“If you do not tell the truth about yourself, you cannot tell it about other people.” ― Virginia Woolf.
Sejak (mencoba) menulis sebuah buku, ada sebuah pertanyaan besar yang terus berada di benakku. “Punya buku yang bagus dulu, baru follower akan datang. Atau, punya follower yang banyak dulu, baru buku dapat diterbitkan.” Hmm, apa sih hubungannya antara jumlah follower di twitter dan dunia penerbitan buku?
Maaf, bisa jadi isu ini sudah basi karena sudah banyak dibahas dimana-mana. Pernah denger nggak kalo ada penerbit yang KONON katanya mensyaratkan… eh bentar, katakanlah dalam bahasa yang lebih halus “menghimbau” agar penulis yang ingin naskahnya diterbitkan KUDU bin WAJIB punya banyak follower dulu di twitter?
“Mau kamu bukunya kami terbitkan? Memangnya follower kamu seberapa banyak sih?”
Gitu kali ya proses “tawar menawar” antara penerbit dan penulis (baru) itu. Isu mengenai ini sempat heboh beberapa waktu lalu sampai-sampai sebuah editor penerbitan terkenal sempat menyampaikan sudut pandangnya mengenai isu ini di twitter. Kurang lebih, si editor yang juga penulis (dan kebetulan cantik) itu bilang bahwa isu semacam itu tidak benar. “Yang jadi penilaian tentu saja kelaikan naskah. Jika followernya banyak ya itu nilai plus yang dapat digunakan untuk promosi nantinya.”
Oke, editor tersebut sudah membantah. Nah, bagaimana dengan penerbit lainnya? Yakin nih mbak/mas editor penerbit lain berpikiran yang sama juga? Kegelisahan seperti ini juga disampaikan oleh Alitt si @shitlicious di postingannya yang ini. “Yang udah pernah gue temuin sih, itu berkat ulah penerbit ‘nakal’ yang mengejar kuantitas penjualan dibanding kualitas produk” NAH LOH!
“Ond of the greatest regrets in life is being what others would want to be, rather than being yourself.” – Shannon L.Alder.
Kekhawatiranku dan mungkin calon-calon penulis lainnya mengenai hal ini sepertinya memang terlalu berlebihan ya. Buktinya masih ada (baca : banyak) tuh buku-buku baru yang diterbitkan walaupun jumlah follower si penulis tidak banyak. Bahkan (mungkin masih) ada penulis yang tidak memiliki akun sosial media satupun. Artinya ada nilai lebih besar dari si penulis sampai-sampai penerbit mau menerbitkan karyanya walaupun artinya penerbit akan melakukan promosi jauh lebih besar karena si penulis tidak melakukan banyak hal.
Apa sih untungnya punya follower banyak?
Salah duanya adalah eksistensi dan aktualisasi diri (baca : pencitraan). Jika kamu SelebTwit sekaligus buzzer, tentu hal ini akan SANGAT SANGAT dan SANGAT menguntungkan. Kenapa? Perusahaan-perusahaan yang akan menggunakan jasamu akan senang jika kamu berceloteh mengenai produk mereka.
“Wah si anu followernyaa banyak. Kalo produk kita diulas sama dia, bisa jadi banyak yang penasaran dan beli nih,” gitu kali ya pemikiran marketing perusahan tersebut.
Kamu TravelBlogger sekaligus SelebTwit? Wah ini dulang emas kamu banget deh! Kamu bisa diajakin jalan-jalan gratis! Gak peduli kalo blogmu jarang diupdate atau sekalinya update kualitas tulisannya bikin beristighfar, yang penting follower kamu banyak maka kesempatan kamu untuk diajak jalan-jalan GRATIS terbuka lebar. Yihaaa!
“I’m not upset that you lied to me, I’m upset that from now on I can’t believe you,” Friedrich Nietzsche.
Oke balik lagi ke fenomena penulis-penerbit dan jumlah follower. Coba lihat gambar di bawah ini. Di bagian atas adalah SelebTwit sekaligus penulis buku dan yang di bagian bawah adalah salah satu penulis cerdas kesukaanku –Agustinus Wibowo. Sudah berbulan-bulan aku memikirkan fenomena ini. “Kok bisa ya penulis sekelas Agustinus yang bukunya berdampak besar pada pembacanya memiliki follower lebih sedikit ketimbang SelebTwit yang baru mengeluarkan satu buku itu?”
Dulu sih aku mikirnya mungkin karena bukunya Agustinus segmented. Juga, karena beliau terlalu sibuk sehingga tidak terlalu fokus ke akun sosial medianya. Sedangkan SelebTwit yang (mendadak jadi penulis) satu itu fokus penuh terhadap promosi bukunya. Makanya followernya banyak. *anggukangguk*
Jawaban dari pertanyaan besar yang ada di benakku selama berbulan-bulan itu terjawab sudah beberapa hari lalu ketika seorang teman menginformasikan mengenai Twitter Audit. Yakni semacam aplikasi yang memungkinkan penggunanya mengecek langsung seberapa banyak follower real dan fake dari sebuah akun twitter. Dan… aku tercengang dengan hasilnya!
Hal-hal semacam inilah yang menjadikan semakin maraknya jasa “peternakan” follower. Coba liat dua akun di bawah ini yang menyediakan jasa peternakan follower. Gilak! Dengan 5 ribu rupiah pun kamu sudah bisa dapetin ratusan follower! Kalo di Palembang, dengan duit segitu paling banter akan dapetin 1,5 buah pempek loh. Terus terang, iklan semacam ini sering sekali aku dapatkan hanya aku sendiri tidak terlalu yakin awalnya. “Heh, bener nih dengan duit 5 atau 10 ribu jumlah follower akan bertambah banyak? Jangan-jangan nih penipuan sekelas Mama Minta Pulsa.” Hehehe. Dan ternyata, bener loh, seorang teman secara terbuka mengakui kalau dia salah satu pengguna jasa layanan peternakan follower ini.

Apakah semua akun twitter dijamin bersih dari follower ‘robot’? jawabannya NGGAK. Akun pribadiku sendiri yang followernya seupil itu ternyata juga ada follower abal-abalnya haha. Beberapa teman yang juga ngecek ternyata sama. Semua ada akun follower bodongnya. Namun, persentasenya masih wajar. Sama Twitter Audit masih dikasih jempol ke atas. Beda banget sama yang SelebTwit yang aku bandingkan dengan Agustinus Wibowo itu yang mendapatkan jempol ke bawah. Nah loh!

Selanjutnya, apakah salah membeli follower? Hmm, ya tergantung dari niatnya ya. Kalau sudah ngebahas apakah ini tindakan yang salah atau nggak, sepertinya berada di wilayah gray area. Toh si SelebTwit “membeli” follower dengan uangnya sendiri. Jika kelak ada perusahaan atau sponsor yang tertarik menggunakan jasanya, ya “salah sendiri”, kan? *walau disisi lain, ada pemilik akun twitter yang jujur telah dirugikan*
Yang jelas, tindakan tersebut bukan tindakan yang baik. Setidak-tidaknya dia sudah ‘menipu’ dirinya sendiri. Tujuanku menuliskan hal ini hanya untuk meluapkan kegelisahan. Semoga tidak akan pernah ada lagi penerbit yang menilai sebuah naskah hanya berdasarkan jumlah follower penulisnya. Sedangkan, para perusahaan dan sponsor dapat dibukakan matanya untuk lebih bijak memanfaatkan SelebTwit sebagai buzzer sebagai salah satu sarana promosi produknya. “Hei om, itu yang ngefollow kebanyakan ‘robot’ loh, emang robot punya duit buat beli dagangan situ?” 🙂
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
trus aku kepoh, itu selebtweet-nya siapa ya?
*obrak abrik twitter* 😀
Buahaha, selamat obrak abrik twitter 🙂
*mas Danan, jangan dibocorin, nanti aku kena UU ITE hehehehe*
menipu ahensi eh tapi kalo ahensinya punya sendiri (baca jaringan) ya nipu klien. semoga klien makin pinter dengan fenomena ini. apa yg di dapat dengan mudah akan mudah terlepas.
Iya, ini menipu para kliennya. Di sisi lain temen-temen yang jujur kena imbas. >.<
saya buka link audit itu belum berhasil.
tega banget kalau follower saya yang cuma seratusan dan ada yang fake 😀
Barusan ngecek linknya, bener mas Rifki 🙂 tinggal masukin akun twitternya di kolom atas. 😀
belum berhasil disebabkan koneksinya lemot, mas 😀
Oh haha 🙂
Huahahahaahaa.. aku tahu selebtwit yang diomongin deh 😀
Siapa siiihhh? hahaha
Stttt, ada UU ITE :p
Siapa? Siapa? #kepo 😀
Dia diaa diaaa 🙂 *nyanyi lagu Afghan*
Pm deh pm
Hahahaha
Meksooooo
Follow @omnduut gih, ntar aku folbek hwhwhw
Miahahahaha
Om Ndut modussssss 😛
Wokeh! langsung search
Mau ikutan ngecek juga.. ternyataaa… aku lupa password akun twitterku, hahahaha…. ketahuan banget twitternya ga pernah dibuka 😀
Buahaha, aku juga jarang twitteran mbak Dee hwhw
Akhirnyaaaa… request pasword baru, hehehe….
Ternyata dari 192 follower, ada 18 yang fake 😀 😀
Masih dalam taraf amaaan 😀 masih dapet jempol ke atas hahaha *tos*
Iiiih hari ini kita kok sama-sama kepo terus ya mbak haha
Hahaha 🙂
Hahahahaha.. iya ya… ini hari kepo sedunia… 😀 😀
Aku tau yang dimaksud siapa. Dia itu salah satu idolaku lho Yaaaaan .Dan aku adalah salah satu dari 22% itu. Kamu juga termasuk yang 22% apa enggak? …. Hihihihihihi
#Ngikik
Buahaha, maaf ya idolanya dijadiin komparasi mbak Dian. Aku gak termasuk yang 22% itu mbak hwhwhwhwhw
Ini ngomongin MARKONAH <- *hasil edit yang punya blog hwhwhw* yak? *eh yaowoh mulutku* *tampar tampar*
Untung ada filter persetujuan terlebih dahulu hahaha. Aliiid oh Aliiid. Kapan ke Palembang? 😀
Tunggu aku di kotamu om hahahaha
*buka pintu lebar-lebar*
Wah quote-nya Nietzsche nancep banget tuh! 🙂
Setuju, semoga agency & penerbit bisa lebih bijak lagi lah ya..
Semoga agency yang suka ngasih job buzzer tahu mengenai hal ini 😀 amiiiinn.
Aku jadi kepo sama Twitter Audit Report hahaha
Barusan cek. Dari 122 followerku 115 real, 7 nya fake hahaha.
Thanks ya Cek Yan.
http://travelerien.com/
Sama-sama mbak Rien 🙂 aku juga jadi penasaran ngecek akun beberapa selebritis kemarin itu hahaha
aku jarang ngetwit. hihi. tapi penasaran juga sama selebtweet itu 😀
Mbak Yana kenal kok. Alumni MP juga 😀
Eaaa tambah penasaran 😀
Orangnya yang lagi rame diperbincangan beebrapa waktu terakhir ini bukan? Kaaaan.. kepo lagiii… 😀 😀
Penasaran lagib:D
Haha, hayo cek obrolan di FB, petunjuk bertebaran disana haha
Biar terlihat keren katanya. Followernya ratusan ribu, sekali tweet langsung dijempol ribuan faker hahaha
Haha iya bener banget. Barusan ngecek lagi daftar followersnya. Jelas banget banyak akun fake. Gampangnya sih lihat aja tuh yang follow akun twitternya kebanyakan gambar telor :p gak ada profile picture.
Itu yang selebtwit tukang bully itu ya?? Dulu2 banget sih sempet nyaksiin dia ngebully followers..
Oh dia suka ngebully orang ya? aku kurang tahu karena gak follow dia hehe
Aku juga pernah follow, tapi sering keganggu sama orang2 yg aku follow nge RT dia. Sempat nonton sih, dulu dia ngebully followernya, reaksi pertamaku.. ugh, blagu banget nih orang, gak sehat banget social media sama orang2 seperti ini.
Lalu terakhir, sempat liat2 dia ngebully dan berantem sama travel blogger Amrik yg sangat gencar mempromosikan Indonesia di blognya. Blagu gitu deh orangnya.. padahalkan, travel blogger asing itu cukup besar pengaruhnya ningkatin dunia pariwisata Indonesia, karena audiencenya luas, mendunia.. dan blognya punya google ranking yg tinggi, serta.. gak banyak travel blogger kita yg menulis tentang Indonesia dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca sama native speaker dengan nyaman… malu2in banget deh, blagu banget nih selebtwit, kayak dia yg punya Indonesia aja, ngusir2 travel blogger asing ini yg lumayan terkenal dan twitternya malah 93 persen asli.. 😉
Kepanjangan ya, tapi aku suka mengetahui fakta ini.. aku setuju.. koh Agustinus emang murni,.. tulisannya dalam, dan punya filosofis yg kuat..yg penting bukan selebtwit.
Ya ampuuun, dia sampe sebegitunya?
Antara pingin ngakak dan prihatin sama blogger luar yang dia bully itu. Asli tuh orang >.< nyebelin.
Faktanya, sekarang banyak hal yang diukur dari jumlah follower. Menyedihkan 😦
Betul, bahkan ikut kompetisi pun diliat dari follower. Yg menggelikan sampai diundang acara2 pariwisata, padahal blog si selebtwit ini gak ada hubungannya sama Travel Blog sama sekali, isinya malah curhat-curhatan ala remaja. Aku sampai ngerasa am I living di negara yang waras?? Acaranya pariwisata, tapi yg diundang selebtwit yang gak punya travel blog sama sekali, hanya imaginary followers, apa hanya ini yang Indonesia punya??
Dari dulu aku udah curiga, followernya ratusan ribu, tapi PR googlenya nol. Nah lho..
Ho oh. Blognya juga jarang banget diupdate. Seingatku ngecek kemarin, terakhir berbulan-bulan lalu. Trus perjalanannya kesono kemari juga gak ditulis di blog. Travel blogger? pertanyaan besar.
Betul.. yg namanya travel blogger dan serius serta profesional sama statudnya, paling lama harus update blognya. Dan yg ditulis kudu profesional, bukan gaya narsis ala gadis remaja nulis diari…
Kalo soal gaya menulis sih ya terserah dia ya, hihihi yang jelas, kalo mengaku pekerjaan sebagai penulis, ya menulislah. Penulis blog? ya updatelah blognya. Kalo dari awal dia udah nulis “Pekerjaan : buzzer dgn fake follower” nah baru deh kita gak bisa protes, ya nggak? 😀
Haaahaahaa.. yup, yup …
Tapi kan malu2in nama Indonesia aja, kalau misal selebtweet ini di undang ke travelblogger internasional conference.. seperti TBex , Travel blogger exchange yg sering diselenggarakan asosiasi professional travel blogger, nah kalau wakil kita yg dikirim hanya selebtweet .. apa kata dunia??!!
Jago kandang doang deh.
Aaa jangan sampe diundang ke ajang internasional *berdoa* 🙂
Eh maaf, maksudnya aku juga GAK pernah follow selebtwit gituan… bikin IQ ngedrop baca celotehan mereka, social media buat networking, sharing links, dan mutual followback kalau kita like minded.. para selebtwit ini menggunakan social media buat drama, gosip.. gross aja..
Aku saking penasarannya sempet follow juga, tapi sebentar doang. Langsung gak betah dan gak merasakan manfaat :p
Iya, dia bergosip ke sesama SelebTwit yang itu-itu juga 🙂
Hahaha, lebih banyak mudharatnya dibanding manfaatnya.. aku juga sampe tepok jidat, travel blogger dari antah berantah nih..
Semoga dia segera kembali ke jalan yang benar hehehe
Hoooo baru tau deh kalo ada penerbit yg matok jumlah follower daripada kualitas buku. Asli aku ini jarang update twitter jadi banyak ketinggalan berita panas ya, hihihi. Kalo agensi Indo kebanyakan lebih liat jumlah follower tapi kalo agensi luar banyak yg lebih fokus ke kualitas blog juga. Uhmm itu menurut pengalaman pribadi sih. Kalo yg lain2 kurang jelas juga soalnya aku kudet plus kuper, kakakaka >.<
Huaa mb Debz, aku pun gitu, jarang twitteran hehe, cuma mendadak on fire pas tahu ada yang namanya Twitter Audit hahaha. Iya, untuk agensi dalam negeri bisa jadi mau gampang beres jadi yang penting populer, yuk mari aja. Padahal populernya pake jalan pintas orang mana tahu atau malah agensinya kagak peduli :p
Makasih udah mampir ya mbak 😉
*kenalan*
Aku barusan cek, followeku ada 451, 419 real dan 32 fake. Audit scorenya 93%. Not bad ya! 😀
*jabattangan*
Bagus dong kalo 93% 😀 *tos* di atas 50% pun masih oke 😉
And I know siapa selebtwit yg diomongin :p
oh ya? sapa sih? *bisikbisik* ^_^
piye dong om, kei tutorial ben jumlah follower iso luwih okeh mbange followinge? mosok awit biyen molow muluk
Oh tolooong, gak ada ya di google translate bahasa Jawa?
hahahaha, Idem ama mas Priyo *sodorinkamusbahasajawa* 🙂 Iya, sebel aku, tiba tiba di TL ku ada orang “jualan” Follower. Padahal dulu, demi kebaikan dan ketenangan. efbe sama twitter atas nama pribadiku sudah ku deactive – kan. sekarang efbe sama Twit atas nama blog 🙂 Makanya cuman dikit, but am happy with it. No more “resek’ people. hehehe
Hahaha iyaaa itu tanpa henti promosi jasa bot follower, hadeh suradeeeh.
Kalau aku memang bukan penulis, jurnalis, fotographer Gus….Dulu waktu aku masih dikenal dari foto2 landscape banyak photographer yang nanya kenapa gak aktif lagi, bikin ini dan itu….Intinya bagiku itu semua cuma hobi….Sibuk dengan akun media sosial, hampir gak ada waktu……Urusan pekerjaan dan bisnis dengan skala besar jelas menyita waktu yang sangat banyak…..Sekarang aja rasanya jadi sedikit asyik main2 di Medsos….:-). Tapi ya kalau ngartis emang udah terkenal….Apa pun yang dilakukannya walaupun sebuah ketololan banyak yang ikutin….Confuse? Don’t…cause we live in confuse and weird world…..:-)
Mereka membentuk diri mereka sebagai seleb bang 🙂 tidak salah sih, hanya kalau sudah berurusan dengan kecurangan (walaupun seperti yang kubilang tadi, grey area) jadi agak sulit juga.
Suka banget ini “Confuse? Don’t…cause we live in confuse and weird world…..:-)
Wah twitter audit ya? Perlu nih
Coba cek 😀
Ping balik: Fan Page Omnduut : Seberapa Penting Punya Fan Page Blog di Facebook? |
cieeee yang jadi seleb tweet 😀
Aku mau share lagi tulisan ini, tapi lagi males banget mendrama. Capek huhu