iya bener. Mungkin kalo ngobrol gue-elo itu dianggap keren sama dia :p aku sih kalo ketemu orang Palembang ya ngomong bahasa Palembang 😀
Ayo Gar ditunggu di Palembang. Weekend gateaway and kita wiskul-an di sini hehehe
Halo Mbak Rika…. *fokus langsung hilang di foto terakhir*
Halo halo *mewakili mbak Rika* *pasanghijab*
Jadi malu hati sama Ayuk Rika, 8 tahun ga pulang. Aku belum ada setahun rasanya kebayang2 mulu makanan rumah pengen pulang *kebayangnya makanan mulu haha. Penasaran Om lanjutannya.
Karena keadaan 🙂 bisa jadi beliau ada kesempatan pulang tiap beberapa tahun, namun beliau lebih memilih bertahan untuk meraup lebih banyak rezeki. Sekalinya pulang seperti sekarang, walaupun berstatus TKI aku yakin dia akan pulang dengan kepala tegak 🙂
Alih-alih Indomaret disana adanya IndomarKet ya Oom.. Hahaha 😆
Nyesel banget lupa foto Ge >.<
Kayak nggak di Hongkong. 90% barang yang dijual produk Indonesia. Pegawainya berbahasa Indonesia, yang beli juga bercakap dengan bahasa Indonesia hahaha.
Seru deh kalau baca tulisan Mas Yan, serasa ikut ngobrol dengan ayuk Rika 🙂
Tapi bahasa Palembangnya gak bikin bingung, kan? ^_^
Cantik si ayuk Rika. Kesian juga dah 8 tahun nggak pulang….
Iya. Namun syukurlah sekarang dia lagi di kampung halaman sepertinya. Bahagia berkumpul bersama keluarga 🙂
Ayuknya canteeeeeekk pisaaaaaaaaan 🙂
Yoi. Cocoklah duduk satu bangku sama orang ganteng. :3
oiya.. mas Ilham orang Bogor, ya.. pantesan seperti tidak asing..seperti pernah bertemu sekelebatan..entah dimana.. Gramedia Books Store Botani Square nampaknya…salah satu personel Cherrybelle yang bernama Novi itu jg org Bogor.. dewasa ini terlihat makin sexy (dalam arti yang positif), sih.. selamat melanjutkan ceritanya
Aha jangan-jangan tetanggaan hehehe. Lupa di daerah mana, rumahnya agak pinggiran kata Ilham mah.
nunggu lanjutannyaaa… dan maih penasaran kenapa si ilham ajak jalan2 gratis dan dirimu yg diajak…hahaha…
Mungkin karena secara tidak langsung aku “jual diri” di itinerary yang aku bikin mbaaak 😀
Suka sebel kalau denger cerita orang Imigrasi atau oknum-oknum yang malakkin TKW/TKI yang balik kampung ke Indonesia. Apa haknya coba dipalakkin kaya gitu. Aku pernah dengar, ada oknum yang ditanya macam itu, jawabannya: yaa bagi-bagi rejeki lah, di sana khan mereka gaji nya dollar. Ya ampun, ada aja orang yg pola pikirnya kaya gitu.
Btw, itu hotelnya semalam berapa Yan? dapat sarapan gak? Sempit banget ya kamarnya, gang senggol abis deh hehehehe
Sekitar Rp.350.000/malam bagi 2 mas. Untuk ukuran hongkong ini murah kali ya. >.< aslinya ada sih yang lebih murah lagi dari ini, cuma review di agoda jelek. Jadi kami ambil yang agak "mendingan" :p
Sarapan nggak ada hehe, jadi siap-siap bawa perbekalan sendiri dari rumah. Di bawah gedung Sincere House ini ada dijual makanan pinggir jalan, cuma ya itu, gak bisa makan. Lebih tepatnya gak berani makan karena gak jelas apa yang dijual.
Itu oknum imigrasi enak banget ngejedotin mukanya ke tembok oopps
Noted, segitu lumayan murah. Walaupun yang tidur di ranjangnya gak boleh terlalu tinggi ya. Itu Ilham aja keliahatan mentok ke tembok gitu kakinya 🙂
Keunggulan utamanya, lokasi hostel ini sangat stategis. Dari pintu keluar MRT Mongkok deket banget (Pintu D1 dan D2). Trus kalau mau ke Ladies Market yang tersohor itu jalan kaki 5 menit aja sampe.
Pas balik aku cek lagi di agoda, dan emang sih kamar yang kami tempati emang bener ada di foto. Jadi satu-satunya kebohongan yang mereka lakukan ialah, beda nama antara yang di agoda dengan yang aslinya. Selebihnya sih cukup okelah 🙂
Di hari terakhir, walaupun komunikasi via google translate, aku boleh pinjem komputer mereka buat web check in. Pada dasarnya mereka (pemiliknya, suami istri) baik namun kendala komunikasi jadi bikin mumet hehe
Agak aneh ya, padahal Hong Kong ini dulunya lama di bawah penguasaan Inggris, tapi banyak yang gak bisa bahasa Inggris. Tapi “lost in transalation” itu pengalaman seru khan pastinya …
Kadang kalo ketemu anak muda dan nanya, “Where is MRT station?” trus dia bengong sebengong-bengongnya itu heran juga mas Bart hehe. Cuma sekalinya nemu anak muda yang jago bahasa Inggris, langsung melipir aku, bahasa Inggrisnya kece, aku mah kebanting habis hehehe
Hahahaha jadi balik minder ya? 😀
Ho oh hahaha
Ya Ampuun, kamarnya sempiit bangettt. Kamu tidurnya pasti nekuk kaki terus ya Yan?
Mertua dan adik iparku sekarang juga di HK Yan, semoga keadaan mereka semua baik di sana dan pulang bisa hidup lebih baik, aamiin.
Ukuran ranjangnya masing-masing 2 meter kayaknya 🙂 seingatku aku masih tidur dengan nyaman, gak harus menekuk kaki. Sprainya oke dan selimutnya tebal dan hangat. Pada dasarnya aku juga gak terlalu rewel soal penginapan, yang penting nyaman, bersih dan murah hwhwhw. Kalo sempit seperti ini masih dapat ditolelir banget.
Mertua dan adik iparnya masih bekerja?
Serunya Om bisa ketemu ayuk Rika.
Soal penginapan kebayang sih begimana, tapi gak nyangka orang HongKong ramah ya. Berarti dapet cerita dari temen yang lagi sial aja kali ya di sana..
Iya mas Dani. Kesimpulanku itu setelah kurang lebih 4 hari berinteraksi dengan orang Hongkong. Kesimpulanku sih mereka ramah ya 🙂 bahkan pedagang di ladies market yang katanya nyeremin itu malah ketawa-ketawa ketika aku dan Ilham menawar dengan kejam.
Aahhh bisa banget ketemu Yuk Rika itu disitu, wong Pagaralam pulok! \(^_^)/ *ini baru namanya Pengalaman* btw ini masih lanjut kan ya ceritanya soalnya udah gelar tiker lanjut nyimak, hehehe
Masih lanjut dong hehe. Stay tuned yak hihi
Ketemu orang yang 1 daerah itu rasanya bahagia ya kayak ketemu sodara aja gitu 😀
Betul bangeeet 🙂 bahkan kalo lagi ngetrip di daerah antah berantah, ketemu orang sesama Indonesia aja udah seneng hiihi
Setuju beet om
Yan…, tolong sampein ke Ilham ya, besok-besok kalo perlu teman jalan lagi ga usah repot-repot bikin kuis atau soal kayak orang mau UNAS gitu… Cukup hubungi aku aja. Dijamin bakal langsung dapet temen jalan, bukan cuma 1 tapi 3 sekaligus (aku, suamiku & Lala) 😀
Ilhaaam Ilhaaaam *manggil-manggil Ilham* *wah Ilham pingsan baca komen mbak Dee* hahahahaha.
Semoga besok-besok Ilham bagi tiket ke Eropa. Mau aku jampi-jampi si Ilham biar aku diajakin lagi hehehehe
Ayuk Rika ayu beneran kayaknya ya om? Hehehe
Nggak cari jodoh di sana sekalian om? Hehehe 😀
Susah cari jodoh di sana. Kita beda prinsip. Prinsipnya aku demen orang sana, orang sana berprinsip gak demen sama aku *kejengkang* 😀
Lah? Iya gitu om emangnya? Apalagi kalau bule-nya gitu ya om. Lebih susah mungkin ya? Hehehe
Iya kali, soalnya aku gak nyobain nembak cewek sana sih hahahaha
Ping balik: Berdarah-darah di Evenue Of Stars Hong Kong |
Aku ngubek-ngubek blog Yayan pengen baca artikel lanjutan Hongkong yang ini haha. Waaah ketemu wong kito galo rupanyo 😀
Ho oh 🙂 ketemu wong kito galo hehehe
Ping balik: Hemat Pangkal Pelit di The Peak Hong Kong |
Ilham manaaaaa? Pingin ikutan nyempil iih.. biar bisa janjalan gretong gitu. Hahaha😀. Btw aku agak roaming pas baca percakapan dengan ayuk Rika nya… hehehe.
Ilham di Bogor hahaha. Iya bahasa Palembang emang rada begitulah, tapi gak yang bikin bingung banget kayak bahasa Jawa 🙂
Hehehe… aksen Palembang memang khas banget ya, banyak pake huruf O gitu😊.
Betuul 🙂 banyak O-nya ^^
dipikir2 gila juga ya .. travelling berduaan sama orang yang baru dikenal ….
tapi bakalan jadi pengalaman yang tidak terlupakan …
Iya, gak akan pernah terlupakan 🙂
Mantap ya kakak perjalanan nyaa wah sama persis pengalamannya sm saya. Ketemu pahlawan devisaa di Victoria Park..mbak2 nya baik2 sampe ngajakin saya jalan2 keliling hongkongg hhhehe…utk referensi ajaa kakak, nasi kotak makanan Indonesia yg lebih murah saya temui di North Point cm 16HKd sebungkus…, *maklum klo backpackers pastinyari yg semurah mungkin hhhehhe…btw di Mongkok penginapannya sekitar berapaan semalam kak?
Waaaah baru kebaca komennya 😀 aku menginap di Arch Guesthouse sekitar 500 ribu permalam, dibagi berdua. Kamar private 🙂