Pelesiran

Salah Kaprah di Jabal Rahmah

Kata orang, kalau mau ibadah umroh banyak yang harus dipersiapkan. Ya biayanya, fisiknya, mentalnya termasuk juga segala macam kejutan yang sering diceritakan oleh orang-orang yang tak jarang bikin gentar. Takut. Ngerasa banyak dosa dan takut menerima balasan instan di sana. Ya, saya pun begitu. Tapi, lupa siapa yang bilang, “justru kalau merasa banyak dosa ini kesempatan untuk meminta ampunan dariNya.” Bener banget, kan!

Tahun 2018 lalu, saat saya dan beberapa anggota keluarga berkesempatan umroh untuk pertama kalinya, alhamdulillah ibadah berlangsung dengan relatif lancar. Iya sih saat di Mekah saya sempat demam dan sakit tenggorokan. Terlepas faktor cuaca atau kelelahan, bisa juga emang itu cara Allah Swt sayang ke saya, dikasihnya penyakit yang mudah-mudahan dapat menggugurkan dosa.

Tak hanya itu, rombongan kami mendapatkan beberapa kejutan yang… katakanlah kurang menyenangkan. Salah satunya, larangan ziarah untuk seluruh jamaah umroh yang datang pada saat itu.

Salah satu jamaah duduk dan berdoa di Jabal Rahmah

“Mohon maaf sekali, baru tadi malam diumumkan oleh pemerintah Saudi untuk larangan berziarah. Jadi kita nggak bisa mengunjungi Jabal Rahmah dan sekitaran Mina besok,” ujar ustad pembimbing.

Banyak jamaah yang kemudian mempertanyakan. “Beginilah bapak/ibu, peraturan semacam ini memang sering kali dibuat mendadak,” sahut ustad lagi.

Berhubung saya dan keluarga cukup dekat dengan ustad, jadi kami berusaha mengorek info kenapa tiba-tiba larangan itu diberlakukan. Menurut beliau, ada kelakuan jamaah Indonesia yang merayakan ulang tahun dengan prosesi-prosesi yang tidak sesuai aqidah di sekitaran Jabal Rahmah sehingga petugas dan pihak yang berwenang memutuskan untuk mensterilkan dulu area itu.

Jadilah, kami “hanya” diajak ke kebun kurma yang sebetulnya outlet penjualan dan juga sebuah padang tempat beberapa onta dikembangbiakkan. Ironisnya, tepat sehari setelah kami pulang ke Indonesia, larangan ziarah itu kembali dicabut. Saya, rombongan dan juga semua jamaah yang datang di saat itu jadinya belum berkesempatan melihat langsung tempat pertemuan Adam dan Hawa itu.

Datang ke Titik Pertemuan

Rasanya semua orang sudah tahulah ya kisah Adam dan Hawa yang terusir dari surga dan diturunkan ke bumi. Konon, Adam diturunkan di satu tempat di India (bahkan ada juga yang menulis Sri Lanka) sedangkan Hawa di sekitaran Jeddah. Menurut referensi yang saya baca, peristiwa ini terjadi sekitar 209 ribu tahun yang lalu.

Keduanya lalu terpisah selama 200 tahun. Nah, di kawasan Arafah, terdapat sebuah bukit yang diyakini menjadi tempat pertemuannya Adam dan Hawa. Bukit inilah yang dinamakan Jabal Rahmah dan menjadi tujuan wisata umat Islam dari seluruh dunia.

4 tahun pasca kegagalan saya dan rombongan berziarah ke sana, saya dikasih kesempatan untuk kembali ke Tanah Suci sekaligus diberi amanah menjadi seorang TL atau Tour Guide (suka duka menjadi TL akan saya tulis terpisah). Tak hanya sekali, tapi hingga kini terhitung 3 kali saya sudah mendatangi bukit setinggi 70 meter ini.

Pedagang yang bikin area jadi penuh sesak

Di kedatangan pertama, suasana di sekitar Jabal Rahmah begitu sesak. Jamaah umroh dan pedagang masing-masing berebut ruang untuk menikmati Jabal Rahmah dengan caranya masing-masing. Waktu yang saya punya pun tak banyak mengingat kami harus segera kembali ke Mekah untuk salat dzuhur di Masjidil Haram.

Waktu yang diberikan oleh ustad untuk berfoto hanya 15 menit. Apa cukup untuk naik ke atas?

“Bisa saja, soalnya nggak begitu tinggi. Tapi harus cepat, ya!”

Mendengar itu, saya coba mendekat dan mendaki bukitnya. Sejak awal saya nggak yakin waktunya cukup. Ketika saya mulai menaiki anak anak tangga, terlihat makin jelaslah deretan pedagang yang berjubel di bawah. Bulan Oktober ternyata cuaca juga masih panas. Udara juga terasa kering.

Terlihat orang-orang yang mendaki ke puncak di sela bebatuan, ya.

Sebagian lagi cukup puas sampai ke titik ini sebagaimana saya.

Dari sisi ini, saya melihat rombongan jamaah lain yang mulai mendaki batu demi batu demi menuju puncak. Medannya lumayan sih, kalau nggak hati-hati bisa terjatuh. Saya gamang, antara ingin naik ke atas atau tidak. Jika saya jamaah biasa, mungkin jika terlambat tiba di titik pertemuan dan waktu yang ditentukan akan dimaklumi. Tapi saya kan petugas ya. Masa iya, TL-nya malah telat?

Saya akhirnya memutuskan untuk batal mendaki bebatuan, sembari berharap akan ada kesempatan lain untuk saya kembali ke sini dan melihat langsung monumen titik pertemuan Adam dan Hawa itu.

Di sisi kanan itu deretan tangganya “tersembunyi”

Nah ini dia tangganya

Setelah mengambil beberapa foto, saya turun dan menuju meeting point.

“Lumayan juga kalau mau mendaki ya ustad. Saya takut waktu nggak cukup.”

“Oh kalau mau naik ke atas bisa lewat sisi sebelah kanan,” ujarnya sambil menunjuk ke titik yang lain. “Di sana ada tangganya, jadi lebih mudah buat ke atas.”

Waduh, saya nggak tahu. Ustad mungkin lupa bilang dan sayanya juga salah nggak nanya. Ini salah kaprah pertama saya terhadap Jabal Rahmah. Jadi, bapak/ibu jamaah, kalau mau ke atas bisa naik tangga ya. Dijamin lebih cepat, mudah dan aman hahaha.

Batu-batu yang Menangis

Jabal Rahmah diyakini sebagai tempat tempat yang tepat untuk meminta jodoh. Benar, kah? Tiga kali umroh dan dibimbing oleh ustad yang berbeda, saya mendapatkan sudut pandang yang menarik seputar ini.

“Bapak/ibu jamaah, jika mau meminta jodoh, maka tempat yang paling mustajab untuk berdoa ya di raudhah atau di depan Masjidil Haram,” ujar ustad. “Jadi, nggak boleh ya mencoret-coret batu yang ada di atas. Kadang kelakuan jamaah Indonesia ini ada-ada aja. Nggak hanya mencoret tapi juga sampai meletakkan foto segala,” tambahnya lagi.

Bebatuan di belakang itu penuh dengan coretan nama-nama Indonesia.

Ini bahkan dicoret menggunakan cat. Seniat itu!

Saya mendengar apa yang disampaikan ustad dengan saksama. Benar juga. Jikapun mau berdoa di Jabal Rahmah ya wes silakan. Tapi kan nggak perlu sampai menyoret segala, toh?

Saat kedatangan pertama, masih di bagian bawah bukit, saya melihat langsung segala macam nama yang dicoret menggunakan spidol atau bahkan cat. Sebagian kecil ditulis dalam bahasa Arab. Sebagian besarnya…. nama-nama yang Indonesia banget! Bahkan ditulis pula nama daerahnya. Sangat memalukkan!

Jika batu-batu itu dapat berbicara, mungkin mereka akan meminta dan memohon agar tubuh mereka tidak dirusak. Dan, bisa jadi mereka melakukannya dengan menangis. Ironis, jamaah yang datang untuk beribadah malah melakukan vandalisme yang masif.

Berdoa di puncak Jabal Rahmah

Aha ini tangga yang saya maksud

Padahal, Allah Swt berfirman dalam Al-baqarah ayat 11, “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab, ‘sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Nah, silakan dipikir sendiri apa yang diperbuat jamaah itu apakah termasuk tindakan merusak atau perbaikan?

Sayangnya, beda ustad, beda pula isi kepalanya. Saat kunjungan kedua, ustad saya yang lain memberikan pandangan berbeda soal meminta jodoh di Jabal Rahmah ini. Ia bahkan menekankan untuk berdoa di sini.

Sedangkan untuk tindakan vandalisme, sempat ia singgung tapi nggak sampai memuat larangan kepada jamaah sebagaimana ustad pertama. Jika sudah begini, ya saya yang turun tangan dan ambil bagian mengingatkan. Terlebih untuk sebagian kecil jamaah yang berniat untuk naik ke atas bersama saya.

Alhamdulillah, belajar dari pengalaman pertama, kali kedua ini saya langsung menuju sisi kanan dan benar saja di balik bukit terlihat deretan tangga yang memudahkan saya dan rombongan untuk naik ke atas.

Sampai sehitam itu! padahal di atasnya udah ada larangan

Tak jauh dari tugu peringatan peristiwa bertemunya Adam dan Hawa

Begitu melihat tugu yang terbuat dari beton setinggi 8 meter sebagai penanda peristiwa bertemunya Adam dan Hawa, saya kembali kaget saat melihat tugu yang seharusnya bercat putih itu kini berwarna hitam pekat akibat banyaknya coretan pengunjung.

Padahal tepat di bagian atas tugu terdapat gambar berisi larangan untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak ada faedahnya. Seperti berdoa tapi terkhusus ke batu, meratapi batu hingga tentu saja mencoret tugu dan bebatuan yang ada di sana.

Saya sih lebih banyak berkeliling, menikmati pemandangan jajaran pegunungan As-Sa’ad setinggi 339 meter yang berada di sekitaran Arafah. Setelah dirasa cukup, saya meminta jamaah untuk segera turun karena waktu berkumpul sudah hampir tiba.

Sepertinya inilah pegunungan As-Sa’ad yang dimaksud.

Dokumentasi di kedatangan kali kedua, saat area disterilkan dan direnovasi.

Oh ya, saat kunjungan kedua itu, para pedagang tidak terlihat mengelilingi ring 1 Jabal Rahmah karena tengah direnovasi untuk persiapan haji. Ya, Jabal Rahmah (dan sekitaran Arafah secara umum) akan dipadati lebih dari 2 juta umat Islam dalam rangka ibadah wukuf di tanggal 9 Zulhijah.

Saya kira, setelah itu pedagang akan diperbolehkan lagi berjualan. Ternyata, di kedatangan ketiga saya Oktober 2023, area ini sepenuhnya steril. Pedagang hanya berani berjualan di jalanan sepanjang bus parkir. Bagus sih, jadi area utama Jabal Rahmah lebih tertib dan rapi. Tapi hal ini dibayar dengan semakin jauhnya area parkir bus. Sepertinya kami harus berjalan lebih dari 1 km untuk mencapai area utama Jabal Rahmah. Untuk saya yang masih kuat saja kecapekan, apalagi matahari bersinar terik.

Jabal Rahmah saat puncak haji. Sumber gambar viva.co.id

“Bagaimana dengan jamaah lain ya?” batin saya.

Rupanya saya nggak perlu khawatir. Sebab, begitu melihat deretan pedagang, jamaah yang sebelumnya mengeluh capek berjalan jauh, kepanasan dan segala macam, langsung semangat menawar barang dagangan. Tinggal saya yang hopeless meminta jamaah segera ke bus karena mau mengejar waktu dzuhur dan mengejar….jodoh hehehe.

59 komentar di “Salah Kaprah di Jabal Rahmah

  1. Pengalaman menarik, omnduut,
    Mendengar cerita-cerita bagaimana beberapa jamaah dari Indonesia atau dari negara lain yang tidak sesuai dengan aturan, memang menjadi permasalahan sendiri. Yang kena imbasnya adalah rombongan lain, semoga bisa kembali menginjakkan kaki di tanah suci.

    • Iya, walaupun aku sebenarnya agak gak yakin juga soal kabar itu, sebab katanya ada yang tiup lilin dan bawa balon di sekitaran Jabal Rahmah, tapi emang, di sana kalau ada kejadian kayak gitu bisa tiba-tiba diputuskan untuk larangan kunjungan dsb.

      Yang terkena ya rombongan lain, kayak aku dan jamaah yang jadi nggak bisa ziarah. Sayang sekali.

  2. Alhamdulillah. Berarti Mas Yayan udah 3x umroh? Pengeen ke sana ajak Saladin.

    Iyaa kalau ada coretan di batu2 Jabal Rahmah emang malu2in. Orang Indonesia apa belum bisa diajak tertib ya? Vandalisme di mana aja.

    Oh ya bener gak sih kalau di sana askarnya galak pas jamaah mau foto2 especially deket ka’bah?

    • Iya mbak, alhamdulillah. Umroh dalam rangka bertugas udah 3x. 1 kalinya yang sama keluarga.

      Asli malu banget. Sampe nulis nama daerah segala. (Kalau gak salah Bekasi apa Tanggerang gitu aku lihat).

      Soal askar… aku bahkan pernah ditangkap mbak hahahaha. Gara-gara rekam video pake kamera aksi/YiCam, kalau kamera HP sih gak masalah, puluhan orang lain begitu semua. Bebas. Nanti aku ceritakan lengkapnya ya, kudu siapin mental dulu. Malu sebenernya.

  3. Ya Allah, aku bener-bener terkompilasi deh antaa gemes, kesel, marah sama kelakuan warga wakanda ini. Ya ampun, sampai di tempat penuh berkah dan bersejarah saja, kita masi sering berbuat semaunya. Apalagi sampe timbul larangan dari pemerintah kayak gitu, aku malu banget bacanya mas.

    Makanya aku tuh suka gemes, kalo ada yang pas ngomongin agama tinggi banget, tapi pas buang sampah suka asal gitu aja. Wahai fulan, Engkau puji-puji Tuhan-Mu tapi tidak kau indahkan Al-Baqaah ayat 11?

    Gemeesss pokoknya ah.

    • Iya mas. Katanya bawa balon dan kue. Tapi ya wallahualam kebenaran ceritanya. Yang jelas tingkah laku jamaah Indonesia tuh ada-adaaa aja. Terakhir aku umroh, ada pengawasan ketat di masjid Al-Ghamamah di Madinah karena jamaahnya bikin prosesi doa yang gak sesuai syariat.

  4. Membaca ini membuatku menyadari kenapa banyak manusia yang tidak tahu situasi dan kondisi. Apalagi kalau tindakan mereka bisa merugikan orang lain. Sedih deh, bikin malu aja jamaah Indonesia.

  5. duh dimana-mana orang Indonesia bikin malu ya?
    Saya gak paham apa yang dipikirkan pelaku vandalisme seperti itu
    Tapi mungkin di situ tantangannya ya?
    Jika berhasil menaklukan keinginan merusak, maka lulus ujian

  6. Keren banget mas pengalamannya di sana. Seru kali ya, apalagi kayaknya cukup menantang teriknya. Semoga bisa terus menginspirasi dengan tulisan jalan2nya lainnya.

  7. Alhamdulilah bisa balik ke Mekah lagi ya
    Cerita nabi-nabi yang waktu SD sering aku baca dan membaca cerita ini, bikin aku penasaran sama lokasi pertemuan Adam dan Hawa, malah dulu waktu aku kecil mengira kalau lokasi-lokasi yang diceritakan di buku cerita Nabi sudah nggak ada lagi.

    Kalau kita ke tanah suci, kadang ada aja “gangguan” yang bisa membuat keinginan kita batal ya mas, tapi pastinya ada hikmah juga dibalik kejadian-kejadian yang kita alami disana
    aku sering denger cerita, ada yang bilang kalau kesana kadang kita kayak diuji kesabarannya, ada yang sandalnya ilang, terus misal kita mbatin haus, tiba-tiba ada yang nawari minuman.

    • Bener mbak, aku selama mendampingi jamaah, ngeliat sendiri saat jamaah diuji dengan satu hal yang kurang enak atau sebaliknya, dikasih rezeki berlimpah. Gak mau judge sebab apapun itu ya emang sudah jalan ibadah mereka harus dilalui demikian. 🙂

  8. Lihat di Tiktok juga gitu kak, banyak yang corat-coret nama, salah kaprah yang gak genah banget sih ya, soalnya jadi tertinggal jejaknya yang ketahuan nama² itu asalnya dari mana huhu.
    Semoga kedepannya yg beribadah umroh gak ada lagi yang seperti itu ya

    • Harusnya semua pendamping mengingatkan soal ini. Bahkan menurutku sudah harus “diancam” bahwa itu kerusakan, gak ada faedah dan bisa jadi mengurangi pahala ibadah secara keseluruhan. Orang Indonesia mah diancam aja masih bisa nekat, apalagi yang dibiarin aja.

  9. Pengalaman dan pandangan mata di Jabal Rahmah yang sangat menarik.
    Semoga bisa jadi pengingat untuk umat muslim yang ingin beribadah ke sana. Jangan sampai melakukan tindakan yang membuat tidak nyaman, apalagi sampai mencoret-coret batu. Ingat selalu, bukankah menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman?

  10. Adeemm bener saya baca tulisan mas Haryadi satu ini. Tapi jujur ada satu paragraf yang agak mengganggu keademan mata : jamaah Indonesia yang coratcoret batu di jabalrahmah.
    Saya langsung keingetan awal covid di Taiwan. Kami warga Indonesia sempat didiskriminasi (banget) sama warga lokal karena muncul di berita TV dan koran, kalau ada satu mbak buruh migran asal Indonesia yang dengan sengaja bermain tiktok saat sedang karantina di salah satu RS.
    Padahal saat itu sudah ada larangan untuk tidak mempublikasikan tempat karantina agar tidak terjadi kepanikan antar warga. Eee malah si mbak TKI ini dengan sadar memposting video dia joget-joget di RS dengan hastag Karantina Covid.
    Karena masalah ini, berdampak ke semua orang Indonesia yang tinggal di Taiwan. Ditandai orang Indonesia sebagai tukang penyebab masalah.
    11 12 sama persoalannya mas Haryadi ya, warga +62 ini kadang suka ngeyel kalau dilarang larang mah wkwk.

    • Duh malu-maluin banyak coretan di batu-batu Jabal Rahmah. Aku pernah denger cerita temenku yg pernah kesana juga katanya yang ‘terkenal coret2’ gitu kebanyakan orang Indonesia ya mas?

    • Duh malu-maluin banyak coretan di batu-batu Jabal Rahmah. Aku pernah denger cerita temenku yg pernah kesana juga katanya yang ‘terkenal coret2’ gitu kebanyakan orang Indonesia ya mas?

    • Ya ampun mbak, sedih juga aku bacanya. Nah itu, gara-gara satu orang jadi satu bangsa kena. Sekarang ini emang harus pandai-pandai menempatkan diri dan melihat situasi. Kadang ya ada yang sebagian khilaf, tapi ada yang sengaja melakukannya ya karena emang cari sensasi. Biar dihujar, biar rame dan ujung-ujungnya terkenal dan dapet cuan 😦

  11. Ya ampun kelakuan jamaah Indo ada-ada aja, sampe nama daerah segala disebutkan. Mau ditaruh di mana muka kita (ya gak tau, kok tanya saya)

    Semoga bisa merasakan beribadah di tanah suci ya, kuota saya gatau masih berapa belas tahun lagi hiks

  12. Kelakuan wisatawan sesama Indonesia di luar negeri memang seringkali membagongkan. Rasanya saat itu aku mau ngumpet dan ngaku paspor negara sebelah aja, hahaha.

    Puji syukur, mas Yayan diberi kesempatan beberapa kali ke Jabal Rahmah, jadi bisa memperbaiki kesalahan di kedatangan sebelumnya.

  13. Corat-coret sama jamaah Indonesia ini sebenarnya kurang edukasi saja ya kak, Karena ini kadang malah diwanti-wanti, eh nanti kalau di Jabbal Rahma tolong tuliskan namaku ya biar kami sekeluarga dipanggil juga kesana. Kadang itu malah yang diketahui

  14. bawaan banget orang Indonesia ya Mas, kemana-mana suka banget butuh pengakuan, sampai-sampai harus melakukan vandalisme di daerah suci seperti ini, semoga tidak ada lagi jamaah yang melakukan ini lagi, karena memabwa nama baik Indonesia. Semoga saya segera bsia bolak balik ke Tanah Suci Makkah, berjalan lancar saat perjalanan ke sini, aamiin allahuma aamiin

    • Betul, seharusnya pihak travel yang lebih ketat mengingatkan jamaah. Aku ngebayangin seru juga kalau ada petugas khusus di sana, yang ketahuan nyoret kena denda sekalian hehe

  15. Masha Allah, pengalamannya membuat saya dan mungkin pembaca lain ingin dapat berkunjung ke sana. Saya berdoa yang kenceng nih kak, agar bisa diberi kesempatan untuk berkunjung ke Jabal Rahmah. Aamiin.

  16. Selalu happy kalau baca pengalaman-pengalaman umroh atau haji… bikin kangen untuk balik ke sana…
    Semoga Allah perkenankan saya mengunjungi Tanah Suci lagi… Waktu saya umroh juga ngga disangka sih, baru niat ngga tau uangnya darimana, tiba-tiba bos ngasih bonus dari kantong pribadinya waktu saya resign, dananya pas banget untuk umroh, benar2 semuanya tercover sampai belanja oleh-oleh. Allah itu Luar Biasa.

  17. Aku baru tahu kalau ada tangga di Jabal Rahmah!! Pas ke sana tim naek-naek ke batu sampai ke atas. Terus bengong sendiri karena di atas penuh sama yang berdoa, shalat, dagang, dan batu-batu yang penuh coretan. Padahal ada larangan supaya ga nyorat nyoret ataupun shalat di atas sana :’).

    Semoga aku bisa dapet undangan lagi buat umrah, aamiin

  18. Ntah gimana lagi nyadarin oknum2 Indonesia ini supaya ga ngelakuin hal2 yg memalukan negaranya sendiri yaaa. Yg begini ini bikin Indonesia susah utk dpt free visa kemana2. Kelakuannya ajaib begini . Ngakunya aja bangsa muslim terbesar, agamais, tp klakuan kok Dajjal banget 😔

    Aku dulu juga ga naik ke atas mas, mikirnya naik batu juga hahahahaha. Ternyata ada tangga yaa. Lah ustadnya juga ga nganjurin naik soalnya 😂.

    Semoga lah dpt kesempatan kesana lagi

    • Menurutku bisa dengan cara penerapan denda. Tugaskan petugas di sekitar sana, yang ketahuan nyoret langsung tangkap dan denda. Gak usah banyak-banyak 10 atau 20 riyal aja. Yang jelas ada efek jeranya di mereka, mudah-mudahan ^^

  19. Masya Allah tabarakallah, keren sudah beberapa kali umroh. Pasti banyak kejadian berkesan banget ya. Ketika jatuh sakit pun tetap berhusnuzhan, salut dan emang betul ya saat di timpa sakit, semoga menjadi penggugur dosa-dosa aamiin.

    Oalah salah kaprah terkait Jabal Rahmah itu ternyata bisa naik pakai tangga supaya lebih mudah dan cepat ya. Kemudian turut prihati dengan tindakan vandalisme apalagi di dominasi dengan nama-nama Indonesia bahkan nama daerah, duhhh. Semoga jadi pembelajaran dan pengingat, agar tidak ada lagi yang melakukan tindakan vandalisme di Jabal Rahmah.

    Dan ketika memutuskan umroh semoga niatan nya untuk ibadah serta semoga 2024 saya dan keluarga bisa umroh bareng, aamiin.

    • Iya alhamdulillah mbak, berkat dikasih kepercayaan sama temen. Sebenernya banyak cerita lagi yang sebenarnya besar hikmahnya, tapi aku masih pertimbangkan dapat ditulis/nggak 🙂

  20. Ya Allah, sedih amat situs berharga seperti ini sampai dicoret-coret, memang perlu dididik nih jamaah Indonesia ya masih banyak yang berlaku sesukanya… Alhamdulillah akhirnya bisa naik ke bukit Jabal Rahmah ya Yan..

  21. Suka sedih & miris baca/denger kelakuan jamaah +62. Niatnya ke sana tuh ibadah atau apaa? Sering di notice jg sama imam masjid kan, bikin malu. Semoga kita dijauhkan dr sikap seperti itu ya

  22. Aku pernah liat foto Jabal Rahmah yang ada coret-coretan namanya. AKu jadi inget kelakuanku pas SMP.

    Cuma ya.. karena bocil dan belum ke Jabal Rahmah, jadi coret-coretannya di genteng.

    Kepikiran gak, gimana aku bisa manjat genteng?Hehhee, gak ada yang nanya, aku jawab deh.. Itu ada kelas di lantai 2 yang sebelahan ama genteng. Karena aku lagi micheosseo, ya aku tulis namaku dan namanya. Eaaa~

    Ketauan pasti.Tapi aku berkelit “Bukan tulisan aku..”Wakakaka~ ngabodor waeee…

    Bitiwei,Kalau ke Jabal Rahmah dikasih waktu berapa lamakah?Soalnya Ibukku juga kalok umrah masiii aja ke Jabal Rahmah. Aku yakin dengan kecepatan mendaki seorang ibu-ibu lansia, berarti masih diberikan waktu yang cukup kan ya..

    • Hahaha kocak ceritanya.

      Soal waktu ke Jabal Rahmah itu tergantung travelnya. Kalau dari pengelola sih nggak ada batasan, mau dari pagi sampai sore juga boleh hihihi.

  23. Masyaallah bisa umroh berkali-kali adalah berkah yg tidak bisa dinilai dengan apa pun. Suka heran sama jamaah yg tidak belajar terlebih dahulu sebelum pergi ziarah ke tempat-tempat ziarah seperti ke Jabal Rahmah ini, bahwa kita tidak bisa seenaknya merusak apa pun yg ditemui. Sama juga dengan ustaz yg mengajarkan macam-macam bahkan cenderung bid’ah kepada jamaahnya.

    • Iya bener, ustad juga manusia yang menurutku gak semua omongannya harus ditelan mentah-mentah. Mana yang gak sesuai kata hati, bisa gak dilakukan menurutku.

  24. Baru tahu kalau ada yang sampai coret2 batu di Jabal Rahmah gitu. Ya memalukan aja sih kalau sampai melakukan perbuatan yang malah merusak batu di sana. Btw terkait salah kaprah di Jabal Rahmah ini saya juga sempat mengira seperti itu, harus mendaki dulu eh tapi dengar cerita orang tua saya yang sudah ke sana, ternyata ada tangga yang disediakan ya, jadi lebih mudah dan cepat kalau mau sampai ke puncak

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.