Serba

Menyetor Uang Receh di Bank. Apa Benar Sudah Tidak Boleh?

SHUT-UP-TAKE-MY-MONEY-620x348

Sumber gambar : metalluminati

Aku tergelitik membagikan sebuah berita di akun facebookku beberapa hari lalu mengenai seorang nasabah bernama Zulkifli yang ditolak transaksi perbankannya karena menyetorkan uang logam/receh di sebuah bank di kotanya, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Berbagai komentar muncul di akun facebookku tersebut, hingga kemudian muncul beberapa diskusi seru yang sepertinya menarik jika tuliskan, terlebih aku dulu pernah bekerja sebagai teller di sebuah bank, sehingga sedikit banyak aku dapat bercerita mengenai hal ini. 🙂

Seperti yang dilansir Kompas dot com di sini. Senin (5/1/2015) Zulkifli bermaksud mentransfer uang sejumlah Rp.510.642. “Saya serahkan sejumlah uang, termasuk satu keeping uang logam pecahan Rp.500 dan dua keping pecahan Rp.100, namun teller menolak uang logam tersebut,” ujar Zulkifli. Karena kesal, Zulkifli lantas menuliskan hal tersebut di social media hingga kemudian berita tersebut meluas dan menarik perhatian banyak orang, termasuklah aku.

“Jadi, apa benar sudah tidak boleh menyetor uang logam di bank?” Jawabannya : tidak benar!

Sampai hari ini uang logam rupiah masih dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negeri ini. Bahkan hal tersebut diatur dalam Undang-Undang, tepatnya pasal 33 ayat 2, UU No.7 Tentang Mata Uang yang berbunyi, “Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas keaslian Rupiah sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 dipidana dengan kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah)”

Nah loh, lantas kenapa si mbak teller ini menolak? Pertama, karena si mbak nggak mau dipusingkan dengan pembukuan di sore hari. Kedua, karena ketidaktahuan si mbak kalau menolak rupiah bisa dipenjara! Kalo aku sih lebih yakin ke alasan yang pertama ya. Hehe, si mbak teller masih nggak nyadar betapa perkasanya sosial media dewasa ini.

1005066Bukti-Setoran-BRI780x390

Uang logam yang tertolak *judul sinetron* ^^ sumber dari kompas

“Karena ditolak, saya ganti dengan pecahan uang kertas Rp.1000, tapi teller itu tidak kembalikan selisih dari yang harus saya terima, sebesar Rp.300. Itu kan hak saya. Saya setor Rp.700, tidak diterima, giliran saya ganti Rp.1000, malah tidak dikembalikan sisanya,” ujar Zulkifli.

Nah, salah satu temanku di facebook juga berkomentar yang sama yang pada intinya teller atau pihak bank sudah diuntungkan dalam hal ini. Benar sekali, sekecil apapun nilainya, tetap saja teller secara pribadi sudah diuntungkan. Tindakan ini tidak dapat dibenarkan. Salah satu temanku berkomentar seperti ini.

receh1-vert

Setuju sekali, seharusnya seorang teller harus menyiapkan uang kecil. Kalo aku pribadi, untuk menghindari komplain dari nasabah semacam itu, aku menyiapkan uang receh dari rumah. Jika pekerjaan mau lancar, ya harus usaha sedikit lebih banyak. Jangan hanya mau mengeluh karena cabang tidak menyiapkan stok receh sehingga nasabah yang jadi rugi.

Jika kasusnya seperti yang salah seorang temanku lontarkan di FB tersebut dimana kelebihan Rp.77, ya mau gimana lagi, karena memang tidak ada pecahan uang sebesar Rp.77. Untuk memperkecil kerugian nasabah, katakanlah diberi kembalian Rp.50, namun, terus terang, uang pecahan Rp.50 sudah susah ditemukan. Jika sudah demikian, setidaknya nasabah mengerti, namun teller pun jika melihat gelagat nasabah kurang berkenan, ya berikan saja pecahan Rp.100 sehingga teller akan nombok Rp.33. Nombok sejumlah itu bisa dihilangkan secara sistem di saat pembukuan kas.

“Lagian transfer kok aneh begitu jumlahnya, kenapa gak dibulatkan sekalian dari awal?”

Mungkin ada ya sebagian teman yang berpikiran seperti itu. Tapi kalo aku sih cukup memahami. Di beberapa transaksi keuangan, jumlah penyetoran dengan angka unik seperti itu normal terjadi karena sudah ditentukan secara oleh sistem. (contohnya pengisian deposit maskapai penerbangan), sehingga jika TIDAK disetorkan sesuai petunjuk, akan panjang urusannya karena jumlah uang yang disetorkan akan tidak otomatis sukses (deposit terisi) harus dilakukan proses secara manual lagi agar semuanya dapat berjalan semestinya.

“Lantas apakah tidak ada solusi terbaik?”

Kalau ketemu nasabah yang ngomel karena hal seperti ini, aku bisa jadikan kesempatan tersebut untuk mengedukasi nasabah. Sebetulnya, jika nasabah tidak ingin dirugikan, maka lakukanlah transaksi dengan cara debet rekening. Jadi berapapun uang yang akan disetor, akan terdebet sesuai nominal penyetoran. Mau Rp.1.025.038 misalnya? Bisa! Bahkan seharusnya jika nasabah melakukan transaksi melalui ATM atau fasilitas mobile banking (SMS, Internet atau Aplikasi mobile) nasabah tidak perlu mengantri di bank. Betul, kan?

Lantas bagaimana akhir kisah komplain pak Zulkifli terhadap pihak bank? Syukurlah, akhirnya pihak bank melakukan klarifikasi sekaligus permohonan maaf atas apa yang telah terjadi.

Nah sekarang aku mau cerita sedikit (eh mungkin banyak ya) tentang beberapa pengalamanku dulu saat masih menjadi seorang teller. Dulu, waktu aku belom kerja di bank dan terdampar di teller, Aku suka malu kalo cuma datang ke bank untuk nyetor duit dengan jumlah yang sedikit. Seenggak-nggaknya, kalo mau nyetor aku harus bawa duit di atas 200 ribu.

Duit yang aku bawa juga dengan kondisi yang baik. Malu dong ah bawa duit 200 ribu tapi isinya sepuluh ribuan semua, lecek pulak! Apalagi kalo duitnya sudah mengenaskan. Malu kuadrat dah!

Awal-awal jadi teller, aku shock! Apa yang aku lakuin dulu ternyata sangat berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Nasabah, kayaknya emang sengaja ‘ngebuang’ duit jelek ke bank. Sungguh, aku gak masalah kok kalo duit jelek yang akan disetorkan sudah disusun dengan rapi. Kadang ya, duit yang jelek dan bagus dijadiin satu. Bahkan kopurnya juga dicampur-campur. Aaarggghh.

“Bapak mohon maaf, untuk selanjutnya, terlebih dahulu uang bisa disusun rapi dan dipisahkan perkopur ya, Pak.”

“LHA APA URUSAN SAYA? ITU KAN KERJAAN KALIAN!” jawab si Bapak nyolot. Tuh kan repot jadinya!

“Jika uangnya sudah rapi, transaksi bapak akan jauh lebih cepat,” jawab aku dengan senyum yang sesungguhnya aku paksain.

PENGUMUMAN : DEAR NASABAH YANG TERHORMAT. INGET YA! TUGAS UTAMA TELLER ITU MENGHITUNG UANG! BUKAN MERAPIKAN UANG! Teriakku dalam hati.

Misalnya salah satu nasabah prioritas. Namanya Pak Hendi. Beliau sih baik, tapi aku suka rada-rada mual kalo ngehitung duit beliau. Kenapa? Karena Pak Hendi ini tukang jagal! Weew, pembunuh dong? Beliau adalah salah satu distributor daging sapi terbesar di Palembang.

Tiap kali nyetor, setidak-tidaknya 300 hingga 500 juta duit yang dia bawa. Bayangin! Duit sebanyak itu dalam keadaan basah dan berbau amis daging. Huek! Untung aja kopurnya besar. Aku mending (pura-pura) pingsan deh kalo harus menghitung uang sebanyak itu tapi pecahannya 10 ribuan. *biar dikasih napas buatan sama Chelsea Islan hahaha*

Pak Nafi lain lagi. Sebagai tangan kanan perusahaan pembuatan balok es, uang yang disetor Pak Nafi kebanyakan logam pecahan 500-an. Mabok bener deh kalo beliau datang dan membawa sekardus uang logam berjuta-juta! Walau begitu, uangnya harus diterima dong ya!

Uang kertasnya lebih parah lagi. Kopur tercampur dan uangnya bulukan parah! Belom lagi kondisi uangnya yang basah dan berpasir. Lengketnya bukan main. Hand sanitizer sebotol langsung habis. Pokoknya, aku bisa meraung-meraung kalo kedapetan Pak Nafi.

Dear nasabah yang baik. tahu nggak, ketika kami mendapati uang bulukan semacam itu, artinya kami harus bersiap-siap lembur. Pekerjaan yang biasanya kelar jam 6 sore harus kepending karena aku harus menyortir uang nasabah. Nelangsa banget! Makanya, kadang ada teller yang mengarahkan nasabah untuk menyetor ke cabang besar. Kenapa? Karena di cabang besar ada orang yang direkrut khusus sebagai tim sortir untuk merapikan uang.

Ada beberapa hal yang seharusnya nasabah lakuin sebelum menyetorkan uang di bank. Sekali lagi, sebetulnya sih untuk kebaikan dan kecepatan transaksi nasabah juga!

Uang jangan sekali-kali di stepler.

“Biar gak buyar.” Begitu argumen nasabah. Hmm, itu sih masih normal. Seorang nasabahku yang lain pernah bilang, “sengaja di necis, biar gak diambil tuyul.” Nooooh, juara kan komen nasabahku? Tapi nyatanya, tanganku kerap berdarah-darah ketika membuka stepler yang tertempel di duit. Berkali-kali malah! Masih mending ya kalo duit yang dikokot itu per 1 juta atau lebih. Aku pernah dapet nasabah yang setor 5 juta uang 50 ribuan, tapi tiap-tiap 100 ribu, uangnya dinecis pake stepler yang gede! Alhasil beberapa duit robek! Hiks. sebetulnya banyak cara yang bisa dilakukan agar duit rapi dan gak buyar kok! Pake karet gelang kek, atau bikin ban uang hand made untuk mengikat uang juga bisa.

Makanya sempet ada jargon dikalangan para teller. “Seseorang bukan teller sejati kalo belum ngerasain selisih kas dan tangan yang berdarah-darah!” Aku setuju!

Uang dipisahkan perkopur dan pergepok.

Kopur itu adalah pecahan uang. Nominal yang kita kenal sekarang yakni pecahan IDR 1000, 2000, 5000, 10.000, 20.000, 50.000 dan 100.000. Memang sangat jarang nasabah yang menyetor uang namun membawa satu jenis kopur saja. Katakanlah akan menabung 2 juta. Bisa saja dalam dua juta tersebut terdiri dari berbagai macam kopur. But, please dong, susun uangnya dari yang paling besar ke kecil, atau sebaliknya. Itu untuk memudahkan teller menghitung uang dengan cepat dan teliti.

Satu gepok uang itu terdiri dari 100 lembar. Jika menyetor dalam jumlah banyak, pisahin aja langsung pergepok, sehingga begitu datang ke bank, teller tinggal menghitung uang di mesin.

Aku pernah kedapetan nasabah yang membawa uang kopur 5000 dalam satu plastik hitam penuh! Uangnya masih acak dan gak tersusun rapi. Begitu nasabah ngeluarin tuh duit, uang melayang kemana-mana. Oh my lord, satu nasabah aja aku habis waktu setengah jam!

Uang disusun perkepala

Maksudnya uang disusun dengan susunan gambar yang senada. “Buat apa? Kan sama saja?” Eits jangan salah. Dengan penyusunan uang dengan susunan gambar yang sistematis, teller bisa mengecek keaslian uang di lampu UV dalam satu kali tarikan pengecekan.

Dengan menarik satu ujung sisi uang yang sudah diikat dengan karet gelang atau di ban, teller bisa mendeteksi keaslian uang dalam sekali tatapan. Pada tahu dong kalau tanda air itu terdapat di sisi belakang duit? Nah jika uangnya masih kebolak-balik, tentu teller akan membutuhkan waktu lebih lama pendeteksian di lampu UV. Iya kalo nyetornya cuma 10 juta. Masih sangguplah bolak-balik uang segitu. Nah kalo setornya 1 miliyar?

Uang dalam kondisi rapi tanpa terlipat

Sebagian nasabah akan melipat-lipat sebagian uang untuk mendandakan uang tersebut pas hitungan persekian jumlah. Misalnya, setiap 10 lembar uang akan dilipat lalu digabungkan sehingga menjadi klop satu gepok. Hmm, boleh-boleh aja sih. Teller juga bisa menghitung uang di mesin dengan mengurangi lipatan yang ada. Jadi misalnya uang lembaran 100 ribu dilipat per satu juta lalu dijadikan pergepok. Dengan hitungan 90 lembar di mesin hitung, artinya uang klop 10 juta. Tapi bagi seorang teller, itu masih beresiko jika diantara uang yang dilipat ada uang palsu. Ujung-ujungnya bisa nombok!

Uang plus contekan

Bagaimanapun teller itu manusia biasa yang kadang khilaf kalo ngitung duit. Beberapa nasabah aku yang kecerdasannya di atas rata-rata, kerap bawa contekan perhitungan uang. Maksudnya, si nasabah punya catetan berapa uang yang ia bawa dan akan disetorkan.

“Yang 100 ribu itu 4,5 juta. Yang 20 ribu 1,8 juta, 5 ribuan 740 ribu. Total Rp. 7.040.000,-” Nah, kalo nasabah sudah sebegitu yakin dengan contekannya, teller tinggal mengklopkan perhitungan dengan catatan yang dibawa. Jadi lebih praktis dan meyakinkan, bukan?

Itu sebagian kecil cara praktis bertransaksi di teller. Sungguh! Sekecil apapun usaha seorang nasabah untuk mempermudah kinerja seorang teller, akan sangat berdampak besar terhadap transaksi secara keseluruhan. So, mengenai tips di atas. Please… Duit eh Do it!

***

Kisah di atas adalah salah satu pengalaman selama menjadi teller. Kisah lainnya dapat dibaca di buku ini. Untuk mendapatkan buku ini, bisa kontak saya melalui DM di IG, FB atau twitter, bisa juga di gramedia dan di toko buku online lainnya. Terima kasih.

9

 

106 komentar di “Menyetor Uang Receh di Bank. Apa Benar Sudah Tidak Boleh?

    • Betuuul banget 🙂 pada intinya sih jadi teller itu asyik asal gak nombok hahaha. Ketemu ratusan nasabah berbeda setiap hari itu sedap-sedap ngenes hahahahaha

  1. Kalau ketemu dengan nasabah yang tidak menata uangnya, ya teller bisa juga berlagak “sok sibuk” menghitung dan menata uang. Yang bete kan nasabah juga, menunggu di depan teller tanpa melakukan apapun selam 35 menit hahahaha

    • Haha sayangnya nggak bisa begitu. Kenapa? karena tiap transaksi itu ada waktu layanan maksimal. Misalnya setoran hingga 25 juta, maksimal hanya 1,5 menit standar layanan waktunya.

      Kalo nasabahnya nggak dibantuin yang ada kena omel lagi kitanya hihihi. Tapi kalo nasabahnya sudah “kelewatan” kita bisa kok menyuruh nasabah minggir dulu, biarkan dia merapikan uang dulu. Nanti kalo sudah, dia gak perlu ngantri lagi. Itu harus dilakukan jika antrian sedang ramai. Kalo nggak dibegituin, nasabah yang masih antri yang akan marah 😀

  2. Hihihi salam banker!
    Tipsnya edukatif bgt.

    Ak malah g pnh liat uang scr nyata, ogah juga sih klo denger pnglaman yg kyk begitu. Hehehe. Yg jelas, uang itu jd tmpt hidupnya bakteri yg sgt subur ya 🙂

    • Sayang aku bukan banker lagi sekarang haha, salam nasabah! 😀

      Ini 1,5 tahun pertama aku jadi teller. Lumayan sehari bisa ketemu minimal 200 nasabah. Bener, tuh duit jelas banyak kumannya. Apalagi yang bulukan haha. Makanya setiap teller biasanya punya hand sanitizer sendiri-sendiri 😀

  3. Waaahhh baru kali ini tahu soal “kenapa antrian di teller bisa lama sekali” dari sisi pandang (mantan) teller. Jadi kebayang kalau jadi teller repotnya gimana, apalagi kalau nemu selisih uang.

    Kalau di sini, favoritku itu pegawainya bank yang hobi mandi sendiri, tellernya asyik. Pernah waktu itu masnya kaget pas tahu aku nuker 100 dolar buat bekal jalan2 ke negeri singa menyembur. Kayaknya pas nunggu aku tanda tangan, masnya ini harap2 cemas, duitnya cukup apa enggak.

    2 minggu setelahnya, pas ke teller lagi, ternyata masnya masih inget dan nanyain kabar duit 100 dolar yang dulu hihihihihihi

    • Iya mbak Dian. Aku pernah ya kedatangan nasabah bawa duit satu plastik item semua dan buyar sama sekali gak disusun. Sama teller koordinatorku, si nasabah disuruh minggir dan disuruh merapikan uangnya sendiri. Begitu selesai teller koordinatorku bilang, “tuh pak, untuk menyusun uang bapak butuh setengah jam, kasihan nasabah lain kalo kudu nunggu selama itu” Hahaha.

      Untuk ngeklopin uang kas sama sistem itu sebisa mungkin dilakukan berkala (minimal banget pas istirahat makan siang). Semakin lama jadi teller semakin tahu tekniknya ngeklopin uang tanpa harus tutup teller. Jadi uangnya dipisah dan uang yang baru disetorkan ditempatkan di bagian lain. Kalo sudah ketahuan selisih, kita bisa kok tutup teller sebentar dan dibantu ngeklopin uang sama teller koordinator.

      :))

      • Enak kalo ada HT nya. Kalo d unit ku cuma ada KCM. Dan beliau sibuk ke arena perkreditan. Jadi aku sering bingung nanganin nasabah, takut takut salah sikap. Hufh.

  4. Menarik juga kisahnya.
    Kebayang dapet duitnya tukang jagal. Kalau selembar dua lembar masih bisa tahan, sekoper? Menetehenn.
    Pernah kejadian muntah beneran?

    Mau beneran bunuh diri kalau ngitung duitnya pak Hendi pecahan 10ribu sebanyak 500juta? Ati ati lho kalau ngomong.

    • Nggak pernah sampe muntah mbak. Paling sampe bersin-bersin 🙂

      Oh ya, yang soal bunuh diri, haha ya maaf, itu becandanya ada kelanjutannya, cuma aku buang dan bagian bunuh dirinya gak teredit. Ini adalah salah satu cerita yang ada di calon bukuku. *semoga diterbitin, amin* bahasa dibuku dibikin lebih cair dan becandaan, nah harusnya disamping kalimat itu ada kalimat lainnya. Aku edit aja postingannya, makasih sudah mengingatkan.

  5. Ping balik: Ketika (mantan) Teller Menjadi Nasabah dan Melihat Teller Lain Bekerja |

  6. Mana bukunya? Kapan terbitny? Apa judulnya? Aku aj sample readernya. 3 hari titik koma eyd nya ku benerin deh.

  7. Hiks ATM Ku yg di telan mesin ATM nggak bisa diambil. Ribet amat, apalagi aku foreigner. Akhirnya kuikhlasin, ngurus waktu balik. Dan nolak semua titipan, Karena nggak bisa ambil doit.

    Riber ya jadi teller, belum lagi diomeli nasabah yg isok sibuk. Dan jarang ke bank. Smua dah e banking 🙂

    • Ribet-ribet seru mbak hihi. Suka duka campur jadi satu. Yang cerita lebih heboh disimpan, siapa tahu jadi buku. *yang ditolak penerbit mulu itu* huhuhu

  8. Jiahaaha…kocak dan seru. Nggak nyangka Cek Yan dulu pernah jadi teller. Pantesan dandanannya rapi jali hihi. Btw makasih oleh-olehnya yaaa.

    Aku pernah punya pengalaman pahit nyetor uang infaq mushola ke bank. Masalahnya aku nggak tahu kalau setor uangnya harus rapi-rapi banget, jadi uang sejuta lebih, recehan seribuan kuikat karet gelang. Ternyata tellernya ngomel-ngomel. Hikss….nangis di tempat. Sedih. Kan aku nggak tau. Setelah itu sebelum setor uangnya aku setrika biar jegreg kayak uang baru tanpa lipatan 😀

    • Wah dandananku biasa aja mbak hehehe malah cenderung urakan 😀
      Duh itu teller teganya, harusnya dikasih tahu dengan baik dan gak ada tuh pake acara penolakan segala. >.<

  9. apakah teller akan menginformasikan jika uang yang kita tabungkan ternyata ada kelebihan setelah dihitung ? karena beberapa hari yang lalu saya ada nabung memang saya bilang ke teller nominal yg saya ingin tabungkan sebesar 8 juta tapi ternyata uang saya itu (keyakinan sya) ada 9 juta dan saya tidak memperhatikan saat teller menghitung. saya sadar malam hari saya ngecheck uang saya. dan telah saya tanyakan kembali ke bank tempat saya nabung kata mereka tidak ada kelebihan saat penghitungan transaksi saat itu. padahal saya harap bisa liat disisi TV.untuk memastikan apakah uang saya lebih. sapa tau teller juga lagi khilaf karena sebelumnya dia bertanya akan menabung berapa pada saya. menurut mas gmana? saya penasaran banget..

    • Kalau kami (nggak hanya aku, namun juga rekan-rekanku sesama teller) PASTI akan menginformasikan jika ada kelebihan mbak Rita. Kenapa? karena kami sangat sangat sangat meyakini adanya karma. Jika mengetahui nasabah kelebihan setor dan kami katakanlah pura-pura nggak tahu, maka nggak sekarang tapi nanti kami akan mendapatkan balasannya (selisih kurang).

      Ada satu kejadian, saat aku menerima setoran uang nasabah. Beliau menyetor 1 juta. Setelah dihitung di hadapan nasabah tsb memang satu juta. Nah keganjilan terjadi ketika aku mencampur uang tersebut dengan uangku yang lain. Ketika dihitung mesin jadi 101 lembar (sebelumnya uangku di kas 9 juta dan aku yakin memang 9 juta). Bisa jadi uang nasabah di depanku ini kelebihan karena uangnya masih baru dan kemungkinan lengket ada.

      Aku meminta izin ke nasabah, dan menginformasikan BISA JADI uang yang ia setor lebih. Aku meminta ia menunggu selagi aku mencocokkan uang di kas dan di sistem. Nasabah mengerti dan bersedia menunggu 2 sd 3 menit. Aku bahkan ngecek sampai 2 kali karena khawatir nanti malah akunya yang nombok. Dan bener, uangnya lebih selembar 🙂

      Jadi begitulah mbak Rita. Jika memang mbak masih penasaran, mbak bisa datang lagi dan menemui kepala cabangnya. Tapi memang posisi mbak nggak begitu kuat, tapi tidak ada salahnya mencoba. Jika memang teller berlaku curang, percayalah mbak, di kemudian hari beliau akan mendapatkan masalah yang jauh lebih besar ketimbang kecurangan yang sudah ia perbuat. 🙂

      Oh ya untuk pengecekan CCTV, bisa jadi dapat membantu jika memang CCTV ditempatkan mengarah ke posisi teller. Kebanyakan setahuku posisi CCTV mengarah ke posisi nasabah jadi angka yang biasanya terlihat di mesin hitung mengarah sebaliknya. Namun dicoba lagi aja mbak, nanti aku di update kabarnya ya 🙂

  10. Aku setujuuuuuuuuu banget rasanya terharu baca blog ini karena paham banget sama yang aku rasain soal per teller an. Terkadang sering ketemu nasabah yang mikirnya kalo teller adalah bagian dari pelayanan yg harus melayani nasabah dengan baik dalam kondisi apapun termasuk kalo nasabah mai setor uang dalam kondisi acak acakan ancur lebur. Uang pecah, kopur tidak teratur, di steples, dan dalam jumlah besar plus kebolak balik. Yg sebelnya lagi kalo ditegur dengan sopan pun malah dia yg mencak mencak. “Kamu digaji kan buat ini?” Omg kesel banget.
    Kurasa baik teller ataupun nasabah harus saling pengertian, kalau uang tersusun dengan baik transaksi akan jadi mudah dan cepat. Sehari itu bukan cuma satu dua orang yg mau transaksi. Jadi karena teller juga manusia makanya kalo nemuin nasabah yg gak kooperatif kadang susah buat kasih senyum. Gak enak loh rasanya harus senyum manis padahal hati lagi kesel. Jadi suka kelepasan jutek. Kadang nyesel juga kalo abis jutek in nasabah. Tapi gimana dong?
    Apalagi aku jadi teller di bank unit kecil yg tellernya cuma satu. Walaupun unit tapi bisa menerima transaksi hampir seperti di cabang kecuali kliring, rtgs dan bg. Jadi jumlah nasabah sama banyaknya sama cabang tapi yg menangani cuma satu orang. Kebayang gak gmn pengen nangisnya kalo harus stuk di satu nasabah yang setor uang berantakan dan dalam jumlah besar? Ngeliat nasabah lain numpuk dibelakang rasanya pengen nangis. 😥
    Sekian curhatnya…

    • Wah memang berat sekali kalo kerja di unit yang hanya 1 teller. Begini aja, jika nasabah protes bilang ke nasabah suruh bikin surat di kotak saran penambahan teller. Harusnya kepala unit juga bisa ngelihat sih sebatas mana kemampuan kinerja 1 teller. Pukpuk mbak Nana, semoga tetap semangat.

      Kalo bener-bener uangnya berantakan, bisa disuruh minggir dulu mbak, kayak yang pernah aku coba. Semoga selanjutnya si nasabah datang dengan bawa uang rapi.

  11. wkwkwkwkwkwk belom lagi termasuk resiko mandul klo kelamaan jadi teller dan berurusan ama uang yang lecek dan bau g jelas kan om? ups.. 😀

    jadi sales yang tugasnya ngutip uang dari pelanggan itu jauh lebih sakit dari pada teller om :))

    • Hahahahaha beneeer 🙂 kalo jadi sales yang tugasnya ngutip uang lebih susah bisa jadi apalagi kalo ketemu nasabah yang susah ditagih. Tapi ya ada enak-gak-enaknya semua 😀 kalo jadi sales, pusing di kantor bisa keluar. Kalo teller, paling kalo mumet masuk WC buahaha

      • saya punya uang sobek yg sobek bagian pojokan yg hilang cuma 2cm.itu mau saya tukar niat meu ke BI tp jauh dari rumah .klo mau tukar ke kcp BRI bisa tidak ya?

  12. banyak informasi menarik yang belum saya tahu …
    tapi btw .. sebagian lagi curhat … 🙂 …. yah .. emang resiko jika berhubungan langsung dengan customer … suka ada yang aneh2 …

  13. Sekalinya menjabat bendahara event kantor suka bolak balik ke bank. Untung masih di lokasi kantor jadi enggak rempong pergi jauh-jauh. Daaannn pernah nyetor duit puluhan juta dengan aneka kopur. Mulai dari yang kecil sampai besar 😀

    Padahal sebelum ke bank udah diitung dan diurutin dgn baik dan benar (menurut kami). Eeehh sampainya bank masih salah. Ternyata kudu dibendel per kopur. Sedangkan kami saling “melengkapi” satu sama lain wkwkwk. Beruntungnya teller udah kenal baik. Hahahaha 😀

    • Bawain makanan dong tellernya hahaha.

      Dulu pas aku jadi teller suka loh “majakin” nasabah. Tapi iya ini nasabah yang udah betul-betul kenal baik kayak temen.

  14. Majakin sih apaan? 😮

    Tiap hari maksi bareng kok, soalnya kantin jadi satu dan bayar sendiri-sendiri :))))

    Kebayang punya nasabah kayak temen, asik bisa jadi tempat curhat *eh :p

    • Meminta pajak, majakin, alias minta pesangon muahahaha.

      Yang sering nasabah curhat ke aku. Sampe ke urusan rumah tangga!!!!! Aku yang denger jadi gak enak hati. “Tante kesepian yah?” :p

  15. Haha lucu banget om, itu jenis setoran duitnya. Ada yang amis lah, berpasir lah, sesuai ya sama profesi nasabah. Btw, aku baru tau kalo bank nggak boleh nolak receh. Sip deh, aku inget-inget ini peraturannya.

    Oh ya, mesin setor tunai kayaknya nggak nerima uang receh deh om. Padahal mesin itu sangat memudahkan loh. Sejauh ini yang aku tau, BNI punya. Nggak tau kalo bank lain. Itu pun mesinnya terbatas banget. Coba om, kapan-kapan bahas soal mesin tunai itu. Pengen tau

  16. Saya si bukan teller, tapi pedagang, kalau ada yg belanja pake duit puluhan dan ribuan dijadikan 1 gepok, tdk rapi pula rasanya mau ngomel2, yah walau pun sebenernya pelanggan dateng bawa untung si, tapi kadang belanja sama ngitung duit lebih lama beresin duitnya….

    • Tuh kaaan 🙂
      Betul, padahal gak ada salahnya merapikan uang ya. Jadi ingat obrolan di sebuah grup traveling negeri tetangga. “Orang Indonesia itu kalau simpan uang tidak rapi, uang jadi jelek sekali dijejalkan dalam saku” kurang lebih gitu 😛

  17. kalau angkanya ga bulat begitu si mendingan lewat atm & kalau pas saldo ga cukup nabung dulu ke rek sendiri baru deh transfer 🙂 lebih simpel kayanya si kalau buat saya

    ngomong2 si mas nya teller yah, sekalian mau tanya ah. Apa sekarang kalau setor tunai bukan ke rek sendiri harus didata dulu yah & bawa ktp, soalnya kemaren pas setor ke rek suami dari teller disuruh isi data2 dulu & tunjukin ktp padahal 2 bulan lalu engga begitu, katanya peraturan baru 🙂 apa memang aturannya sekarang begitu mas di bank swasta juga

    • Iya betul, setor dulu dan setelahnya transfer via ATM juga bisa 🙂

      Mengenai setoran di bank, tergantung jumlahnya mbak. Kalo di atas 100 juta, biasanya memang harus mengisi form KYC (Know Your Costumer) hal ini sesuai dengan perintah BI demi menghindari money laundry.

    • Hmm aneh ya. Eh tunggu, mbak setor ke rek suami dan bawa buku tabungannya? Aha ini yang gak boleh, buku tabungan hanya boleh dicetak sama si pemilik rekening. Semua peraturan bank sama, hanya ada yg longgar ada yg saklek. Kalo nyetor biasa tanpa cetak buku sih gak perlu isi form apapun.

      • Jadi makin tau sekarang 🙂
        Kemarin memang saya bawa buku tabungannya, tapi sebelumnya (bulan lalu) di cabang berbeda saya ga disuruh isi form cuma teller bilang ga boleh cetak doang
        Walau bank yg sama tapi beda cabang mungkin penerapan aturannya bisa beda, entahlah.
        Tapi jadi ada ide ni bulan depan saya coba lagi tanpa bawa buku tabungan pengen tau ditanya udah isi form belum 🙂
        Makasih infonya mas

    • Iya mbak, coba datang dan setor tanpa bawa buku tabungan pasti gak akan dimintai isi form. Asaaal, di bawah 100 juta ya ^^

      Aku dulu sebagai teller, juga subjektif mbak. Kalo ada nasabah yang udah sering datang, udah kenal, biasanya aku bantu cetak, tapi kalo yang berpotensi menimbulkan masalah, aku sih gak mau 🙂 pake intuisi aja hehehe.

      • Oke mas, kemaren si kata petugasnya ini peraturan baru dari pemerintah & yg mau setor bukan ke rekening sendiri harus isi form jadi bener2 setor paling lama hari itu bahkan banyak yg ga ngerti ngisinya karena ada isian penghasilan segala, lah yg setor kebanyakan ibu2 rumah tangga 🙂

    • UPDATE

      Mbak Ayu, kemarin aku baru saja ke mandiri dan setor di teller. Eh ya bener, sekarang ternyata untuk setor ke rekening sendiri pun pegawai bank harus input no KTP (karena aku gak bawa tabungan), weew ribet banget haha.

      Jadi kalo walk in costumer mau transfer, harus ke CS dulu buat input data baru ke teller. Mungkin ini cara bank “memaksa” orang semua agar punya rekenng ya haha

      • berarti bener ya mas 🙂 maksih infonya mas berarti kalau ga mau ribet ditanya2 tiap nabung ke rek sendiri bawa buku tabungan aja & kalau ke rek orang harus bawa KTP, karena walau udah isi form katanya harus nunjukin KTP asli kalau setor ke rek orang

    • Dijadikan satu plastik dgn kopur/nominal uang yang sama. Misalnya pecahan Rp.100 dimasukkan ke plastik yang semuanya pecahan Rp.100. usahakan nominalnya genap.

      Jangan diisolasi/plester per 10 keping ya. 🙂

      • misalnya dalam satu plastik isinya pecahan Rp. 100, harus digenapkan semua jumlah pecahan Rp. 100 itu menjadi Rp. 10.000, gitu?

      • trus banknya, apakah cuman bank tertentu aja yang menerima uang logam, soalnya sayang bener uang logam pada numpuk bertoples toples dirumah ngak pernah digunakan…. T.T

    • Sebetulnya gak ada kewajiban menyetor dalam jumlah genap. Namun, jika nasabah melakukannya itu SANGAT SANGAT SANGAT membantu kerja teller. Sebagai informasi, semua uang itu disetorkan ke kantor area. Dan jumlah nominal kecil tidak bisa disetorkan. Misalnya uang 500, minimal disetorkan ke bank area itu 250.000 (beda bank, beda area, beda kebijakan).

      Jadi kalo nyetornya uang 500 “hanya” 106.500 misalnya, itu akan merepotkan. Mending digenapkan kebawah jadi 100 ribu aja.

      Uang pecahan lain disesuaikan aja. Misalnya 100 jadi per 10/20 atau 50 ribu dalam satu plastik.

      SEMUA BANK wajib menerima uang rupiah, mau receh, jelek atau apapun kondisinya. Diatur dan dilindungi undang2. Mbak baca lagi tulisan ini, jika ada bank yang menolak, sebutkan pasal yang dilanggarnya 🙂

  18. satu minggu yang lalu, saya transfer via teller ke salah satu bank dengan total 7.000.000, pecahan yg saya storkan 100rb dan 50rb 5jt, yg 2jt pecahan 2000 5000 10000 20000, uang semua sudah saya rapihkan sesaui kopur dan sangat rapih, saya stor via teller hampir 1 minggu 2x karena berurusan dgn usaha saya, setiap saya datang utk transfer teller mukanya sllu ditekuk ga ramah, dan puncaknya minggu lalu saya ditegur langsung agar tidak transfer dengan uang pecahan seperti itu 2000 s/d 20000an dgn alasan disini saya sudah banyak uang seperti itu, apakah teller seperti layak bilang seperti itu, itu kan sama2 uang dan uang tsb sudah saya rapihkan sblm saya datang ke bank tsb, dan teller minggu lalu minta kalau mau transfer uangnya harus ditukar dulu saja, lah trs masa iya saya harus puter2 cari tempat penukaran uang dulu, sementara saya dikejar waktu buat stor uang tsb, tanggapan mas gimna nih?? makasih sebelumnya mas

    • Uwoooowww

      Kalo aku jadi mas Fian (eh apa mbak Fian), aku omelin tuh teller. Gak ada ceritanya teller nolak uang pecahan APAPUN. Coba baca lagi tulisanku, malah diatur dalam undang-undang, kan?

      Besok-besok coba bilangin baik-baik, kalo nyolot laporin atasannya. Kalau mau cara yang lebih efektif (dan ini sering kali aku lakukan), bikin laporan resmi ke sosmed akun bank tsb, catat namanya, cabangnya, lokasinya dsb.

      • Oh ya mas, mksh ya sarannya,tadi saya trf lagi tapi diterima dgn baik, gatau karena recehannya dikit jd ditrma baik ga tau gimna, haha, yg pasti kalau tellernya aneh2 lagi saya pasti aduin tuh ke atasannya atau langsung lewat sosmed, saya jga sempet aneh ko uang segini rapih masih aja ngedumel, kpn2 ane kasih recehan yg kusut juga tuh teller, hahahaha

    • Haha harusnya bersyukur kan dapet nasabah kayak mas fian yg siapin uang dengan baik. Ya, kalo jutek lagi, laporin ke atasan atau banknya langsung. Kena tuh teller.

  19. Mau tanya apakah setiap uang 2000an lebih dari 2 jt harus digaransi?? Saya kesel sama teler yg males yg kerjaanya kalo saya setor uang 2000an bilang digaransi mulu, padahal saya udh rapoin uang itu smpe kayak 100.000 bentuknya ketika dimesin sekali jadi, tapi ttep malah jadinya beradu argumentasi dg tellernya, soalnya saya kekeuh pengen yang itu diitung, apa memang ada peraturannya?

    • Aku malah baru denger istilah uang harus digaransi dulu. Bisa dijelaskan nggak mbak?

      Bilang aja, kalau dia menolah rupiah, ada undang-undang dan ancamannya. Aku gak pernah denger tentang garansi uang dan baik selama aku kerja hingga sekarang aku bertindak sebagai nasabah.

  20. wkkkk mungki jika nolnya dikurangin pasti rupiah kita nggak akan belibet seperti ni. aku juga paling sebel kalau menerima pembayaran/dapat uang dari hasil menukar yang acakadut bercampur nominalnya plus duitnya udah kayak combro, padahal kalau bukan duit pasti udah dilempar ke tong sampah saking leceknya. belum lagi duit yang digambari macem2 plus no hp lah hahaha

  21. Hmm saya mau nabung 1000-an N 500-an logam sekitar 500 ribu tuh di terima gak ya di cabang bank Bca misal nya hmm tu uang dah lama sejak sekolah mau di tabung ke bank ragu :3 😀

  22. seru omnduut pengalamannya jd bankir nyari selisih lebih/kurang. kalau saya profesinya nyari selisih debit/kredit alias gak pegang duit kecuali pas menandatangani BAP Petty Cash saat closing di kasir/finance.

  23. seru omnduut pengalamannya jd bankir nyari selisih lebih/kurang. kalau saya profesinya nyari selisih debit/kredit dan lumayan bikin mumet alias gak pegang duit kecuali pas menandatangani BAP Petty Cash saat closing di kasir/finance.

      • saya pembaca baru omnduut.com dan Alhamdulillah langsung betah di sini. Tulisannya sangat informatif, inspiratif dan ada fun nya juga. jadi asik-asik aja bacanya gak bosan. Sehat terus dan posting terus ya cerita perjalanannya.

        Salam!

  24. Halo, saya mau setor uang koin Rp. 100, 200, 500 kondisi nya sudah saya susun rapih menggunakan solasi bening. Pertanyaan nya apa bisa setor uang yg Rp. 100 dan 200 itu? Info yah. Thanks.

    • Kalau aku jadi tellernya, aku biasanya himbau nasabah untuk gak plester pake isolasi. Cukup masukkan kantong plastik aja. Jadi misalnya digenapkan, satu plastik isinya 10 ribu, 20 ribu, 50 ribu atau 100 ribu.

      Bedakan pecahannya. Pecahan 100, 200, 500 dan 1000.

    • Kayaknya sekitar 100 ribu deh. Hehe, pernah selisih 13 juta, tapi ketemu selisihnya di mana. InsyaAllah nanti aku ceritakan di bukuku yang akan terbit bulan depan 🙂

      • Oh iya mas..ditunggu ya bukunya.. saya juga teller ini di salah satu bank terbesar di indonesia, saya minta tips dong mas, biar gak sering selisih..

    • Biar gak selisih sih mesti fokus. Memang bank banyak aturan ya, mesti ada jam standar pelayanan segala blablabla, cuma kalau baru aku biasanya masa bodo, yang penting gak selisih. Percuma cepet tapi salah hitung atau salah posting.

      Sip, mudah-mudahan proses penerbitannya gak meleset antara Nov dan Des. Nanti kalau udah terbit aku kabari 🙂

Tinggalkan Balasan ke Rita Batalkan balasan