Pelesiran

Dag Dig Dug Pengalaman Pertama ke Luar Negeri

Sejak ditulis pada tanggal 19 Februari 2013, tulisan ini selalu berada di posisi paling atas sebagai tulisan yang paling banyak dibaca oleh pengunjung. Untuk itu, terima kasih 🙂 Semoga kalian para pembaca mendapatkan manfaat dari tulisan ini. Untuk mengetahui pengalamanku berkunjung ke Bangkok secara lengkap, bisa klik di sini. 🙂

* * *

Semua tulisan mengenai perjalananku ke Thailand ini aku dedikasikan penuh kepada @ClaudiaKaunang dan @WisataThailand yang telah mengajakku untuk ‘mencicipi’ kemegahan negeri gajah putih dengan sejuta pesonanya yang menawan. Perjalanan ini, tak ubahnya sebuah mimpi yang bergulir menjadi nyata. Luar biasa! Setidaknya, aku tahu kekuatan sebuah perkataan yang baik, karena hal itu tak ubahnya sebuah doa. Sekali lagi, terima kasih @ClaudiaKaunang dan @WisataThailand. Perjalanan ini, akan selalu terukir di hati dengan tinta emas. 🙂

Alhamdulillah, dikarenakan rezeki dari Sang Maha Kaya dan kemurahan hati @ClaudiaKaunang, aku, setelah melewati proses kompetisi yang lumayan panjang, akhirnya terpilih untuk mengikuti #TripBarengCK ke #Bangkok. Dalam hal ini, keberuntungan juga terpaut pada Erfira Sefitri (@IraSiKebo) follower @ClaudiaKaunang asal Jakarta. Jadilah, kami berdua (ditemani Mas Leo perwakilan dari @WisataThailand) dan mbak Vini –jurnalis dari Gita Cinta) ‘terbang’ ke Bangkok hingga nanti di sana akan bertemu dengan rombongan yang lainnya.

DSC_0058

Mbak Vini, Mbak Ira dan Mas Leo sambil menunggu makanan datang di Yana Restaurant

Sebelum berkisah banyak mengenai hal itu, aku ingin mengulas dulu beberapa hal mengenai betapa serunya, ribetnya dan dag dig dug-nya persiapan melancong ke luar negeri untuk yang pertama kalinya ini. Ketika dikabari bahwa aku bakalan diajak jalan-jalan gratis ke Thailand, rasanya senang bukan kepalang. Walaupun dari awal sudah pede bakalan menang sih *uhuk hihi, sengaja memantapkan hati biar dikabulkan sama Sang Maha Pemberi*

Mulailah, hari-hari sebelum keberangkatan diisi dengan browsing sana sini dan nyolek temen kanan-kiri untuk bertanya. Ada beberapa hal yang akan aku tulis, terutama kegaluan-kegaluan sebelum keberangkatan yang aku alami.

1. Bagasi

Karena perjalanan ini dibayarin, aku gak pusing lagi gimana cara untuk beli tiketnya. Yang jadi masalah adalah soal bagasi. Hingga beberapa hari sebelum hari H, e-ticket masih belum aku terima. Namun, sepertinya ada dua kemungkinan maskapai yang akan digunakan. Jika tidak Air Asia pilihan selanjutnya adalah Mandala/Tiger Airways.

Setelah browsing ke pelbagai laman, secara garis besar kedua maskapai itu ketat memperberlakukan berat bawaan dengan maksimal 7 Kg. Jika ingin lebih dari itu, tentu harus membayar lebih untuk bagasi. Untuk Air Asia, informasi mengenai ongkos bagasi ini terpampang jelas melalui situs resminya. Nah, sayang hal itu tidak berlaku dengan maskapai Mandala. Informasi mengenai bagasi/kabin sangat minim. Aku sampai bertanya pada twitter resmi mereka dan melalui email, namun tidak kunjung dijawab.

Jadilah, beberapa teman dikontak. Kebetulan ada temenku yang baru aja pulang dari Thailand. Dengan pasti dia mengatakan bahwa boleh bawa bagasi hingga 20 Kg. Tapi aku gak yakin, karena temanku ini dalam rangka perjalanan dinas, tentulah oleh kantornya sudah diantisipasi dengan membeli bagasi. Menurut temanku yang lain, bawaan dengan berat 10 Kg masih diberi kelonggaran. Tapi, ada juga cerita bahwa seorang temannya harus didenda hingga $100 hanya karena kelebihan bagasi berapa Kg saja!

Sungguh, pertanyaan-pertanyaan seputar bagasi ini bikin stress sendiri. Aku sampai mencoba packing dan menimbangnya di timbangan, namun tetap saja, untuk jumlah 7 Kg itu sangat sulit. Apalagi, pasca perjalanan di Bangkok, aku akan menyambung ke perjalanan ke Belitong selama 1 minggu. Dengan bawaan seminimal mungkin pun, masih lebih dari 7 Kg.

Masalah terpecahkan ketika aku menerima e-ticket. Ternyata tiket sudah dilengkapi dengan bagasi 20 Kg. Aduuuh senangnyaaa 🙂 Nah, belakangan ketika akan menulis mengenai hal ini, aku jadi bertanya-tanya sendiri. Apakah bagasi 20 Kg itu karena tambahan biaya atau sudah termasuk di dalam harga tiket? Mengingat perjalanan pulang pergi aku menggunakan pesawat Mandala bukan pesawat berlogo Tiger Airways (walaupun mereka satu perusahaan) sepertinya bagasi 20 Kg itu didapat TANPA biaya tambahan. Soalnya Mandala juga melayani penerbangan domestik, dan seperti umumnya penerbangan domestik, bagasi 20 Kg itu sudah termasuk dalam tiket yang dibeli.

INFO : Aku sengaja menitipkan barang di bagasi karena takut dengan pemeriksaan di luar konter check in. Ternyata ya, banyaaak banget yang bawa koper gede ke kabin (dan orang manapun yakin kalo beratnya PASTI lebih dari 7 Kg). Rupanya, selepas konter check in, gak ada lagi tuh pemeriksaan pake acara nimbang-nimbang segala (ya pemeriksaan selanjutnya biasa aja pake tabung sinar itu, tapi gak ditimbang kok).

2. Bawaan

Selama perjalanan 4 hari di Bangkok + seminggu di Belitong, aku membawa 4 baju, 1 celana jeans dan 2 celana pendek. Oh ya, bawa sandal jepit juga untuk ke kamar mandi atau jalan-jalan ke lobi hostel. Yang bikin ribet itu adalah perlengkapan mandi.

Dari berbagai informasi di beberapa blog, peralatan mandi boleh dibawa tapi tidak boleh masuk kabin. Jadi, backpack kita ditempatkan ke bagasi. Thailand itu sama seperti di Indonesia. Mini market semacam alfamart atau indomaret banyak tersebar. Di sana 7Eleven dan Family Mart banyak tersedia. Jadi, kalau tidak mau ribet bawa peralatan mandi bisa beli di sana.

Namun, hehe, namanya juga penghematan. Aku memutuskan bawa peralatan mandi sendiri. Apalagi aku memutuskan untuk bermalam di bandara (nanti aku ceritakan) sehingga bisa cuci muka + sikat gigi di bandara. Dan… benar saja, di Thailand aku gak perlu sibuk ngeluarin dana ekstra untuk beli peralatan mandi (walaupun harganya beda tipis kayak di sini). Antri sebentar untuk mengambil bagasi gak masalah dong ya? 😛

Untuk selanjutnya, barang yang gak boleh dibawa umum saja. Seperti minuman (makanan ringan sih boleh), benda tajam (gunting, silet, gunting kuku, bibir palsu *eh*), barang mudah pecah (guci-guci, atau kristal) dan tentu saja benda-benda terlarang (semacam kolor tetangga *eh fokus-fokus* narkoba dsb).

Lucunya ya, begitu melewati segala macam konter pemeriksaan, begitu pulang di bandara Shuvarnabhumi terpampanglah beragam gerai makanan, minuman (dari yang biasa hingga yang keras), parfum dan masih buanyak lagi. Nah, barang-barang yang dibeli di sini baru deh boleh di bawa ke pesawat. Hehe. *strategi bisnis juga kan jadinya?*

INFO : Ternyata, bawa peralatan mandi ke kabin pun dibolehin (untuk kasus kali ini kejadiannya di Thailand. Entah kalo di negara lain ya). Mas Rio –salah satu peserta #TripBarengCK bilang bahwa selagi gak melebihi 100 ml (untuk satu item dan maksimal semuanya 1 liter) masih dibolehin. Info yang aku terima bahwa segala cairan tidak diperbolehkan dibawa ke kabin ternyata nggak bener juga! Tapi, tetep, kalo mau aman dan nyaman tanpa was-was, mending ditarok di bagasi aja. Waktu pulang ke Jakarta ada tuh bule yang peralatan mandi + parfumnya disita karena lebih dari 100 ml. Duhaaai… air mineral yang ditahan aja sakit hati apalagi barang mahal kayak gitu ya 😀

3. Penukaran mata uang

Dalam kasus ini adalah mata uang baht (kalo aku jalan-jalannya ke Amerika mungkin gak terlalu pusing, karena banyak bank yang punya stok dolar). Money Changer di Palembang mah banyak, tapi yang stok bahtnya tersedia? Adoooohhh, aku sampe deg-degan banget soal ini.

3 hari sebelum berangkat, aku masih belom mendatangi money changer. Aku pikir, ntar-ntar ajalah, toh tempat penukarannya juga deket. Begitu akan nukar di kawasan Jl. Kol. Atmo Palembang, eh aku gak nemuin tempat yang ada embel-embel money changernya. (cuma tahu kalo di kawasan itu banyak money changer, tapi persisnya dimana aku gak tahu).

Begitu celingak-celinguk di deretan ruko, aku ditawarin sama tukang parkir untuk tukar mata uang. Whew, gila aja, tukang parkir pun nyambi jadi calo haha. Nah, begitu masuk ke dalam, ternyata stok baht lagi kosong. Mereka bilang kalo aku mau, kudu nunggu seminggu karena harus dipesen dulu. Dooh, aku kan beberapa hari lagi harus berangkat! Hiks.

Aku lalu pulang ke rumah. Browsing sana-sini nyari informasi penukaran uang di Palembang. Sial, dari beberapa info tempat yang kudapat gak ada satupun yang berhasil. (ada yang udah bangkrut, salah sambung kalo ditelpon, dan cuma sekedar info alamat. Begitu minta Bantu telkom lagi-lagi salah sambung).

Esoknya, berbekal info dari adik sepupu yaaaanggg kebetulan sohibnya mau ke Thailand juga, aku akhirnya nemuin money changer yang stok bahtnya ada. Aaah syukurlah… tapi… eh masih ada tapinya :p rate di tempat ini lumayan tinggi. Harusnya nih ya IDR 1 itu setara THB 325. Tapiii… di tempat ini, aku dapet Rp.359 per 1 baht. Hiks… lumayan kan ya :p

Berhubung udah kepepet dan takut kebanyakan mikir trus malah kehabisan, jadilah aku tuker THB 3000 setara Rp.1.077.000,- (ibuku komen, “dikit banget nuker duitnya? Emang cukup?” yang ternyata…. Eh nanti deh diceritain di tulisan selanjutnya hehe).

Awalnya ya, kalo gak nemu baht di tempat ini, aku udah kepikiran buat nukar ke dolar dulu trus baru tuker di Bangkok. Di Soeta sih katanya ada, tapi ratenya lebih gila-gilaan lagi. Berhubung aku juga sampe di Soeta malem dan takut gak keburu, ya sudahlah… hajar aja. Eh ya, sempet juga mau nitip sama mbak Ira (yang juga menang #TripBarengCK) tapi aku malu euy, belom kenal sudah ngerepotin ini itu hehe. (akhirnya buka kartu, beliau mau baca tulisan ini katanya hehe).

INFO : Money Changer “Haji La Tunrung Star Group” a.k.a “PT. Haji La Tunrung A.M.L” Jl. R.Soekamto no.79, Telp : 0711-5630188-5630222 (persis banget di samping Bank Mandiri simpang patal. Gak jauh dari Palembang Trade Center). Untuk mengetahui rate tukar nilai Rupiah terhadap mata uang asing lainnya bisa dilihat di sini. Lengkap banget!!!

Atau

“Try Dharma Perdana” pedagang valuta asing (authorized money changers) Jln Kol. Atmo No.448 Palembang-Indonesia (telp : (0711) 351786/357102)

4. Waktu Keberangkatan

Aku berangkat dari Jakarta pada hari Kamis, 7 Februari 2013 pukul 07.20 WIB. Jika berangkat dari Palembang dengan penerbangan pertama pun rasanya sulit terkejar. Apalagi untuk penerbangan internasional (katanya) check in minimal 2 jam sebelumnya.

Ada beberapa pilihan. Pertama, aku berangkat beberapa hari sebelumnya, menginap di rumah saudara lalu menuju Soeta dari sana. Sayang, kesibukan menjelang keberangkatan tidak memungkinkan aku untuk memilih opsi ini. Pilihan kedua adalah terbang dari Palembang Rabu malam dan memilih menginap di bandara. Yihaaa!!! Akhirnya pilihan inilah yang aku ambil. Selain menghemat waktu, uang dan tenaga *hehe* aku milih menginap di bandara biar terdengar keren *tsah, alasan yang dangkal. Oalah nak… nak…*

Melalui tiket.com, aku memesan tiket keberangkatan pukul 19.40 WIB. Sebetulnya sih pingin ambil penerbangan yang paling akhir pukul 22.00 WIB, tapi, aku mendapatkan informasi bahwa shuttle bus beroperasi hingga pukul 21.00 WIB. Dan… lagi-lagi dengan alasan keuangan, aku memilih penerbangan lebih awal dengan resiko ‘menginap’ lebih lama di Bandara Soeta. Aku juga memilih penerbangan yang itu untuk menepis kekhawatiran kalau-kalau penerbangan malam ada kendala (pesawat rusak, atau delay hingga pagi, ih amit-amit. Jika begitu, rusak semua rencana perjalanan ke Bangkok).

Ada cerita seru mengenai perjalanan menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II hari itu. Ceritanya, aku pergi dari rumah lewat magrib. Sayang aku lupa kalo jam segitu jalanan suka macet. Jadinya, tanpa menunggu magrib, aku bersama anggota keluarga yang lengkap (ya kayak ngelepas mau haji aja gitu haha), bergegas cabut dari rumah. 10 menit berselang, persis di depan lorong menuju jalan raya, aku baru ingat oleh-oleh untuk CK kelupaan!

Huaaa… jadilah kami memutar balik dan ngebut kembali ke rumah. Untuk acara kelupaan-bolak-balik-bla-bla-bla ini aja udah makan waktu 20 menit. Persis jam 7 malem kami baru tiba di jalan gede. Duhaaai… harusnya jam segini aku udah check in dan duduk manis di bandara. Perjalanan ngebut. Semua terdiam. Aku komat kamit tanpa henti. Yaaa… seenggak-enggaknya, kalo ketinggalan pesawat bisa ambil pesawat terakhir. Itupun kalo seatnya masih ada lho ya… *bayang-bayang harus keluar duit untuk beli tiket lagi itu yang pahit hehe*

Syukurlah, jalanan lancer. Begitu sampe gerbang keberangkatan aku lari-lari ke dalam. Tas aku banting ke mesin pengindai. Trus aku lari-lari ke konter check in. “Mbak… masih bisa check in, kan?” ditanya begitu, si mbak diem aja pasang muka lempeng sedikit cemas (harusnya aku kan yang cemas?).

“Masih bisa Mas, pesawatnya delay 1 jam,” sahut mbak takut-takut dimarahin. ANTIKLIMAKS!!! Duuh mbak, gak usah takut, delay adalah kata-kata yang sangat melegakan terdengar malam itu hahahaha. Gak lama kemudian pundakku ditepuk, “mas, ini hapenya bukan? Tadi ketinggalan di sana,” sahut seorang remaja. Ya ampun!!! Saking paniknya, hape jelekku ketinggalan di mesin pengindai. *ya jelek-jelek begitu manfaatnya banyak lho hehe*

Positifnya aku gak ketinggalan pesawat malam itu. Sialnya, hiks bakalan ketinggalan shuttle bus tuk pindah terminal nih. Yaah keluar duit buat taksi deh. *hihi, maaf ya kesannya perhitungan banget. Maklum pengangguran. Trus aku nyobain perjalanan ini semaksimal mungkin dengan dana seminimal mungkin. Tuh, prinsip ekonomi banget, kan?*

Tiket

Ketidakpahaman dan minimnya informasi di situs resmi Tiger Airways ataupun Mandala, mengakibatkan aku salah terminal 😀

INFO : Alhamdulillah, keberuntungan lagi. Informasi yang kudapet di salah satu blog bahwa shuttle bus beroperasi HANYA hingga pukul 21.00 WIB ternyata gak bener. Shuttle bus di Soeta beroperasi 24 jam penuh euy!! Itupun aku gak sengaja tahunya ketika deadlock tawar menawar dengan supir taksi (‘gelap’ yang berbadan gelap). Gila aja, Terminal 1 ke Terminal 2 dia minta Rp.50 ribu!! Naik taksi argo aja paling belasan ribu, kan? Dan, melalui informasi dari seorang petugas, akhirnya aku tahu kalo shuttle bus beroperasi penuh sepanjang hari dan tempat ngetemnya dimana. Aaah syukurlah… bisa ganti terminal dengan 0 (nol) rupiah deh! *oh ya btw, aku bisa-bisanya salah terminal. Maklum, informasi di tiket gak jelas sih. Aku nyasar ke Terminal 2 (karena di sana ada logo Tiger airways-nya. Ternyata, aku harusnya ke Terminal 3. Untung shuttle busnya operasi terus, kan?)

IMG00469-20130206-2213

Berencana nginep di bandara juga? Jangan khawatir, shuttle bus-nya 24 jam kok 🙂

4. Menginap di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta

Akhirnya aku sampai juga di tempat yang baik dan benar 😀 ternyata, petualanganku malam itu belom berakhir. Jam 11 malam aku sampai di Terminal 3 ternyata gerbang keberangkatan ditutup dan gak ada petugas yang jaga. Setelah Tanya sama petugas, ternyata gerbang baru dibuka kembali jam 3 pagi!!! Huaaa… trus aku bobo dimana dong? “kalau mau nunggu di sana aja, mas,” sahut si mbak sambil menunjukkan kursi tunggu yang berada di luar terminal.

Beberapa bule yang mengalami kejadian yang sama juga keliatan bete. Aku sih yaaa antara bete dan gak bete. Lebih banyak ke rasa penasarannya sih. Tidur dibelai angin malam itu gimana rasanyaaa gitu? Hehe. Pas aku Tanya toilet ke security, ternyata toilet berada di dalam dan kita bisa masuk melalui gerbang pengunjung. Nah, di dalam sih ada beberapa resto yang buka. Ternyata ya, di dalam dinginnya lebih parah ketimbang di luar. Maka, jadilah aku memilih di luar saja bersama puluhan calon penumpang lainnya.

Oh ya, bagi yang kulitnya tipis dan mudah ngerasa kedinginan, jangan lupa bawa jaket ya. Aku sih sengaja gak bawa, soalnya males ribet dan bikin badanku tambah mekar gitu haha. Gantinya… aku menepis udara dingin dengan… SARUNG!! Ya… dengan sarung yang biasa untuk sholat. Hehe. Tapi tenang, motif sarungnya polos aja berwarna hitam. Gak ada motif kotak-kotanya sama sekali kok. Malah ketika dililitkan di leher, lebih mirip syal. *hehe*

Gimana rasanya bermalam di bandara? LUAR BIASA!!! Luar biasa lama nunggunya. Berusaha merem agak lama, pas lirik jam eeeh baru jalan 5 menit. Mana kursinya kebanyakan udah ‘dikavling’ penumpang yang lain pulak! Jadi aku gak bisa selonjoran deh. Keseruan malam itu berakhir ketika gerbang keberangkatan dibuka. Yihaaaa…. Selamat datang Thailaaaand!

terminal 3

‘Penginapan’ terbesar yang pernah aku tempati : Terminal 3 Soeta 😛

….bersambung

Catatan : Pemakaian judul yang gamblang seperti itu disengaja jika kalau informasi yang tertulis bisa bermanfaat bagi orang-orang yang akan melakukan perjalanan yang sama seperti yang sudah aku lakukan. Tks 😉

Iklan

77 komentar di “Dag Dig Dug Pengalaman Pertama ke Luar Negeri

    • Alhamdulillah, kemudahan-kemudahan itu muncul diantara kekhawatiran awalnya. Sehingga terasa lebih jleeb 🙂 Nyamuk ada, tapi kayaknya keburu takut denganku 😀

  1. hahahahaha…. lucu dan menarik abis ceritanya… ditunggu lho lanjutan ceritanya 😀

    ngomong2 nginep di bandara, aku juga pernah tidur di bandara. Mau naik pesawat jam 05.00, dari tempatku ke bandara itu perlu sekitar 2 jam .. daripada harus berangkat jam 1 pagi barengin maling, jadi lah aku berangkat malam. hiks….

    • Siipp… kayaknya akan jadi berapa part nih ceritanya haha *ini sambil ngetik*
      Iya, kalo baca buku traveling, kayaknya nginep di bandara itu udah biasa banget. Di terminal 3 juga banyak bule-bule yang selonjoran sambil nunggu pintu dibuka.

  2. Aku ikut deg-deg-an bacanya dan pas sampe akhir tulisan nemu kata “bersambung”, itu rasanya …………………… makin penasaran hahhahahhaha *Ditunggu yes kelanjutannya*

    Cerita diatas benar2 mengingatkan pada perjalanan 2011 lalu, sama2 perjalanan pertama, sama2 tujuannya Bangkok. Mulai dari bingung nimbang barang supaya pas 7 KG (karena pake AA, jd ga dapet bagasi), bingung mengurus perlengkapan mandi (& kosmetik #Eh), sampai bingung mencari money changer yang nyediain Baht. Dan karena ndak nemu, akhirnya bawa dollar aja trus dituker Baht pas di Swarnabhumi. Selisih ratenya lumayan tapi gak bikin sampe sakit hati 😉

    Oiya, pengalaman menginap di bandara, memang bagian luar walaupun berangin terasa lebih hangat daripada di dalam. Dan ternyata yang nginep di bandara lumayan banyak hehhehehe

    • Haha, di bagian lain, aku akan cerita seputar imigrasi dan… lain-lain 🙂

      Jadi gimana dulu? bawa barang kurang dari 7 Kg? trus gak bawa peralatan mandi atau gimana? hihi. Iya, nginep di bandara ternyata hal biasa yang dilakuin oleh para traveler. Kalo aku sih inspirasinya dari tayangan Amazing Race 😀

      • Akhirnya dulu, total bawaan 7 Kg Oom, dibagi di 2 tas : 1 ransel, 1 tas slempang buat jalan2. Peralatan mandi teteup bawa, tentu saja meminimalisir yg berbentuk cair. Misale shampoo, dipenginapan dapet sih, tp dr rumah bawa shampoo sachet.
        Dulu nginep dibandaranya juga gara2 dapet penerbangan jam pertama, tapi ada temen yg terbang jam 10 tapi dia ikut2an nginep di bandara hihihihi

    • Aku juga awalnya mau bawa sampo yang sachet, udah dibeli malah, tapi urung 😀 gantinya bawa botolan yang ukurannya paling kecil. Nah ya, temen-temenku yang naik AA juga bawaanya lebih dari 7 Kg. Malah ada temenku -Mb Cho Eng, dia ngeborong tshirt sampe 1,5 lusin dan pas pulang gak dikenain bagasi. Pakaian sebanyak itu bisa ditarok di kabin 😀

  3. yay kan marenmaren seblomnya udah bahas, jangan keluar bandara, jadi kalu turun ke terminal 2, tunggu aja di dalam, sebab ga bisa masuk lagi.. di dalam lebih anget, ada tempat solat, tunggu disitu boleh kog sambil bobo.. pagipagi baru gitu pindah ke terminal 3..
    kog ya banyak kabar yang “salah”? tahu dari mana? shuttle bus beroperasi selama masih ada pengunjung kog.. ga mesti 24jam.. daku pernah tuh sampe bandara jam 1an, masih ada shuttlebus.. jam 10an pun masih ada.. kalu ke luar negri setahu ku sih bagasi 20kg, pesawat apa aja.. iya soal cairan dan benda tajam, masuk bagasi saja.. soal lebih dari 100ml ga mesti sih..

    asik banyak temen baru ya.. pulang dari sana sehatsehat kan.. ga makan b2 kan?

    • Kemarin itu dari Palembang naik Lion jadi turunnya di terminal 1 mbak. Kondisi di Terminal 1 yaaa begitu deh. Kalo Terminal 2 sih aku suka 🙂 Karena awalnya aku pindah ke Terminal 2, makanya aku langsung ke sana. Dulu waktu masih kerja, perjalanan dinas naik Garuda Terminal 2 emang asyik. Eh ternyata aku salah, harus ke Terminal 3. Gapapa, jadi tambah ilmu.

      Soal banyak info yang salah, aku dapatnya dari berbagai macam sumber. Termasuk soal shuttle bus. Apakah jam operasi 24 itu udah dari dulu? Apa baru sekarang-sekarang aja ya 24 jam? *bisa jadi yang kubaca itu tulisan lama*

      Soal bagasi, seperti yang udah kutulis, banyak cerita ekstrem soal kelebihan bagasi. Menghindari hal itu, jadi aku ambil amannya aja.

      Pulang dari Bangkok, aku diare seminggu penuh 😀

  4. bandara terkeren di dunia:
    1. changi
    2. incheon
    3. hongkong
    4. munich
    5. KL
    6. zurich
    7. schihol
    8. beijing
    9. auckland
    10. suvarnabhumi..

    no.6 & no.9 blom ku singgahin.. dan emang keren tuh semuanya..

    • Betul Ncha 🙂 Terminal 1 sebetulnya juga nggak jelek-jelek amat. Hanya, pemandangan orang-orang yang selonjoran sambil merokok di lorong tiap gate itu yang bikin jelek 😛 Kalo sudah di ruang tunggu dalam, bersih dan nyaman juga 🙂

  5. Ping balik: Oouch! Saya Tersasar di Blog Omnduut | La Rêveur Vrai

  6. Halo,
    tgl 9 jan ’14 ini saya akan k SG naik Tiger, rencana c cm bw tas sporty/yg buat olahraga aj…?
    klo kisaran ukuran segitu bisa lolos masuk kabin ga ya?
    klo pas mau pulang dr SG, d terminal 2 SG apakah ada acra nimban2 jg? maap prtama x k SG soalny 😛

    Thanks bt sharingnya

    • Hai Flix 🙂
      Terima kasih kunjungannya. Menurut pengamatanku waktu itu, masih banyak kok yang bawa tas gede sampe ke dalam kabin. Dan, dengan mata telanjang pun (tanpa harus ditimbang) aku yakin itu tas gak mungkin hanya berisi barang seberat 7 kg (kalo mau sesuai persyaratan) eh btw, kalo Tiger dapetnya 20 Kg kan ya? Kalau mau coba masukin ke kabin coba aja 🙂 tapi datangnya jangan telat. Kalaupun ‘diusir’ dan disuruh masuk bagasi ya tinggal balik lagi aja.

      Nah, kalo dari Bangkok, pas baliknya (di bandara Shuvarnabhumi) gak ada acara timbang2an. Bisa jadi di Changi lebih ketat. 🙂

    • Hi mbak Yantie 🙂
      Claudia Kaunang secara rutin mengajak para pembaca bukunya untuk trip bersama mbak. Harganya relatif murah (diluar tiket pesawat), coba pantau terus twitternya @ClaudiaKaunang atau Fanpafesnya : Claudia Kaunang

      • permisi gan. saya mau tanya….
        saya dari malaysia mau plg ke jakarta pakai AA…. nah saat booking, saya jg booking bagasi yg 20kg… yang sebelum nya kan 15kg free saat kita beli tiket… nah yg mau saya tnyakan… apakah bagasi yg saya beli 20kg itu akan diakumulasikan dgn yg 15kg free itu??? jd dengan total jumlah bagasi 35kg…???
        mohon dijawab secepatnya ya gan… trims…
        gbu…

  7. Perasaan serupa om, saat pertama main ke Kuala Lumpur bareng kedua teman saya. Di LCCT ditahan imigrasi 1 jam gara2 dikira mau bekerja. Mungkin muka kami agak kusut dan kucel kali ya hahaha 😀

  8. Detil banget omndut.keren. ya,masalah barang bawaaan adalah hal penting.pengalaman naik tiger di changi , lihat backpack gendut, petugasnya langsung minta backpack saya untuk ditimbang, ternyata 10 kg. Oleh cici petugasnya dibilang “your baggage is over 3 kgs Sir”. Deg degan juga nunggu kuitansi bayar kelbihan bawaan. Ternyata ga suruh bayar-cuma dikasih boarding pass, tapi deg2an nya itu masih keinget sampai sekarang. Terakhir naik tiger 2014, ga tau aturannya sekarang. Trus klo di luar aturan bawaan kabin ketat, di BKK/KUL pernah bawa lotion, selai, madu over 100 ml disita semua. Di CGK juga sama, toolkit juga disita krn lupa masukin bagasi. Jadi sebaiknya perhatikan peraturan yang berlaku, jangan sibuk dengan gadget. Haha

    • @asamba, kl tiger cabin tu yg d bolehin koper brp inch ya? koper sya tu stlh d ukur 58x39x25 inch, meskipun bliny yg ukuran 20 inch, kl liat d web ny tiger tu 54x38x25 cm, itu koper harsu d ukur pk kotak spt d AA ato ga ? trs stlh ku timbang pk timbangan digital tu 8,5 kg, ad advice ga? ak flight dr bangkok ke jkt, transit changi, suwun

      • Halo mbak Isti, mengenai ukuran koper, disamakan saja dengan ukuran yang ditetapkan airasia (cek di situsnya) karena itu aturan yang (menurutku) baku di setiap maskapai. Ukuran sih gakpapa ya lebih2 sedikit, tapi kalo berat lebihnya banyak, biasanya akan disuruh beli bagasi (tapi pengalaman orang beda-beda) coba disortir lagi barang bawaannya.

      • 2 tahun lalu naik Tiger dari Changi, backpack ditimbang 10 kg, over 3 kg dari jatah bawaan 7 kg. Sama Cici petugasnya cuma di bilangin over kabin, trus cetak tiket. Gak dimintain biaya tambahan. Sudah deg2an juga sih. Klo dimensi saya lihat jarang diukur.

  9. Haloo mau Tanya, sy kan ada transit mau pindah terminal 1c ke 2d dan bawa koper hc 28 inch kira2 Kalo naik bus kuning soetta itu rempong gak ya? Dan Kalo misal naik taksi enaknya pake Argo apa yg ‘gelap’ gitu? Thanks in advance

  10. Ping balik: Seberapa Efektif Kinerja Petugas Pembuat Paspor di Kantor Imigrasi Palembang? | Omnduut

  11. Halo, saya mau ke thai juga, sama ni pengalaman pertama.. kalo kita gak beli bagasi kan maks 7 kg, itu mesti kabin atau boleh bagasi mas? Koper saya gede soalnya.. makasih mas

    • Hi mbak Stefany. 7 kg itu hanya jatah kabin saja. Jika kopernya besar, biasanya dilarang sama petugas untuk masuk kabin. Jadi solusinya gunakan tas/koper kecil atau beli bagasi. Thx

  12. 2013 itu aku jg ke thailand, tp bulannya maret sih :D. Beda dikit kita. Aku ga tau sih apa sampe skr bandara ada jam2 tutupnya.. Perasaan kalo aku berangkat malam, itu ttp buka sih mas. Apa cm terminal tertentu ya.. Ato bisa jd skr udh buka 24 jam 😀

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s