Pelesiran

Nongkrong di Ancol Ala-ala Hingga Mencicipi Nasi Minyak Para Artis di Jambi

????????????????????????????????????

.

“Wah jembatannya bagus ya, Yah!”

“Iya bagus bener. Sudah lama ya kita tidak ke Jambi,” jawab Ayah. “Sayang jembatan semahal ini hanya untuk pejalan kaki. Mubazir!”

……. –hening

Hmm, benar juga, ya!

*   *   *

Jembatan yang dimaksud Ayah & Ibuku itu ialah jembatan Gentala Arasy yang sekarang menjadi salah satu ikon kota Jambi. Jembatan ini mulai dibangun pada tahun 2012 dan baru saja diresmikan bulan Maret 2015 lalu oleh bapak Jusuf Kalla.

????????????????????????????????????

Gentala yang cakep

Nah, kebetulan, hotel tempat kami (aku, ayah dan ibu) menginap itu dekat sekali dengan jembatan Gentala Arasy ini. Ibarat kata nih ya, ngesot aja sampe hehe. Malam sebelumnya, ketika aku masih jomblo sendirian di Jambi, Isna [Djangki.wordpress.com] sudah lebih dulu mengajak aku ke jembatan berbentuk huruf “S” ini.

“Aha, aku tahu, ini dia kan yang dinamakan Ancol?” ujarku ke Isna.

Aku sudah tahu mengenai Ancol versi Jambi ini sejak lama. Tapi akhirnya, kesampaian juga nongkrong-nongkrong ganteng di sana. Lantas apa sih Ancol itu? Jangan samakan dengan Ancol-nya Jakarta ya! Kagak ada pantai di sini. Yang ada Sungai Batanghari 🙂 tapi ya tetep aja sama kecenya.

DSC_1435

Deretan pedagang di Ancol

DSC_1426

Warung tenda

Di Ancol ini juga banyak pedagang yang menjajakan dagangan terutama makanan. Aku sendiri memesan seporsi nasi goreng malam itu. Rasanya sih standar ya, nggak ada yang istimewa. Untung pula harganya juga standar. Ngeri euy kalo kualitas warteg harga restoran hehehe.

Selepas menuntaskan makan malam, aku dan Isna langsung beranjak ke Jembatan Gentala Arasy ini. Eh ya, Gentala Arasy sendiri merupakan singkatan dari Genah Tanah Lahir Abdurrahman Sayoeti. Beliau adalah salah satu mantan gubernur Jambi yang dinilai banyak memprakarsai pembangunan di Jambi.

????????????????????????????????????

Jembatan berbentuk huruf “S”

????????????????????????????????????

Area menara Arasy, sayang tutup

Malam itu orang cukup ramai. Maklum sudah akhir pekan ya. Kebanyakan sih muda-mudi kayak akoeh yang asyik nongkrong di jembatan selebar 4,5 meter dan sepanjang 532 meter ini. Tahu biaya pembangunan jembatan ini? Eng ing eng Rp.88,7 miliar! Dan jembatan ini hanya dapat dipakai oleh pejalan kaki dan tak ubahnya seperti aksesoris kota. Salah? Hmm tergantung pemikiran masing-masing ya. Yang jelas, pembangunan jembatan ini pasti sudah direncanakan secara matang.

????????????????????????????????????

Yang punya blog wajib mejeng :v walau agak blur, pesona kesemokannya tak luntur, kan?

Nah, di ujung jembatan ada Menara Gentala Arasy yang juga berfungsi sebagai museum. Sayang waktu aku ke sana, museumnya tutup dan sepertinya hanya dibuka jika ada acara/event tertentu saja. Katanya sih di dalamnya ada lift sehingga pengunjung dapat naik ke atas menara dan melihat Jambi dari atas ketinggian. Hiks, jauh-jauh ke sana eh malah tidak bisa ke atas. Sedihnya tuh di sini –tunjukhati.

????????????????????????????????????

Ini menara Arasynya

Nah, jika ingin merasakan sensasi berbeda menyeberang balik, pengunjung dapat menggunakan parahu kecil/sampan yang memang banyak tersedia di sana. Namun harus jago menawar. Jika nampak sekali kalau kita orang datangan/turis maka pemilik kapal dapat “menembak” harga sesuka hati. Waktu itu aku sempat ditawari Rp.20.000. Padahal harga aslinya sih hanya Rp.3000. Setelah mencari pemilik kapal lain, akhirnya aku dan Isna dapat menyeberang Sungai Batanghari menggunakan sampan. Ayeey, senangnyaaa!

????????????????????????????????????

Isna di atas perahu

DSC_1624

Sampan dan jembatan Gentala

Nasi Minyak Jambi VS Nasi Minyak Palembang

“Yan mau makan apa?” ujar Isna.

“Yang khas Jambi apa ya?”

….. hening, Isna bingung hehehe.

“Mau nyoba pempek?”

“Ogaaah, di Palembang banyak!”

“Nasi minyak mau?”

“Yah di Palembang juga ada, tapi bolehlah, sekalian nyoba nasi minyak mana yang lebih maknyus.”

????????????????????????????????????

Warung Manggisnya

Berbekal motor pinjaman dari bang Lukman –hostku di Jambi, Isna mengarahkan motor ke kawasan Sungai Asam. Tujuan kami siang itu ialah Warung Manggis yang menyediakan menu makanan India berupa martabak dan tentu saja nasi Minyak (bukan nasi Biryani loh ya).

Sebagaimana nasi minyak di Palembang, di Jambi makan nasi minyaknya juga sambil ditemenin sama dik Chelsea Islan aneka lauk pauk. Nah, khusus siang itu aku dan Isna sepakat memilih kari kambing. Ini dia penampakan makanan kami.

????????????????????????????????????

Selamat ngiler

Nasi minyaknya ditempatkan di sebuah piring melamin. Selain nasi dan kari kambing, ada juga acar dan sambal nanas yang ditempatkan di piring berukuran kecil. Untuk minumnya, siang itu aku memesan  jeruk nipis hangat. Rasanya? Enaaaak!

Jika dibandingkan dengan nasi minyak Palembang, nasi minyak di Jambi warnanya lebih kuning dengan tekstur nasi yang lebih kering. Kalau di Palembang warnanya lebih pucat dan nasinya bergumpal lembut. Terus terang ya, terlepas dari aku orang Palembang, menurutku nasi minyak di Palembang jauh lebih enak ketimbang nasi minyak di Jambi. Kari Kambingnya juga standar, kagak ekstraordinari hehe. Walau gitu semua makanan tetap ludes, sih! :p

Oh ya, sesuai judul tulisan ini, Warung Manggis ini sudah banyak didatangi oleh para artis loh! Kalau dari lihat foto yang ada di meja kasir sih, kebanyakan para ulama, pelawak atau pedangdut hehehe. Ada juga foto alm Olga Syahputra. Tak ketinggalan, artis kontroversi yang kini menjadi Bupati di salah satu kabupaten di Jambi –Zumi Zola, juga pernah makan di sini.

????????????????????????????????????

Foto para artis di meja kasir

Soal harga gimana? Relatif ya! Untuk satu porsi nasi minyak + kari kambing dihargai Rp.30.000. Nggak terlalu mahal juga nggak semurah yang di Palembang. Alhamdulillahnya, siang itu aku ditraktir sama Isna. Hurraaay! Tinggal dapet traktiran tiket ke Eropa aja dari Isna, mah! 😀

Bagi yang berkesempatan mengunjungi Jambi, tak ada salahnya menjajal masakan di Warung Manggis ini. Ya, siapa tahu bisa diajakin foto bareng sama owner dan cetakan fotonya dipajang di meja kasir juga hehehe. Paling orang bakalan nanya, “itu artis apa sih?” :p

Warung Manggis

Warung martabak India Malabar Cabang Roxi Jakarta

Jl. Prof.HMO Bafadhal RT.10 No.02,

Kelurahan Sungai Asam Jambi 20162

Telp : 0741-7553220

Iklan

58 komentar di “Nongkrong di Ancol Ala-ala Hingga Mencicipi Nasi Minyak Para Artis di Jambi

    • Bekas jajahan siapa om? Klw bekas jajahan belanda dan jepang Iya sih, tapi klw yg dimaksud bekas jajahan tetangga,bulanlah, malahan bisa jadi tetangga yg jdi bekas jajahan, hehehe buktinya semua prasasti yg ditemukam di tempat tetangga berupa kutukan dan ancamam, makanya om klw baca sejarah jangan tulisan jadul yg ditulis 100 tahun yg lalu, baca sejarah yg update dong, peralatan arkeologi ngk kayal dulu, skrng samakin canggih,bisa baca disini sudimaju.com situs menulis khusus ttng komplek muara jambi yg ditulis oleh arkeologi di pelapori prof ariz munandar. nanti anda tercengang dg fakta ttng muara jambi

  1. Biar gak ekstraordinari tapi makanannya tetap kudu bayar ya dihabiskan lah ya!as Yan. Dan aku pikir emang sayang jembatan sebagus itu hanya untuk pejalan kaki 🙂

  2. Kalau malam itu jembatannya maknyuss banget Om pemandangannya, tidak kalah dengan jembatan yang ada di Seoul yang selama ini saya kagumi di foto-fotonya :hehe. Duh saya jadi kepengin ke sana terus mengambil fotonya di malam hari pakai tripod, pasti maknyuss banget indahnya :)).
    Saya belum pernah makan nasi minyak, nasi briyani apalagi, jadi di mana saja saya mau deh, di Palembang atau Jambi oke saja :hehe. Tapi saya setuju, makan yang berminyak-minyak :hihi dengan air jeruk nipis itu memang nendang banget :hehe.

    • Gara kan suka sejarah (dan makan) cocok bepetualang di Jambi dan Palembang hihihihihi.

      Iya, mikirnya kemarin itu pesen jeruk nipis karena makan berlemak dan berminya 🙂

    • Sungainya khas di Sumatera, warnanya gak terlalu jernih cuma kalau mau berenang bisa aja :p tapi kemarin itu surut jadi airnya keruh. Jambi krisis air :p

      Sepedaan juga bisa di sini Cit. Atau juga main sepatu roda eaaa

  3. yan..itu fotoku lagi jelek haha

    seberang itu daerah rawa, sering banjir juga, jadi kurang memungkinkan kalau dibuat jembatan yang kapasitasnya lebih besar… kalo bawa mobil n ke seberang dibuatlah jembatan aur duri (arah ke pekanbaru) n jembatan batanghari 2 (arah ke candi muaro jambi) 🙂

  4. Dulu aku juga sering nongkrong di Ancol sambil makan jagung bakar. Sayang dulu belum ada jembatannya. Aku hengkang dari Jambi tahun 2008, karena diminta sama Belitung buat ngeramein kotanya *mau muntah silahkan om* hahahaha 😀

  5. Haduuh itu biaya pembuatan jembatannya he3 tapi kayaknya sepadan ama hasilnya ya Yan, bisa jadi ikon kota Jambi dan objek wisata, balik modal tuuh.
    Belum pernah makan nasi minyak neh aku, jadi penasaran pengin nyobain 😛

    • Objek wisatanya gratis wan 😀
      Tapi bener, minimal yang gak tertarik ke Jambi karena baca postingan ini siapa tahu jadi tertarik ya 🙂 kalau bicara balik modal bakalan lama, nggak kayak jalan tol yang terukur hehehe. Sini wan ke Palembang!

  6. Kalau aku pribadi lebih suka jembatan itu tidak dilewati oleh kendaraan apapun. Pasti akan beda sekali rasanya jika difungsikan untuk lalu lalang kendaraan. Nuansa wisatanya dapat banget kalau hanya untuk pejalan kaki. Orang-orang bisa berjalan lebih tenang dan santai tanpa takut keserempet, atau harus minggi2 karena ada kendaraan lewat.

    Jembatan huruf S itu unik. Ide yang bikinnya cemerlang 🙂

  7. Kalo denger Sumatra bayangannya cuma Medan, Padang, atau Palembang aja saya. Ternyata Jambi dan ibukota propinsi yang lain pun mulai berbenah dan tampak keren. Salut.

Tinggalkan Balasan ke winnymarch Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s