Pelesiran

Menyelinap di Dua Danau Indah yang Ada di The City of Lakes

Kalau mencari di mesin pencarian dengan kata kunci: kota dengan danau terbanyak di dunia, Udaipur bahkan tidak masuk dalam 10 besar. Kota-kota seperti Minneapolis, Stockholm, Toronto, Oslo dan Zurich bahkan punya danau lebih banyak. Untuk di India saja, jika mau dibandingkan apple to apple eh lake to lake hehe, Udaipur tuh kalah sama Bangalore yang diyakini punya 200-an danau termasuk yang buatan dan yang sudah “menghilang” karena kondisi alam.

Trus, kok ya bisa Udaipur yang kemudian mendapati julukan sebagai The City of Lakes? Padahal Udaipur tuh “hanya” punya 7 danau utama saja dan beberapa danau kecil seperti Danau Goverdhan Sagar, Danau Swaroop Sagar dan beberapa lagi berupa waduk dan danau buatan modern? Nah, di tulisan ini saya tuh akan ngulik alasan di balik kenapa Udaipur kemudian mendapat julukan The City of Lakes itu.

Yang atas Danau Fateh Sagar, yang bawah Danau Pichola

Well, dari 7 danau utama: Pichola, Fateh Sagar, Udai Sagar, Jaisamand, Rajsamand, dan Doodh Talai, saya hanya berkunjung ke 2 danau utama yakni Danau Pichola dan Danau Fateh Sagar. Alasannya? Ya selain karena waktu yang terbatas, 2 danau ini letaknya juga berdekatan. Bahkan kalau dilihat dari google maps tuh keduanya kayak kembar/berdampingan.

Seperti apa sih kedua danau ini?

Menuju Danau Fateh Sagar

Saya menginap di sekitaran Danau Pichola yang memang kawasan pusat kota tuanya ada di sekitaran sana. Nah, dari hostel tempat saya menginap, untuk menuju ke Danau Fateh Sagar tuh jaraknya cuma sekitar 3-4 km. Naik bajaj sih paling juga 10 menit. Saya lupa berapa ongkosnya berapa, palingan juga sekitar 50 rupee atau sekitar 10 ribu rupiah.

Melewati area padat di kota Udaipur, nggak lama saya udah tiba di sektaran Danau Fateh Sagar. Sejauh pandangan mata, terlihat danaunya yang luas dan juga bersih! Nggak jauh beda kedaaanya dengan Danau Pichola tempat saya tinggal.

Tiba di Danau Fateh Sagar

Dengan luas 54 km persegi, Danau Fateh Sagar ini adalah danau buatan yang dinamai sesuai nama Maharana Fateh Singh, pengusaha dari kerajaan Mewar. Usianya udah 3 abad! Soalnya danau ini pertama kali dibangun pada tahun 1688.

Ialah Maharana Jai Singh yang pertama kali membangun danau tersebut, tetapi dua ratus tahun kemudian tanggul tanah yang membentuk danau tersebut terkikis oleh banjir. Setelah itu, di tahun 1889, Maharana Fateh Singh, membangun “Bendungan Connaught” di Danau Dewali untuk memperingati kunjungan Adipati Connaught, putra Ratu Victoria. Bendungan tersebut memperluas danau, dan kemudian berganti nama menjadi Danau Fateh Sagar.

Menuju puncak Moti Magri

Di dalam batas-batas Danau Fateh Sagar, terdapat tiga pulau kecil. Yang terbesar di antaranya adalah Taman Nehru yang merupakan objek wisata populer. Pulau kedua memiliki taman umum dengan air mancur yang mengesankan, dan pulau ketiga menjadi lokasi Observatorium Surya Udaipur (USO). Sayangnya saya nggak mampir ke taman-taman itu.

Kenapa? Taman Nehru misalnya, hanya dapat diakses dengan perahu motor. Saya sih sejak awal udah sadar diri kalau budget terbatas haha, makanya saya gak nanya/nyari di mana tempat penyewaan perahunya. Makanya, alih-alih ke taman tengah danau yang sudah dijangkau, saya memilih untuk main ke Moti Magri saja yang lebih murah.

Moti Magri si Bukit Mutiara

Biaya masuk untuk naik ke Moti Magri ini murah banget. Cuma INR 50 rupee atau sekitar IDR 10.000. Nggak ada perbedaan harga antara turis lokal dan asing. Nggak ada juga biaya tambahan kamera sebagaimana ketika saya menonton Tari Boneka di Bagore Ki Haveli sehari sebelumnya. Wah alhamdulillah banget kalau gitu sih.

Walau setapak tapi dijamin anti becek

Alun-alunnya di bagian atas

Reruntuhan di sekitaran Moti Magri

Untuk menuju si Bukit Mutiara ini, saya harus berjalan dulu lewat jalan setapak, melewati jajaran pepohonan yang rindang. Sepi banget saat itu. Saya sih bukannya takut jalan sendirian -apalah artinya menjomlo selama ini, eh haha. Tapi, saya takut bangeeet sama anjing. Maklum, sebelum ke Udaipur kan saya udah dikejar anjing saat main ke Jodhpur beberapa hari sebelumnya.

Dan memang sih saya beberapa kali sepapasan sama anjing, cuma untungnya anjingnya yang menghindar dan kayak takut sama saya. Dikira king kong nyasar atau gimana saya gak paham juga.

Danau Fateh Sagar dilihat dari puncak Moti Magri

Patung Rajput Maharana Prarap untuk memperingati Pertempuran Haldighati

Salah satu spot yang asyik buat nyantai

Gak perlu lama berjalan, saya kemudian tiba di area puncak bukitnya. Wah, pemandangannya luar biasa! Ada semacam alun-alun dan beberapa gazebo yang bisa dipake untuk nyantai sambil mikir kenapa Sheila Dara itu cantik banget uhuy.

Ntah apa karena masih pagi atau Danau Fateh Sagar ini gak begitu menarik wisatawan selaiknya Danau Pichola, suasana saat itu lumayan sepi. Saya menghabiskan waktu cukup lama di sekitaran puncak Moti Magri ini. Berpindah dari kursi satu ke kursi yang lain. Doing nothing. Menikmati jeda yang begitu menentramkan dari perjalanan itu sendiri.

Di sekitaran alun-alunnya, terdapat patung perunggu Rajput Maharana Prarap sambil menunggangi kuda kesayangannya yang bernama “Chetak”. Patung ini lebih spesifiknya untuk memperingati Pertempuran Haldighati yang terjadi tepat di hari ulang tahun saya, tapi berjarak lebih dari 4 abad sebelumnya.

Patung Rajput Maharana Prarap berdir gagah di pinggir tebing

Jadi keinget Ternate pas liat foto ini

Singkatnya, itu adalah pertempuran yang terjadi antara pasukan Mewar yang dipimpin oleh Maharana Pratap dan pasukan Mughal yang dipimpin oleh Man Singh I dari Amber. Saat itu, yang menang adalah Mughal walaupun mereka gagal menangkap Pratap. Nah, waktu saya berkunjung ke City Palace kisah ini juga menjadi latar belakang terbentuknya istana itu. Cek sendiri deh di tulisan yang udah saya tulis itu.

Oke balik lagi ke Danau Fateh Sagar, dengan perairan danau yang biru dan latar belakang pegunungan hijau, ternyata menjadikan Udaipur memperoleh julukan lain berupa “Kashmir Kedua”. Ah ya, 4 tahun sebelum ke Udaipur, saya emang udah berkesempatan ke Kashmir lebih dulu dan vibesnya emang mirip sih.

Melipir ke Hall of Heroes

Puas memandang keindahan Danau Fateh Sagar, saya memutuskan untuk pulang. Bedanya, kali ini saya coba jalan menurun melewati aspal yang biasa dilalui mobil. Memang jaraknya lebih panjang ketimbang jalan sebelumnya yang saya lalui. Tapi, saat pulang inilah saya menemukan sebuah bangunan dengan papan nama “Hall of Heroes”

Museumnya. Gak begitu besar tapi penataannya rapi.

Cakep banget!

Saya bisa masuk dengan gratis! Kayaknya udah termasuk tiket yang sebelumnya saya beli. Isinya ada apa? Lukisan!

Waaaah, walau saya nggak begitu mengerti jenis-jenis lukisan, tapi saya sangat menikmati tiap goresan dari lukisan yang pernah saya lihat. Btw, Hall of Heroes ini juga dikenal dengan nama Museum Aula Pahlawan.

Curi-curi dengar penjelasan guide 😀

Menikmati lukisan

Lukisan-lukisan berukuran besar tentang sejarah Mewar terpajang rapi di sini. Lalu ada pula maket/model besar Benteng Chittoregarh dan Kumbhalgarh, Model Medan Perang Haldighati, dan potret para pejuang pemberani yang berpartisipasi dalam Pertempuran Haldighati bersama Maharana Pratap.

Yang di ujung itu maket City of Palace

Maket Udaipur

Dengan keberadaan lukisan-lukisan ini, pengunjung secara nggak langsung jadi terbantu untuk memahami sejarah Mewar dan posisi strategis Chittoregarh dan Kumbhalgarh serta lokasi berbagai monumen bersejarah yang pernah terjadi. Menarik!

Uniknya, saya malah menemukan lebih banyak orang di museum ini ketimbang di area alun-alunnya. Hmm, kayaknya mereka ini pengunjung yang baru datang dan lebih dulu memilih masuk ke museum sebelum naik ke puncak Bukit Mutiaranya. Setelah puas berkeliling, saya memilih untuk kembali ke Danau Pichola.

Teringat Deepika Padukone di Gangaur Ghat

Walau belum nonton film Goliyon Ki Raasleela Ram-leela (2013), tapi lagu-lagu film ini tuh udah saya dengerin sejak lama, jauh sebelum saya berangkat ke Udaipur. Nah, dari cuplikan filmnya, ada satu adegan yang lumayan ikonik saat Deepika Padukone terlihat diseret-seret di sepanjang jalan labirin Udaipur hingga menuju Gangaur Ghat, sebuah gerbang tua yang menjadi ikon wisata Udaipur juga.

Ghat, itu adalah deretan tangga batu yang mengarah ke air (sunga, danau atau laut) yang biasa dipakai untuk mandi, mencuci, beribadah bahkan prosesi berbagai macam upacara keagamaan. Kalau di Varanasi tempat Sungai Gangga berada yang pernah saya datangi, bahkan ada ghat yang dipakai untuk proses kremasi.

Nah, di Udaipur, Gangaur Ghat ini adalah ghat utamanya. Dibangun sekitaran abad ke-18, ghat ini dulunya digunakan keluarga kerajaan yang berhubungan dengan air suci di Danau Pichola. Dinamakan demikian karena merujuk dari adanya Festival Gangaur, yang merupakan salah satu perayaan umat Hindu paling penting di Rajashtan.

Coba perhatikan detail Gangaur Ghat ini, cantik!

Ghat berarti tangga yang ada di tepian sungai, danau atau laut.

Nyantai di sekitaran Gangaur Ghat

Gak heran kalau udah banyak film yang syuting di sini. Roger Moore aja pernah ke sini saat syuting film Octopussy yang menjadi salah satu film franchise James Bond 007. Oh ya, apa jadinya jika Gangaur Ghat ini dilihat dari seberang danau?

Ke Sisi Lain Danau Pichola

Sepenglihatan saya, Jembatan Daiji adalah satu-satunya jembatan yang mengubungkan sisi Gangaur Ghat menuju Ambrai Ghat yang ada di sisi seberangnya. Di hari-hari awal di Udaipur saya emang belum sempat main ke sisi berlawanan Danau Pichola ini, dan di hari terakhir ya harus dilakukan sebelum berpindah ke kota lain.

Bangunan-bangunan di sekitaran Danau Pichola

Jembatan Daiji mirip jembatan Rialto yang ada di Venesia

City of Palace dilihat dari Jembatan Daiji

Jadilah, dengan melewati Jembatan Daiji, saya berjalan menuju Ambrai Ghat atau Hanuman Ghat yang secara bangunan memang tidak semegah Gangaur Ghat tapi ini dia spot terbaik untuk melihat Gangaur Ghat berdampingan dengan bangunan tua lain termasuk City of Palace yang membentang hingga ke ujung Danau Pichola.

Sama kayak Danau Fateh Sagar yang merupakan danau buatan, Danau Pichola juga sama, malah usianya lebih tua karena dibangun pada tahun 1362 yang memiliki 2 pulau di tengahnya yakni Jag Niwas dan Jag Mandir, di mana salah satu hotel mewah Taj Lake Palace Hotel atau Pichola Hotel berada di Jag Niwas.

Nah ini Gangaur Ghat terlihat dari Ambrai Ghat

Hotel di sekitaran Ambrai Ghat

Bangunan di tengah danau.

Restoran di sekitaran Ambrai Ghat

Danau yang dibangun oleh seorang Banjara pada akhir abad ke-14 dan tanggulnya dibangun oleh Rana Udai Singh pada tahun 1560 ini dinamakan demikian karena ada desa bernama Picholi di dekat situ. Ya, nama danaunya diubah sedikit menjadi Danau Pichola kemudian.

Sejauh pandangan mata sih saya nggak melihat sampah di danau ini. Sepertinya kombinasi antara petugas kebersihan yang bekerja dengan baik dan penduduk yang lebih menjaga kebersihan danau. Syukurlah, sebab, India yang sering tampak di media itu adalah India yang kumuh, padahal kita juga gak mau Indonesia dikenal karena Sungai Ciliwung yang kotor padahal ada banyak tempat yang bersih dan indah bukan?

Di sekitaran Ambrai Ghat ini saya melihat begitu banyak aktifitas. Ada sepasang kekasih yang tengah melakukan pemotretan untuk pernikahan, ada yang sekadar duduk santai sambil ngemil, ada juga yang berenang. Ya, berenang!

Bocil-bocil pada berenang

Deretan hotel di sepanjang Danau Pichola

Nongki bersama bestie

Salah satu area nyantainya. Bersih!

City of Palace terlihat dari Ambrai Ghat

Pose dulu

Sebagian orang yang punya cukup uang bisa berkeliling danau menggunakan perahu wisata. Lagi-lagi, mungkin karena sejak awal saya nggak begitu niat melakukannya, jadi nggak cari tahu soal biaya dan waktu perjalanannya. Agak menyesal juga, sebab India ini kan nggak mahal-mahal banget biasanya biaya objek wisatanya. Ya, pengecualian untuk Taj Mahal sih yang jadi objek wisata utama di India.

Warga lokal berkumpul untuk JJS 🙂

Pria tua memainkan Ravanhatta, alat musik gesek yang diyakini tertua di dunia. Namanya berasal dari Ravana, tokoh dalam epik Ramayana, yang konon disebut sebagai pencipta alat ini.

Rombongan wisatawan di Danau Pichola

Nah, balik lagi ke pernyataan awal yang saya tulis, kalau jumlah danau di Udaipur ini sedikit, kenapa kemudian dia diberi judulan The City of Lakes? rupanya hal itu terkait keberadaan danau-danaunya yang mencerminkan identitas geografis, sejarah dan budaya yang ada di Udaipur.

Inginnya sih saya menikmati pergantian sore ke malam di sini. Tapi, saya harus bergegas kembali ke hostel untuk final packing, dan bersiap bergerak menuju stasiun untuk berpindah ke kota selanjutnya. Tapi, sebelum pulang, ya saya sempat mampir lagi ke Jembata Daiji untuk menikmati kota Udaipur dengan siraman cahaya lampu untuk terakhir kalinya. Sayang, kamera saya gak mampu menangkap keindahan kota ini saat bermandikan cahaya lampu di malam hari.

Apa artinya saya harus kembali lagi ke The City of Lakes ini?

50 komentar di “Menyelinap di Dua Danau Indah yang Ada di The City of Lakes

  1. Kalau dengar kata India ga tau kenapa dalam bayangku itu jorok dan sumpek. Mungkin karena kebanyakan seperti itu yang aku tonton / baca.

    Tapi lihat danau ini malah lebih mirip Eropa, sih, ini. Bersih, rapih. Disemua foto kakak, malah ngga ada nyempil bahkan satu sampah terlihat.

    Keknya di Indonesia belum ada yang sebersih ini juga, deh. Keknya ya….

    Trus itu jalan setapak di hutan itu juga saluuut, bersih dan ngga becek. Mirip taman hutan raya kah kalo di negara kita?

    Aaaah aku juga kalo ikut kesana pasti betah berlama2 di atas. Apalagi sepi, puas banget mandangin dan nikmatin suasana.

    BTW, kalo naik di puncak itu ada bau pesing ngga, kak? Hahaa

    Maklum, sudah terbiasa mendapati yang seperti 😀

    • Nggak ada pesing sama sekali! area pasarnya pun bersih. Kalau di kota lain ya memang nemu yang bau pesing atau jorok. Tapi ya itu, India luas, dan masing-masing kota ada kelebihan dan kekurangannya 🙂

  2. Selain ke Sungai Gangga, aku tuh pengen banget ke Vrindavan, Kashmir dan Meghalaya. Seingatku ada beberapa temanku asal India yang nyeletuk kalau aku yang nggak doyan panas ini lebih cocok tinggal di kawasan India Utara (yang kalau nggak salah inget tuh kawasan himalaya dan wilayah pegunungan) Hahaha…
    Dan emang tempat-tempat itu tuh kalau dilihat bisa bueda banget sama New Delhi. Lihat Danau Fateh itu ya hijau nya sueger banget..
    Ya Ampun Omm, aku terpana bangetttt!! 😀

    • Nah aku kebalikan, gak begitu suka sama cuaca dingin ekstrim. Kalau sekadar dingin masih oke, tapi kalo puncak musim dingin yang bersalju gitu aku bisa tersiksa kayaknya haha.

  3. Sepertinya memang harus kembali lagi hihi. Ada yang kurang soalnya

    Saya mikirnya The City of Lakes tuh danaunya sampai berapa gitu…tapi memang ada beberapa danau sih..yang dari penampakan fotonya nampak indah dan tenang. Juga termasuk bersih mengingat letaknya di Udaipur, India. Sebuah kolaborasi yang baik antara Pemda dan warga lokal yang sadar wisata.

    Terima kasih sudah menceritakan juga membidik kehidupan di dua danau indah yang ada di The City of Lakes

  4. Aku yakin kalau ado yang nawari awak pindah ke India pasti langsung ngangguk. Siapo tahu Yan, berjodoh dengan cewek India (cepet-cepet ngacir). Caknyo ulasan Yayan tentang India selalu mengalir, dinikmati kata per kata, dan terselip kesan yang begitu mendalam. Hafal seluk-beluk yang menyempurnakan sisi story telling nyo.

    Ado memang tempat-tempat yang begitu berkesan di hati kito ye Yan. Kalo aku amati foto puncak Moti Magri, aku pun keknya bakal sangat menikmati waktu dan pemandangan yang terhampar di sano.

  5. city of lakes ini, dengan jumlah danau yang ternyata gak banyak, kayak menyebut pulau seribu gak sih di sini? Kan pulaunya banyak, tapi kalau dihitung gak sampai seribuan gitu hehe.

    Untuk yang danau nya gak ramai, mungkin vibesnya beda. Atau orang² memang gak sreg aja kali ya buat eksplor lebih jauh

    • Mungkin merasa cukup dengan hanya eksplor Danau Pichola aja wisatawan lainnya itu. Atau juga karena danaunya luas, jadi penyebaran wisatawannya merata, gak terlihat menumpuk di satu titik. Dan, mungkin juga ramenya pas sore hehe, aku datangnya pagi saat itu.

  6. Nah saya juga nyari-nyari sampah di foto danau (hehehe kurang kerjaan), ternyata ada petugasnya ya?

    Sementara di Indonesia, kalo gak salah danau Toba yang terkenal sebagai destinasi wisata konon dipenuhi sampah

    Eniwei drama Korea juga ada yang shooting di India, tapi lupa judulnya, kalo gak salah sih Memories of the Alhambra. Apa pun itu, gak heran jika banyak yang menggunakan keindahan India untuk latarbelakang drama/film

    • Aku sempat nonton 2 episode pertama Memories of Alhambra, tapi gak lanjut. Kurang cocok di aku. Membosankan. Dan seingatku mereka syutingnya di Eropa, Ambu. Tapi mungkin juga ada bagian yang diambil di India, ya.

  7. Maafin OOT ya Omndut,

    walau aku bacanya – as always I love your articles- detail dan menikmati tapi yang terlintas malah sebuah fiksi….

    Bayangin ini, ya.Baru saja neng Tanti menutup novel Pearl S. Buck yang sempat bikin matanya berkaca-kaca, eh… halaman terakhir tiba-tiba bergetar, huruf-hurufnya meleleh seperti tinta yang mencair. Sebelum sempat panik, “brak!” — ia sudah berdiri di tepian Lake Pichola, Udaipur.

    Air danau memantulkan cahaya sore, lembut seperti sutra. Gondola kecil bergoyang pelan, aroma rempah bercampur wangi bunga melati menyelinap di udara. Dari kejauhan, sebuah perahu megah dengan ukiran emas mendekat. Di atasnya, berdiri seorang pangeran India — tinggi, sorot matanya teduh tapi menyimpan rahasia, pakaian sherwaninya berkilau terkena sinar matahari.

    “Selamat datang di kotaku, Tuan Putri dari Dunia Lain,” ucapnya, suaranya seperti musik yang dimainkan di istana marmer.

    Neng Tanti cuma bisa nyengir, setengah kagum, setengah bingung: ini nyata atau cuma bonus bab tersembunyi dari novel yang baru ia baca? Yang jelas, Udaipur sore itu terasa seperti halaman cerita yang menolak ditutup.

    • Haha gakpapa banget mbak, malah aku tersanjung tulisan perjalanan ini bisa memantik imajinasi sedemikian rupa. Tentang Pearl S.Buck, namanya besar sekali. Aku udah dengar lama dan penasaran lama terhadap karyanya. Tapi belum ada momen untuk berkenalan. Ada rekomendasi, judul mana yang menurut mbak bagus untuk kenalan dengan Pearl S.Buck?

      • Waaah aku udah baac hampir semua novel Pearl S Buck Omnduuuutttt .. alhamdulillaah alm Bapak yang punya dan koleksi semua novel tersebut, ya jangan ditanya yaaa sekarang pada ke mana novelnya (secara neng Tanti juga udah pindah rumah berkali-kali dan pindahnya juga jauuuh Kalimantan Utara – Kaltim – Jakarta dan terakhir Ciputat huhuhuhu…)

        the most touchy tentu saja The Good Earth dan Letter from Peking, karena keduanya banyak bicara soal cinta, kehilangan, keluarga, dan perjuangan hidup.

        lalu I looove : Pavilion of Women, kisah seorang wanita bernama Madame Wu yang setelah berusia 40 tahun mau fokus ke dirinya sendiri, terus dia mau menyerahkan suaminya ke selir supaya dia bisa fokus pada spiritualitas. hebatnya Madame Wu – dia yang mencarikan selir tersebut (sesuai selera dia dong) daaaan… yessss plot twist banget : anaknya jatuh hati pada si Chiu Ming ini – dan suaminya malah kawin dengan pelacur (huaaaa .. ternyataaaah…)

        Ah, The Good Earth (Bumi Yang Subur) adalah novel paling ikonik, tentang Wang Lung si petani miskin di Tiongkok yang berjuang, nikah sama O-Lan, dan hidupnya naik-turun karena tanah dan kekuasaan. Bener-bener heartbreaking tapi juga penuh harapan.

        coba cari deh mas, such a deep and makes my heart warm

        • Lengkap banget rekomendasinya. Aku udah masukin ke wishlistku di goodreads haha, dan semoga nanti bisa dapet bukunya ntah beli atau pinjaman dan bisa kenalan langsung sama Pearl S buck ini. Makasih mbaaak

  8. Ketika membaca judulnya tentang The City of Lakes saya mikirnya apa ini di Amerika atau Eropa ya, eh ternyata Udaipur alias India. Seneng ya kayanya kalau bisa menikmati senja di tepi danau atau pas lihat matahari terbit, kebayang Indahnya.

  9. melihat kondisi kota nya di foto2 yg awal, aku langsung suka, Krn terlihat bersih, dan ga seramai Mumbay atau new delhi . Ditambah dengan view danau, langsung ngerasa ini tempat sejuuuuuk, sesuai dibilang Kashmir kedua

    Lihat danaunya dari atas , pasti betah sih mas. Cakeeep banget. Sayang langitnya mendung yaaa.

    Yg hall of heroes aku pun sukaaaaa. Apalagi ini lukisan. Terkadang untuk memahami sesuatu, lebih mudah jika melihat gambar, termasuk dari lukisan. Tapi walau lukisan ini ttg sejarah mewar, ada informasi lengkap yg ditulis ga mas? Atau hrs dengar dari guide?

    setuju sih utk ga menyamaratakan suatu tempat. India yg sering di expose mungkin yg kumuh aja. Padahal ada banyaaak tempat cantik dan menarik di sana. Itu yg bikin aku masih mau bangettttt utk bisa DTG ke India. Melihat langsung dengan mata kepala sendiri.

    • Untuk Hall of Heroes ini aku rasa gak perlu sampe harus pakai guide mbak. Tapi kalo yang City Palacenya nah itu bisa, sebab lebih besar bangunannya dan lebih banyak yang bisa diceritakan.

  10. Lihat deretan hotel di sekitar danau Pichola jadi inget sama film James Bond deh, aku lupa yang mana, tapi yang jelas yang pemerannya Daniel Craig. Apa berarti mereka shootingnya di India sini ya, wkwkwk.

    Suka banget yang wall of heroes juga lagi. Berarti beli tiketnya cukup sekali aja ya bisa masuk sini. Aku juga gak bisa melukis, tapi seneng aja liat lukisan dan nebak2 ini dilukis karena apa dan artinya apa, ahaha (efek abis nonton Pencuri Raden Saleh).

  11. Bener banget liat foto2nya ini ternyata ada sisi lain di India yang memang bersih dan rapi yaa tidak India yang kumuh kotor dan klakson yang bersahut2an soalnya bbbrop hari ini suami lagi mantengin utuper Indo yang tinggal di India dan melihat kehidupan disana kok keliatannya crowded banget..

    Tapi baca tulisan ini seperti melihat sisi lain India jadi mungkin tergantung kitaa mengunjungi daerrah mana gt ya seperti di Indo ini ada kota yang memang bersih rapi namun ada juga bagian lain sisi kota yang kumuh dan kotor hehe

  12. Bener sih mas, kayaknya mesti segera agendain balik ke The City of Lakes. Supaya bisa merasakan nuansa senja, sore. Apalagi sedang hype di negeri ini terkait film Sore. Rasanya semua orang jadi hobi berburu nuansa langit ala sore di berbagai kota dan negara.

    Momen sore memang indah, menawan apalagi kalau cuaca lagi oke.

    Suka banget sama jepretan sang bapak memainkan alat musik, beneran humanis dan alat musiknya pun bernilai.

    Menjelang akhir artikel jadi terjawab terkait kenapa di juluki The City of Lakes. Ternyata sungai di India bagus sekali 🤩 bersih dan view gedungnya beuh makin ciamik deh. Pantes kalau dijadiin area shooting karena estetik terutama bangunannya.

  13. Ternyata di India ada kota yang indah dan hijau begitu ya. Tidak seperti bayangan saya yang kotor, semrawut dan gersang.

    Danau Fateh Sagar ini menarik. Saya suka yang ada taman-taman hijau seperti itu. Lebih menenangkan. Walaupun Danau Pichola juga tak kalah indah.

  14. Artikelnya menggugah banget buat mencari tahu lebih dalam mengapa Udaipur dijuluki The City Of Lakes. Beberapa alasannya antara lain karena danau2nya rupanya dibangun oleh penguasa pd masanya untuk mengatasi kekeringan ya. Juga jaringan danau yang saling terhubung. Asli deh, foto2nya di sini memperlihatkan India yang cantik banget dan ga ada kesan2 kumuhnya ya. Seperti jalan2 ke kota2 tua yg cantik tapi misterius ^_^

  15. Salfok dengan cerita dihampiri anjing, walau anjingnya selalu menghindari- apa ini efek auranya kuat banget kayanya ya.. wkwkw,

    Selain itu daku selalu salfok dengan foto-foto arsitektur yang Mas Haryadi suguhkan.. tonenya bikin jajaran bangunan di The City of Lakes ini terlihat makin syahdu..

    Kalau dilihat sekilas sepertinya bangunan di Udaipur ini memiliki gaya Rajasthani dan Mughal,juga adanya sentuhan Eropa. Khas banget nuansanya, sekalipun padat tetap terlihat artistik >.<

  16. Tidak ada spot yang gagal untuk dijadikan stok foto selama berada di area danau indah di sana, bahkan masyarakat di sekitar situ pun bisa jadi objek untuk nyetrit

    Hmm… bakalan masukin list nonton deh ini film karena penasaran aja jalan cerita dan latar yang diambil sesuai dengan yang diceritakan di sini.

    City of Palace-nya juga so uniqe diambil dari spot jembatan… Ah, pengen juga ke India tapi kapan ya

  17. Apa karena mereka bekas jajahan Inggris yaaa, jadi gemes sama bangunan2nya yang arsitekturnya cakep2 gituuu, kalau melihat dari foto2nya.

    Padahal danaunya cuma 7 tapi kotanya udah dapat gelar kehormatan jadi kota danau ya. Wah kalau baru mengunjungi 2 berarti kudu balik buat ngunjungi 5 lainnya nih mas hehe.

    Udah kuduga danau2nya juga dipakai buat festival2, mungkin kek festival keagamaan yang kyk pd nyemplung di danau, mandi2 gitu gak sih/ #sok tahu. Eh kalau ghat buat kremasi itu gimana, apa kremasi dilakukan di sana atau cuma buat nyebar abunya aja ya?

    Ada museum dan alun2 juga di sana yang sayang sekali kalau gak dikunjungi ya. Mungkin banyak wisatawan memilih masuk museum duluan karena menyukai seni, mau lihat lukisan2 tersebut. Mana gratis pula tiket masuknya.

    Oooo ternyata ada juga wisata naik perahu yaa. Hihihi idem aku pun yang gak terlalu suka perairan juga kyknya cukup di pinggiran danau aja gak naik perahu =))

    • kalau aku dikasih liat beberapa foto yang menunjukkan bangunan atau sudut bangunan tertentu di India, aku bakalan jawab itu adalah di eropa. Soalnya kalau dari Jauh, mirip seperti bangunan-bangunan di eropa. Unik, klasik tapi cakep.

      dan menuju puncak Moti Magri lumayan juga ya. aku jadi berpikir, sepertinya banyak bangunan klasik atau lokasi wisata di India yang lokasinya di dataran tinggi ya. Karena sepertinya hampir semua lokasi bangunan bersejarah yang dikunjungi mas Yan berada di ketinggian, dan kita bisa melihat view sekitaran dari atas.

    • Haha aku sih suka, cuma ya dulu gak kepikiran aja buat nyari info karena mikirnya akan mahal apalagi aku sendirian. Kecuali di Sungai Gangga, dulu aku bela-belain sewa perahu demi experiencenya.

  18. kini jelas sudah… Kenapa Udaipur di julukan the city of Lakes ya Mas. Karena walau danaunya tidak terlalu banyak, tapi saling berdekatan dan semuanya indah dan menarik. Jad kalau pas ke sana bisa dikunjungi sekalian. Terus mungkin karena sejarah danau itu juga yang sudah ada sejak lama. Saya jadi pengin naik perahu Menyusuri sungai. Pasti menyenangkan sekali. O iya selama ini saya lihatnya India yang kurang enak aja. Kaya transportasi umum terus jorok. Padahal banyak sisi lain dari India yang indah. Termasuk danau danaunya. Semoga bisa ke Daipur nih. Aamin

  19. Luar biasa ya pemandangannya Yan, benar-benar memanjakan mata pengunjung.. mana rapi dan bersih.. danaunya luas jadi kayak lautan.. benar-benar sumber kehidupan masyarakat kota ya danau ini.

  20. Sepertinya jadi pertanda kalau kak Yayan harus kembali ke UDaipur untuk mendokumentasikan Udaipur dengan siraman cahaya lampu di malam hari deh. Apakah sama indahnya dengan siang hari

    Unik ya kotanya, danaunya pun sebetulnya tidak terlalu besar tapi karena punya ciri khas itu tadi jadi ya bisa la jika Udaipur disebut dengan City of Lake

  21. Selalu suka kota-kota dengan unsur banyak air kayak Stockholm dan Amsterdam, nah Udaipur masuk daftar juga nih. Bersih-bersih suasananya, mas! Jalan-jalannya, danaunya. Sekilas gegara pepohonan kering itu, juga kayak di negara 4 musim.

    Udaipur ini di utara kan ya? Daerah utara bersih juga ya, mas.

  22. Daripada ke danau malah tertarik ke Bukit Mutiara apalagi harga tiket cuma 10.000 kalau dirupiahkan dan buat turis gak dimahalkan. Nah pas ke sana Mas Yayan pakai guide, ditemani warga lokal (teman), atau gimana?

    Kalau cewek solo traveling ke Udaipur aman kah?

Tinggalkan Balasan ke Istiana Sutanti Batalkan balasan